DEFINISI
1. PHYSICAL AGENTS
Radiation
Exposure to irritants
Exposure to sunlight
Altitude, humidity
2. CHEMICAL AGENTS
Smoking
Dietary ingredients
Drugs
3. Genetics and Family History
Colon Cancer
Premenopausal breast cancer
4. Dietary Habits
Low-Fiber
High-fat
Processed foods
Alcohol
5. Viruses and Bacteria
DNA viruses- HepaB, Herpes, EBV, CMV, Papilloma Virus
RNA Viruses- HIV, HTCLV
Bacterium- H. pylori
6. Hormonal agents
Pada beberapa penelitian diketahui bahwa
pemberian hormon tertentu secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan terjadinya
beberapa jenis kanker seperti payudara, rahim,
indung telur dan prostat (kelenjar kelamin pria)
7. Immune Disease
AIDS
Spread of Cancer
1. LYMPHATIC
Most common
2. HEMATOGENOUS
Blood-borne, commonly to Liver and Lungs
3. DIRECT SPREAD
Seeding of tumors
PRTAHANAN TUBUH MELAWAN TUMOR
GRADING
The degree of DIFFERENTIATION
Grade 1- Low grade
Grade 4- high grade
Cancer Staging
1. Uses the T-N-M staging system
T- tumor
N- Node
M- Metastasis
2. Stage 1 to Stage 4
Stage 0: A small group of cancerous cells have been found in one
location in the lung.
Stage I: The cancer is only in the lung and has not spread anywhere
else.
Stage II: The cancer has spread to nearby lymph nodes.
Stage III: The cancer has spread to more distant lymph nodes, and/or
other parts of the chest like the diaphragm.
Stage IV: The cancer has spread to other parts of the body (distant
metastasis).
BREAST CANCER
Definisi kanker
A Pembuluh darah
B Pembuluh limfe
Pembesaran :
A Sel duktus yg normal
B Sel kanker
C Membran dasar
D Pembuluh limfe
E Pembuluh darah
F Jaringan payudara
Insiden /prevalensi
Menurut WHO : 8-9% wanita akan mengalami
kanker payudara
Setiap tahun 250.000 kasus baru kanker
payudara terdiagnosa di Eropa dan 175.000
di US.
Tahun 2000 WHO memperkirakan 1,2 juta
wanita terdiagnosis kanker payudara dan
700.000 meninggal karenanya.
Belum ada data statistik yang akurat di
Indonesia, namun data di RS menunjukkan
bahwa kanker payudara menduduki #1 di
antara kanker lainnya pada wanita. Dan
menjadi penyebab kematian pertama pada
wanita.
Setelah menjalani perawatan, sekitar 50%
pasien mengalami kanker payudara stadium
akhir dan hanya bertahan hidup 1830 bulan.
Diperkirakan 211.240 kasus baru kanker
payudara yg akan didiagnosis dan 40.410
wanita yang meninggal dunia karenanya pd
thn 2005.
Breast cancer terbilang penyakit yang paling umum pada
wanita, tetapi pria memiliki kemungkinan mengalami penyakit
ini dengan perbandingan 1:1000
PATOFISIOLOGI
Kanker payudara terjadi melalui 3 tahap :
Tahap 1 (inisiasi)
DNA dari sel duktal epitelial payudara mengalami modifikasi karena
kelainan genetik, agen lingkungan seperti kimia, virus, radiasi
(penyinaran) atau sinar matahari, dan interaksi keduanya.
Tahap 2
terjadi perubahan kromosomal, mutasi gen dan penekanan
apoptosis.
Tahap 3
Fase metastatis yang dapat dipercepat oleh modifikasi progresif dan
oncogen spesifik atau kehilangan gen supresor spesifik.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Gen abnormal
Kromosom 17 BRCA 1
Kromosom 13 BRCA 2
Antigen tumor berada di bawah kontrol genetik yang terbentuk oleh agen
onkogenik shg memicu sistem imun . Antigen ini disebut TAA (Tumor associated
antigen).
Aktivasi antigen tumor melibatkan berbagai sel dalam sistem imun yaitu Th (helper),
Ts (supressor), Tc (cytotoxic), sel B, makrofag, sel NK (natural killer cells), dll.
Fungsi sistim imun tubuh yang normal = melakukan
pemantauan terhadap munculnya sel tubuh sendiri
yang menjadi asing (immunosurveillance). Bila terjadi
kegagalan sistim imun thd sel neoplastik terjadi
pertumbuhan abnormal tubuh (kanker)
BERDASARKAN KEGANASAN
Benign / jinak
Malignant / ganas
BERDASARKAN LETAK
Ductal carcinoma (Non-invasive dan invasive)
Lobular Carcinoma (Non-invasive dan invasive)
BERDASARKAN TNM
BERDASARKAN LETAK
A : Ducts
B : Lobules
C : Dilated section of
duct to hold milk
D : Nipple
E : fat
F : pectoralis major
muscle
G : Chest wall/rib cage
Enlargement
A : Normal duct cell
B : Ductal cancer cells
breaking through the
basement membrane.
C : Basement membrane
D : Lumen
IDC - Invasive Ductal Carcinoma
A : Ducts
B : Lobules
C : Dilated section of duct to
hold milk
D : Nipple
E : fat
F : pectoralis major muscle
G : Chest wall/rib cage
Enlargement
A : Normal duct cell
B : Ductal cancer cells breaking
through the basement
membrane.
C : Basement membrane
LCIS - Lobular Carcinoma In Situ (non
invansif)
A : ducts (Pembuluh, pipa,
saluran)
B : lobules
C : Dilated section of duct to
hold milk (daerah pelebaran
untuk mengeluarkan air susu)
D : nipple (putting susu)
E : fat (lemak)
F : pectoralis major muscle
(otot pektoralis utama)
G : chest wall/rib cage (dinding
dada)
Enlargement
A Normal lobular cells
B Lobular cancer cells
C Basement membrane
ILC - Invasive Lobular Carcinoma
A : Ducts
B : Lobules
C : Dilated section of duct to hold
milk
D : Nipple
E : Fat
F : Pectoralis major muscle
G: Chest wall/rib cage
Enlargement
A Normal cell
B Lobular cancer cells breaking
through the basement membrane
C Basement membrane
PATOLOGI KARSINOMA NON INVASIF
A: Sel normal
B: Sel kanker
Jaringan lobular
2. INFILTRATING LOBULAR
CARCINOMA
A: Sel normal
B: Sel kanker
3. COLLOID CARCINOMA 4. TUBULAR CARCINOMA
5. MEDULLAR CARCINOMA
Stadium kanker
Kanker invasif
Tanda dan gejala
1. SKRINING-DETEKSI DINI
Tujuan : menemukan kanker sebelum menimbulkan gejala
a. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI /SARARI)
b. Mamogram skrining
Wanita 40-49 tahun diperiksa 2 tahun sekali, > 50 tahun
diperiksa berkala pertahun hasil dari skrining ini tiap
tahunnya mendekati:
- 90 % dari semua hasil skrining menunjukkan tidak adanya
kanker
- 10% dari semua hasil skrining menunjukkan
ketidaknormalan perlu tes diagnosis lainnya.
c. MRI (magnetic resonance imaging)
untuk wanita dengan resiko tinggi dilakukan setiap tahun
SADARI / SARARI
Dalam proyek skrining kanker payudara menganjurkan hal
berikut ini pada wanita walaupun tidak dijumpai keluhan
apapun:
Pemeriksaan payudara
dengan alat rontgen (x-rays)
Sederhana, tidak sakit dan
hanya memakan waktu 5-10
menit
Saat terbaik, seminggu
setelah selesai menstruasi
Benjolan 0,25 cm dpt
terlihat dari mammogram
BIOPSI
BIOPSI : pengambilan sejumlah jaringan payudara
untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik
histopatologi
Jenis biopsi :
needle biopsi fine needle aspiration biopsy,
core needle biopsy
Open (surgical) biopsy incisional biopsy,
excisional biopsy
Sentinel limph node biopsy
Ultra sound
Menggunakan gelombang suara
Tidak sakit dan tubuh tidak terpapar radiasi
Magnetic resonance imaging (MRI)
Menggunakan magnet dan gelombang radio
Zat kontras (gadolinium) meningkatkan
kualitas gambar MRI
Membutuhkan waktu 30menit
Status reseptor estrogen &progesteron
Sel payudara normal dan kanker memiliki reseptor yang dapat
berikatan dengan estrogen dan progesteron
Diagnosisnya : memeriksa adanya reseptor estrogen dan
progesteron dari jaringan yang diambil selama biopsy.
Sel kanker yang mengandung reseptor estrogen disebut
sebagai kanker ER +, mengandung reseptor progesteron
disebut PR +
Wanita yg memiliki kanker reseptor positif cenderung
memiliki prognosis yang lebih baik terhadap terapi hormon
daripada wanita tanpa reseptor.
HER 2/ neu status
HER2 merupakan protein yang dibentuk oleh
gen HER2.
Pemeriksaan status HER-2 dapat dilakukan 2
cara:
1. Operasi
2. Radiasi
persyaratan tertentu.
Komplikasi Operasi
a. Komplikasi dini Pendarahan
b. Komplikasi Lambat
Infeksi
Nekrosis
Seroma
Edema lengan
Kekakuan sendi bahu
RADIASI Efek samping :
Peradangan otot
Menggunakan sinar atau partikel Kelelahan
berenergi tinggi Kulit menjadi gatal, kering dan
kemerahan
Membunuh sel kanker yang tidak
terangkat saat pembedahan
Efek samping yang jarang terjadi :
Jenis radiasi:
Cacat paru-paru
- radiasi eksternal Lymphoedema
- radiasi internal (brachytherapy) Kerusakan hati
Intracavitary brachytherapy Sarcoma (kanker lainnya)
(MammoSite) Mungkin terjadi lebih dari 5
tahun setelah terapi dan jarang
Interstitial brachytherapy
terjadi.
RADIASI INTERNAL
Intracavitary brachytherapy
Ballon implant
Kemoterapi
Terapi Endokrin
Terapi Biologi
Terapi Farmakologi
Ribonucleotide
Methotrexate Capecitabine
Menghambat 5-fluorouracil
sintesis cincin Deoxyribonucleotide
purin Menghambat
sintesis dTMP
Menghambat
sintesis dTMP
Gemcitabine
Menghambat sintesis DNA
DNA
Doxorubicin
Epirubicin Alkylating agent:
cyclophosphamide
Interkalasi crosslink DNA
dengan DNA
Menghambat
sintesis RNA
Taxane: paclitaxel,
docetaxel
Menghambat fungsi
mikrotubul
TERAPI ENDOKRIN
Prinsip:
Hormon seks terlibat dalam menstimulasi dan mengatur
proliferasi dan fungsi jaringan tertentu
Reseptor sel permukaan pada kanker payudara adalah
estrogen
Sehingga, pertimbangan pemberian terapi endokrin
berdasarkan atas kehadiran protein reseptor estrogen
pada tumor atau metastasis
Terapi endokrin:
- Inhibitor aromatase,
- Anti estrogen,
- Analog Luteinizing Hormon Releasing Hormon (LHRH)
- Progestin
TERAPI ENDOKRIN
a. Inhibitor Aromatase
Aromatase mengkatalisis
pengubahan androgen
menjadi estrogen
Inhibitor aromatase
menurunkan tingkat
estrogen
Hanya untuk pasien post
menopause
TERAPI ENDOKRIN
b. Anti Estrogen
Terdiri atas Selective Estrogen
Receptors Modulators (SERMs)
dan anti estrogen murni atau
Selective Estrogen Receptors
Downregulating (SERDs)
Molekul obat berikatan dengan ER
membentuk kompleks obat-ER
menurunkan jumlah ER pada
permukaan sel kanker.
TERAPI ENDOKRIN
Inhibitor aromatase
Anti estrogen
Megestrol acetate 40 mg, oral, 4 kali sehari Peningkatan berat badan, kemerahan,
Progestin pendarahan vagina, edema,
Medroxyprogesterone 400-1000 mg, IM, tiap minggu thromboembolism
TERAPI ENDOKRIN
Penggunaan Klinis
Berdasarkan status menopause
1. Terapi pada pasien pre menopause
Terapi primer
Tamoxifen adalah obat pilihan pertama pada
pasien pre dan post menopause.
Obat lainnya : toremifene (analog tamoxifen)
Terapi sekunder dan tersier
Pasien yang tidak memberikan respon terhadap
tamoxifen obat sitotoksik
Pasien yang memberikan respon tetapi kambuh
terapi hormon lainnya.
TERAPI ENDOKRIN
Penggunaan Klinis
Berdasarkan status menopause
2. Terapi pada pasien post menopause
Terapi primer
Tamoxifen atau anastrozole adalah obat pilihan
pertama pada pasien menopause.
Terapi sekunder dan tersier
Pasien yang tidak memberikan respon terhadap
tamoxifen obat inhibitor aromatase mis
anastrazole
Pasien yang tidak memberikan respon terhadap
tamoxifen atau anastrazole terapi sitotoksik
TERAPI ENDOKRIN
Penggunaan Klinis
Berdasarkan tingkat stadium kanker
1. Kanker tahap awal (tahap I dan II)
Tamoxifen adalah obat pilihan pertama.
Obat lainnya : Toremifene sebagai alternatif
tamoxifen; LHRH goserelin untuk pasien pre
menopause; dan inhibitor aromatase untuk pasien
post menopause.
2. Kanker lokal (tahap III)
Terapi yang digunakan adalah regimen kombinasi
termasuk anthracycline dan taxane.
TERAPI ENDOKRIN
Penggunaan Klinis
Berdasarkan tingkat stadium kanker
3. Kanker metastasis (tahap IV)
Pemilihan terapi berdasarkan kehadiran kanker
yang mempunyai ER & PR positif.
Obat pilihan pertama : Tamoxifen, anastrozole
Obat pilihan kedua : anastrazole, exemestane,
fulvestrant
Obat pilihan ketiga : progestin
TERAPI BIOLOGI
IMUNOTERAPI
5. Terapi Gen
Dengan memasukkan material genetik tertentu ke dalam sel tubuh penderita
kanker. gen tersebut diselipkan ke dalam sel kekebalan tubuh, maka sistem
kekebalan tubuh menjadi lebih mampu mengenali dan menyerang sel kanker
TERAPI BIOLOGI
Inhibitor
Lapatinib
2. TERAPI ENDOKRIN
Triptorelin
Progestin Megestrol asetat dan - Aminogluthetimide - C serum progestin meningkat
Medroksiprogesteron - Warfarin - Efek warfarin meningkat
INTERAKSI OBAT
3. TERAPI BIOLOGI
6/7/17 109
Kanker rahim
Penyakit ini mematikan dan muncul karena
sel-sel epitel pada dinding rahim berkembang
tidak normal.
kanker ini disebabkan oleh virus Human
Papilloma Virus (HPV) yang muncul, antara
lain karena perilaku sering berganti pasangan
seks.
6/7/17 110
Penyebab
Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi
tampaknya penyakit ini melibatkan
peningkatan kadar hormon estrogen.
Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah
merangsang pembentukan lapisan epitel pada
rahim.
6/7/17 112
Penyebab
Hubungan seksual di bawah usia 17 tahun juga
dapat merangsang tumbuhnya sel kanker.
Adanya nikotin (dari rokok) dalam darah.
6/7/17 113
Faktor resiko
1. Usia
berusia 50 tahun keatas.
2. Hiperplasia endometrium
3. Terapi Sulih Hormon (TSH)
4. Obesitas
5. Diabetes
6. Hipertensi
7. Tamoksifen
6/7/17 114
gejala
Secara menetap:
tekanan abdomen (merasa penuh, bengkak atau
kembung)
Perasaan ingin buang air kecil terus menerus.
6/7/17 115
Gejala lainnya :
Gangguan pencernaan yang menetap (gas
atau mual)
Perubahan kebiasaan BAB tanpa alasan jelas,
seperti sembelit.
6/7/17 116
Gejala lain (lanjutan)
Kehilangan nafsu makan atau cepat merasa
kenyang
Rasa sakit selama hubungan intim
(dispareunia)
Lemas & letih lesu yang berkelanjutan
Sakit pada daerah sekitar pinggang/panggul
Perubahan dalam siklus menstruasi
6/7/17 117
diagnosa
Ultrasonografi (USG).
Penanda tumor CA-125. Banyak wanita dengan
kanker rahim memiliki kadar CA 125 yang
abnormal dalam darah mereka.
sebagian besar laboratorium menggunakan angka
di bawah 35 U/ml.
CT SCAN atau MRI
6/7/17 118
stadium
Staging (menentukan stadium kanker)
# Stadium I : kanker hanya tumbuh di badan rahim
# Stadium II : menyebar ke leher rahim (serviks)
# Stadium III : menyebar ke luar rahim, tetapi masih
di dalam rongga panggul dan belum menyerang
kandung kemih maupun rektum.
# Stadium IV : menyebar ke dalam kandung kemih
atau rektum atau kanker telah menyebar ke luar
rongga panggul.
6/7/17 119
terapi
Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani
histerektomi (pengangkatan rahim).
Kedua tuba falopii dan ovarium juga
diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral)
6/7/17 120
Penyinaran
Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi
penyinaran dan pembedahan. Penyinaran bisa
dilakukan sebelum pembedahan atau setelah
pembedahan.
6/7/17 121
Khemoterapi
Terapi hormonal
Terapi hormonal merupakan terapi sistemik
karena bisa mempengaruhi sel-sel di seluruh
tubuh. Pada terapi hormonal biasanya
digunakan pil progesteron.
6/7/17 122
pencegahan
Jauhi rokok
Menjaga kebersihan vagina
Diet rendah lemak
Setia pada pasangan
Konsumsi vit C yang cukup
Hindari hubungan seks terlalu dini
Hindari pemakaian estrogen tak terkontrol
6/7/17 123
LEUKEMIA AKUT
LEUKEMIA
Platelet Platelet
White Cell Red Cell Red Cell Blasts
White Cell
AML; 32%
Consolidation Therapy
Consolidation Therapy dimulai apabila
kesembuhan sempurna telah tercapai dan
terus mengacu pada kemoterapi intensif
dalam upaya pemberantasan penyakit yang
tidak terdeteksi yang bertujuan untuk
mempertahankan kesembuhan sempurna.
Terapi dilakukan selama 4 minggu dan
biasanya terdiri dari vincristine,
mercaptopurine, dan intratekal
metotreksat.
LEUKEMIA
LIMFOSITIK
AKUT Fase Pengobatan
Interim Maintenance / Delayed
Intensification
Bertujuan untuk menjaga remisi dan
mengurangi toksisitas akumulatif. Delayed
Intensification biasanya terdiri dari
deksametason, vincristine, doxorubicin,
pegaspargase, siklofosfamid, thioguanine atau
mercaptopurine, sitarabin dosis rendah, dan
intratekal metotreksat. Interim Maintenance
biasanya terdiri dari deksametason, vincristine,
mingguan metotreksat, mercaptopurine, dan
intratekal metotreksat.
LEUKEMIA
LIMFOSITIK
AKUT Fase Pengobatan
Maintenance Therapy
Bertujuan untuk untuk memperlambat
pembelahan sel, mereduksi residu sel
leukemia dan meningkatkan apoptosis pada
sel leukemia. Terapi pemeliharaan biasanya
terdiri dari pemberian mercaptopurine
harian dan metotreksat mingguan selama 12
minggu terapi, pada dosis yang relatif kecil
menghasilkan myelosuppression, dengan
bulanan "pulse" dari vincristine dan steroid
selama 5 hari per bulan.
LEUKEMIA MIELOID AKUT
Tanda dan Gejala
LEUKEMIA MIELOID
AKUT
Kesembuhan sempurna
Perbaikan Hematologi
Menjaga agar pasien tetap
dalam kesembuhan
sempurna
LEUKEMIA MIELOID AKUT
Fase Pengobatan
Remission Induction
Pada fase ini bertujuan secara cepat
menghasilkan kesembuhan sempurna
(complete remission) dan perbaikan
hematologi (hematologic remission).
Pemberian obat dengan kombinasi 7+3
yaitu daunorubicin diberikan secara infus
45-60mg/m2 setiap hari pada hari ke 1
sampai ke 3, Citarabin diberikan dengan cara
di infus secara kontinue 100 mg/m2 setiap
hari pada hari pertama sampai hari ke 7.
LEUKEMIA MIELOID AKUT
Fase Pengobatan
Consolidation Therapy
Consolidation Therapy dimulai apabila
kesembuhan sempurna telah tercapai dan terus
mengacu pada kemoterapi intensif dalam upaya
pemberantasan penyakit yang tidak terdeteksi
yang bertujuan untuk mempertahankan
kesembuhan sempurna. Strategi pengobatan
pada LMA mencangkup pengobatan dosis
rendah dengan terapi maintenance yang
diperpanjang, pengobatan kemoterapi secara
singkat dengan dosis tunggal, pengobatan
kemoterapi dosis tinggi dengan atau tanpa terapi
radiasi diikuti transplantasi sumsum tulang.
LEUKEMIA MIELOID AKUT
Fase Pengobatan
Allogenic Hematopoesis Stem Cell Transplantation dan
Autolog Hematopoesis Stem Cell Transplantation
Transplantasi sumsum tulang merupakan prosedur dimana
sumsum tulang yang rusak digantikan dengan sumsum
tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat
disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi.
Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk
mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.
Transplantasi sumsum tulang dapat menggunakan sumsum
tulang pasien sendiri yang masih sehat. Hal ini disebut
transplantasi sumsum tulang autologus. Transplantasi
sumsum tulang juga dapat diperoleh dari orang lain. Bila
didapat dari kembar identik, dinamakan transplantasi
syngeneic. Sedangkan bila didapat dari bukan kembar
identik, misalnya dari saudara kandung, dinamakan
transplantasi allogenik. Sekarang ini, transplantasi sumsum
tulang paling sering dilakukan secara allogenik.
LEUKEMIA MIELOID AKUT
Fase Pengobatan
Efek Samping
myelosupresi kuat, leukopenia yang biasanya hilang
setelah satu minggu.ES lainnya rasa lelah, mual,
muntah, dan demam, lebih jarang rontok rambut dan
radang saraf dengan kesemutan jari-jari tangan.
Vinkristin
(Krebin, Oncovin)
Mekanisme Kerja
pada garis besarnya sama dengan spektrum
kerja dan penggunaannya dengan vinblastin.
Efek Samping
Sama dengan vinblastin tetapi myelosupresi lebih
ringan sedangkan neurotoksisitasnya lebih besar.
Doksorubisin
(Adriamycin RD, Adriblastina)
Efek Samping
Kardiotoksis, myelotoksisitas, sering rontok
rambut total, mual, muntah, amenorroea
dan neutropenia
Dosis :
Infus i.v. 50-75 mg/m2 sehari setiap 3 minggu
OBAT-OBAT LEUKEMIA
Imatinib Mesylat
Mekanisme Kerja
inhibitor beberapa enzim tirosin-kinase
termasuk bcr-abl yang menyebabkan
diferensiasi dan apoptosis sel.
Efek Samping
myelosupresi pada 2-4 minggu terapi terjadi
pada pasien kira-kira 5-10 %.
Dosis : 400 mg/hari
LEUKEMIA KRONIK
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih
di sumsum tulang, yang menyebabkan proliferasi salah satu
jenis sel darah putih dengan menyingkirkan jenis sel lain.
Fase kronik
Blast crisis
Prevalensi
Jumlah sel darah putih tinggi (>100.000/mmk) terjadi pada 70% pasien
Leukositosis, trombositosis, basofilia, leukocyte alkaline phosphatase
yang rendah
Dapat terjadi normochromic normocytic anemia ringan
Jumlah serum vitamin B12 dan ikatan protein dengan vitamin B1 tinggi
Terdapat basofil darah atau sumsum, eosinophilia dan monositosis
GEJALA :
-Turunnya berat badan, lelah, letih, berkeringat di malam hari & demam
-Splenomegali dan hepatomegaly
-Produksi histamin sekunder oleh basofilia menyebabkan pruritus, diare.
Diagnosis
a. Faktor leukemogenik
Terdapat beberapa zat kimia yang telah diidentifikasi
dapat mempengaruhi frekuensi leukemia:
Racun lingkungan seperti benzena
Bahan kimia industri seperti insektisida
Obat untuk kemoterapi
b. Radiasi
Penanganan
1. Penanganan Non-farmakologi
Terapi suportif misalnya transfusi komponen darah,
pemberian antibiotik, nutrisi, dan psikososial
Penanganan Farmakologi
KEMOTERAPI KONVENSIONAL
IMATINIB
Imatinib menginhibisi p210 tirosin kinase yang mengarah pada diferensiasi
dan dan apoptosis klon CML. Imatinib mengikat secara kompetitif pada
ATP-binding site pada tirosin kinase yang menghambat fosforilasi substrat
kinase dan menghambat signal growth factor pada klon CML.
HEMATOPOIETIC STEM CELL TRANSPLANTATION
Allogeneic hematopoietic Stem Cell Transplantation (alloHSCT) adalah
satu-satunya terapi untuk penunjang penyembuhan pasien CML. Banyak
pasien tetap hidup dan bebas penyakit lebih dari 10 tahun setelah
transplantasi. Tetapi < 30% pasien alloHSCT akan memiliki human
leukocyte antigen (HLA) donor yang sesuai harus dipertimbangkan.
Sel T
sekitar 1%
TIPE CLL
Sel B
lebih dari 95%
Prevalensi
Sel-sel pada pasien CLL adalah sel B klonal yang terhenti pada jalur diferensiasi sel B,
intermediate antara pre-B cells dan mature B cells. Secara morfologi pada darah perifer, sel-sel ini
menyerupai limfosit matur.
Pada B-cell chronic lymphocytic leukemia (chronic lymphoid leukemia, CLL), tipe limfosit
menunjukkan antigen permukaan sel B, seperti pada antibody monoclonal CD19, CD20, CD21,
dan CD23. Kemudian sel-sel ini mengekspresikan CD5, yang lebih banyak ditemukan pada sel T.
Karena sel CD5+ B normal berada dalam mantle zone (MZ) folikel limfoid, B-cell chronic
lymphocytic leukemia (chronic lymphoid leukemia, CLL) mirip malignansi dari MZ-based
subpopulation dari sel-sel reaktif.
CLL tipe sel B mengekspresikan immunoglobulin pada permukaan membran dengan kadar
rendah, lebih banyak IgM atau IgM/IgD atau IgD. Selain itu, sel B juga mengekspresikan
imunoglobulin rantai pendek dengan kadar rendah (kappa atau lambda).
Etiologi Diagnosis
Family history. Sekitar 20% penderita CLL memiliki kecenderungan terkena CLL
dan kanker yang berkaitan dengan pembuluh limfe.
Usia. CLL lebih umum terjadi pada usia tua, jarang pada orang muda dan tidak pernah
terjadi pada anak-anak. Sekitar 90% penderita CLL berusia lebih dari 50 tahun.
Jenis kelamin. CLL terjadi lebih banyak pada pria.
Ethnicity. B-cell CLL banyak terdapat pada orang Rusia dan Eropa, dan hampir tidak
terjadi pada orang jepang, Cina, dan negara-negara di Asia Tenggara. Penyebab
perbedaan geografis ini belum diketahui.
Agent Orange. U.S. Department of Veterans Affairs mencatat bahwa CLL adalah
penyakit yang dihubungkan dengan paparan Agent Orange, bahan kimia yang dipakai
selama perang Vietnam.
Penanganan
1.Penanganan Non-farmakologi
KEMOTERAPI SITOTOKSIK
KLORAMBUCIL
Klorambucil adalah turunan nitrogen mustard, sebagai alkilating agent.
Pemberiannya secara oral.
Mekanisme kerja : klorambucil mengganggu replikasi DNA dan
transkripsi RNA sehingga menghasilkan gangguan fungsi asam nukleat.
Dosis 0,1 mg/kg per hari. Dosis tunggal diminum sekali dalam 2
minggu. Pada regimen tiap 2 minggu tersebut, dosis awal klorambucil
adalah 0,4 mg/kg; dosis meningkat 0,1 mg/kg tiap 2 minggu sampai
respon timbul. Jika dikombinasi dengan prednison, dosis prednisone
bervariasi, misalnya 80 mg/kg selama 5 hari, diberikan diantara regimen
2 mingguan klorambucil. Terapi dilanjutkan selama 3-12 bulan untuk
mendapatkan respon optimum. Jika pasien telah pulih kembali, terapi ini
biasanya dihentikan setahun setelah penanganan dan dimulai lagi jika
gejalanya muncul kembali.
FLUDARABIN
Analog nukleosida purin fludarabin, 2-chlorodeoxyadenosin (cladribine) dan 2-
deoxycoformycin (pentostatin) penting untuk pengobatan pasien yang resisten terhadap
klorambucil, untuk terapi awal pasien pasien yang dapat mentoleransi aktivitas
imunosupresifnya.
Mekanisme kerja : Fludarabin trifosfat menghambat -DNA polymerase, ribonucleotida
reductase dan DNA primase yang berkompetisi substrat fisiologik yaitu deoxyadenosin
trifosfat, menghasilkan penghambatan sintesis DNA.
Dosis : dosis awal IV pada dewasa adalah 25 mg/m2, diberikan sehari sekali dalam 5 hari
berturut-turut.Penyesuaian dosis dilakukan pada pasien-pasien tertentu (misal : geriatrik,
pasien dengan kerusakan fungsi renal atau sumsum tulang).
Terapi 5 hari dengan Fludarabin trifosfat diulangi lagi tiap interval 28 hari.
Efek samping : Efek hematologi (anemia, trombositopenia, neutropenia), mempengaruhi
system saraf, komplikasi penyakit infeksi (sampai 44% dari pasien yang menggunakan
fludarabin, efek terhadap saluran pernafasan (hemoragi pulmonary, fibrosis pulmonary,
kerusakan saluran nafas, dll), efek terhadap saluran cerna (46-63% dari pasien yang
menggunakan fludarabin), efek kardiovaskuler (12-38%), efek genitourinary (12-22%).
Sediaan yang ada : Injeksi IV, 50 dan 25 mg/mL
SIKLOFOSFAMID
Siklofosfamid adalah derivate nitrogen mustard, merupakan alkilating agent yang digunakan
untuk antineoplasma dan immunosupresan. Obat ini dapat diberikan secara oral dan
intravena, kadang-kadang dengan IM dan intracavitary (intrapleural, intraperitonal).
Dosis : Untuk penggunaan tunggal digunakan terapi IV dengan dosis awal loading dose 40-
50 mg/kg diberikan dalam dosis terbagi selama 2-5 hari. Selain itu, cara pemakaian IV juga
dapat 10-15 mg/kg setiap 7-10 hari atau 3-5 mg/kg dua kali seminggu.
Jika digunakan oral, dosisnya adalah 1-5 mg/kg setiap hari, tergantung toleransi pasien.
Respon siklofosfamid mirip dengan klorambucil dan dapat digunakan pada pasien yang
susah mentoleransi klorambucil. Tetapi obat ini jarang digunakan karena resiko hemoragi
cystitis dan kanker kandung kemih yang perlu pengobatan lebih lama.
Mekanisme kerjanya : membentuk ikatan kovalen antara gugus alkil yang reaktif dengan
gugus nukleofilik dari protein atau asam nukleatcrosslink DNAreplikasi DNA
terhambat.
Efek samping : Penurunan jumlah sel darah, cystitis, retensi cairan, kerusakan otot jantung,
kesulitan bernafas, sterilitas.
Penanganan Farmakologi
TERAPI BIOLOGIK
RITUXIMAB
Rituximab adalah suatu chimeric human-murine anti-human antigen CD20
monoclonal antibody, digunakan sebagai antineoplastik.
Mekanisme kerja : menghambat proliferasi sel dan menginduksi apoptosis. Rituximab
mengikat secara spesifik antigen CD20, suatu protein transmembran hidrofobik yang
berlokasi pada limfosit pre-B dan limfosit B matur normal. Setelah pengikatan Fab
rituximab ke antigen CD20, bagian Fc memicu respon imun yang menimbulkan lisis
pada sel B normal dan malignan. Mekanisme lisisnya belum diketahui pasti.
Efek samping :
-Reaksi sensitivitas : reaksi anafilaktik dapat terjadi pada pasien tertentu
-efek terhadap kulit dan mukokutan
-Efek kardiovaskular : infark myocard, fibrilasi ventricular, shock kardiogenik
-efek metabolik : sindrom lisis tumor, hiperkalemia, hiperuricemia
- Efek hepatotoksik
-Efek terhadap saluran nafas : bronkospasm, dyspnea, hipoksia
-Toksik terhadap renal
Sediaaan : Injeksi konsentrat untuk infuse IV 10mg/mL, sediaan 100 dan 500 mg per
wadah.
ALEMTUZUMAB
Alemtuzumab adalah antibodi monoklonal turunan DNA rekombinan dari anti-CD52.
Alemtuzumab digunakan untuk penanganan sel B CLL pada pasien yang telah
ditreatment dengan alkilating agent dan pasien gagal pengobatan dengan fludarabin.
Targetnya pada molekul CD 52 yang diekspresikan pada hampir semua limfosit.
Alemtuzumab hanya diberikan dengan infuse intravena. Tidak boleh diberikan dengan
injeksi IV cepat misalnya bolus. Pemberiannya dilakukan lebih dari 2 jam.
Terapi alemtuzumab diawali dengan dosis rendah ditingkatkan bertahap sampai dosis
pemeliharaan. Dosis pemeliharaan diberikan 3 kali seminggu. Untuk pasien CLL yang
gagal terapi dengan fludarabin, diberikan alemtuzumab dengan dosis 3 mg per hari
secara infus intravena.
Kontraindikasi : infeksi sistemik, imunodefisiensi, atau hipersensitif terhadap
alemtuzumab atau komposisi dalam formulanya.
Peringatan : Alemtuzumab digunakan dibawah pengawasan dokter yang
berpengalaman pada terapi antineoplastik. Alemtuzumab dapat menimbulkan
pengaruh pada sistem hematologi, imunosupresi, reaksi sensitif, toksik terhadap
kardiovaskular.
Sediaan yang ada : Injeksi konsentrat untuk infus intravena, 30 mg/mL.
HEMATOPOIETIC STEM CELL TRANSPLANTATION
Transplantasi stem sel pada pasien CLL menunjukkan peningkatan lebih
lama dari masa hidup pasien.
Interaksi Obat
Berat : 20-25 g
panjang = 3,4 cm, lebar 4,4 cm, tebal 2,6 cm
192
Fungsi Prostat :
- mengeluarkan dan menyimpan
sejenis cairan yang menjadi dua
pertiga bagian dari air mani.
- zinc (bagian dari cairan prostat),
aktivitas bakterisid
- cairan prostat membuat semen
basa, melindungi sperma dari
lingkungan asam vagina
- mencegah koagulasi cairan semen,
meningkatkan motilitas dan
kesuburan sperma
- otot polos prostat membantu
mempertahankan kontinensi
193
Kanker prostat
adalah suatu tumor ganas yang tumbuh di
dalam kelenjar prostat, sebuah kelenjar dalam
sistem reproduksi laki-laki .
EPIDEMIOLOGI
Dalam data penelitian Hasil Survei
epidemiologi dilakukan oleh National
Cancer Institute pada 2011, diperkirakan
bahwa Diperkirakan bahwa 240.890 orang
didiagnosis menderita kanker prostat dan
33.720 orang meninggal.
Kanker prostat jarang ditemukan pada pria
berusia kurang dari 40 tahun.
PENYEBAB
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa penelitian telah
menunjukkan adanya hubungan peningkatan kadar hormon
testosteron dan kanker prostat.
Kanker prostat terjadi ketika sel-sel prostat
tumbuh lebih cepat daripada kondisi normal
sehingga membentuk benjolan atau tumor yang
memiliki keganasan.
GEJALA
Biasanya kanker prostat berkembang secara perlahan
dan tidak menimbulkan gejala sampai kanker telah
mencapai stadium lanjut.
Pasien mengalami kesulitan dalam berkemih dan sering
berkemih. Gejala tersebut timbul karena kanker
menyebabkan penyumbatan parsial pada aliran air
kemih melalui uretra. Kanker prostat juga bisa
menyebar ke otak dan menyebabkan kejang.
STADIUM
1. Colok dubur
2. Antigen prostat spesifik (PSA)
3. Trans rectal ultrasonografi (TRUS)
4. Biopsi prostat
Colok Dubur
1. Manipulasi hormonal.
Tujuannya adalah mengurangi kadar testosteron.
Contohnya adalah lupron atau zoladeks
Efek sampingnya adalah mual dan muntah, wajah
kemerahan, anemia, osteoporosis dan impotensi. Zat
penghambat androgen (misalnya flutamid), yang
berfungsi mencegah menempelnya testosteron pada
sel-sel prostat. Efek sampingnya adalah impotensi dan
ginekomastia (pembesaran payudara).
2. Kemoterapi