Anda di halaman 1dari 213

KANKER

DEFINISI

penyakit yang menyerang proses dasar


kehidupan sel, mengubah genom sel
(komplemen genetik total sel) dan
menyebabkan penyebaran liar dan
pertumbuhan sel-sel.
DEFINISI
Penyakit yg ditandai dengan pembagian sel
yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini
untuk menyerang jaringan biologis lainnya,
baik dengan pertumbuhan langsung di
jaringan yang bersebelahan (invasi) atau
dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur
ini menyebabkan kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi di gen vital yang
mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya.
Akar Kata
Neo- baru
Plasia-pertumbuhan
Plasm- substance
Trophy- ukuran
+Oma- tumor/benjolan
Statis- lokasi/regio
Akar Kata
A- tidak/tidak ada
Ana- kekurangan/ketiadaan
Hyper- berlebihan/terlalu banyak
Meta- perubahan/penyebaran
Dys- kekurangan, kesakitan/nyeri
Karakteristik Neoplasia
Pertumbuhan Sel Abnormal tidak Terkontrol
1. Benign tumor jinak
2. Malignant tumor ganas
3. Borderline tumor jinak mengarah
keganasan
Characteristics of Neoplasia
BENIGN
Well-differentiated
Slow growth
Encapsulated
Non-invasive
Does NOT metastasize
Characteristics of Neoplasia
MALIGNANT
Undifferentiated
Erratic and Uncontrolled Growth
Expansive and Invasive
Secretes abnormal proteins
METASTASIZES
Nomenclature of Neoplasia
Tumor is named according to:
1. Parenchyma, Organ or Cell
Hepatoma- liver
Osteoma- bone
Myoma- muscle
Nomenclature of Neoplasia
Tumor is named according to:
2. Pattern and Structure, either GROSS or
MICROSCOPIC
Fluid-filled CYST
Glandular ADENO
Finger-like PAPILLO
Stalk POLYP
Nomenclature of Neoplasia
Tumor is named according to:
3. Embryonic origin
Ectoderm ( usually gives rise to epithelium)
Endoderm (usually gives rise to glands)
Mesoderm (usually gives rise to Connective
tissues)
BENIGN TUMORS
Suffix- OMA is used
Adipose tissue- LipOMA
Bone- osteOMA
Muscle- myOMA
Blood vessels- angiOMA
Fibrous tissue- fibrOMA
MALIGNANT TUMOR
Named according to embryonic cell origin
1. Ectodermal, Endodermal, Glandular, Epithelial
Use the suffix- CARCINOMA
Pancreatic AdenoCarcinoma
Squamos cell Carcinoma
MALIGNANT TUMOR
Named according to embryonic cell origin
2. Mesodermal, connective tissue origin
Use the suffix SARCOMA
FibroSarcoma
Myosarcoma
AngioSarcoma
PASAWAY
1. OMA but Malignant
HepatOMA, lymphOMA, gliOMA, melanOMA
2. THREE germ layers
TERATOMA
3. Non-neoplastic but OMA
Choristoma
Hamatoma
Etiology of cancer

1. PHYSICAL AGENTS
Radiation
Exposure to irritants
Exposure to sunlight
Altitude, humidity
2. CHEMICAL AGENTS
Smoking
Dietary ingredients
Drugs
3. Genetics and Family History
Colon Cancer
Premenopausal breast cancer
4. Dietary Habits
Low-Fiber
High-fat
Processed foods
Alcohol
5. Viruses and Bacteria
DNA viruses- HepaB, Herpes, EBV, CMV, Papilloma Virus
RNA Viruses- HIV, HTCLV
Bacterium- H. pylori
6. Hormonal agents
Pada beberapa penelitian diketahui bahwa
pemberian hormon tertentu secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan terjadinya
beberapa jenis kanker seperti payudara, rahim,
indung telur dan prostat (kelenjar kelamin pria)
7. Immune Disease
AIDS
Spread of Cancer

1. LYMPHATIC
Most common
2. HEMATOGENOUS
Blood-borne, commonly to Liver and Lungs
3. DIRECT SPREAD
Seeding of tumors
PRTAHANAN TUBUH MELAWAN TUMOR

1. T cell System/ Cellular Immunity


Cytotoxic T cells kill tumor cells
2. B cell System/ Humoral immunity
B cells can produce antibody
3. Phagocytic cells
Macrophages can engulf cancer cell debris
DIAGNOSTIC
1. BIOPSY
The most definitive
2. CT, MRI
3. Tumor Markers

GRADING
The degree of DIFFERENTIATION
Grade 1- Low grade
Grade 4- high grade
Cancer Staging
1. Uses the T-N-M staging system
T- tumor
N- Node
M- Metastasis
2. Stage 1 to Stage 4
Stage 0: A small group of cancerous cells have been found in one
location in the lung.
Stage I: The cancer is only in the lung and has not spread anywhere
else.
Stage II: The cancer has spread to nearby lymph nodes.
Stage III: The cancer has spread to more distant lymph nodes, and/or
other parts of the chest like the diaphragm.
Stage IV: The cancer has spread to other parts of the body (distant
metastasis).
BREAST CANCER
Definisi kanker

suatu kondisi di mana sel


telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme
normalnya, shg mengalami
Kanker pertumbuhan yang tidak
normal, cepat dan tidak
terkendali.
Defenisi kanker payudara

Suatu penyakit di mana terjadi pertumbuhan berlebihan


atau perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel
(jaringan) payudara, hal ini bisa terjadi terhadap wanita
maupun pria.
Fisiologi normal
Keterangan :
A ducts (Pembuluh, pipa, saluran)
B lobules
C dilated section of duct to hold milk
(daerah pelebaran untuk
mengeluarkan air susu)
D nipple (putting susu)
E fat (lemak)
F pectoralis major muscle (otot pektoralis
utama)
G chest wall/rib cage (dinding dada)
Pembesaran
A Normal duct cells (Sel duktus yang
normal)
B Basement membrane
(Membran dasar)
C Lumen (center of duct)
Sel kanker yang menyebar ke pembuluh limfe dan
pembuluh darah di jaringan payudara

A Pembuluh darah
B Pembuluh limfe

Pembesaran :
A Sel duktus yg normal
B Sel kanker
C Membran dasar
D Pembuluh limfe
E Pembuluh darah
F Jaringan payudara
Insiden /prevalensi
Menurut WHO : 8-9% wanita akan mengalami
kanker payudara
Setiap tahun 250.000 kasus baru kanker
payudara terdiagnosa di Eropa dan 175.000
di US.
Tahun 2000 WHO memperkirakan 1,2 juta
wanita terdiagnosis kanker payudara dan
700.000 meninggal karenanya.
Belum ada data statistik yang akurat di
Indonesia, namun data di RS menunjukkan
bahwa kanker payudara menduduki #1 di
antara kanker lainnya pada wanita. Dan
menjadi penyebab kematian pertama pada
wanita.
Setelah menjalani perawatan, sekitar 50%
pasien mengalami kanker payudara stadium
akhir dan hanya bertahan hidup 1830 bulan.
Diperkirakan 211.240 kasus baru kanker
payudara yg akan didiagnosis dan 40.410
wanita yang meninggal dunia karenanya pd
thn 2005.
Breast cancer terbilang penyakit yang paling umum pada
wanita, tetapi pria memiliki kemungkinan mengalami penyakit
ini dengan perbandingan 1:1000
PATOFISIOLOGI
Kanker payudara terjadi melalui 3 tahap :
Tahap 1 (inisiasi)
DNA dari sel duktal epitelial payudara mengalami modifikasi karena
kelainan genetik, agen lingkungan seperti kimia, virus, radiasi
(penyinaran) atau sinar matahari, dan interaksi keduanya.
Tahap 2
terjadi perubahan kromosomal, mutasi gen dan penekanan
apoptosis.
Tahap 3
Fase metastatis yang dapat dipercepat oleh modifikasi progresif dan
oncogen spesifik atau kehilangan gen supresor spesifik.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Penyebab spesifik kanker payudara masih belum


diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang
diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya kanker payudara di antaranya:
Faktor endokrin
Faktor genetik
Faktor lingkungan dan gaya hidup
Faktor endokrin
Ketidakstabilan hormonal atau ketidakstabilan
produksi estrogen pada wanita :
menstruasi yang terlalu dini (<12 tahun)
Keterlambatan monopause (>55 tahun)
Kehamilan pertama di usia yg cukup tua (30
thn)
Wanita yg tidak menyusui
Adanya terapi pengganti hormon (hormone
replacing therapy) terutama pd wanita
monopause
Faktor genetik

Gen abnormal
Kromosom 17 BRCA 1
Kromosom 13 BRCA 2

BRCA 1 dan 2 : supresor tumor, memelihara


integritas genomik dan memperbaiki DNA

Mutasi BRCA 1 atau BRCA 2 : meningkatkan


resiko kanker payudara
Faktor lingkungan dan gaya hidup

Konsumsi lemak jenuh dan makanan yang


mengandung zat karsinogenik
Konsumsi buah dan sayuran yg kurang
Kurangnya konsumsi fitoestrogen
Indeks masa tubuh yang tinggi dan obesitas
Kurangnya olahraga
Konsumsi alkohol
Keterpaparan radioaktif, terutama saat usia
muda (<20 thn)
Pengaruh imunitas terhadap kanker
Sistem kekebalan tubuh manusia bekerja dengan cara mendeteksi dan menyerang
sel-sel asing yang masuk ke dalam tubuh

Sistem imun dapat mengenali antigen asing (non-self)

antigen sendiri (self)

Antigen tumor berada di bawah kontrol genetik yang terbentuk oleh agen
onkogenik shg memicu sistem imun . Antigen ini disebut TAA (Tumor associated
antigen).

Aktivasi antigen tumor melibatkan berbagai sel dalam sistem imun yaitu Th (helper),
Ts (supressor), Tc (cytotoxic), sel B, makrofag, sel NK (natural killer cells), dll.
Fungsi sistim imun tubuh yang normal = melakukan
pemantauan terhadap munculnya sel tubuh sendiri
yang menjadi asing (immunosurveillance). Bila terjadi
kegagalan sistim imun thd sel neoplastik terjadi
pertumbuhan abnormal tubuh (kanker)

Gagal krn : - sistem imun lemah


- sel kanker mengelabuisistem imun

Cara mengelabuinya ada 2 :


- Tumor/kanker dpt memiliki imunogenitas yg rendah, tdk
memiliki peptide/protein lain yang dapat ditampilkan oleh molekul
MHC (major histoCompatibilty) sistem imun tdk melihat ada
sesuatu yang abnormal
- Sel tumor memproduksi faktor-faktor seperti TGF-
(transformation growh factor) yang dapat secara langsung
menghambat aktivitas sel T.
Klafikasi Tumor

BERDASARKAN KEGANASAN
Benign / jinak
Malignant / ganas
BERDASARKAN LETAK
Ductal carcinoma (Non-invasive dan invasive)
Lobular Carcinoma (Non-invasive dan invasive)
BERDASARKAN TNM
BERDASARKAN LETAK

Ductal carcinoma (Non-invasive dan invasive)

Lobular Carcinoma (Non-invasive dan invasive)


DCIS - Ductal Carcinoma In Situ (non invansif)

A : Ducts
B : Lobules
C : Dilated section of
duct to hold milk
D : Nipple
E : fat
F : pectoralis major
muscle
G : Chest wall/rib cage
Enlargement
A : Normal duct cell
B : Ductal cancer cells
breaking through the
basement membrane.
C : Basement membrane
D : Lumen
IDC - Invasive Ductal Carcinoma
A : Ducts
B : Lobules
C : Dilated section of duct to
hold milk
D : Nipple
E : fat
F : pectoralis major muscle
G : Chest wall/rib cage

Enlargement
A : Normal duct cell
B : Ductal cancer cells breaking
through the basement
membrane.
C : Basement membrane
LCIS - Lobular Carcinoma In Situ (non
invansif)
A : ducts (Pembuluh, pipa,
saluran)
B : lobules
C : Dilated section of duct to
hold milk (daerah pelebaran
untuk mengeluarkan air susu)
D : nipple (putting susu)
E : fat (lemak)
F : pectoralis major muscle
(otot pektoralis utama)
G : chest wall/rib cage (dinding
dada)

Enlargement
A Normal lobular cells
B Lobular cancer cells
C Basement membrane
ILC - Invasive Lobular Carcinoma
A : Ducts
B : Lobules
C : Dilated section of duct to hold
milk
D : Nipple
E : Fat
F : Pectoralis major muscle
G: Chest wall/rib cage

Enlargement
A Normal cell
B Lobular cancer cells breaking
through the basement membrane
C Basement membrane
PATOLOGI KARSINOMA NON INVASIF

A: Sel normal
B: Sel kanker

Jaringan lobular

DUCTAL CARCINOMA IN SITU LOBULAR CARCINOMA IN SITU


PATOLOGI KARSINOMA INVASIF

1. INFILTRATING DUCTAL CARCINOMA NOS

2. INFILTRATING LOBULAR
CARCINOMA

A: Sel normal
B: Sel kanker
3. COLLOID CARCINOMA 4. TUBULAR CARCINOMA

5. MEDULLAR CARCINOMA
Stadium kanker

Berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang


direkomendasikan oleh UICC dan AJCC ada 3 faktor
utama yaitu :

1. T tumor size atau ukuran tumor


2. N node atau kelenjar getah bening regional
3. M metastatis atau penyebaran jauh
Tumor size

T 0 : tidak ditemukan tumor primer

T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau


kurang

T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm

T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm

T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah


ada penyebaran ke kulit atau dinding dada
atau pada keduanya , dapat berupa borok,
edema atau bengkak, kulit payudara
kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di
luar tumor utama
N (Node), kelenjar getah bening regional
(kgb) :
N 0 : tidak terdapat metastasis pada kgb
regional di ketiak / aksilla
N 1 : ada metastasis ke kgb aksilla yang
masih dapat digerakkan
N 2 : ada metastasis ke kgb aksilla yang
sulit digerakkan
N 3 : ada metastasis ke kgb di atas tulang
selangka (supraclavicula) atau pada
kgb di mammary interna di dekat
tulang sternum

M (Metastasis), penyebaran jauh :


M x : metastasis jauh belum dapat
dinilai
M 0 : tidak terdapat metastasis jauh
M 1 : terdapat metastasis jauh
Kanker noninvasif

Kanker invasif
Tanda dan gejala

Tanda-tanda lokal dan gejala


Umum : benjolan yg dapat disentuh dan tidak
terasa sakit
Jarang : benjolan terasa sakit, perubahan bentuk
puting, edema pada kulit, kulit kemerahan
Benjolan pada kelenjer getah bening mungkin
terjadi
Skrining

1. SKRINING-DETEKSI DINI
Tujuan : menemukan kanker sebelum menimbulkan gejala
a. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI /SARARI)
b. Mamogram skrining
Wanita 40-49 tahun diperiksa 2 tahun sekali, > 50 tahun
diperiksa berkala pertahun hasil dari skrining ini tiap
tahunnya mendekati:
- 90 % dari semua hasil skrining menunjukkan tidak adanya
kanker
- 10% dari semua hasil skrining menunjukkan
ketidaknormalan perlu tes diagnosis lainnya.
c. MRI (magnetic resonance imaging)
untuk wanita dengan resiko tinggi dilakukan setiap tahun
SADARI / SARARI
Dalam proyek skrining kanker payudara menganjurkan hal
berikut ini pada wanita walaupun tidak dijumpai keluhan
apapun:

Wanita > 20 tahun melakukan SARARI tiap tiga bulan.


Wanita > 35 tahun 40 tahun melakukan mammografi.
Wanita > 40 tahun melakukan check up pada dokter ahli.
Wanita > 50 tahun check up rutin/mammografi setiap
tahun.
Wanita yang mempunyai faktor risiko tinggi (misalnya keluarga
ada yang menderita kanker) pemeriksaan ke dokter lebih rutin
dan lebih sering.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan medik
Mammogram diagnostik
Ultrasound
BIOPSI
Oncotype dx
Status estrogen reseptor (ER)
dan status progesteron
reseptor(PR)
Status human epidermal
growth factor receptor (HER-2)
MAMMOGRAM DIAGNOSTIK

Pemeriksaan payudara
dengan alat rontgen (x-rays)
Sederhana, tidak sakit dan
hanya memakan waktu 5-10
menit
Saat terbaik, seminggu
setelah selesai menstruasi
Benjolan 0,25 cm dpt
terlihat dari mammogram
BIOPSI
BIOPSI : pengambilan sejumlah jaringan payudara
untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik
histopatologi

Jenis biopsi :
needle biopsi fine needle aspiration biopsy,
core needle biopsy
Open (surgical) biopsy incisional biopsy,
excisional biopsy
Sentinel limph node biopsy
Ultra sound
Menggunakan gelombang suara
Tidak sakit dan tubuh tidak terpapar radiasi
Magnetic resonance imaging (MRI)
Menggunakan magnet dan gelombang radio
Zat kontras (gadolinium) meningkatkan
kualitas gambar MRI
Membutuhkan waktu 30menit
Status reseptor estrogen &progesteron
Sel payudara normal dan kanker memiliki reseptor yang dapat
berikatan dengan estrogen dan progesteron
Diagnosisnya : memeriksa adanya reseptor estrogen dan
progesteron dari jaringan yang diambil selama biopsy.
Sel kanker yang mengandung reseptor estrogen disebut
sebagai kanker ER +, mengandung reseptor progesteron
disebut PR +
Wanita yg memiliki kanker reseptor positif cenderung
memiliki prognosis yang lebih baik terhadap terapi hormon
daripada wanita tanpa reseptor.
HER 2/ neu status
HER2 merupakan protein yang dibentuk oleh
gen HER2.
Pemeriksaan status HER-2 dapat dilakukan 2
cara:

Imunohistochemistry, menggunakan suatu antibody


yang spesifik yang dapat mengidentifikasi HER-2
Flourescent in situ hybridization (FISH),
menggunakan potongan DNA yang ditempeli
fluorescent. DNA ini dapat mengenali kopi dari gen
HER-2 dalam sel.
Oncotype DX
Untuk memperkirakan kemungkinan kanker payudara timbul
kembali setelah terapi dilakukan
Bermanfaat dalam menentukan terapi adjuvant yang
sebaiknya diberikan
Hanya untuk dengan kanker payudara stadium I atau II,
ER/PR +, nodus limfe -, atau mikrometastasis pada nodus
limfe
Prosedur: RT-PCR 21 gen dalam tumor
Dinilai score recurrence (0-100)
<17 low recurrence
17-30 intermediate recurrence
>31 high recurrence
Prognosis
a. Stadium kanker
stadium kanker makin tinggi prognosis makin buruk
b. Status nodus
makin banyak nodus limfe terkena prognosis makin buruk
c. Gambaran histologi
gambaran histologi makin buruk prognosis makin buruk
d. Status menopausal dan reseptor hormonal
Sebagian besar pasien post menopause memiliki reseptor
hormonal + berespon terhadap terapi hormonal.
Kelompok dgn hormonal reseptor positif prognosis yg
lebih baik
Terapi Non Farmakologi

1. Operasi

2. Radiasi

3. Pola Hidup Sehat


OPERASI
Merupakan terapi lokal
Jenis Operasi:
Breast conserving surgery
Lumpektomi
Mastektomi parsial atau quadrantektomi
Mastektomi total
Mastektomi radikal
Mastektomi radikal yang dimodifikasi

Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien


kanker payudara tergantung pada stadium penyakit, jenis
tumor, umur dan kondisi umum pasien.
OPERASI
Indikasi operasi :

1. Kanker payudara stadium


dini (stadium I dan II).

2. Kanker payudara stadium


lanjut lokal dengan

persyaratan tertentu.

3. Keganasan jaringan lunak


pada payudara.
OPERASI

Komplikasi Operasi
a. Komplikasi dini Pendarahan
b. Komplikasi Lambat
Infeksi
Nekrosis
Seroma
Edema lengan
Kekakuan sendi bahu
RADIASI Efek samping :
Peradangan otot
Menggunakan sinar atau partikel Kelelahan
berenergi tinggi Kulit menjadi gatal, kering dan
kemerahan
Membunuh sel kanker yang tidak
terangkat saat pembedahan
Efek samping yang jarang terjadi :
Jenis radiasi:
Cacat paru-paru
- radiasi eksternal Lymphoedema
- radiasi internal (brachytherapy) Kerusakan hati
Intracavitary brachytherapy Sarcoma (kanker lainnya)
(MammoSite) Mungkin terjadi lebih dari 5
tahun setelah terapi dan jarang
Interstitial brachytherapy
terjadi.
RADIASI INTERNAL
Intracavitary brachytherapy

Ballon implant

Dosis: 10-16 Gy dengan


2 Gy/fraksi
Umumnya digunakan
sebagai booster
Interstitial brachytherapy

Dosis: 10-16 Gy dengan 2


Gy/fraksi
Umumnya digunakan
sebagai booster
POLA HIDUP SEHAT
Konsumsi sayuran dan buah-buahan
Menghindari rokok dan alkohol
Olah raga secara teratur
Kurangi lemak
Konsumsi suplemen antioksidan
Makan lebih banyak serat
Makan lebih banyak tahu&makanan dari kedelai
Kurangi makanan gorengan & yg mengandung
protein tinggi
Batasi makanan yang diolah dengan suhu tinggi
& lama
Hati-hati dengan penggunaaan pemanis buatan,
pewarna makanan serta zat pengawet yang
berlebihan.
TERAPI FARMAKOLOGI

Kemoterapi

Terapi Endokrin

Terapi Biologi
Terapi Farmakologi

Neoadjuvant: penggunaan terapi sistemik sebelum


terapi lokal
Tujuan: mengurangi kelimpahan tumorukuran tumor
menyusutoperasi lebih mudah

Terapi Adjuvant : terapi yang diberikan setelah terapi


utama untuk meningkatkan penyembuhan. Seperti :
kemoterapi, radiasi, hormon atau terapi biologi.
Tujuan: memusnahkan mikrometastasis, sel kanker
yang tertinggal pada saat operasi
KEMOTERAPI

Kemoterapi pengobatan penyakit dengan sarana


berupa obat-obat atau zat-zat kimiawi sitotoksik
Durasi terapi optimal 12-24 minggu
Pemberian obat dilakukan dalam beberapa siklus
dengan tiap periode diikuti tahap recovery
1 siklus = 3 atau 4 minggu, umumnya 4 atau 6 siklus
Regimen kombinasi lebih efektif dari pada tunggal.

Efek samping umum obat kemoterapi :


Umumnya kemoterapi menyebabkan efek samping
mual dan muntah, myelosuppression, ulcer, diare,
rambut rontok, kehilangan nafsu makan.
KEMOTERAPI

Efek samping lain


Premature menopause & infertilitas
Cacat pada janin
Neuropati taxane (paclitaxel, docetaxel) dan
carboplatingejala terutama pada kaki dan tangan
seperti nyeri, mati rasa, sensitif thd panas & dingin
Kerusakan jantungdoxorubicin, epirubicin
Alergi docetaxel, doxorubicin, paclitaxel, vinorelbine
Kulit sensitif terhadap cahayadoxorubicin, epirubicin, 5-
FU, methotrexate
OBAT KEMOTERAPI
Golongan obat obat Mekanisme kerja
Inhibitor topoimerase Adriamisin (doxorubicyn) Turunan antrasena
Epirubisin Berinteraksi dengan DNA sehingga menyebabkan
perubahan struktur yang akan mengganggu
sintesis DNA dan RNA

Zat pengalkilasi Cytosan Turunan mustard


(cyclophospamide) Membentuk ikatan kovalen antara gugus alkil
yang reaktif dengan gugus nukleofilik dari protein
atau asam nukleat
Crosslink DNA
replikasi DNA terhambat.

Antimetabolit 5-flourouracil Analog basa pirimidin uracil


Dimetabolisme menjadi bentuk aktif
fluorodeoxyuridine monophosphat, dengan
adanya folat bentuk aktif ini berikatan dan
mengganggu kerja timidilat sintase yang berperan
dalam sintesis basa timidin

Gemcitabine Analog Cytidine


Bergabung dengan DNA sehingga menghambat
aktivitas DNA polimerase. Juga menghambat
aktivitas enzim ribonukleotida reduktase yang
berfungsi mengubah ribonukleotida menjadi
deoksiribonukleotida
(antimetabolit Methotrexate Antifolat
lanjutan) Menghambat kerja dihidrofolat reduktase
(DHFR) yang berperan dalam mengubah
folat menjadi tetrahidrofolat.
Tetrahidrofolat diperlukan dalam sintesis
purin dan timidin

Taxane Paclitaxel Antimitotik


Docetaxel Berikatan dengan tubulininduksi
polimerisasi tubulin, membentuk
mikrotubul nonfungsional
Menghambat angiogenesis
Purine synthesis Pirimidine Synthesis

Ribonucleotide
Methotrexate Capecitabine
Menghambat 5-fluorouracil
sintesis cincin Deoxyribonucleotide
purin Menghambat
sintesis dTMP
Menghambat
sintesis dTMP
Gemcitabine
Menghambat sintesis DNA
DNA
Doxorubicin
Epirubicin Alkylating agent:
cyclophosphamide
Interkalasi crosslink DNA
dengan DNA
Menghambat
sintesis RNA

Taxane: paclitaxel,
docetaxel
Menghambat fungsi
mikrotubul
TERAPI ENDOKRIN
Prinsip:
Hormon seks terlibat dalam menstimulasi dan mengatur
proliferasi dan fungsi jaringan tertentu
Reseptor sel permukaan pada kanker payudara adalah
estrogen
Sehingga, pertimbangan pemberian terapi endokrin
berdasarkan atas kehadiran protein reseptor estrogen
pada tumor atau metastasis

Terapi endokrin:
- Inhibitor aromatase,
- Anti estrogen,
- Analog Luteinizing Hormon Releasing Hormon (LHRH)
- Progestin
TERAPI ENDOKRIN

a. Inhibitor Aromatase
Aromatase mengkatalisis
pengubahan androgen
menjadi estrogen
Inhibitor aromatase
menurunkan tingkat
estrogen
Hanya untuk pasien post
menopause
TERAPI ENDOKRIN

b. Anti Estrogen
Terdiri atas Selective Estrogen
Receptors Modulators (SERMs)
dan anti estrogen murni atau
Selective Estrogen Receptors
Downregulating (SERDs)
Molekul obat berikatan dengan ER
membentuk kompleks obat-ER
menurunkan jumlah ER pada
permukaan sel kanker.
TERAPI ENDOKRIN

c. Analog Luteinizing Hormon Releasing


Hormon (LHRH)
Menurunkan reseptor LHRH di pituitari
penurunan hormon luteinizing penurunan
estrogen.
d. Progestin
Obat third-line setelah pasein gagal pengobatan
inhibitor aromatase dan anti estrogen.
TERAPI ENDOKRIN UNTUK KANKER PAYUDARA METASTASIS

Kelas Obat Dosis Efek Samping

Inhibitor aromatase

Anastrozole 1 mg, oral, tiap hari


Non steroid
Letrozole 2,5 mg, oral, tiap hari Kemerahan,arthralgias, mualgias, sakit
kepala, diare, mual
Steroid Exemestane 25 mg, oral, tiap hari

Anti estrogen

Tamoxifen 20 mg, oral, tiap hari Kemerahan, vaginal discharge, mual,


SERMs thromboembolism, kanker
Toremifene 60 mg, oral, tiap hari endometrial

Kemerahan, reaksi daerah injeksi,


SERDs Fulvestrant 250 mg, IM, tiap 28 hari
kemungkinan thromboembolism

Goserelin 3,6 mg, SC, tiap 28 hari


Kemerahan, amenorrhea, gejala post
Analog LHRH Leuprolide 3,75 mg, IM, tiap 28 hari menopause, reaksi daerah injeksi
Triptorelin 3,75 mg, IM, tiap 28 hari

Megestrol acetate 40 mg, oral, 4 kali sehari Peningkatan berat badan, kemerahan,
Progestin pendarahan vagina, edema,
Medroxyprogesterone 400-1000 mg, IM, tiap minggu thromboembolism
TERAPI ENDOKRIN
Penggunaan Klinis
Berdasarkan status menopause
1. Terapi pada pasien pre menopause
Terapi primer
Tamoxifen adalah obat pilihan pertama pada
pasien pre dan post menopause.
Obat lainnya : toremifene (analog tamoxifen)
Terapi sekunder dan tersier
Pasien yang tidak memberikan respon terhadap
tamoxifen obat sitotoksik
Pasien yang memberikan respon tetapi kambuh
terapi hormon lainnya.
TERAPI ENDOKRIN
Penggunaan Klinis
Berdasarkan status menopause
2. Terapi pada pasien post menopause
Terapi primer
Tamoxifen atau anastrozole adalah obat pilihan
pertama pada pasien menopause.
Terapi sekunder dan tersier
Pasien yang tidak memberikan respon terhadap
tamoxifen obat inhibitor aromatase mis
anastrazole
Pasien yang tidak memberikan respon terhadap
tamoxifen atau anastrazole terapi sitotoksik
TERAPI ENDOKRIN
Penggunaan Klinis
Berdasarkan tingkat stadium kanker
1. Kanker tahap awal (tahap I dan II)
Tamoxifen adalah obat pilihan pertama.
Obat lainnya : Toremifene sebagai alternatif
tamoxifen; LHRH goserelin untuk pasien pre
menopause; dan inhibitor aromatase untuk pasien
post menopause.
2. Kanker lokal (tahap III)
Terapi yang digunakan adalah regimen kombinasi
termasuk anthracycline dan taxane.
TERAPI ENDOKRIN
Penggunaan Klinis
Berdasarkan tingkat stadium kanker
3. Kanker metastasis (tahap IV)
Pemilihan terapi berdasarkan kehadiran kanker
yang mempunyai ER & PR positif.
Obat pilihan pertama : Tamoxifen, anastrozole
Obat pilihan kedua : anastrazole, exemestane,
fulvestrant
Obat pilihan ketiga : progestin
TERAPI BIOLOGI
IMUNOTERAPI

1. Antibodi monoklonal : Transtuzumab (Herceptin)

Antibodi monoklonal mempengaruhi cell growth factor, yaitu dengan


memblok HER-2 (Human Epidermal Growth Factor Reseptor) sehingga
pertumbuhan sel terhambat, dan juga antibodi monoklonal memancing sel
imun untuk membantu merusak sel kanker.

Untuk kanker payudara metastasis atau positif HER-2

Efek samping : kardiotoksisitas (reversibel), demam, gangguan GI,


hipersensitivitas, reaksi pulmonari
Pembelahan sel
kanker terhenti

Menarik sel imun untuk


merusak sel kanker

HER2 reseptor yang menerima


sinyal untuk berbiaknya sel kanker
dengan cepat
2. Interferon
interferon alfa :obat imunoterapi yang digunakan untuk mengobati kanker.
Sitokin ini juga diproduksi dalam tubuh, tetapi jumlahnya <<.
Selain langsung menyerang sel kanker, interferon alfa juga dapat
menghentikan pertumbuhan kanker atau mengubahnya menjadi sel normal.
Diduga interferon juga merangsang kerja sel NK, sel T, dan makrofag; serta
mengurangi suplai darah ke sel kanker.
3. Vaksin
vaksin kanker baru, masih dalam tahap penelitian dan uji klinis, sehingga
belum bisa digunakan secara umum. Vaksin tersebut merangsang sistem
kekebalan tubuh manusia untuk mampu mengenali sel-sel kanker,
menghentikan pertumbuhannya, mencegah kekambuhannya, dan
membersihkan sisa-sisa kanker dari pengobatan operasi, kemoterapi, atau
radiasi. Jika diberikan dalam tahap dini, vaksin kanker dapat membuatnya
sembuh secara total.
4. Colony-stimulating Factors (CSFs)
CSFs disebut juga hematopoietic growth factors. Obat imunoterapi jenis ini
merangsang sumsum tulang belakang untuk membelah dan membentuk sel
darah putih, sel darah merah, maupun keping darah, yang kesemuanya
berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh.
Obat-obat yang tergolong hematopoietic growth factors antara lain:
G-CSF (filgrastim) dan GM-CSF (sargramostim) untuk meningkatkan jumlah sel darah putih
pencegah infeksi dan sel induk untuk kepentingan transplantasi sumsum tulang belakang.
Erythropoietin (EPO) untuk meningkatkan sel darah merah, mencegah anemia.
Interleukin-2 (aldesleukin) untuk meningkatkan limfosit yang dapat menghancurkan sel
kanker.
Interleukin-11 (oprelvekin) untuk meningkatkan jumlah keping darah dan mencegah
perdarahan.

5. Terapi Gen
Dengan memasukkan material genetik tertentu ke dalam sel tubuh penderita
kanker. gen tersebut diselipkan ke dalam sel kekebalan tubuh, maka sistem
kekebalan tubuh menjadi lebih mampu mengenali dan menyerang sel kanker
TERAPI BIOLOGI
Inhibitor

Lapatinib

inhibitor tyrosine kinase menarget HER-2 dan reseptor


faktor pertumbuhan epidermal(EGFR/HER-1)
Untuk kanker payudara metastasis, terutama yg tidak
berespon pada kemoterapi dan transtuzumab.
Diberikan dalam kombinasi dengan capecitabine
Dosis:
Capecitabine: 1000 mg/m2 PO 2 x 1 (hari 1-14)
lapatinib : 1250 mg PO setiap hari (hari 1-21)
pemberian diulang setiap 21 hari
Efek samping: ruam, diare, hepatotoksis, perpanjangan
interval QT
INTERAKSI OBAT
1. KEMOTERAPI
Obat I Obat 2 Interaksi:

Siklofosfamid Doxorubicin toksisitas terhadap kandung kemih


Trastuzumab Toksisitas kardiak
Allopurinol Toksisitas sumsum tulang
Busulfan Kadar serum siklofosfamid
Kloramfenikol Hambat produksi metabolit aktif
Prednison Dosis tunggal, hambat aktivasi
Dosis berulang, aktivasi
Doxorubicin Paclitaxel Toksisitas kardiak
Traztuzumab Toksisitas kardiak
Siklosporin Kadar serum doxorubicin
Toksisitas sumsum tulang
Senyawa barbiturat Efikasi doxorubicin
Digoksin Doxorubicin me efek digoksin
Obat 1 Obat 2 Interaksi

Fluorouracil Cimetidine Kadar serum fluorouracil


Cisplatin Toksisitas
Kardiotoksik (cisplatin dosis besar)
Asam folat Toksisitas akut muncul
Metronidazol Toksisitas
Methotrexate Fluorouracil krim Efek toksik pada kulit
Aminoglikosida oral Absorpsi methotrexate di GI
NSAID Toksisitas , life threatening
(terkait dosis)
Senyawa Penicillin Clearance methotrexate
Toksisitas methotrexate
Docetaxel Eritromisin, Kadar serum docetaxel
ketoconazole,
midazolam, dll
Senyawa barbiturat Kadar serum docetaxel
Vinblastine Bleomycin + Toksisitas kardiak
cisplatin Life Threatening
INTERAKSI
INTERAKSI OBATOBAT

2. TERAPI ENDOKRIN

Kelas Obat I Obat II Interaksi


Aromatase Anastrazole - Esterogen - Efek antagonis
Inhibitor - Tamoksifen - C serum anastrazol turun
Letrozol - Esterogen - Efek antagonis
- Tamoksifen - C serum letrozol turun
Eksemestan - Esterogen - Efek antagonis
- Inducer CYP3A4 - Metabolisme eksemestan meningkat
Anti Tamoksifen - Aminogluthethimide - Eliminasi tamoksifen meningkat
Esterogen - Obat herbal - Efek antagonis
- HRT - Efek antagonis
- Efek tamoksifen dalam menurunkan
kadar lipid darah turun
- Medroksiprogesteron - C serum Tamoksifen sedikit menurun
- Inducer CYP3A4 - Metabolisme tamoksifen meningkat
- Obat Antikoagulan - Resiko pendarahan meningkat
Kelas Obat I Obat II Interaksi
Anti Toremifen - Inducer CYP3A4 - Metabolisme toremifen
Esterogen - Inhibitor CYP3A4 - Metabolisme toremifen turun
Fulvestrant Obat antikoagulan Resiko pendarahan meningkat
Analog Goserelin Obat-obat Menurunkan efek terapi obat -obat
LHRH Leuprolide antidiabetes antidiabetes

Triptorelin
Progestin Megestrol asetat dan - Aminogluthetimide - C serum progestin meningkat
Medroksiprogesteron - Warfarin - Efek warfarin meningkat
INTERAKSI OBAT

3. TERAPI BIOLOGI

NO Obat I Obat II Interaksi

1 Trastuzumab Paclitaxel C serum trastuzumab meningkat

2 Lapatinib - Inducer CYP3A4 - Metabolisme Lapatinib meningkat


- Inhibitor CYP3A4 - Metabolisme Lapatinib turun
- Inhibitor P-Glikprotein - C Lapatinib dalam sel otak meningkat
Pedoman terapi
KASUS 1

Ratna, usia 35 tahun,memiliki keluhan benjolan di payudara sebelah


kanan, tapi tidak terasa sakit. 12 thn lalu pernah di operasi kecil
tetapi dokter tidak memberitahu hasilnya. ibunya meninggal Karena
kanker payudara stadium lanjut yang sudah sampai pecah. Selama
sakit ibunya hanya pengobatan alternative, takut berobat ke dokter
apalagi di operasi.
Sejak ibu pasien meninggal, pasien mulai merasakan nyeri di
payudara sebelah kanan, kemudian pasien memeriksakan ke ahli
oncology yang kemudian di konsulkan ke ahli patologi untuk biopsy
jarum, yang hasilnya tumor jinak 95%. Ukurannya 3x3 cm dapat
digerakkan. Dokter melakukan masektomy, lalu diperiksa ER/PR dan
hasilnya negative dan HER2 juga menunjukkan hasil yang negatif.

Terapi apa yang diberikan????


PEMBAHASAN KASUS 1
Stadium kanker : stadium IIB (T2N1M0)
ER/PR (-) HER-2(-)

Terapi farmakologi yg diberikan :


Setelah dilakukan operasi (mastektomi) dilakukan radiasi pd dinding dada,
Radiasi yg diberikan adalah radiasi eksternal yang diberikan 5 kali seminggu
selama 6-7 minggu. untuk membunuh sel-sel kanker di tempat pengangkatan
dan sekitarnya
Kemudian dilakukan kemoterapi adjuvant sebanyak 6 siklus :
Kemoterapi yang diberikan adalah TAC :
Docetaxel (Taxane) 75 mg/m2 iv hari 1
Doxorubicin (Adriamisin) 50 mg/m2 iv hari 1
Cytoxan (Cyxlophospamid) 500 mg/m2 iv hari 1
Disiklus selama 21 hari selama 6 siklus
KASUS 2
Ibu C menemukan benjolan dibawah puting payudara sebelah kanan. Setelah
memeriksakan ke dokter, hasil Mammography dan USG yang menyatakan benjolan tersebut
diduga kanker, dan ukurannya 2.5 cm. Lalu ia memutuskan menunda pengobatannya, dia
memilih pengobatan alternatif selama 10 bulan. Namun semua pengobatan alternatif tak
berhasil, luka dipayudara saya sudah sangat lebar, dan sering mengeluarkan darah dan
nanah, juga ditemukan di ketiak, sampai akhirnya dia tidak bisa jalan (lumpuh). Lalu dia
memutuskan kembali dokter dan menjalani serangkain pemeriksaan (Biopsi, Bone
scanning, photo thorax, USG abdomen, periksa darah CA 15.3). Data tersebut menyatakan
bahwa :
Dari bone scanning diketahui ada penyebaran kanker di tulang no. 5, 9, 10. Joint
antara tulang pinggul dan paha, pelvic.
Pada test CA 15.3 angka tumor marker 35 ( standar PRODIA tidak boleh lebih dari
angka 30 ( < 30 )
Hasil biopsy : CA mammae dx, stadium IV.
Hasil IH ( Immunohistokimia ) adalah bahwa status Kanker nya :
Reseptor Estrogen : Negatif
Reseptor Progesteron : Negative
C-erb-B2 ( HER 2 ) : Negative
Dan dianjurkan oleh team dokter untuk melakukan pengangkatan seluruh payudara
kanan(Mastectomy). Dari pemeriksaan Histopatologi, setelah operasi hasilnya
sesuai dengan pemeriksaan terdahulu yaitu jenis kanker adalah CA mammae
Ductal Invasive jenis Solid Tubular dengan Grade 2, hasil IH untuk HER2 yang
semula (-) menjadi (2+)

TERAPI APA YG DIBERIKAN KE PASIEN SETELAH MASTECTOMY???


Pembahasan kasus 2
Stadium kanker : Stadium IV, sudah bermetastatis ke tulang, HER-2 (+2)

Terapi yang dilakukan :


Setelah dilakukan mastektomi terhadap pasien, pasien diberi radiotherapy
(radiasi) 5 kali seminggu selama 6-7 minggu, untuk mengurangi rasa sakit pada
tulang.
Kemoterapi yang diberikan adalah :
Herceptin dosis awal 8 mg/kg BB infus iv selama 90menit, diikuti dosis
penjagaan 6mg/kg infus iv90menit, setiap 3 minggu selama 52 minggu
Doxetacel 75 mg/m2 iv selama 1 jam lebih, siklus diulang setiap 21 hari.
(XELODA)capecitabine 2,5 mg/m2 /hari terbagi dlm 2 dosis selama 2
minggu oral, siklus di ulang setiap 21 hari
Kanker rahim

6/7/17 109
Kanker rahim
Penyakit ini mematikan dan muncul karena
sel-sel epitel pada dinding rahim berkembang
tidak normal.
kanker ini disebabkan oleh virus Human
Papilloma Virus (HPV) yang muncul, antara
lain karena perilaku sering berganti pasangan
seks.

6/7/17 110
Penyebab
Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi
tampaknya penyakit ini melibatkan
peningkatan kadar hormon estrogen.
Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah
merangsang pembentukan lapisan epitel pada
rahim.

6/7/17 112
Penyebab
Hubungan seksual di bawah usia 17 tahun juga
dapat merangsang tumbuhnya sel kanker.
Adanya nikotin (dari rokok) dalam darah.

6/7/17 113
Faktor resiko
1. Usia
berusia 50 tahun keatas.
2. Hiperplasia endometrium
3. Terapi Sulih Hormon (TSH)
4. Obesitas
5. Diabetes
6. Hipertensi
7. Tamoksifen

6/7/17 114
gejala
Secara menetap:
tekanan abdomen (merasa penuh, bengkak atau
kembung)
Perasaan ingin buang air kecil terus menerus.

6/7/17 115
Gejala lainnya :
Gangguan pencernaan yang menetap (gas
atau mual)
Perubahan kebiasaan BAB tanpa alasan jelas,
seperti sembelit.

6/7/17 116
Gejala lain (lanjutan)
Kehilangan nafsu makan atau cepat merasa
kenyang
Rasa sakit selama hubungan intim
(dispareunia)
Lemas & letih lesu yang berkelanjutan
Sakit pada daerah sekitar pinggang/panggul
Perubahan dalam siklus menstruasi

6/7/17 117
diagnosa
Ultrasonografi (USG).
Penanda tumor CA-125. Banyak wanita dengan
kanker rahim memiliki kadar CA 125 yang
abnormal dalam darah mereka.
sebagian besar laboratorium menggunakan angka
di bawah 35 U/ml.
CT SCAN atau MRI

6/7/17 118
stadium
Staging (menentukan stadium kanker)
# Stadium I : kanker hanya tumbuh di badan rahim
# Stadium II : menyebar ke leher rahim (serviks)
# Stadium III : menyebar ke luar rahim, tetapi masih
di dalam rongga panggul dan belum menyerang
kandung kemih maupun rektum.
# Stadium IV : menyebar ke dalam kandung kemih
atau rektum atau kanker telah menyebar ke luar
rongga panggul.

6/7/17 119
terapi

Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani
histerektomi (pengangkatan rahim).
Kedua tuba falopii dan ovarium juga
diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral)

6/7/17 120
Penyinaran
Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi
penyinaran dan pembedahan. Penyinaran bisa
dilakukan sebelum pembedahan atau setelah
pembedahan.

6/7/17 121
Khemoterapi
Terapi hormonal
Terapi hormonal merupakan terapi sistemik
karena bisa mempengaruhi sel-sel di seluruh
tubuh. Pada terapi hormonal biasanya
digunakan pil progesteron.

6/7/17 122
pencegahan
Jauhi rokok
Menjaga kebersihan vagina
Diet rendah lemak
Setia pada pasangan
Konsumsi vit C yang cukup
Hindari hubungan seks terlalu dini
Hindari pemakaian estrogen tak terkontrol

6/7/17 123
LEUKEMIA AKUT
LEUKEMIA

Berasal dari bahasa yunani leukos-putih,


haima-darah.
Leukemia ditemukan oleh Dr. Alfred Velpeau
di France pada tahun 1827
Leukemia dinamai oleh seorang pathologist
bernama Rudolf Virchow di Germany pada
tahun 1845.
Definisi Leukemia
Leukemia/kanker darah adalah
sekelompok penyakit neoplastik yang
beragam, ditandai oleh perbanyakan
secara abnormal atau transformasi
maligna dari sel-sel pembentuk
darah di sumsum tulang dan
jaringan limfoid.
SEL LEUKEMIA MEMPENGARUHI HEMATOPOIESIS (PROSES
PEMBENTUKAN SEL DARAH NORMAL) DAN IMUNITAS TUBUH
PENDERITA

Platelet Platelet
White Cell Red Cell Red Cell Blasts
White Cell

Normal human blood Blood with leukemia


ETIOLOGI
Penyebab leukemia sampai sekarang belum jelas, tapi beberapa
faktor diduga menjadi penyebab, a.l. :
Radiasi
Leukemogenik
Terdapat beberapa zat kimia yang telah diidentifikasi dapat
mempengaruhi frekuensi leukemia:
Racun lingkungan seperti benzena
Bahan kimia industri seperti insektisida
Obatobatan anti neoplastik / kemoterapi
Herediter
Penderita sindrom Down memiliki insidensi leukemia akut 20 kali
lebih besar dari orang normal.
Virus
Virus dapat menyebabkan leukemia, seperti retrovirus, virus
leukemia feline, Human T-lymphocyte virus (HTLV-1 dan HTLV-2).
TANDA DAN GEJALA
PATOFISIOLOGI
Leukemia merupakan proliferasi dari sel
pembuat darah yang bersifat sistemik dan
biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan
penyakit darah yang disebabkan karena
terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel
darah yaitu sumsum tulang. Keadaan yang
sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif
membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilkan
adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini
mendesak pertumbuhan sel darah normal.
KLASIFIKASI I
Berdasarkan perjalanan alamiah penyakit: akut dan
kronis
1. Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan
penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan
memburuk. Apabila tidak diobati segera, maka
penderita dapat meninggal dalam hitungan
minggu hingga hari.
2. Leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit
yang tidak begitu cepat sehingga memiliki
harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari
1 tahun bahkan ada yang mencapai 5 tahun.
KLASIFIKASI II
Berdasarkan tipe sel predominan yang
terlibat: limfoid dan mieloid
Ketika leukemia mempengaruhi
limfosit atau sel limfoid, maka disebut
leukemia limfositik.
Ketika leukemia mempengaruhi sel
mieloid seperti neutrofil, basofil, dan
eosinofil, maka disebut leukemia
mielositik.
Dengan mengkombinasikan dua klasifikasi tersebut, maka leukemia dapat
dibagi menjadi:
Leukemia limfositik akut (LLA) merupakan tipe leukemia paling sering
terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang
terutama telah berumur 65 tahun atau lebih. Survival rates
berdasarkan umur: 85% pada anak-anak dan 50% pada orang dewasa.
Leukemia mielositik akut (LMA) lebih sering terjadi pada dewasa
daripada anak-anak. Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik
akut. The five-year survival rate is 40%.
Leukemia limfositik kronis (LLK) sering diderita oleh orang dewasa yang
berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa
muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak. The five-year survival rate
is 75%
Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa.
Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit. The five-year
survival rate is 90%.
(Tipe yang sering diderita orang dewasa adalah LMA dan LLK,
sedangkan LLA sering terjadi pada anak-anak).
PREVALENSI & INSIDENSI
Insidensi Leukemia di Amerika adalah 13 per 100.000
penduduk /tahun (Wilson, 1991).
Di Inggris, Jerman, dan Jepang berkisar 2 3 per 100.000
penduduk pertahun (Rahayu, 1993, cit Nugroho, 1998).
Leukemia in Southeastern Asia (Extrapolated Statistics)
Country/Region Extrapolated Incidence Population Estimated

East Timor 115 1.019.252

Indonesia 27.001 238.452.952

Laos 687 6.068.117

Malaysia 2.663 23.522.482

Philippines 9.765 86.241.697


EXTRAPOLATED STATISTICS ONLY! Not based on data sources from individual countries
Singapore 493
http://www.wrongdiagnosis.com/l/leukemia/stats-country 4.353.893
PREVALENSI & INSIDENSI
Terjadi 30.800 kasus Leukemia di Amerika Serikat termasuk
10.800 limfositik, 15.000 myeloid, dan 5.000 leukemia lainnya
(SEER 2002)
Sekitar 29.000 kasus Leukemia di Amerika Serikat per tahun,
hampir 27.000 orang dewasa dan lebih dari 2.000 anak setiap
tahunnya (NCI)
Usia rata-rata pasien di diagnosis terkena LMA adalah pada
usia 65 tahun
Usia rata-rata pasien di diagnosis terkena LLA adalah pada usia
10 tahun
leukemia akut lebih umum terjadi pada laki-laki daripada
perempuan
PREVALENSI & INSIDENSI
Demographics of Leukemia Patients
ALL; 11%
others; 17%

CML; 15% CLL; 26%

AML; 32%

Total Reported Cases = 31,500


Sources from:
Leukemia, Lyphoma,
Myeloma Facts 2001
LEUKEMIA AKUT
Leukemia Limfositik Akut (LLA)
Leukemia Mielositik Akut (LMA)
Leukemia Akut
Manifestasi Klinik
Manifestasi leukemia akut merupakan akibat dari
komplikasi yang terjadi pada neoplasma hematopoetik
secara umum. Namun setiap leukemia akut memiliki ciri
khasnya masing-masing. Secara garis besar, leukemia akut
memiliki 3 tanda utama yaitu:
Jumlah sel di perifer yang sangat tinggi, sehingga
menyebabkan terjadinya infiltrasi jaringan atau
leukostasis
Penggantian elemen sumsum tulang normal yang dapat
menghasilkan komplikasi sebagai akibat dari anemia,
trombositopenia, dan leukopenia
Pengeluaran faktor faali yang mengakibatkan
komplikasi yang signifikan
Alat Diagnosa
Leukemia akut dapat didiagnosa melalui
beberapa alat, seperti :

Pemeriksaan morfologi: darah tepi, aspirasi


sumsum tulang, biopsi sumsum tulang
Pewarnaan sitokimia
Immunofenotipe
Sitogenetika
Diagnostis molekuler
Fase Pengobatan Leukemia Akut
LEUKEMIA
LIMFOSITIK
AKUT
Tanda dan Gejala
LEUKEMIA
LIMFOSITIK
AKUT Treatment Goals
Dengan cepat mencapai kesembuhan
sempurna : pemulihan hematopoiesis
normal (neutrofil 1.500 cells/mm3 dan
platelet> 100.000 cells/mm3) dan jumlah
Blasts < 5 %
perbaikan hematologi (hematologic
remission) : pengurangan sel leukemia
diikuti pemulihan jumlah sel darah normal.
Menjaga pasien tetap dalam keadaan
sembuh sempurna
LEUKEMIA
LIMFOSITIK
AKUT Fase Pengobatan
Remission Induction
Pada fase ini bertujuan secara cepat menghasilkan
kesembuhan sempurna (complete remission) dan
perbaikan hematologi (hematologic remission).
Kecepatan kesembuhan sempurna pada anak-anak
yang diobati menggunakan dengan vincristine,
deksametason atau prednison, dan asparaginase
atau pegaspargase adalah sekitar 98 %. Kebanyakan
protokol pengobatan menambahkan daunorubisin
untuk induksi (empat-obat induksi) untuk leukemia
limfositik akut yang berisiko tinggi, dan beberapa
juga menambahkan agen lain, seperti siklofosfamid,
metotreksat, atau sitarabin.
LEUKEMIA
LIMFOSITIK
AKUT Fase Pengobatan

Consolidation Therapy
Consolidation Therapy dimulai apabila
kesembuhan sempurna telah tercapai dan
terus mengacu pada kemoterapi intensif
dalam upaya pemberantasan penyakit yang
tidak terdeteksi yang bertujuan untuk
mempertahankan kesembuhan sempurna.
Terapi dilakukan selama 4 minggu dan
biasanya terdiri dari vincristine,
mercaptopurine, dan intratekal
metotreksat.
LEUKEMIA
LIMFOSITIK
AKUT Fase Pengobatan
Interim Maintenance / Delayed
Intensification
Bertujuan untuk menjaga remisi dan
mengurangi toksisitas akumulatif. Delayed
Intensification biasanya terdiri dari
deksametason, vincristine, doxorubicin,
pegaspargase, siklofosfamid, thioguanine atau
mercaptopurine, sitarabin dosis rendah, dan
intratekal metotreksat. Interim Maintenance
biasanya terdiri dari deksametason, vincristine,
mingguan metotreksat, mercaptopurine, dan
intratekal metotreksat.
LEUKEMIA
LIMFOSITIK
AKUT Fase Pengobatan
Maintenance Therapy
Bertujuan untuk untuk memperlambat
pembelahan sel, mereduksi residu sel
leukemia dan meningkatkan apoptosis pada
sel leukemia. Terapi pemeliharaan biasanya
terdiri dari pemberian mercaptopurine
harian dan metotreksat mingguan selama 12
minggu terapi, pada dosis yang relatif kecil
menghasilkan myelosuppression, dengan
bulanan "pulse" dari vincristine dan steroid
selama 5 hari per bulan.
LEUKEMIA MIELOID AKUT
Tanda dan Gejala
LEUKEMIA MIELOID
AKUT

Tanda dan Gejala


LEUKEMIA MIELOID AKUT
Treatment Goals

Kesembuhan sempurna
Perbaikan Hematologi
Menjaga agar pasien tetap
dalam kesembuhan
sempurna
LEUKEMIA MIELOID AKUT
Fase Pengobatan
Remission Induction
Pada fase ini bertujuan secara cepat
menghasilkan kesembuhan sempurna
(complete remission) dan perbaikan
hematologi (hematologic remission).
Pemberian obat dengan kombinasi 7+3
yaitu daunorubicin diberikan secara infus
45-60mg/m2 setiap hari pada hari ke 1
sampai ke 3, Citarabin diberikan dengan cara
di infus secara kontinue 100 mg/m2 setiap
hari pada hari pertama sampai hari ke 7.
LEUKEMIA MIELOID AKUT
Fase Pengobatan

Consolidation Therapy
Consolidation Therapy dimulai apabila
kesembuhan sempurna telah tercapai dan terus
mengacu pada kemoterapi intensif dalam upaya
pemberantasan penyakit yang tidak terdeteksi
yang bertujuan untuk mempertahankan
kesembuhan sempurna. Strategi pengobatan
pada LMA mencangkup pengobatan dosis
rendah dengan terapi maintenance yang
diperpanjang, pengobatan kemoterapi secara
singkat dengan dosis tunggal, pengobatan
kemoterapi dosis tinggi dengan atau tanpa terapi
radiasi diikuti transplantasi sumsum tulang.
LEUKEMIA MIELOID AKUT
Fase Pengobatan
Allogenic Hematopoesis Stem Cell Transplantation dan
Autolog Hematopoesis Stem Cell Transplantation
Transplantasi sumsum tulang merupakan prosedur dimana
sumsum tulang yang rusak digantikan dengan sumsum
tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat
disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi.
Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk
mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.
Transplantasi sumsum tulang dapat menggunakan sumsum
tulang pasien sendiri yang masih sehat. Hal ini disebut
transplantasi sumsum tulang autologus. Transplantasi
sumsum tulang juga dapat diperoleh dari orang lain. Bila
didapat dari kembar identik, dinamakan transplantasi
syngeneic. Sedangkan bila didapat dari bukan kembar
identik, misalnya dari saudara kandung, dinamakan
transplantasi allogenik. Sekarang ini, transplantasi sumsum
tulang paling sering dilakukan secara allogenik.
LEUKEMIA MIELOID AKUT
Fase Pengobatan

Tabel Perbandingan Antara Allo HSCT, Auto HSCT dan


Kemoterapi sebagai Terai Postremisi untuk LMA
OBAT-OBAT LEUKEMIA
Metotreksat (MTX, Farmitrexat, Ledertrexat)
Mekanisme Kerja:
Menghambat reduksi dari asam folat menjadi
tetrahydrofolic acid (THFA) dengan jalan pengikatan
pada enzim reduktase.
Efek Samping
Efek samping utama penekanan sumsum tulang
(leukopenia, trombocytopenia) yang hebat terutama
pada dosis diatas 25-30 mg. selain itu juga kerusakan
mukosa mulut (stomatitis) dan saluran pencernaan,
tetapi jarang rasa lelah, rontok rambut dan demam.
Dosis
Oral 5-30 mg sehari selama 5 hari. Setelah istirahat 2-
3 minggu dapat diulang lagi 3-5 kali
OBAT-OBAT LEUKEMIA
Vinblastin
(Erbablas, Velbe)
Mekanisme Kerja
Menghambat pembelahan sel pada metafase, jadi
merintangi pembelahan inti dengan mencegah
masuknya belahan kromosom ke dalam anak inti.

Efek Samping
myelosupresi kuat, leukopenia yang biasanya hilang
setelah satu minggu.ES lainnya rasa lelah, mual,
muntah, dan demam, lebih jarang rontok rambut dan
radang saraf dengan kesemutan jari-jari tangan.

Dosis : i.v. 0,1-0,2 mg/kg.


OBAT-OBAT LEUKEMIA

Vinkristin
(Krebin, Oncovin)
Mekanisme Kerja
pada garis besarnya sama dengan spektrum
kerja dan penggunaannya dengan vinblastin.

Efek Samping
Sama dengan vinblastin tetapi myelosupresi lebih
ringan sedangkan neurotoksisitasnya lebih besar.

Dosis : 1 kali seminggu 0,05-0,15 mg/kg


OBAT-OBAT LEUKEMIA

Doksorubisin
(Adriamycin RD, Adriblastina)
Efek Samping
Kardiotoksis, myelotoksisitas, sering rontok
rambut total, mual, muntah, amenorroea
dan neutropenia

Dosis :
Infus i.v. 50-75 mg/m2 sehari setiap 3 minggu
OBAT-OBAT LEUKEMIA

Imatinib Mesylat
Mekanisme Kerja
inhibitor beberapa enzim tirosin-kinase
termasuk bcr-abl yang menyebabkan
diferensiasi dan apoptosis sel.
Efek Samping
myelosupresi pada 2-4 minggu terapi terjadi
pada pasien kira-kira 5-10 %.
Dosis : 400 mg/hari
LEUKEMIA KRONIK
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih
di sumsum tulang, yang menyebabkan proliferasi salah satu
jenis sel darah putih dengan menyingkirkan jenis sel lain.

Leukemia kronik adalah leukemia dengan proliferasi sel yang


baik dan memungkinkan penderita memiliki harapan hidup
lebih dari satu tahun.

Berdasarkan jenis sel yang berproliferasi dengan baik


dalam waktu lama, leukemia kronik dibedakan
menjadi :

Chronic Myelogenous leukemia (CML)


Chronic Lymphocytic leukemia (CLL)
CHRONICMYELOGENOUS
CHRONIC MYELOGENOUS
LEUKEMIA(CML)
LEUKEMIA (CML)

adalah kanker hematologik yang dikenal sebagai gangguan


myeloproliferatif dan hasil transformasi malignan suatu stem sel
pluripotent

Fase kronik

Fase pada Fase


CML akselerasi

Blast crisis
Prevalensi

Di Amerika Serikat pada tahun 2005, diestimasi hampir 4600 kasus


CML baru didiagnosis, menunjukkan hampir 15% dari semua
pasien leukemia. CML adalah neoplasma yang dominan pada
pasien middle-aged adults dengan usia rata-rata sekitar 50 tahun.

Pada tahun 2007, diestimasi 4570 kasus didiagnosis, dan 490


pasien meninggal karena CML. Rata-rata onset penyakit ini 67
tahun, tetapi CML dapat terjadi pada semua kelompok usia (SEER
statistics).
Patofisiologi
Perubahan molekular terjadi karena
adanya kromosom Philadelphia (Ph).
Ph, diidentifikasi sebagai
perpanjangan tangan kromosom 22,
yang ditemukan dalam granulosit
dan eritrosit progenitor, makrofag,
megakaryosit, dan beberapa limfosit.

Anomali ini merupakan akibat dari


perpecahan pada kromosom 9 dan 22
menghasilkan tranposisi yang
merelokasi 3 akhir dari abl (Abelson
protooncogene) dari tempat
normalnya pada kromosom 9 pada
rangkaian 34 ke 5 akhir breakpoint
cluster region (bcr) pada kromosom
22 pada rangkaian 11.
Etiologi

Radiasi ionisasi dan paparan benzene banyak dihubungkan


dengan CML, tetapi jarang pasien yang didiagnosa memiliki
riwayat paparan tersebut.
Ada pula peningkatan resiko terkena CML karena bom atom.
Resiko leukemia lebih tinggi pada pasien yang terekspos pada
usia muda, dengan kasus CML lebih banyak dari ALL.
CML juga dapat terjadi setelah radioterapi ankylosing
spondylitis dan dapat menjadi salah satu malignansi sekunder
yang timbul setelah kemoterapi kanker. Tidak ada virus
onkogenik yang dihubungkan dengan CML.
Diagnosis

Jumlah sel darah putih tinggi (>100.000/mmk) terjadi pada 70% pasien
Leukositosis, trombositosis, basofilia, leukocyte alkaline phosphatase
yang rendah
Dapat terjadi normochromic normocytic anemia ringan
Jumlah serum vitamin B12 dan ikatan protein dengan vitamin B1 tinggi
Terdapat basofil darah atau sumsum, eosinophilia dan monositosis

GEJALA :
-Turunnya berat badan, lelah, letih, berkeringat di malam hari & demam
-Splenomegali dan hepatomegaly
-Produksi histamin sekunder oleh basofilia menyebabkan pruritus, diare.
Diagnosis

Riwayat penyakit dan evaluasi fisik


Complete blood count
Platelet count
Profil kimia
Bone marrow aspirate dan biopsy, diikuti perbandingan presentase
blast dan basofil secara morfologi, analisis sitogenetik termasuk
FISH dan PCR (Qualitatif PCR).
fase kronik : fase akselerasi : fase blast crisis

Selama fase ini, (Kriteria WHO) (Kriteria WHO)


pasien biasanya 1. Komposisi blast 10-19% 1. Blasts 20% dari
asimtomatik atau dari sel darah putih jumlah sel darah putih
hanya menunjukkan keseluruhan pd sumsum 2. Extramedullary blast
gejala ringan tulang. proliferation
kelelahan atau 2. Basofil darah perifer 3. Banyak ditemukan
abdominal fullness. 20% kelompok blast pada
3. Trombositopenia biopsi sumsum tulang.
Durasi fase kronik persisten (<100 x 109/L)
bervariasi dan tidak merespon terapi
tergantung pada 4. Peningkatan ukuran
cepat tidaknya limpa dan peningkatan
penyakit ini jumlah WBC, tidak
terdiagnosa dan merespon terapi.
terapi yang 5. Cytogenetic evidence
digunakan. of clonal evolution
Faktor Resiko

a. Faktor leukemogenik
Terdapat beberapa zat kimia yang telah diidentifikasi
dapat mempengaruhi frekuensi leukemia:
Racun lingkungan seperti benzena
Bahan kimia industri seperti insektisida
Obat untuk kemoterapi
b. Radiasi
Penanganan

1. Penanganan Non-farmakologi
Terapi suportif misalnya transfusi komponen darah,
pemberian antibiotik, nutrisi, dan psikososial
Penanganan Farmakologi

KEMOTERAPI KONVENSIONAL

Busulfan (Myleran) dan hidroksiurea


(Hydrea) dapat digunakan untuk menurunkan
jumlah WBC setelah diagnosis. Obat ini
dapat diberikan secara oral dan menormalkan
jumlah WBC pada fase kronik. Meskipun
kedua obat ini dapat diprediksikan
menurunkan jumlah sel darah putih dan
remisi hematologic 70-80%, tetapi obat ini
efeknya hanya sedikit pada sel Ph positif
pada sumsum tulang.

Hidroksiurea menghambat enzim


ribonukleotide reduktase, menghasilkan
penekanan sintesis DNA, eliminasi sel
pada Fase S pada cell cycle, dan
sinkronisasi pada G1 atau fase sintesis pre-
DNA.
INTERFERON
Untuk CML fase kronis, IFN- banyak digunakan dan telah disetujui
oleh FDA. Mekanisme pasti aktivitas IFN- belum diketahui, tetapi
membentuk kompleks dengan multiple efek pada fungsi seluler.
Beberapa perubahan yang terjadi termasuk perubahan transkripsi gen,
fosforilasi substrat, antigen presentation, dan apoptosis.
Penggunaannya berdasarkan observasi, ada 20-50% pasien mencapai
respon sitogenik yang dapat memberi efek pertahanan lebih lama.

IMATINIB
Imatinib menginhibisi p210 tirosin kinase yang mengarah pada diferensiasi
dan dan apoptosis klon CML. Imatinib mengikat secara kompetitif pada
ATP-binding site pada tirosin kinase yang menghambat fosforilasi substrat
kinase dan menghambat signal growth factor pada klon CML.
HEMATOPOIETIC STEM CELL TRANSPLANTATION
Allogeneic hematopoietic Stem Cell Transplantation (alloHSCT) adalah
satu-satunya terapi untuk penunjang penyembuhan pasien CML. Banyak
pasien tetap hidup dan bebas penyakit lebih dari 10 tahun setelah
transplantasi. Tetapi < 30% pasien alloHSCT akan memiliki human
leukocyte antigen (HLA) donor yang sesuai harus dipertimbangkan.

Transplantasi ini adalah treatmen untuk pasien yang :


Tidak ada perbaikan hematologik setelah terapi menggunakan imatinib
selama 3 bulan
Pasien tanpa respon sitogenik atau relaps pada 6, 12 atau 18 bulan setelah
menunjukkan perbaikan pada terapi awal menggunakan imatinib selama 3
bulan
Pasien yang menggunakan imatinib tetapi penyakitnya berkembang ke
fase akselerasi atau blast krisis
CHRONICLYMPHOCYTIC
CHRONIC LYMPHOCYTIC
LEUKEMIA(CLL)
LEUKEMIA (CLL)

Chronic lymphocytic leukemia (CLL) adalah ganguan limfoproliferatif


yang dikarakterisasi dengan akumulasi progresif limfosit B clonal yang
secara fungsi tidak kompeten.

Sel T
sekitar 1%
TIPE CLL

Sel B
lebih dari 95%
Prevalensi

CLL adalah leukemia yang umum terjadi di Amerika Serikat,


tetapi jarang terjadi di Jepang dan Cina. Pada tahun 2005,
sebanyak 9730 kasus baru CLL ditemukan di Amerika. CLL
adalah penyakit pada usia 60 tahun ke atas, dan 10% CLL
terjadi pada usia kurang dari 50 tahun.
Patofisiologi

Sel-sel pada pasien CLL adalah sel B klonal yang terhenti pada jalur diferensiasi sel B,
intermediate antara pre-B cells dan mature B cells. Secara morfologi pada darah perifer, sel-sel ini
menyerupai limfosit matur.
Pada B-cell chronic lymphocytic leukemia (chronic lymphoid leukemia, CLL), tipe limfosit
menunjukkan antigen permukaan sel B, seperti pada antibody monoclonal CD19, CD20, CD21,
dan CD23. Kemudian sel-sel ini mengekspresikan CD5, yang lebih banyak ditemukan pada sel T.
Karena sel CD5+ B normal berada dalam mantle zone (MZ) folikel limfoid, B-cell chronic
lymphocytic leukemia (chronic lymphoid leukemia, CLL) mirip malignansi dari MZ-based
subpopulation dari sel-sel reaktif.
CLL tipe sel B mengekspresikan immunoglobulin pada permukaan membran dengan kadar
rendah, lebih banyak IgM atau IgM/IgD atau IgD. Selain itu, sel B juga mengekspresikan
imunoglobulin rantai pendek dengan kadar rendah (kappa atau lambda).
Etiologi Diagnosis

Etiologi CLL belum diketahui, Dipilih berdasarkan :


dan tidak ada data pendukung
selain radiasi atau viral Usia dan kondisi medik
oncogenesis. Tipe kanker yang diperkirakan
Keparahan gejala
Hasil tes sebelumnya
Blood tests. Diagnosa CLL dimulai dengan complete blood
count (tes darah rutin) untuk mengukur jumlah sel-sel yang
D berbeda dalam darah penderita. Jika darah mengandung sel
i darah putih dalam jumlah tinggi, kemungkinan terjadi CLL.
a
g
n Bone marrow biopsy. Diambil sampel sumsum tulang,
o biasanya dari tulang pinggul dengan jarum. Sebelumnya,
s
pasien dianestesi lokal. Sel dari sumsum tulang dan sel-sel
i
s dari darah dianalisis keadaan patologisnya.

Flow cytometry dan cytochemistry. Pada


tes ini, sel kanker diperiksa dengan zat kimia
atau pewarna yang dapat menunjukkan
leukemia dan subtipenya. Sel CLL memiliki
marker berbeda (cell surface proteins) pada
permukaannya, disebut immunophenotype.
D Imaging tests. CLL diketahui ada pada banyak bagian tubuh, meskipun telah
i didiagnosa lebih awal. Oleh karena itu, imaging test dilakukan untuk mengetahui
a apakan kanker telah menyebar dan tidak semua pasien perlu test ini.
g
n
o
s
i Sinar x-ray Computed Tomography (CT
Mendeteksi penyebaran pada atau CAT) Scan
s pembuluh limfe yang
pembuluh limfe bagian dada
terpengaruhi disekitar hati,
batang tenggorokan, paru-
paru, dan abdomen
Gejala

Pasien penderita CLL dapat mengalami gejala-gejala dibawah ini. Tetapi


kadang-kadang tidak menunjukkan gejala.
Pembengkakan pembuluh limfe pada leher, atau bawah lengan
Perasaan tidak nyaman pada bagian abdomen kiri atas karena pembengkakan
limpa.
Kelelahan
Demam dan infeksi
Perdarahan abnormal
Nafas pendek
Berat badan turun
Selain itu, penderita CLL memiliki sistem imun yang rendah, dan kadang-
kadang terbentuk antibodi abnormal yang melawan sel darah merah atau
pleteletnya sendiri, merusak sel-sel ini dan menimbulkan anemia
(autoantibodi). Proses ini bisa pulih selama pengobatan sebelum CLL tersebut
parah.
Faktor Resiko

Family history. Sekitar 20% penderita CLL memiliki kecenderungan terkena CLL
dan kanker yang berkaitan dengan pembuluh limfe.
Usia. CLL lebih umum terjadi pada usia tua, jarang pada orang muda dan tidak pernah
terjadi pada anak-anak. Sekitar 90% penderita CLL berusia lebih dari 50 tahun.
Jenis kelamin. CLL terjadi lebih banyak pada pria.
Ethnicity. B-cell CLL banyak terdapat pada orang Rusia dan Eropa, dan hampir tidak
terjadi pada orang jepang, Cina, dan negara-negara di Asia Tenggara. Penyebab
perbedaan geografis ini belum diketahui.
Agent Orange. U.S. Department of Veterans Affairs mencatat bahwa CLL adalah
penyakit yang dihubungkan dengan paparan Agent Orange, bahan kimia yang dipakai
selama perang Vietnam.
Penanganan

1.Penanganan Non-farmakologi

Meningkatkan kualitas hidup penderita.


Menghindari faktor-faktor resiko.
Penanganan Farmakologi
Penanganan Farmakologi

KEMOTERAPI SITOTOKSIK

KLORAMBUCIL
Klorambucil adalah turunan nitrogen mustard, sebagai alkilating agent.
Pemberiannya secara oral.
Mekanisme kerja : klorambucil mengganggu replikasi DNA dan
transkripsi RNA sehingga menghasilkan gangguan fungsi asam nukleat.
Dosis 0,1 mg/kg per hari. Dosis tunggal diminum sekali dalam 2
minggu. Pada regimen tiap 2 minggu tersebut, dosis awal klorambucil
adalah 0,4 mg/kg; dosis meningkat 0,1 mg/kg tiap 2 minggu sampai
respon timbul. Jika dikombinasi dengan prednison, dosis prednisone
bervariasi, misalnya 80 mg/kg selama 5 hari, diberikan diantara regimen
2 mingguan klorambucil. Terapi dilanjutkan selama 3-12 bulan untuk
mendapatkan respon optimum. Jika pasien telah pulih kembali, terapi ini
biasanya dihentikan setahun setelah penanganan dan dimulai lagi jika
gejalanya muncul kembali.
FLUDARABIN
Analog nukleosida purin fludarabin, 2-chlorodeoxyadenosin (cladribine) dan 2-
deoxycoformycin (pentostatin) penting untuk pengobatan pasien yang resisten terhadap
klorambucil, untuk terapi awal pasien pasien yang dapat mentoleransi aktivitas
imunosupresifnya.
Mekanisme kerja : Fludarabin trifosfat menghambat -DNA polymerase, ribonucleotida
reductase dan DNA primase yang berkompetisi substrat fisiologik yaitu deoxyadenosin
trifosfat, menghasilkan penghambatan sintesis DNA.
Dosis : dosis awal IV pada dewasa adalah 25 mg/m2, diberikan sehari sekali dalam 5 hari
berturut-turut.Penyesuaian dosis dilakukan pada pasien-pasien tertentu (misal : geriatrik,
pasien dengan kerusakan fungsi renal atau sumsum tulang).
Terapi 5 hari dengan Fludarabin trifosfat diulangi lagi tiap interval 28 hari.
Efek samping : Efek hematologi (anemia, trombositopenia, neutropenia), mempengaruhi
system saraf, komplikasi penyakit infeksi (sampai 44% dari pasien yang menggunakan
fludarabin, efek terhadap saluran pernafasan (hemoragi pulmonary, fibrosis pulmonary,
kerusakan saluran nafas, dll), efek terhadap saluran cerna (46-63% dari pasien yang
menggunakan fludarabin), efek kardiovaskuler (12-38%), efek genitourinary (12-22%).
Sediaan yang ada : Injeksi IV, 50 dan 25 mg/mL
SIKLOFOSFAMID
Siklofosfamid adalah derivate nitrogen mustard, merupakan alkilating agent yang digunakan
untuk antineoplasma dan immunosupresan. Obat ini dapat diberikan secara oral dan
intravena, kadang-kadang dengan IM dan intracavitary (intrapleural, intraperitonal).
Dosis : Untuk penggunaan tunggal digunakan terapi IV dengan dosis awal loading dose 40-
50 mg/kg diberikan dalam dosis terbagi selama 2-5 hari. Selain itu, cara pemakaian IV juga
dapat 10-15 mg/kg setiap 7-10 hari atau 3-5 mg/kg dua kali seminggu.
Jika digunakan oral, dosisnya adalah 1-5 mg/kg setiap hari, tergantung toleransi pasien.
Respon siklofosfamid mirip dengan klorambucil dan dapat digunakan pada pasien yang
susah mentoleransi klorambucil. Tetapi obat ini jarang digunakan karena resiko hemoragi
cystitis dan kanker kandung kemih yang perlu pengobatan lebih lama.
Mekanisme kerjanya : membentuk ikatan kovalen antara gugus alkil yang reaktif dengan
gugus nukleofilik dari protein atau asam nukleatcrosslink DNAreplikasi DNA
terhambat.
Efek samping : Penurunan jumlah sel darah, cystitis, retensi cairan, kerusakan otot jantung,
kesulitan bernafas, sterilitas.
Penanganan Farmakologi

TERAPI BIOLOGIK

RITUXIMAB
Rituximab adalah suatu chimeric human-murine anti-human antigen CD20
monoclonal antibody, digunakan sebagai antineoplastik.
Mekanisme kerja : menghambat proliferasi sel dan menginduksi apoptosis. Rituximab
mengikat secara spesifik antigen CD20, suatu protein transmembran hidrofobik yang
berlokasi pada limfosit pre-B dan limfosit B matur normal. Setelah pengikatan Fab
rituximab ke antigen CD20, bagian Fc memicu respon imun yang menimbulkan lisis
pada sel B normal dan malignan. Mekanisme lisisnya belum diketahui pasti.
Efek samping :
-Reaksi sensitivitas : reaksi anafilaktik dapat terjadi pada pasien tertentu
-efek terhadap kulit dan mukokutan
-Efek kardiovaskular : infark myocard, fibrilasi ventricular, shock kardiogenik
-efek metabolik : sindrom lisis tumor, hiperkalemia, hiperuricemia
- Efek hepatotoksik
-Efek terhadap saluran nafas : bronkospasm, dyspnea, hipoksia
-Toksik terhadap renal
Sediaaan : Injeksi konsentrat untuk infuse IV 10mg/mL, sediaan 100 dan 500 mg per
wadah.
ALEMTUZUMAB
Alemtuzumab adalah antibodi monoklonal turunan DNA rekombinan dari anti-CD52.
Alemtuzumab digunakan untuk penanganan sel B CLL pada pasien yang telah
ditreatment dengan alkilating agent dan pasien gagal pengobatan dengan fludarabin.
Targetnya pada molekul CD 52 yang diekspresikan pada hampir semua limfosit.
Alemtuzumab hanya diberikan dengan infuse intravena. Tidak boleh diberikan dengan
injeksi IV cepat misalnya bolus. Pemberiannya dilakukan lebih dari 2 jam.
Terapi alemtuzumab diawali dengan dosis rendah ditingkatkan bertahap sampai dosis
pemeliharaan. Dosis pemeliharaan diberikan 3 kali seminggu. Untuk pasien CLL yang
gagal terapi dengan fludarabin, diberikan alemtuzumab dengan dosis 3 mg per hari
secara infus intravena.
Kontraindikasi : infeksi sistemik, imunodefisiensi, atau hipersensitif terhadap
alemtuzumab atau komposisi dalam formulanya.
Peringatan : Alemtuzumab digunakan dibawah pengawasan dokter yang
berpengalaman pada terapi antineoplastik. Alemtuzumab dapat menimbulkan
pengaruh pada sistem hematologi, imunosupresi, reaksi sensitif, toksik terhadap
kardiovaskular.
Sediaan yang ada : Injeksi konsentrat untuk infus intravena, 30 mg/mL.
HEMATOPOIETIC STEM CELL TRANSPLANTATION
Transplantasi stem sel pada pasien CLL menunjukkan peningkatan lebih
lama dari masa hidup pasien.
Interaksi Obat

Obat 1 Obat 2 Interaksi


Fludarabin Pentostatin Toksisitas terhadap paru-paru
Cytarabin Menurunkan metabolisme fludarabin

Siklofosfamid Doxorubicin Toksisitas terhadap kandung kemih


Trastuzumab Toksisitas kardiak
Allopurinol Toksisitas sumsum tulang
Busulfan Kadar serum siklofosfamid
Kloramfenikol Hambat produksi metabolit aktif
Prednison Dosis tunggal, hambat aktivasi
Dosis berulang, aktivasi
KANKER PROSTAT
Location and function of the prostate
Prostat Prostat adalah kelenjar kecil
yang hanya dimiliki pria dan
besarnya seukuran biji kenari.
Prostat terletak tepat di bawah
kandung kemih dan
melingkari uretra. Uretra
adalah saluran urin dan semen
(air mani) keluar dari tubuh.

Berat : 20-25 g
panjang = 3,4 cm, lebar 4,4 cm, tebal 2,6 cm

192
Fungsi Prostat :
- mengeluarkan dan menyimpan
sejenis cairan yang menjadi dua
pertiga bagian dari air mani.
- zinc (bagian dari cairan prostat),
aktivitas bakterisid
- cairan prostat membuat semen
basa, melindungi sperma dari
lingkungan asam vagina
- mencegah koagulasi cairan semen,
meningkatkan motilitas dan
kesuburan sperma
- otot polos prostat membantu
mempertahankan kontinensi

193
Kanker prostat
adalah suatu tumor ganas yang tumbuh di
dalam kelenjar prostat, sebuah kelenjar dalam
sistem reproduksi laki-laki .
EPIDEMIOLOGI
Dalam data penelitian Hasil Survei
epidemiologi dilakukan oleh National
Cancer Institute pada 2011, diperkirakan
bahwa Diperkirakan bahwa 240.890 orang
didiagnosis menderita kanker prostat dan
33.720 orang meninggal.
Kanker prostat jarang ditemukan pada pria
berusia kurang dari 40 tahun.
PENYEBAB
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa penelitian telah
menunjukkan adanya hubungan peningkatan kadar hormon
testosteron dan kanker prostat.
Kanker prostat terjadi ketika sel-sel prostat
tumbuh lebih cepat daripada kondisi normal
sehingga membentuk benjolan atau tumor yang
memiliki keganasan.
GEJALA
Biasanya kanker prostat berkembang secara perlahan
dan tidak menimbulkan gejala sampai kanker telah
mencapai stadium lanjut.
Pasien mengalami kesulitan dalam berkemih dan sering
berkemih. Gejala tersebut timbul karena kanker
menyebabkan penyumbatan parsial pada aliran air
kemih melalui uretra. Kanker prostat juga bisa
menyebar ke otak dan menyebabkan kejang.
STADIUM

Stadium A : benjolan/tumor tidak dapat diraba


pada pemeriksaan fisik, biasanya ditemukan
secara tidak sengaja setelah pembedahan
prostat karena penyakit lain.

Stadium B : tumor terbatas pada prostat dan


biasanya ditemukan pada pemeriksaan fisik
atau tes PSA.
Stadium C : tumor telah menyebar ke luar
dari kapsul prostat, tetapi belum sampai
menyebar ke kelenjar getah bening.

Stadium D : kanker telah menyebar


(metastase) ke kelenjar getah bening
regional maupun bagian tubuh lainnya
(misalnya tulang dan paru-paru).
DIAGNOSA

1. Colok dubur
2. Antigen prostat spesifik (PSA)
3. Trans rectal ultrasonografi (TRUS)
4. Biopsi prostat
Colok Dubur

merupakan pemeriksaan sederhana


dengan perabaan menggunakan jari
pemeriksa melalui anus, diraba sisi
bagian belakang dari kelenjar prostat.
Pemeriksaan ini dapat menilai perkiraan
ukuran prostat, konsistensi, dan adanya
benjolan pada kelenjar prostat.
Prostate specific antigen
(PSA)
PSA merupakan indikator
penting dari kanker prostat
karena merupakan protein yg
disekresikan secara eksklusif
oleh sel-sel epitel prostat dan
meningkat pada serum sebagian
besar pasien dengan BPH atau
kanker prostat. Kanker prostat
dapat meningkatkan serum PSA
sebanyak 10 kali lebih daripada
BPH.
PSA: Test laboratorium darah penderita. PSA
merupakan suatu bentuk protein yang dihasilkan
oleh sel-sel epitel kelenjar prostat.

Trans rectal ultrasonografi (TRUS) : merupakan


pemeriksaan ultrasonografi (USG) dengan
menggunakan alat probe berbentul silinder
panjang yang dimasukkan lewat anus.
Biopsi prostat
Biopsi prostat dilakukan bila ditemukan
benjolan/nodul atau konsistensi keras
pada colok dubur dan atau didapatkan
kadar PSA yang meningkat (lebih dari 10
ng/ ml). Biopsi dilakukan dengan
menggunakan alat khusus berupa gun
biopsi yang menggunakan jarum.
PENGOBATAN
Pada stadium awal bisa digunakan prostatektomi
(pengangkatan prostat) dan terapi penyinaran .

Jika kanker telah menyebar, bisa dilakukan


manipulasi hormonal (mengurangi kadar
testosteron melalui obat-obatan maupun
pengangkatan testis) atau kemoterapi.
Prostatektomi radikal
Seringkali dilakukan pada kanker stadium A dan
B. Prosedurnya lama dan biasanya dilakukan
dibawah pembiusan total maupun spinal. Sebuah
sayatan dibuat di perut maupun daerah perineum.
Orkiektomi
Pengangkatan kedua testis menyebabkan
berkurangnya kadar testosteron. Orkiektomi
biasanya dilakukan pada kanker yang telah
menyebar.
Terapi penyinaran

terutama digunakan untuk mengobati kanker


stadium A, B dan C. Biasanya jika resiko
pembedahan terlalu tinggi, maka dilakukan terapi
penyinaran.
Obat-obatan

1. Manipulasi hormonal.
Tujuannya adalah mengurangi kadar testosteron.
Contohnya adalah lupron atau zoladeks
Efek sampingnya adalah mual dan muntah, wajah
kemerahan, anemia, osteoporosis dan impotensi. Zat
penghambat androgen (misalnya flutamid), yang
berfungsi mencegah menempelnya testosteron pada
sel-sel prostat. Efek sampingnya adalah impotensi dan
ginekomastia (pembesaran payudara).
2. Kemoterapi

Kemoterapi seringkali digunakan untuk mengatasi


gejala kanker prostat yang kebal terhadap
pengobatan hormonal. Contoh:
- Paclitaxel
- Docetaxel

Anda mungkin juga menyukai