HIPEREMESIS
GRAVIDARUM
Oleh:
Sarah Nurulaini S.
4151161558
Pembimbing:
Syafrial, dr., Sp. OG
Identitas Pasien
• Nama : Ny. SN
• RM : 00570942
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Umur : 24 tahun
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Pendidikan : SMA
• Alamat : Kp. Mekarsari Jl. Lapang
Tembak RT 01/07, Padasuka,
Cimahi Tengah, Kota Cimahi
Anamnesis Tambahan
• Riwayat jantung berdebar, mudah lelah saat beraktivitas disertai sesak
nafas : tidak ada
• Riwayat tekanan darah tinggi : tidak ada
• Riwayat kencing manis : tidak ada
• Riwayat menderita batuk lama : tidak ada
• Riwayat pernah dioperasi di perut : tidak ada
• Riwayat alergi obat-obatan dan makanan : tidak ada
• Riwayat nyeri pinggang : tidak ada
• Riwayat sesak nafas disertai nafas berbunyi : tidak ada
• Riwayat kecelakaan : tidak ada
Riwayat ANC
• Pasien melakukan ANC sejak usia kehamilan 3 minggu dan pada usia
kehamilan 6 minggu
Riwayat menstruasi
• Menarche : 12 tahun
• Siklus : 28 hari
• Lama : 5 hari
• Banyaknya : normal (2–3 kali ganti pembalut/hari)
• Sifat darah : normal
• Dismenorhae : tidak ada
Riwayat Menstruasi
Pasien Menarche pada usia 13 tahun, dengan lama 6 hari,
dan siklus haid teratur 28 hari, sifat dan banyaknya darah
haid normal, pasien mengganti pembalut 3x sehari, tidak
ada nyeri saat haid.
• Riwayat Kehamilan Sekarang
Usia ibu hamil : 24 tahun
HPHT : 21 Oktober 2018
Taksiran Persalinan : 10 Maret 2018
Usia Kehamilan : 9-10 minggu
Perdarahan Pervaginam : tidak ada
Keputihan : tidak ada
Mual dan Muntah : tidak ada
Masalah atau kelainan pada kehamilan sekarang: mual dan
muntah
Pemakaian obat-obatan dan jamu : tidak ada
Riwayat Pernikahan
• Status pernikahan : Menikah
• Pernikahan ke :1
• Usia suami menikah : 24 tahun
• Usia istri saat menikah : 24 tahun
• Lama pernikahan : 6 bulan
Riwayat obstetrik
G1P0A0
1. Kehamilan sekarang
Riwayat KB
Tidak ada
Darah Rutin
• Hb: 11.9 g/dL
• Ht: 39,9 %
• Eritrosit: 5,9 10^6/uL
• MCV: 67,7 fL
• MCH: 22,4 pg
• MCHC: 33,1 g/dL
• RDW: 186 %
• Trombosit: 380.000/uL
• Leukosit: 9.200/uL
Diagnosis Masuk
G1P0A0 gravida 9–10 minggu + Hiperemesis Gravidarum tingkat 2
Penatalaksanaan
• Umum
• Tirah baring
• Isolasi di tempat tenang dan batasi pengunjung
• Berikan cairan infus untuk rehidrasi dan keseimbangan elektrolit
dextrose 10% atau 5% : Ringer Laktat = 2:1, 40 tetes permenit
• Diet hiperemesis gravidarum II: diberikan apabila mual dan muntah
berkurang. Secara berangsur diberikan bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan.
• Khusus
• Antiemetik:Ondansetron 2 x 1 ampul
• Vitamin B-kompleks: Neurobion drip 1 ampul
• Antihistamin H2: Ranitidin 2 x 1 ampul
Prognosa
• Quo ad Vitam : Ad Bonam
• Quo ad Functionam : Ad Bonam
HEG
Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang
terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20
minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebatnya
sehingga segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan
umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat
badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin.
Gejala Klinik
Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering
dijumpai yakni:
• Nausea
• Muntah
• Penurunan berat badan
• Ptialism (saliva yang berlebihan)
• Tanda-tanda dehidrasi
• Hipotensi dan takikardi
• Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai hiponatremi,
hipokalemia, dan peningkatan hematokrit
Etiologi
• Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan,
kebanyakan perempuan mampu mempertahankan kebutuhan
cairan dan nutrisi dengan diet dan simptom akan teratasi
hingga akhir trimester pertama. Etiologinya belum diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa ahli yang menyatakan bahwa
erat hubungannya dengan endokrin, biokimia dan psikologis.
Faktor-faktor yang menjadi predisposisi diantaranya:
• Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan
hehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.
• Faktor organik : masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal
dan perubahan metabolik.
• Faktor psikologik: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan,
rasa takut terhadap kahamilan dan persalinan, takut memikul
tanggung jawab dan sebagainya.
• Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes dan lain-lain.
Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum diantaranya:
• Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari
terganggu.
• Tanda vital: nadi meningkat 100 x / menit, tekanan darah menurun
pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran.
• Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan
menurun, pada vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya
kehamilan, konsistensinya lunak, pada pemeriksaan inspekulo
seviks berwarna biru.
• Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan dan
kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan mola
hidatidosa.
• Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, keton dan
proteinuria.
Klasifikasi
Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan,
yaitu:
• Tingkat I : muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap
makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium,
muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu,
dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100x/ menit
dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering,
turgor kulit berkurang dan urin sedikit tetapi masih normal.
• Tingkat II : gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan > 100 – 140x/
menit,tekanan darah sistolik < 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah
kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan
cepat menurun.
• Tingkat III : terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah
berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis,
nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria.
Komplikasi
• Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya:
• Diplopia
• Palsi nervus ke-6
• Ataksia
• Kejang
Jika hal ini tidak segera ditangani akan terjadi psikosis korsakoff
(amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun
kematian
Komplikasi yang perlu diperhatikan adalah Ensephalopati Wernicke.
Gejala yang timbul dikenal sebagai trias klasik yaitu paralisis otot-otot
ekstrinsik bola mata (oftalmoplegia), gerakan yang tidak teratur
(ataksia), dan bingung.
• Fetal
Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).
• Penatalaksanan
• Isolasi.
Dilakukan dalam kamar yang tenang, batasi pengunjung / tamu,
hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai
muntah berhenti dan pasien mau makan. Kadang-kadang dengan isolasi
saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan
• Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya
dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
• Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat
dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3
liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya
vitamin B komplek dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein,
dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
• Obat-obatan.
• Apabila keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan
pengobatan. Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital,
vitamin yang dianjurkan yaitu vitamin B1 dan B6, antihistamin juga
dianjurkan. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti
prometazin (avopreg), proklorperazin, atau mediamer B6.
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini akan dibahas pasien Ny. SN usia 24
tahun, G1P0A0, hamil usia 9-10 minggu dengan hiperemesis
gravidarum tingkat II. Pasien datang dengan keluhan mual dan
muntah. Keluhan dirasakan sejak 4 hari SMRS. Keluhan mual dan
muntah dirasakan ± 5-6x dalam sehari sebanyak ±1/2 gelas air
mineral setiap muntah, berisi makanan dan minuman yang
sebelumnya dikonsumsi pasien. Keluhan mual dan muntah
dirasakan terutama tiap pagi hari dan setelah pasien makan dan
minum. Keluhan disertai dengan nyeri kepala, nyeri ulu hati yang
hilang timbul, nafsu makan berkurang, dan badan terasa lemas
sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan hiperemesis
gravidarum tingkat II berdasarkan anamnesis pada pasien ini
ditemukan adanya gejala mual dan muntah yang berat, dimana
keluhan tersebut sampai menggangu aktivitas sehari-hari.
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal
kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu, biasanya terjadi pada umur
kehamilan 6-12 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebat sehingga
segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan dan dapat
mempengaruhi keadaan umum serta mengganggu pekerjaan sehari-hari,
berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin.
Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan,
yaitu:
• Tingkat I : Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap
makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium,
muntah pertama keluar makanan, lender dan sedikit cairan empedu,
dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100x/ menit dan
tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor
kulit berkurang dan urin sedikit tetapi masih normal.
• Tingkat II : Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan > 100 – 140x/
menit,tekanan darah sistolik < 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor,
kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat
menurun
• Tingkat III : terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah
berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis,
nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria.
Tanda kehamilan yang didapat pada anamnesis penderita
ini adalah adanya riwayat telat haid, pasien melakukan tes
kehamilan dengan hasil yang positif, sedangkan pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya hiperpigmentasi pada
areola mammae.
Pasien dimasukan dalam hiperemesis gravidarum tingkat
II, karena muntah setiap kali makan dan minum >5-6x sehari,
penderita tampak lemah, nafsu makan berkurang, dan bibir
kering, nyeri epigastrium, dan berat badan menurun 1 kg. Pasien
subfebris 37,3˚C, nadi cepat 112x/menit, dengan tekanan darah
sistolik 90/60 mmHg. Namun dalam penegakan diagnosis ini
perlu dilakukan pemeriksaan darah rutin, kimia urin, dan
elektrolit.
Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum dibedakan
menjadi rehidrasi dan koreksi elektrolit, isolasi, terapi nutrisi,
terapi dengan obat-obatan, dan psikoterapi. Terapi cairan
dilakukan untuk mengatasi dehidrasi dengan pemberian cairan
rehidrasi. Cairan yang digunakan untuk memperbaiki keadaan
pasien ini adalah kristaloid yaitu Ringer Laktat, dengan
pertimbangan bahwa pada pasien terjadi penurunan volume
cairan intravaskuler dan kecenderungan defisit cairan
intraseluler dan interstisial. Resusitasi dikatakan adekuat bila
terdapat parameter seperti tekanan darah arteri rata-rata 70-80
mmHg, denyut jantung kurang dari 100x per menit, ekstremitas
hangat dengan pengisian kapiler baik, susunan saraf pusat baik,
produksi urin baik.
Pada pasien ini diberikan infus D 10% dan terapi obat-
obatan antara lain Neurobion drip 1 ampul, injeksi Ondansetron
2 x 1 ampul, Ranitidin 2 x 1 ampul, dan suplemen vitamin.
Terima kasih