Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

PARTOGRAF

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Kepaniteraan


Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Disusun Oleh:
Sarah Nurulaini S.
4151161558

Pembimbing:
Syafrial, dr., Sp.OG

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
CIMAHI
2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Partograf merupakan suatu sistem yang tepat untuk memantau keadaan ibu
dan janin dari dalam kandungan selama persalinan waktu ke waktu. WHO
memperkenalkan partograf pada tahun 1970, sebagai alat identifikasi awal partus
lama dan persalinan macet secara objektif dan tepat waktu. Partograf WHO dapat
membedakan dengan jelas perlu atau tidaknya intervensi dalam persalinan. Jika
semua pertolongan persalinan menggunakan partograf secara kompeten dapat
memudahkan tenaga penolong persalinan mencegah atau melakukan deteksi dini
terhadap komplikasi yang mungkin terjadi, menerapkan asuhan persalinan secara
tepat guna dan tepat waktu, baik sebelum atau saat masalah terjadi, maupun
segera melakukan rujukan saat kondisi ibu masih optimal, maka para ibu dan bayi
baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian.1
Penggunaan partograf pada saat pertolongan persalinan merupakan hal yang
sangat penting. Dampak dari kelalaian pengisian partograf adalah tidak
terdeteksinya kelalaian yang mungkin akan timbul pada saat persalinan, seperti
gawat janin, hipertensi, partus lama, dan perdarahan.2
Sebanyak 9,4% kematian ibu adalah karena partus lama, yang jika tidak
ditangani dengan baik dan adekuat, akan berlanjut menjadi partus macet. Banyak
fungsi dari penggunaan partograf, salah satunya adalah akan mencegah partus
lama dan partus macet.3
Hasil studi dari manfaat partograf yang baik dan benar, telah diuji coba pada
multisenter kesehatan di beberapa Negara Asia Tenggara dengan melibatkan
35.480 persalinan, menyatakan partograf dapat menurunkan kejadian partus lama
dari 6,4% menjadi 3,4% dan angka pertolongan Sectio Caesaria (SC) dari 6,2%
menjadi 4,5%.4
Partograf harus digunakan pada semua persalinan pada fase aktif kala satu
yang dilakukan dimana saja, namun pada kenyataannya data terakhir yang
diperoleh dari WHO tentang penggunaan partograf yang diteliti di tiga Negara
yaitu Ecuador, Jamaica, dan Rwanda menyatakan bahwa hanya 57,7% tenaga
kesehatan (dokter, bidan dan perawat) yang melakukan pertolongan persalinan
dengan mengisi partograf.5
Dokter dan bidan yang mampu dan dikenal sebagai “skill attendant” dalam
penggunaan partograf. Dokter umum diharapkan mampu mengadakan persalinan
secara normal, mengidentifikasi secara dini penyulit persalinan dan mampu
merujuk ibu hamil tersebut secara tepat waktu dengan keputusan klinik yang
benar. Untuk dapat mencapai semua kompetensi dan tujuan tersebut, diperlukan
pengetahuan yang cukup tentang partograf.6

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan referat ini untuk menambah pengetahuan mengenai
partograf.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan referat ini untuk mengetahui bagaimana cara
penggunaan partograf dalam membuat keputusan klinik, memantau,
mengevaluasi, dan talaksana persalinan normal.
1.3 Manfaat
Manfaat penulisan referat ini adalah menambah pengetahuan bagi penulis
maupun pembaca mengenai partograf. Selain itu juga sebagai informasi bagi
penulis maupun pembaca dalam upaya penggunaan partograf dalam persalinan
normal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan. Tujuan utama
penggunaan partograf yakni untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan
persalinan serta mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian, dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus
lama.7
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong
persalinan untuk mencatat kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin, asuhan
yang diberikan selama persalinan dan kelahiran, serta menggunakan informasi
yang tercatat, sehingga secara dini mengidentifikasikan adanya penyulit
persalinan dan membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu. Selain itu,
dapat mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa
mereka. Penggunaan partograf baru ini mulai digunakan hanya pada pembukaan
serviks 4 sentimeter (fase aktif) pada ibu yang sedang bersalin tanpa memandang
apakah persalinan itu normal atau dengan komplikasi.7

2.2. Sejarah dan Perkembangan Partograf


Sejak Friedman memperkenalkan kurva servikogram pada tahun 1954, banyak
peneliti yang menggunakannya sebagai dasar dalam penatalaksanaan persalinan.
Rosa dan Ghilaini (1959), menggunakan grafik kemajuan persalinan sederhana
dengan memodifikasi cara pengukuran pembukaan serviks. Friedman (1967),
mulai mengembangkan grafik analisa statistik dari berbagai tipe persalinan.
Beazly dan Kurjak (1972), merancang suatu partograf berdasarkan data dari
persalinan normal dengan cara periksa dalam yang dilakukan pada awal dan akhir
persalinan. Dimana partograf ini tidak mengenal adanya fase laten. Phillpot
(1972), membuat perobahan dalam merancang grafik catatan persalinan yang
lebih detail, dengan memasukkan keadaan ibu dan janin pada selembar kertas.
Dengan membuat dua garis skrining, yaitu garis waspada (ALERT LINE) dan garis
aksi (ACTION LINE),yang sejajar dan terpisah empat jam setelah garis waspada.8,9
Partograf WHO (1988) merupakan sintesa dan implikasi dari berbagai model
partograf dengan menelaah semua jenis partograf yang ada di dunia. Dalam
perkembangan selanjutnya, tahun 2000 partograf WHO dimodifikasi, untuk lebih
sederhana dan lebih mudah digunakan. Dimana pada partograf yang dimodifikasi,
fase laten dihilangkan dan penggambaran partograf dimulai dari fase aktif, pada
saat pembukaan serviks 4 cm.8,9
Pada fase aktif persalinan, grafik pembukaan dihubungkan dengan waktu
yang biasanya dimulai di sebelah kiri garis waspada, dan apabila grafiknya
memotong garis ini, itu merupakan tanda peringatan bahwa persalinan mungkin
akan berlangsung lama. Garis tindakan adalah 4 jam ke sebelah kanan garis
waspada, jika grafik mencapai garis tindakan harusnya diambil keputusan tentang
penyebab kemajuan persalinan yang lambat dan mesti diambil tindakan yang
tepat, kecuali wanita sudah menjelang melahirkan partograf ini tidak
diindikasikan. Pada akhirnya, partograf WHO yang dimodifikasi inilah yang
menjadi acuan dari partograf APN.8,9

2.3 Penggunaan Partograf


Penggunaan partograf merupakan indikasi untuk semua ibu dalam fase aktif
kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Secara rutin oleh
semua tenaga penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama
persalinan dan kelahiran. Partograf harus digunakan untuk:7
 Semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sampai dengan kelahiran
bayi, sebagai elemen penting dari asuhan persalinan.
 Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas,
klinik bidan swasta, rumah sakit, dan lain-lain).
 Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (spesialis obstetri dan
ginekologi, bidan, dokter umum, residen, dan mahasiswa kedokteran)
Kontraindikasi dari partograf tidak boleh digunakan untuk memantau
persalinan yang tidak mungkin berlangsung secara normal seperti plasenta previa,
panggul sempit, letak lintang, dan lain-lain. Menurut WHO (1994) pengenalan
partograf sebagai protokol dalam manjemen persalinan terbukti dapat mengurangi
persalinan lama dari (6,4%) menjadi (3,4%). Kegawatan bedah sesaria turun dari
(9,9%) menjadi (8,3%), dan lahir mati intrapartum dari (0,5%) menjadi (0,3%).
Kehamilan tunggal tanpa komplikasi mengalami perbaikan, kejadian bedah
sesaria turun dari (6,2%) menjadi (4,5%).10
Waktu yang tepat untuk pengisisan partograf adalah saat proses persalinan
telah berada dalam kala I fase aktif, yaitu saat pembukaan serviks dari 4 sampai
10 cm dan berakhir pada pemantauan kala IV.7
2.4 Cara Pengisian Partograf
Menurut WHO (2000) dan Depkes (2004) cara pengisian partograf modifikasi
WHO atau yang dikenal dengan partograf APN meliputi:7
2.4.1 Halaman Depan Partograf
A. Informasi tentang Ibu
Mencatat nama pasien, umur, riwayat kehamilan (gravida), riwayat
persalinan (para), riwayat keguguran (abortus), nomor rekam medik, tanggal
dan waktu kedatangan dalam "jam" mulai dirawat, dan waktu pecahnya
selaput ketuban.7
B. Kesehatan dan Kenyamanan Janin
Mencatat pada kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk
pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban, dan penyusupan tulang
kepala.7
Gambar 1. Halaman depan partograf7

1. Denyut Jantung Janin (DJJ)


Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih
sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini,
menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling
kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada
garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian
hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis yang tidak
terputus. Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis
tebal angka 180 dan 100. Akan tetapi, penolong harus sudah waspada
bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160. Catat tindakan-tindakan yang
dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi
partograf.7
2. Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam dan nilai
warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan
dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-
lambang berikut:

U: ketuban utuh (belum pecah)


J: ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M: ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D: ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K: ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“kering”)

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan gawat


janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk
mengenali tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin <100 atau
>180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang
sesuai. Akan tetapi, jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke
tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetrik dan bayi
baru lahir.7
3. Molase (Penyusupan tulang kepala janin)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala
bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang
kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjukkan
kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (Cephalo Pelvic
Disproportion – CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar
terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat
dipisahkan.7
Apabila ada dugaan disproporsi tulang panggul, penting sekali
untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan
tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-
tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala
janin. Catat temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.
Gunakan lambang-lambang berikut:7
0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
dipalpasi
1: tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat
dipisahkan
3: tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat
dipidahkan.
C. Kemajuan Persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan
kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri
adalah besarnya dilatasi serviks. Setiap angka/kotak menunjukkan
besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain
pada lajur di atasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm.
Skala angka 1–5 menunjukkan seberapa jauh penurunan kepala janin.
Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30 menit.
Kemajuan persalinan meliputi: 7
1. Pembukaan serviks
Penilaian dan pencatatan pembukaan serviks dilakukan setiap 4
jam atau lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit. Saat ibu
berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan
dari setiap pemeriksaan dengan simbol "X". Simbol ini harus ditulis
di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks
di garis waspada. Hubungkan tanda "X" dari setiap pemeriksaan
dengan garis utuh atau tidak terputus.7

Gambar 2. Pembukaan serviks7

2. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin


Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam(setiap 4 jam), atau lebih
sering jika ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian
terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan normal, kemajuan
pembukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah
atau presentasi janin. Namun kadangkala, turunnya bagian
terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks
sebesar 7cm.7
Penurunan kepala janin diukur secara palpasi bimanual. Penurunan
kepala janin diukur seberapa jauh dari tepi simfisis pubis. Dibagi
menjadi 5 kategori dengan simbol 5/5 sampai 0/5. Simbol 5/5
menyatakan bahwa bagian kepala janin belum memasuki tepi atau
simfisis pubis, sedangkan simbol 0/5 menyatakan bahwa bagian kepala
janin sudah tidak dapat lagi dipalpasi di atas simfisis pubis. Kata-kata
“turunnya kepala” dan garis terputus dari 0–5, tertera di sisi yang sama
dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda (O) pada garis waktu
yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan
tanda (O) di nomor 4. Hubungkan tanda (O) dari setiap pemeriksaan
dengan garis terputus.7
Gambar 3. Penurunan bagian terbawah janin/presentasi janin7
3. Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm. dan berakhir
pada titik dimana pembukaan lengkap, diharapkan terjadi laju
pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan
harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke
sebelah kanan garis waspada (pemubukaan <1 cm per jam), maka
harus dipertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang
diperlukan, misalnya amniotomi, infus oksitosin atau persiapan-
persiapan rujukan (ke rumah sakit atau puskesmas) yang mampu
menangani penyulit kegawatdaruratan obstetrik. Garis bertindak tertera
sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke
sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis
bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus
dilakukan.7
D. Pencatatan Jam dan Waktu
1. Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah pembukaan serviks dan penurunan, tertera kotak-
kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam
sejak dimulainya fase aktif persalinan.7
2. Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera
kctak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua
kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur
kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan,
catat pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catat waktu
aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh,
jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami pembukaan
serviks 6cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda “X” di garis waspada
yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri
dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu dibawahnya (kotak
ketiga dari kiri).7
E. Kontraksi Uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan
“kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak
menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi
dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.7
Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan
mengisi angka pada kotak yang sesuai. Sebagai contoh jika ibu mengalami 3
kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, isi 3 kotak. Nyatakan lamanya
kontraksi dengan:7

Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi


yang lamanya < 20 detik.
Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi
yang lamanya 20–40 detik.
Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya >40 detik.
Gambar 4. Kontraksi uterus7

F. Obat-obatan dan Cairan Intravena (IV)


Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak
untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya, dan cairan IV.7

1. Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap
30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV
dan dalam satuan tetesan per menit.
2. Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV
dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
G. Kesehatan dan Kenyamanan Ibu
Ditulis dibagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan
kesehatan dan kenyamanan ibu, meliputi:7
1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf berkaitan dengan nadi dan
tekanan darah ibu.
- Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan
atau lebih sering jika dicurigai adanya penyulit. Beri tanda titik pada
kolom waktu yang sesuai (•).
- Pencatatan tekanan darah ibu dilakukan setiap 4 jam selama fase
aktif persalinan atau lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit.
Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai (↕).
- Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat
atau dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur
tubuh dalam kotak yang sesuai.
2. Volume urin, protein dan aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam
(setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan saat ibu berkemih,
lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.
H. Asuhan, Pengamatan, dan Keputusan Klinik Lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi
luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan.
Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.

Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik mencakup:7


1) jumlah cairan per oral yang diberikan;
2) keluhan sakit kepala atau pengelihatan kabur;
3) konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (spesialis obgin,
ataupun dokter umurn);
4) persiapan sebelum melakukan rujukan;
5) upaya rujukan.
2.4.2 Halaman Belakang Partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang
terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang
dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah
sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Nilai dan catatkan asuhan
yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV
untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan
membuat keputusan klinik, terutama pada pemantauan kala IV (mencegah
terjadinya perdarahan pasca persalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah
diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai/memantau
sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan
aman.7
A. Data Dasar
Data dasar terdiri atas tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat
tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping
pada saat merujuk. Isi data pada tiap tempat yang telah disediakan atau
dengan cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
Untuk pertanyaan no.5, lingkari jawaban yang sesuai dan untuk pertanyaan
no.8, jawaban bisa lebih dari satu.7
B. Kala I
Kala I terdiri atas pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati
garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaan, dan hasil
penatalaksanaan tersebut. Untuk pertanyaan no.9, lingkari jawaban yang
sesuai. Pertanyaan lainnya hanya diisi jika terdapat masalah lainnya dalam
persalinan.7
C. Kala II
Kala II terdiri atas episiotomy persalinan, gawat janin, distosia bahu,
masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Beri tanda “√” pada kotak
disamping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan no.13, jika jawabannya
“Ya”, tulis indikasinya, sedangkan untuk no.15 dan 16 jawabannya”Ya”, isi
jenis tindakan yang telah dilakukan. Untuk pertanyaan no.14, jawaban bias
lebih dari satu, sedangkan untuk “masalah lain” hanya diisi apabila terdapat
masalah lain pada kala II.7
D. Kala III
Kala III terdiri atas lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali
pusat terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir
> 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta,
penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan dan
beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk no. 25, 26, dan
28 lingkari jawaban yang benar.7
E. Bayi Baru Lahir
Informasi bayi baru lahir terdiri atas berat dan panjang badan, jenis
kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta,
tatalaksana terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan
serta beri tanda pada kotak disamping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan
no.36 dan 37 lingkari jawaban yang sesuai, sedangkan untuk no. 38 jawaban
bisa lebih dari satu.7
Gambar 5. Halaman belakang partograf7

F. Kala IV
Kala IV berisi tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi
uterus, kandung kemih, dan perdarahan. Pemantauan kala IV ini sangat
penting terutama untuk menilai apakah terdapat resiko atau terjadi perdarahan
pascasalin. Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada
satu jam pertama setelah melahirkan dan setiap 30 menit pada satu jam
berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan jawab
pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan.
Bagian digelapkan tidak usah diisi.7

BAB III
KESIMPULAN

1. Partograf adalah catatan grafik mengenai kemajuan persalinan untuk memantau


keadaan ibu dan janin, untuk menentukan adanya persalinan abnormal yang menjadi
petunjuk untuk tindakan bedah kebidanan dan menemukan disproporsi kepala panggul
(CPD) jauh sebelum persalinan menjadi macet.
2. Tahun 2000 partograf WHO dimodifikasi, fase laten dihilangkan dan penggambaran
partograf dimulai dari fase aktif, pada saat pembukaan serviks 4 cm.
3. Partograf APN dapat digunakan untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu
persalinan sampai dengan kelahiran bayi, selama persalinan dan kelahiran bayi
di semua tempat, secara rutin oleh semua penolong persalinan yang
memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya.
4. Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi yang dimulai pada
fase aktif persalinan, dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-
hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk : informasi tentang
ibu, waktu pecahnya selaput ketuban, kondisi janin, kemajuan persalinan, jam
dan waktu, kontraksi uterus, obat-obatan dan cairan yang diberikan, kondisi
ibu, asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya.
5. Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang
terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang
dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir).
Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan persalinan, terdiri atas
data dasar, kala I, kala II, kala III, bayi baru lahir, dan kala IV.

DAFTAR PUSTAKA

1. Francis, Paschal Mdoe. Quality of Partogram Recordings and Perinatal


Outcomes at Muhimbili National Hospital. Tanzania : Muhimbili University of
Health and Allied Sciences. 2012.
2. Anggoro, Gandita, Julian Dewantiningrum, Amalia N.S. tingkat Pengetahuan
Pada Mahasiswa Tingkat Akhir FK UNDIP tentang Partograf. Medica
Hospitalia 2012; vol 1(2) : 95-102.
3. Lavender, T, Hart A, Smyth RMD. Effect of partogram use on outcomes for
women in spontaneous labour at term (Review). The Cochrane collaboration.
2012.
4. JNPK-KR, POGI, dan JHPIEGO Coorporation. Pelatihan Asuhan Persalinan
Normal Ed.3 (Revisi). Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan Klinik. 2007.
5. Khan, Khalid S. Daniel Wojdyla, Lale Say, A Metin Gulmezoglu, Paul F A
Van Look. WHO analysis of causes of maternal death : a systematic review.
Lancet 2006; 367:106674.
6. World Health Organization. Partograph in Management of Labour. Lancet.
1994 Jun4;343(8910):1399-404.
7. Keman K. Partograf. Dalam: Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH,
editor. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi 4. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2016:315-33.
8. World Health Organization. The Partograph, A managerial tool for the
prevention of prolonged labour. Section IV. Guidelines for operations research
on the application of the partograph. Geneva : World Health Organization.
1989
9. Maternal and Neonatal Health. The Partograph : An Essential Tool Decision-
Making during Labor. 2002.
10. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter. Jakarta : Konsil
Kedokteran Indonesia. 2012.

Anda mungkin juga menyukai