Anda di halaman 1dari 11

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Subjek Sasaran


2.1.1 Identitas Sasaran
Nama : Ny. Y
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 30 tahun
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kp. Cipeusing RT 03/RW 05, Desa
Kertawangi
Kecamatan : Cisarua, Kabupaten Bandung Barat
Status dalam keluarga : Anggota keluarga
Agama : Islam
Etnis atau suku : Sunda
Jaminan Kesehatan : Tidak ada
Masalah Kesehatan : Cushing syndrome
2.1.2 Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. D
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 38 tahun
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Buruh
Penghasilan : Rp 2.500.000,00/bulan
2.1.3 Identitas Keluarga
Bentuk Keluarga : Keluarga luas
Jumlah Anggota Keluarga : 6 orang
Lansia : 1 orang
Dewasa : 3 orang
Remaja : 2 orang

3
4

Anak Sekolah : 2 orang


Anak Balita : tidak ada
Bayi : tidak ada
Hubungan anggota keluarga : Baik

Tabel 2.1 Daftar anggota keluarga inti dan tinggal serumah


Umur
Jenis Hubungan
No. Nama (tahun Pendidikan Pekerjaan Keadaan
kelamin Keluarga
)
1. D 38 L SMP Buruh Suami Sehat
2. Y 30 P SMP IRT Istri Sakit
Tidak
3. E 65 P SD Anak Sehat
bekerja
Adik dari
4. C 34 P SMP Wiraswasta Sehat
suami
5. W 12 L - Pelajar Anak Sehat
6. D 9 P - Pelajar Anak Sehat

Gambar 2.1 Genogram.

Keterangan:
: Laki-laki : Bercerai

: Perempuan : Pasien yang diidentifikasi

: Meninggal : Keluarga yang tinggal serumah


5

2.2 Hasil Pemeriksaan Kesehatan


2.2.1 Anamnesis (Autoanamnesis dan alloanamnesis)
Keluhan Utama: Nyeri seluruh tubuh
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada seluruh tubuh sejak 1 bulan yang lalu. Pasien
otot-ototnya sangat lemah dan cepat merasa lelah. Seluruh badan terasa bengkak.
Keluhan disertai tubuh semakin gemuk 1 tahun terakhir, penambahan berat
badannya sebanyak ± 20 kg, timbul garis-garis merah kebiruan di sekitar perut,
tungkai, dan lengan.
Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah kurang lebih 2 kali perhari. Pasien
mengeluh nyeri punggung sejak 1 minggu yang lalu terutama bila ia membungkuk
atau berdiri terlalu lama. Awalnya pasien menyangka sedang hamil karena berat
badannya yang bertambah, perutnya yang membesar, serta sudah 2 bulan tidak
haid. Pasien sudah melakukan tes urin untuk kehamilan, namun hasilnya negatif.
Pasien memiliki riwayat mengkonsumsi obat kortikosteroid berupa
deksametason dalam jangka waktu lama yakni kurang lebih sejak 1 tahun yang
lalu, sebanyak 1–2 tablet sehari. Pasien mengaku membelinya dari apotek tanpa
resep dokter. Ia membeli kortikosteroid untuk mengobati pegal-pegal dan rasa
lelah tubuhnya. Pasien merasa obat tersebut cocok, sehingga ia terus mengulangi
pembelian obat tersebut dan mengkonsumsinya. Untuk keluhannya saat ini, pasien
hanya mencoba mengurut badannya dan beberapa hari lalu pasien berobat ke RS
Advent.
Keluhan seperti ini baru dirasakan pertama kali oleh pasien. Pasien memiliki
riwayat darah tinggi sejak 2 tahun yang lalu namun jarang minum obat dan tidak
kontrol secara rutin. Tidak ada riwayat penyakit jantung dan kencing manis. Tidak
ada riwayat keluhan serupa pada keluarga, namun terdapat kebiasaan yang sama
pada keluarga yakni mengkonsumsi obat tanpa konsultasi dan resep dokter
terlebih dahulu.
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga dengan dua orang anak. Suami
pasien bekerja sebagai buruh pabrik tekstil dengan penghasilan Upah Minimum
6

Regional (UMR) Kabupaten Bandung Barat. Pasien tinggal bersama suami, kedua
anaknya, mertua, serta adik iparnya.
Pasien tinggal di rumah dengan luas 45 m2, berukuran 5m x 9 m, dan terdiri
atas dua tingkat. Terdapat tiga kamar tidur. Pasien tidur bersama anak-anak dan
suaminya, namun semenjak sakit pasien sering tidur sendiri di ruang utama. Adik
ipar dan mertuanya tidur di kamar tidur lainnya, sementara itu satu kamar lainnya
diperuntukkan sebagai gudang. Terdapat ruang utama yang dipergunakan untuk
berkumpul, menerima tamu, makan, dan lain-lain.
Terdapat dapur untuk kegiatan memasak dan satu kamar mandi serta satu
kamar cuci untuk kegiatan Mandi Cuci Kakus (MCK). Rumah pasien
menggunakan sumur bor untuk sumber air. Rumah pasien beratapkan genting
tanah liat dengan satu pintu utama dan tiga jendela dengan ventilasi. Lantai rumah
berupa keramik. Rumah lembap dan kurang cahaya matahari. Sampah rumah
tangga dikumpulkan dalam plastik yang digantung di pagar rumah.
Kebiasaan makan pasien tidak menentu baik secara jumlah dan komposisi
makanannya. Pasien sering mengkonsumsi makanan yang berlemak, berminyak,
dan banyak mengandung garam.
2.2.2 Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos mentis
Kesan sakit : Tampak sakit sedang
TTV : TD : 150/110 mmHg HR : 88x/menit
R : 20 x/menit Suhu : 36,8 °C
Status Gizi : BB : 84 kg
TB : 158 cm
IMT : 33,64
Status Gizi : Obesitas II
Lingkar Lengan Atas: 36 cm
Kepala : Simetris
Wajah : Moon face (+), facial pleothora (+)
Mata : sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis +/+
Mulut : Tidak ada kelainan
7

Leher : Buffalo hump (+)


KGB : Tidak teraba
JVP : Tidak meningkat
Thorax : Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : VF normal kanan=kiri
Perkusi : Sonor kanan=kiri
Auskultasi : Jantung: Bunyi jantung 1, 2 murni reguler
Paru : VBS kanan=kiri; rh -/-; wh -/-
Abdomen : Inspeksi : Cembung, striae ungu (+)
Palpasi : Lembut, NT epigastrium (+); Hepar, lien, dan
ren tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Extremitas : Akral hangat, edema +/+, sianosis -/-, CRT <2 detik
2.2.3 Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium darah rutin 13 Agustus 2018
Hb : 13,2 mg/dl
Leukosit : 10.300 mm3
Trombosit : 253.000/mm3
Hematokrit : 38%
Hitung Jenis Leukosit : Basofil : 0%
Eosinofil : 2%
Batang Neutofil : 4%
Segmen Neutrofil : 53%
Limfosit : 35%
Monosit : 6%
Usul pemeriksaan:
 Gula darah sewaktu, gula darah 2 jam post prandial, gula darah puasa
 Profil lipid: kolesterol, trigliserida
 Pemeriksaan fungsi hepar: SGOT & SGPT
8

 Pemeriksaan radiologi untuk kecurigaan neoplasma dan komplikasi berupa


osteoporosis
 Kadar kortisol: kortisol bebas urine 24 jam (24-hour urinary free
cortisol[UFC]), uji kortisol saliva tengah malam (late night salivary
cortisol test), uji supresi deksametason semalam (1-mg overnight
dexamethasone suppression test[DST]). Paling sedikit dua uji positif untuk
diagnosis pasti Cushing syndrome.
2.2.4 Diagnosis
Suspek Cushing syndrome
2.2.5 Penatalaksanaan
Umum
1. Hentikan obat kortikosteroid secara tappering off
2. Pembatasan natrium
3. Edukasi :
 Edukasi mengenai penyakit pasien dan faktor penyebabnya
 Edukasi agar tidak mengkonsumsi obat-obatan tanpa konsultasi dan
resep dokter
 Edukasi efek samping dari kortikosteroid dan komplikasi Cushing
syndrome
 Edukasi tentang pemeriksaan penunjang selanjutnya yang harus
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat 2
 Edukasi diet:
Perhitungan kebutuhan Basal Energy Expenditure (BEE)
Pasien memiliki status gizi obesitas II, sehingga perlu dihitung berat
badan adjusted body weight, yakni:
a. Adjusted body weight = BB saat ini – (25% (BB saat ini-BB
normal)
= 84 – (25% (84-55)
= 76,75 kg
b. BEE= 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
= 655 + (9,6 x 76,75) + (1,8 x 158) – (4,7 x 30)
9

= 1817,2 kkal
c. Aktivitas fisik pasien termasuk sangat ringan, banyak aktivitas
duduk dan berbaring maka persentase yang digunakan 10-
30%.
AF= 20%x1817,2
= 363,44 kkal
d. Thermic Effect of Food (TEF) adalah energi yang dihabiskan
untuk pencernaan, absorpsi, dan metabolisme
TEF= 10%(BEE+AF)
= 218,1 kkal
e. TEE (Total Energy Expenditure)
TEE=BEE+AF+TEF
= 2398,74 kkal
f. Menentukan komposisi zat gizi makro
1. Protein: 0,8gram/KgBB/hari
= 0,8x76,75
= 61,4 gram/hari
= 61,4x4
= 245,6 kkal/hari
2. Lemak: 20%x TEE
=20%x2398,74
=479,7 kkal
3. Karbohidrat: 55%xTEE
=55%x2398,74
=1319,3 kkal
Melihat pola makan pasien yang jumlah dan komposisi
makanannya tidak menentu maka disarankan untuk mengkonsumsi
makanan dengan pola sebagai berikut:
 Karbohidrat: Nasi ¾ gelas dalam sehari
 Protein Hewani: ayam 3 potong/ikan segar 3 potong sedang/3 telur
ayam perhari bila memungkinkan.
10

 Protein Nabati: tahu 3 potong/tempe 2-4 potong perhari, bila tidak


ada protein hewani, komposisi protein nabati bisa dikalikan dua.
Bila tidak terpenuhi bisa ditambah dengan mengkonsumsi kacang
hijau.
 Sayuran: seluruh sayuran dapat dikonsumsi
 Buah-buahan: bila memungkinkan 2-3 potong pisang perhari, atau
papaya 1-2 potong perhari.
Khusus:
 Terapi farmakologis :
a. Penghambat steroidogenesis: Ketokonazol 2 x 200 mg
b. ACE-inhibitor: Captopril 2 x 12,5 mg
c. NSAID selective COX-2 inhibitor: Meloxicam 2 x 15 mg

2.3 Analisis Faktor Risiko


Berdasarkan hasil anamnesis dengan pasien dan keluarga pasien, terdapat
faktor risiko pengetahuan dan keadaan ekonomi. Pasien berasal dari keluarga
dengan pendidikan dan keadaan ekonomi yang kurang baik. Pasien memiliki
pengetahuan yang kurang akan pentingnya pengawasan dokter terhadap obat-
obatan jenis tertentu yang hanya diberikan atas indikasi dan resep dokter,
sehingga menyebabkan pasien membeli sendiri obat-obatan tersebut.
Pasien masih berpikir bahwa konsultasi dokter membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Pasien belum mempunyai asuransi BPJS Kesehatan dengan alasan
tanggungan iuran yang berat, karena hanya suaminya yang memiliki penghasilan
yang tetap. Pasien tidak mau berobat ke dokter atas keluhannya tersebut karena
takut disalahkan. Pasien baru memeriksakan keluhannya ini setelah lemah badan
dan sama sekali tidak dapat berjalan.
Keluarga pasien memiliki persepsi dan kebiasaan serupa jika ada
keluhan/masalah kesehatan, yakni membeli sendiri dan mengkonsumsi obat secara
bebas di apotek tanpa resep dokter.
11

2.4 Analisis Masalah


2.4.1 Identifikasi dan Analisis Faktor Risiko Terjadinya Masalah Kesehatan
Pasien dan keluarga memahami bahwa penyakit yang dideritanya merupakan
keracunan obat atau obat sudah tidak cocok lagi terhadap obat deksametason
tersebut dan perlu obat yang lebih kuat.
2.4.2 Identifikasi dan Analisis Kebiasaan dalam Perilaku Kesehatan
Berdasarkan observasi perilaku kesehatan anggota keluarga kurang baik.
Kondisi rumah pasien kurang layak untuk dihuni enam orang. Dinding rumah
menggunakan bata dan lantai tembok dengan keramik. Ruang keluarga bersatu
dengan ruang makan dan ruang tamu. Jendela sebanyak tiga buah dengan ventilasi
udara. Sampah rumah tangga dikumpulkan dalam plastik yang digantung di pagar
rumah.
Semua anggota keluarga menggunakan air bersih yang berasal dari sumur bor.
Untuk keperluan mandi cuci kakus dilakukan di MCK di dalam rumah.
Kebiasaan makan anggota keluarga ini, yaitu memasak sendiri. Makanan yang
dikonsumsi pasien tidak menentu.
2.4.3 Identifikasi dan Analisis Faktor Lingkungan Rumah
Berdasarkan hasil observasi langsung ke rumah pasien, didapatkan bahwa
kondisi rumah tempat tinggal penderita adalah sebagai berikut:
1. Kepadatan hunian
Pasien tinggal di rumah dengan luas rumah 45 m2. Penghuni rumah sebanyak
6 orang. Kepadatan hunian dalam rumah tidak sesuai menurut keputusan menteri
kesehatan nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan
rumah, yaitu setiap satu orang minimal menempati luas rumah 8 m².
2. Kondisi Rumah
Dinding : batu bata
Atap : genteng tanah liat
Langit-langit : dilapisi tripleks
Lantai : keramik
Cahaya : kurang
12

Jendela : Pada rumah pasien terdapat 3 jendela yang terletak di


depan bersama pintu masuk dan di ruang kamar.
Jumlah ruangan : 6 ruangan, yaitu 3 kamar tidur, ruang utama, 1 kamar
mandi beserta kamar cuci, dan dapur
3. Jenis Sumber Air Minum
Sumber air minum yang digunakan berasal dari sumur bor. Penggunaan air
untuk masak, makan, dan minum. Air tersebut tidak berwarna, tidak berbau, tidak
keruh, dan tidak berbusa.
4. Jenis Kakus
Keluarga pasien memiliki MCK sendiri untuk kegiatan mandi cuci kakus.
Jamban berupa kloset leher angsa dan terdapat septic tank.
5. Keadaan lingkungan di sekitar rumah
Rumah pasien berada di kawasan padat penduduk. Jalan menuju rumah pasien
adalah jalan cukup besar dan disemen. Namun akses menuju rumah pasien dari
jalan utama sedikit sempit.

2.5 Strategi Kesehatan


1. Melakukan konseling
Berdasarkan anamnesis kepada pasien dan keluarga, pasien adalah seorang ibu
rumah tangga lulusan SMP. Pasien mengaku bahwa pengetahuan pasien dan
keluarga mengenai penyakitnya kurang. Pasien dan keluarga pasien memiliki
pandangan dan kebiasaan serupa terhadap membeli obat-obatan bebas tanpa resep
dokter, maka dapat diberikan konseling mengenai hubungan penyakitnya dengan
konsumsi obat kortikosteroid jangka panjang, pengertian Cushing syndrome,
penyebab, serta komplikasinya, dan pentingnya anjuran dan resep dokter dalam
pemberian obat. Pasien dan keluarganya juga diberikan konseling tentang pola
makan dan gaya hidup yang benar.
2. Merujuk ke puskesmas dan rumah sakit
Meminta agar pasien selalu konsultasi kepada dokter/puskesmas sebelum
mengkonsumsi obat serta menganjurkan pasien mendaftarkan asuransi BPJS
13

Kesehatan, lalu selanjutnya memeriksakan penyakitnya ke fasilitas pelayanan


kesehatan tingkat 2 untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

2.6 Waktu dan Alokasi


Kunjungan dilakukan sebanyak 1 kali, yaitu pada hari Sabtu, 11 Agustus 2018
pada pukul 11.00 di Kampung Cipeusing RT 03/RW 05, Desa Kertawangi,
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.

2.7 Strategi yang dapat Dilakukan


1. Melakukan konseling mengenai risiko yang dialami pasien.
Pasien diberi penjelasan mengenai kondisi masalah kesehatannya. Pasien
disarankan segera melakukan pemeriksaan ke puskesmas dan mendaftarkan diri
dan keluarganya di asuransi BPJS Kesehatan. Pasien dijelaskan mengenai
hubungan penyakitnya dengan konsumsi obat kortikosteroid jangka panjang.
Pasien juga disarankan untuk merubah kebiasaan sehari-hari dengan perilaku
bersih hidup dan mengkonsumsi makanan bergizi.
2. Motivasi dari keluarga terdekat
Memberitahu keluarga terdekat pasien, agar mendukung pasien dalam
pengobatannya dan mencegah anggota keluarga yang lain mengalami keluhan
serupa. Berhenti menggunakan obat-obatan tertentu tanpa resep dokter. Memberi
motivasi keluarga pasien yang tinggal berdekatan agar lebih memerhatikan
kondisi kesehatan pasien, gizi yang dikonsumsi pasien serta memerhatikan
aktivitas sehari-hari pasien.

Anda mungkin juga menyukai