Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI PADA TN.

DENGAN CA BULI DI RUANG RAJAWALI V A RSUP DR KARIADI

NAMA : DEVI NOVITASARI

NIM : P1337420919078

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN


PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN – POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


SEMARANG

TAHUN 2019

i
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI PADA PASIEN TN. A DENGAN CA BULI


DI RUANG RAJAWALI 5A RSUP DR. KARIADI SEMARANG

Devi Novitasari
Mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan dan Profesi Ners
Poltekkes Kemenkes Semaranf
Koresponden: devinovitasari63044@gmail.com

Latar Belakang: Ca buli adalah kanker yang ditandai dengan adanya total
hematuria tanpa atau disertai rasa nyeri dan bersifat intermiten. Orang yang
terkena Ca Buli jika berkemih terasa nyeri.

Tujuan: memberikan gambaran penatalaksanaan nyeri pada Tn. A dengan Ca Buli


di ruang Rajawali 5A RSUP Dr. Kariadi Semarang

Metode: Metode yang digunakan dengan pendekatan studi kasus pada pasien Ca
Buli

Hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam pada pasien Ca buli
dengan tindakan manajemen analgetik dan latihan relaksasi tarik nafas dalam,
masalah keperawatan nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor teratasi
sebagian

Kesimpulan: Relaksasi Tarik nafas dalam dan pemberian analgetik kurang efektif
menurunkan nyeri secara perlahan.

Kata Kunci: Asuhan Keperawatan, Nyeri, Ca Buli

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................ i
ABSTRAK............................................................................................ ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Web of Coution (WOC)...................................................... 2
BAB II LAPORAN KASUS KELOLAAN.......................................... 3
BAB III PEMBAHASAN..................................................................... 23
A. Analisa Kasus..................................................................... 23
B. Analisa Intervensi Keperawatan......................................... 24
BAB IV PENUTUP.............................................................................. 25
A. Kesimpulan........................................................................ 25
B. Saran................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR LAMPIRAN

1.1 Lampiran Web of Coution (WOC) Nyeri

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ca buli adalah kanker yang ditandai dengan adanya total hematuria tanpa
atau disertai rasa nyeri dan bersifat intermiten. Pada karsinoma yang telah
mengadakan infiltratif tidak jarang menunjukkan adanya gejala iritasi dari buli-
buli seperti disuria, polakisuria, frekuensi dan urgensi dan juga biasa dengan
keluhan retensi oleh bekuan darah (Purnomo, 2011).

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2013, insiden kanker


meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012.
Jumlah kematian pasien kanker meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008
menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Ca buli menempati kedudukan sebesar 3%
dari semua tumor ganas di seluruh dunia.

Ca buli sering terjadi pada dewasa berusia 50 sampai 60 tahun. Kini


kanker keempat paling sering pada laki-laki dan kesepuluh pada perempuan,
kanker ini menyerang orang kulit putih dua kali lebih sering dari pada orang
kulit hitam yang ditandai dengan hematuria. Dampak hematuria yang
berlangsung terus menerus dapat mengancam jiwa karena dapat menimbulkan
penyulit berupa terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran
darah, sehingga dapat menimbulkan syok hipovolemik/ anemi dan
menimbulkan urosepsis. Penyumbatan atau obstruksi yang terjadi dapat
menyebabkan terjadinya refluks vesiko-ureter atau hedronefrosis. Apabila
terjadi infeksi pada buli-buli akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada
ginjal yang lama kelamaan mengakibatkan gagal ginjal (Purnomo, 2011).

Pasien yang didiagnosis dengan Ca buli metastasis biasanya diobati


dengan kemoterapi dan sinar X. Efek samping atau komplikasi dari kemoterapi
atau BCG intravesika termasuk iritasi kandung kemih, frekuensi, urgensi dan

1
disuria. Manifestasi ini biasanya selesai dalam 1 atau 2 hari. Terkadang
hematuria, demam, malaise, mual, menggigil, nyeri sendi dan gatal-gatal
dilaporkan. Manifestasi ini lebih representatif terhadap reaksi sistemik dan
harus segera dilaporkan. Efek samping dari pemberian sinar X adalah rasa
mual dan muntah, kulit menghitam di bagian tubuh yang terkena radiasi,
rambut rontok sedikit demi sedikit (namun jika melakukan radioterapi pada
bagian kepala, leher, atau muka, mungkin kerontokan yang terjadi akan lebih
banyak) merasa kelelahan, gangguan menstruasi pada perempuan, gangguan
terhadap jumlah dan kualitas sperma pada laki-laki, serta timbul berbagai
masalah kulit. (Black & Hawks, 2014).

Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan nyeri pada pasien


Ca buli yaitu sebagai pelaksana, diharapkan klien mendapatkan kembali
kesehatannya melalui proses keperawatan yang dilakukan secara komperhensif
dan sistematis. Peran perawat terhadap pasien dengan nyeri penyakit kanker
buli-buli dapat juga dilakukan dengan cara promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Terutama peran promotif melalui edukasi atau memberikan
pendidikan kesehatan kepada pasien mengenai Ca buli, sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan, rasionalisasi, risiko efek samping dan hasil yang
diharapkan dari kemoterapi (Black & Hawks, 2014). Peran kuratif perawat
yaitu melatih manajemen nyeri pada pasien secara non farmakologis seperti
relaksasi Tarik nafas dalam, sehingga saat pasien sedang sendiri dan merasa
nyeri pasien bisa mengontrol nyeri dengan relaksasi Tarik nafas dalam. Jika
tindakan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dilakukan maka
kemungkinan angka kejadian penyakit kanker buli-buli dapat berkurang. Untuk
itu tujuan penulis membuat karya tulis ilmiah ini adalah memberikan asuhan
keperawatan nyeri pada pasien dengan penyakit kanker buli-buli.

B. WEB OF CAUTION

(Terlampir)

2
BAB II

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A

DENGAN CA BULI DI RUANG RAJAWALI V A RSUP DR KARIADI

Pengkajian : 7 Agustus 2019 Praktikan : Devi Novitasari

Jam : 06.30 WIB

Tanggal masuk : 28 Juni 2019

Ruang : Rajawali V A

No. Reg : C761499

A. DATA UMUM KLIEN


1. Initial klien : Tn. A
2. Usia : 40 tahun
3. Status perkawinan : Menikah
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Pendidikan terakhir : SD
6. Alamat : Karangmalang
7. Agama : Islam
8. Dx. Medik : Ca Buli

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. Y
Alamat : karangmalang
Hubungan dengan pasien : Istri

C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Tn. A mengatakan bahwa perutnya terasa nyeri.
P: Nyeri timbul saat kencing keluar dan saat klien bergerak
Q: seperti ditusuk-tusuk,
R: Perut sebelah kiri dan dikepala
S : skala 7,

3
T: hilang timbul
O : lebih dari 3 bulan dimulai bulan Mei 2019

2. Riwayat kesehatan sekarang


Istri Tn. A mengatakan awalnya klien mengalami kencing darah pada
bulan Mei 2019, dan oleh keluarga klien dibawa ke RS Kudus. Di RS
Kudus klien dilakukan pemeriksaan teropong dan terlihat bahwa di
kandung kemih ada massanya. Dari RS Kudus merujuk Tn. A ke RSUP Dr.
Kariadi. Di RSUP Dr. Kariadi dilakukan pemeriksaan CT Scan dan
terdapat ada massa di kepala Tn. A. Selain itu, klien juga dilakukan MSCT
Abdomen yang menunjukkan bahwa ada massa di kandung kemih klien.
Tn. A juga mengeluh gangguan menelan setelah diperiksa ternyata ada
impaksi gigi. Berdasarkan hasil pemeriksaan diatas pada tanggal 8 Juli
2019 Tn. A operasi odondectomy dan pengambilan biopsi tumor regio
parietal sinistra. Setelah itu Tn. A mengalami program radioterapi dari
bulan Juni hingga saat ini. Tn. A saat ini mengeluh nyeri dengan
P: Nyeri timbul saat kencing keluar dan saat klien bergerak
Q: seperti ditusuk-tusuk,
R: Perut sebelah kiri dan dikepala
S : skala 7,
T: hilang timbul
O : lebih dari 3 bulan dimulai bulan Mei 2019.

3. Riwayat kesehatan keluarga


Istri Tn. A mengatakan bahwa ayah Tn. A juga mengalami kanker otak.
Namun pada anggota keluarganya tidak ada riwayat sakit Hipertensi,
Jantung, Diabetes Melitus, maupun gejala sakit perut seperti yang dialami
oleh Tn. A.

Genogram:

4
Keterangan :

:Laki-laki :Perempuan
meninggal

:Perempuan :Laki-laki meninggal

:Pasien

D. DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


1. Keadaan umum : Kesadaran: Composmentis
2. Tanda vital : TD = 100/70 mmHg
Nadi = 106 kali/menit
Suhu = 37,3 oC
RR = 20 kali/ menit
3. Kepala :
a. Leher : tidak mengalami kaku kuduk.
b. Kepala : terdapat benjolan dikepala.
c. Mata : proptosis mata (mata menonjol) penglihatan
kurang jelas pada mata kiri yang menonjol
d. Hidung : Tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping
hidung, tidak keluar lendir.
4. Dada
a. Jantung :
 Inspeksi
Iktus kordis tidak tampak.
 Palpasi
Iktus kordis teraba di ICS 5 mid klavikula sinistra.
 Perkusi
Terdengar pekak sampai pada batas ruang interkostal III/IV garis
parasternal kiri
 Auskultasi
Terdapat bunyi jantung 1 dan 2, tidak ada bunyi tambahan.
b. Paru :
 Inspeksi
Bentuk dada simetris, gerakan dinding dada reguler, tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan, tidak ada retraksi dinding dada,
tidak adanya sumbatan jalan nafas, ekspansi dada simetris, RR 20
kali/menit.
 Palpasi

5
Tidak terkaji
 Perkusi
Terdengar sonor
 Auskultasi
Suara nafas vesikuler di semua lapang paru.
5. Abdomen
 Inspeksi : Kondisi perut tampak sedikit lebih besar
 Auskultasi : ada bising usus, 5 kali permenit.
 Palpasi : ada nyeri tekan.
P: Nyeri timbul saat kencing keluar dan saat klien bergerak
Q: seperti ditusuk-tusuk,
R: Perut sebelah kiri dan benjolan dikepala sebelah kiri
S : skala 7,
T: hilang timbul
O : lebih dari 3 bulan dimulai bulan Mei 2019

6. Ekstremitas

a. Ekstremitas atas : terpasang infuse Triofusin 20 tpm di tangan


kanan pasien, tangan kanan dan kiri lemah
b. Ekstremitas bawah : kaki kanan dan kiri sulit digerakan dan
tidak terasa, sensitabilitas hipertesi ujung jari kaki

7. Eliminasi : klien jarang berkemih sehari 2-3 kali dan warna urine
(tidak terkaji), klien belum BAB selama 1 hari

E. Pengkajian Pola Gordon


1. Pengkajian Pola fungsional Gordon
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Kepeduliaan terhadap kesehatan : klien mengatakan kesehatan itu
penting.
Riwayat opname :klien mengatakan pernah dirawat di
RS Kudus dengan diagnosis yang sama yaitu Ca Buli.
Kebiasaan periksa ketika sakit :klien mengatakan bila sakit, akan
periksa ke faskes.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
a. Sebelum Sakit :
Pola makan : klien mengatakan makan 3x/hari secara teratur

6
Porsi yang dihabiskan : klien mengatakan selalu habis 1 porsi
makan
Minum : klien mengatakan minum air putih biasanya 6-8
gelas per hari
TB : 160 cm
BB : 60 kg
b. Saat dirawat
Keluarga pasien mengatakan selama di RS Tn. A susah makan,
makan hanya 3 sendok kadang tidak mau
3. Pola Eliminasi
a. Sebelum Sakit
Klien mengatakan sebelum sakit miksi teratur 4-5 kali dalam sehari
dengan warna kuning jernih dan berbau khas. Defekasi normal 1
hari sekali dengan warna kuning dan konsistensi padat.
b. Saat dirawat
Klien mengatakan saat sakit sulit BAK dan terasa nyeri saat BAK.
Dan Tn. A belum BAB selama 2 hari.
4. Pola Aktivitas dan Latihan

Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan 
minum
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Berpindah 
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat, 4: tergantung total
5. Pola Kognitif Perseptual Sensori
a. Klien mengatakan bahwa saat ini klien mengalami sakit dan
membutuhkan perawatan dirumah sakit.
b. Klien mengatakan bahwa saat ini dirawat di RSUP Dr Kariadi.

6. Pola Istirahat dan Tidur


a. Sebelum Sakit
Klien mengatakan sebelum sakit klien dapat istirahat cukup dengan
waktu tidur malam 7 jam dan siang hari 1 jam.
b. Saat Dirawat

7
Keluarga pasien mengatakan klien tidak mengalami gangguan
tidur.
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dirumah : keluarga pasien mengatakan Tn. A adalah individu yang
bertanggungjawab
Di RS : Keluarga pasien mengatakan Tn. A sedih karena sudah
tidak bekerja lagi
8. Pola Peran dan Hubungan
Dirumah : keluarga mengatakan Tn. A berhubungan baik dengan
keluarga dan tetangga
Di RS : Keluarga mengatakan Tn. A berhubungan baik dengan
perawat, dokter, dan petugas kesehatan lainnya
9. Pola Reproduksi seksual
Dirumah : Tidak ada masalah pada organ reproduksi
Di RS : Organ Reproduksi normal
10. Pola pertahanan diri
Klien mengatakan dapat beradaptasi dengan baik di ruang rawat.
11. Pola Keyakinan dan Nilai
Klien beragama islam. Klien selalu berdoa agar segera sembuh dari
penyakit yang dideritanya.

F. OBAT-OBATAN
1. Infus Triofusin 500 ml 20 tpm intravena.
2. Ondansentron 8 mg/ 8 jam melalui intravena
3. Lansoprazol 30 mg/ 12 jam melalui intravena
4. Ketorolac 30 mg/8 jam melalui intravena
5. Ranitidine 50 mg/ 12 jam melalui intravena
6. Durogetic patch 25 mg/ 12 jam melalui topical
7. Burnasim cream melalui topical
8. Lactulose syrup 15 mg/ 12 jam melalui oral
9. Alprazolam 0,5 mg/ 24 jam melalui oral
10. Paracetamol 500 mg/ 8 jam melalui oral
11. Asam folat 1 mg/24 jam melalui oral
12. Natrium bikarbonat 500 mg/ 8 jam melalui oral
13. Amlodipine 5 mg/ 24 jam melalui oral
14. Ramipril 5 mg/ 24 jam melalui oral
15. Vitamin B, B6, B12 1 tablet/ 8 jam melalui oral
16. Gabapentin 100 mg/ 8 jam melalui oral

8
G. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium patologi klinik tanggal 18 Mei 2016

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal Keterangan

Hematologi paket
Hemoglobin 10.9 g/dl 12.00-15.00 L
Hematokrit 32.5 ∞ 35-47 L
Eritrosit 4.28 10^6/µL 4.4-5.9 L
MCH 25.5 Pg 27.00-32.00
MCV 75.9 Fl 76-96
MCHC 33.5 g/dl 29.00-36.00
Leukosit 9.6 10^3/µL 3.6-11 L
Trombosit 407 10^3/µL 150-400 L
RDW 15.9 ∞ 11.60-14.80 H
MPV 9 FI 4.00-11.00

2. MSCT Abdomen dengan kontras dilakukan pada tanggal 22 Juli 2019


Kesan :
- Massa solid inhomogen bentuk lobulated pada vacuum pelvis (ukuran
± AP 12.3 x LL 8.4 x CC 18.8 cm) dengan klasifikasi didalamnya,
yang tampak menempel dan sulit dipisahkan dengan m.iliafacus kanan,
m.iliopsoas kanan, m.obterator intermus, dan eksternus kanan, dan
m.pirifermis kanan, m.pectineus kanan, m. gluteus minimus kanan, dan
m.gluteus medius kanan, mendesak vesical urinaria ke posterior
disertai irreguleritas pada dinding vesical urinaria, mengencase arteri
dan vena iliaka kanan serta ureter distal kanan, menempel dan

9
mendesak prostat ke posterior, serta mendesak rectosigmoid ke sisi
kiri, curiga soft tissue sarcoma disertai infiltrasi ke vesical urinaria
- Moderate hidronefrosis dan hidroureter kanan kiri
- Multiple limfadenopati pada region inguinal kanan kiri, presacral, dan
para aorta (ukuran terbesar ± 2.1 x 2.3 cm pada parasacral)
- Multiple lesi litik disertai erosi pada proksimal os femur kanan dan os
ilium kanan serta lesi litik pada corpus vertebrata L1, cenderung bone
metastasis

3. MSCT Kepala dengan Kontras


Kesan:
- Lesi litik destruktif pada os parietal kanan kiri, sphenoid wing kanan
kiri, os temporal kanan kiri, dinding-dinding sinus sphenoidalis kanan
kiri, dan dinding sinus ethmoidalis kiri disertai multiple lesi solid yang
meluas ke intra dan ekstracranial region parietal kanan kiri, region
temporal kanan kiri, sinus sphenoidalis kanan kiri, sinus ethmoidalis
kiri, dan extraconal cavum orbita kiri, mendesak m.rectus lateral kiri
ke medial dan menyebabkan proptosis bulbi kiri (ukuran terbesar lesi
± AP 5.3 x LL 6.9 x CC 5.6 cm pada region temporal kiri), cenderung
metastasis.
- Tak tampak perdarahan maupun tanda peningkatan tekanan
intracranial
- Sinusitis maksilaris kiri

DAFTAR MASALAH

No. Tanggal/ Data focus Diagnosa


jam keperawatan

1. Rabu, DS: Nyeri kronis

10
7/8/2019 Klien mengatakan perutnya terasa sakit. berhubungan
Pukul P: Nyeri timbul saat kencing keluar infiltrasi tumor
06.45 dan saat klien bergerak
Q: seperti ditusuk-tusuk,
R: Perut sebelah kiri dan benjolan
dikepala sebelah kiri
S : skala 7,
T: hilang timbul
O : lebih dari 3 bulan dimulai bulan
Mei 2019
DO:
 Klien didiagnosa Ca Buli
 Kadang-kadang klien tampak
meringis.
 Hasil MSCT Abdomen dicurigai soft
tissue sarcoma disertai infiltrasi ke
vesical urinaria
 Hasil MSCT kepala dicurigai
metastasis
 TD = 100/70 mmHg
Nadi = 106 kali/menit
Suhu = 37,3 oC
RR = 20 kali/ menit

RENCANA KEPERAWATAN

No. Tanggal Diagnosa Tujuan Intervensi TTD


/jam keperawatan Perawat

1. Rabu, Nyeri kronis Setelah dilakukan asuhan NIC : Manajemen Devi N


7/8/201 berhubungan keperawatan pada TN. A Analgetik
9 dengan selama 3x 24 jam diharapkan Aktivitas
Pukul infiltrasi tumor nyeri berkurang dan pasien 1. Tentukan lokasi,
20.00 bisa mengontrol nyeri dengan karakteristik, kualitas
kriteria hasil : dan tingkat nyeri
- Nyeri berkurang sebelum mengobati
hingga skala 5 pasien.
- Pasien bisa mengontrol Rasional:
nyeri
Memberikan informasi
- Pasien merasa nyaman

11
karena nyeri berkurang yang diperlukan untuk
- TTV dalam batas
merencanakan asuhan
normal
- Pasien bisa melakukan 2. Cek obat meliputi
relaksasi Tarik nafas jenis, dosis, dan
dalam frekuensi pemberian
analgetik.
Rasional :
memberikan obat
sesuai dengan keluhan
pasien dan anjuran
dokter
3. Tentukan jenis
analgetik ( Narkotik,
Non-Narkotik)
disamping tipe dan
tingkat nyeri.
R : Untuk
mengetahui terapi
yang dilakukan sesuai
atau tidak, atau malah
menyebabkan
komplikasi

4. Gali pengetahuan
keluarga dan pasien
tentang nyeri
Rasional : menentukan
tindakan selanjutnya
apakah perlu
pemberian informasi
atau tidak
5. Berikan informasi
tentang nyeri
- Rasional : klien bisa
mengontrol nyeri
6. Latih relaksasi Tarik
nafas dalam dan beri
pengalihan nyeri
R : Untuk
meningkatkan

12
kenyamanan dengan
mengalihkan perhatian
klien dari rasa nyeri

7. Monitor tanda –
tanda vital sebelum
dan setelah pemberian
analgetik.
R: mengetahui
keadaan umum pasien
8. Evaluasi nyeri
R: Untuk mengetahui
efektifitas penanganan
nyeri, tingkat nyeri
dan sampai
sejauhmana klien
mampu menahannya
serta untuk
mengetahui kebutuhan
klien akan obat-obatan
anti nyeri
IMPLEMENTASI

No TGL, DIAGNOSA TINDAKAN RESPON PASIEN TTD


JAM KEP KEPERAWATAN

1. 8/8/2019 Nyeri kronis 1. Melakukan DS : pasien masih


pengkajian nyeri
berhubungan
09.00 nyeri pada
dengan infiltrasi pasien P: Nyeri timbul

tumor saat kencing keluar


dan saat klien
bergerak
Q: seperti ditusuk-
tusuk,
R: Perut sebelah

13
kiri dan benjolan
dikepala sebelah
kiri
S : skala 7,
T: hilang timbul
O : lebih dari 3
bulan dimulai
bulan Mei 2019

DO :
Pasien tampak
meringis
DS: Klien
menjawab nama
dan menanyakan
jenis obat apa yang
diberikan
DO : klien
13.55 2. Mengecek 6 mengangguk
benar obat saat setelah saya
pemberian obat jelaskan

DS :Klien
menanyakan jenis
obat yang diberikan
DO: Klien hanya
terdiam saat
14.00 dilakukan
3. Melakukan penyuntikan
pemberian obat
Ketorolac 30
mg/8 jam DS: Klien dan
melalui keluarga klien
intravena pada belum mengetahui
klien cara mengatasi
09.10 nyeri secara non
farmakologis

4. Menggali TD : 110/70 mmHg

14
pengetahuan N : 100 x/mnt
pasien tentang
nyeri RR : 22 x/mnt
S : 36oC
11.00

5. Monitor tanda –
tanda vital

No TGL, DIAGNOSA TINDAKAN RESPON PASIEN TTD


JAM KEP KEPERAWATAN

1. 9/8/2019 Nyeri kronis 1. Mengecek 6 DS: Klien


benar obat saat menjawab nama
berhubungan
13.55 pemberian
dengan infiltrasi obat DO : klien
kooperatif
tumor

2. Melakukan DS :Klien
pemberian menanyakan jenis
obat Ketorolac obat yang diberikan
30 mg/8 jam
14.00 melalui DO: Klien tampak
intravena pada meringis saat
klien disuntik

3. Memberikan
informasi DS: Keluarga Klien

15
09.40 tentang cara mengangguk saat
mengatasi dijelaskan
nyeri dengan
tindakan non
farmakologis:
relaksasi Tarik
nafas dalam

12.00 4. Monitor tanda


– tanda vital TD : 100/70 mmHg
N : 105 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 36oC

5. Evaluasi Nyeri
13.00
DS : pasien masih
nyeri
P: Nyeri timbul
saat kencing keluar
dan saat klien
bergerak
Q: seperti ditusuk-
tusuk,
R: Perut sebelah
kiri dan benjolan
dikepala sebelah
kiri
S : skala 7,
T: hilang timbul
O : lebih dari 3
bulan dimulai
bulan Mei 2019

DO :
Pasien tampak
meringis

16
No TGL, DIAGNOSA TINDAKAN RESPON PASIEN TTD
JAM KEP KEPERAWATAN

1. 10/8/201 Nyeri kronis 1. Mengecek 6 DS: Klien


benar obat saat menjawab nama
9 berhubungan
pemberian obat
dengan infiltrasi DO : klien terlihat
13.55 diam saja
tumor
14.00 2. Melakukan
pemberian obat DS : keluarga klien
Ketorolac 30 mengatakan jika
mg/8 jam klien masih nyeri
melalui
intravena pada DO: klien terdiam
klien

DO: Klien
09.10 3. Melatih klien memperagakan
untuk relaksasi relaksasi Tarik
Tarik nafas nafas dalam
dalam

4. Monitor tanda –
DS: TD : 120/70
tanda vital
11.00 mmHg
N : 100 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 36oC

5. Evaluasi Nyeri DS : pasien masih


13.00
nyeri
P: Nyeri timbul
saat kencing keluar
dan saat klien

17
bergerak
Q: seperti ditusuk-
tusuk,
R: Perut sebelah
kiri dan benjolan
dikepala sebelah
kiri
S : skala 6,
T: hilang timbul
O : lebih dari 3
bulan dimulai
bulan Mei 2019

DO :
Pasien tampak
meringis

EVALUASI

Tanggal Diagnosa Evaluasi TTD

Sabtu, 10 Agustus Nyeri kronis DS : pasien masih nyeri


2019 berhubungan P: Nyeri timbul saat kencing keluar dan
dengan saat klien bergerak
infiltrasi Q: seperti ditusuk-tusuk,
R: Perut sebelah kiri dan benjolan
tumor
dikepala sebelah kiri
S : skala 6,
T: hilang timbul
O : lebih dari 3 bulan dimulai bulan Mei
2019

DO : Klien paham tentang manajemen nyeri


dan mempraktekkan relaksasi Tarik nafas
dalam

18
TD : 120/70 mmHg
N : 100 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 36oC

A : Masalah teratasi sebagian


P:
- Lanjutkan pemberian obat anti nyeri
dengan prinsip 6 benar obat
- Latih lagi relaksasi Tarik nafas dalam

19
BAB III
PEMBAHASAN

A. ANALISA KASUS
Tn. A usia 40 tahun status sudah menikah didiagnosis Ca buli sejak
Mei 2019. Awalnya klien mengalami kencing darah pada bulan Mei 2019,
dan oleh keluarga klien dibawa ke RS Kudus. Di RS Kudus klien
dilakukan pemeriksaan teropong dan terlihat bahwa di kandung kemih ada
massanya. Dari RS Kudus merujuk Tn. A ke RSUP Dr. Kariadi. Di RSUP
Dr. Kariadi dilakukan pemeriksaan CT Scan dan terdapat ada benjolan di
otak Tn. A. Selain itu, klien juga dilakukan MSCT Abdomen yang
menunjukkan bahwa ada massa di kandung kemih klien. Tn. A juga
mengeluh gangguan menelan setelah diperiksa ternyata ada impaksi gigi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan diatas pada tanggal 8 Juli 2019 Tn. A
operasi odondectomy dan pengambilan tumor regio parietal sinistra.
Setelah itu Tn. A mengalami program radioterapi hingga saat ini.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 7 Agustus 2019 dengan hasil
TD = 100/70 mmHg, Nadi = 106 kali/ menit, Suhu= 37,3 oC, RR= 20
kali/ menit. Saat ditanya keluhan pasien, keluarga pasien mengatakan jika
klien mengeluh nyeri P: Nyeri timbul saat kencing keluar dan bergerak, Q:
seperti ditusuk-tusuk, R: Perut sebelah kiri dan benjolan kepala sebelah
kiri, S : skala 7, T: hilang timbul, O : lebih dari 3 bulan dimulai bulan Mei
2019.
Ca buli berbentuk papiler, tumor non invasif (in situ), noduler
(infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan invasif. Ca buli yang
terus berkembang akan mendesak kandung kemih sehingga menyebabkan
iritasi dan terjadi hematuria. Dampak hematuria yang berlangsung terus
menerus dapat mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit
berupa terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran darah,
sehingga dapat menimbulkan syok hipovolemik/ anemi dan menimbulkan
urosepsis. Selain itu iritasi kandung kemih juga menyebabkan nyeri saat
berkemih. (Black & Hawks, 2014)

20
Keluhan nyeri pada Tn. A diambil diagnose keperawatan berupa
nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor. Nyeri kronis adalah
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan sebagai suatu
kerusakan (International Association for the Study of Pain); serangan yang
tiba-tiba atau lambat dengan intesitas ringan hingga berat, terjadi konstan
atau berulang yang barakhirnya tidak bisa diantisipasi atau diprediksi, dan
berlangsung lebih dari 3 bulan (Herdman, 2018)
Pasien kanker ca buli dengan metastase ke organ lain seperti kepala
maka intensitas nyerinya akan meningkat dan terus menerus karena
pertumbuhan sel kanker akan mendesak organ disekitar sehingga
menimbulkan rasa nyeri, rasa nyeri itu dihantarkan ke otak dan dari otak
akan dipersepsikan nyeri dan dihantarkan ke organ tersebut, semakin parah
kanker tersebut maka akan semakin sering juga nyeri itu muncul. Kanker
Buli bisa sampai menjalar ke otak. Jika sudah mengenai saraf otak maka
akan merambat ke saraf mata dan tumor itu mengisi rongga orbita
sehingga mendesak bola mata dan menyebabkan mata menonjol serta
mengalami kesulitan penglihatan seperti pada kasus Tn. A yang matanya
menonjol dan penghilatannya kurang jelas. . (Black & Hawks, 2014)
Penanganan nyeri sedang yaitu dengan pemberian obat anti nyeri
yang sudah disetujui oleh dokter. Pada kasus Tn. A obat anti nyeri berupa
ketorolac 30 mg/ 8 jam melalui Intravena, durogetic patch 25 mg/ 12 jam
melalui topical, alprazolam 0,5 mg / 24 jam, parasetamol 500 mg/ 8 jam
melalui oral, gabentin 100 mg/ 8 jam. Semua obat anti nyeri itu diberikan
secara bergantian karena efek samping obat yang membahyakan
digunakan dalam waktu yang lama. Efek samping obat ketorolac yaitu
sakit perut, mual atau muntah ringan, diare, konstipasi, Heartburn ringan,
nyeri perut, kembung, pusing, sakit kepala, mengantuk, berkeringat; dan
telinga berdenging. Jika digunakan dalam waktu yang lama maka akan
membahayakan kondisi pasien, bisa saja pasien mengalami iritasi
lambung, namun pada kasus Tn. A tidak mengalami efek samping diatas.
Durogetic patch adalah obat pereda nyeri yang digunakan untuk

21
meredakan rasa sakit yang hebat yang bekerja dengan mengubah respon
otak dan sistem saraf pusat terhadap rasa sakit. Penggunaan durogetic
patch dapat menyebabkan ketergantungan dan iritasi jika obat ini dioleskan
pada kulit yang terdapat luka bakar, sayatan, atau iritasi. Efek samping
obat tersebut yaitu sesak napas, irama jantung melambat, otot kaku,
pusing, gangguan panglihatan, mual dan muntah, gatal, berkeringat,
tekanan darah tinggi. (Andarmoyo, 2013)
Alprazolam bekerja pada otak dan saraf (sistem saraf pusat) untuk
menghasilkan efek menenangkan. Efek samping yang biasa terjadi yaitu
Mmngantuk, pusing, merasa lelah, atau mudah marah, penglihatan kabur,
sakit kepala, masalah ingatan, kesulitan berkonsentrasi, masalah tidur
(insomnia), bengkak di tangan atau kaki, kelemahan otot, kurangnya
keseimbangan atau koordinasi, bicara cadel, perut mulas, mual, muntah,
sembelit, diare, meningkatnya keringat, mulut kering, hidung tersumbat,
perubahan nafsu makan atau berat badan, kehilangan minat pada seks,
masalah memori. Paracetamol ditargetkan untuk mengobati bagian otak
yang menimbulkan rasa nyeri. Obat ini akan menghentikan produksi zat
kimiawi yang menyebabkan bagian otak tersebut meradang. Gabapentin
merupakan obat yang digunakan untuk meredakan nyeri neuropati (nyeri
yang disebabkan oleh kerusakan atau penyakit pada sistem saraf). Efek
samping obat gabapentin hampir sama dengan obat anti nyeri lainnya.
Semua obat anti nyeri memiliki efek samping yang membuat pasien tidak
nyaman. Penggunaan obat anti nyeri dalam waktu yang lama bisa
menyebabkan ketergantungan, kerusakan hati, iritasi lambung dan
menyebabkan perdarahan hebat, dan masih banyak lagi efek samping
lainnya yang bisa timbul akibat penggunaan waktu yang lama.
(Andarmoyo, 2013)

B. ANALISA INTERVENSI KEPERAWATAN


Nyeri dibagi menjadi 3 berdasarkan skala nyeri yaitu nyeri ringan,
nyeri sedang, dan nyeri berat. Nyeri ringan adalah nyeri dengan skala 1-3,
nyeri sedang adalah nyeri dengan skala 4-7, dan nyeri berat adalah nyeri

22
dengan skala 8-10. Penanganan nyeri ringan yaitu dengan terapi non
farmakologis dan kolaborasi obat-obatan. Pada pasien dengan nyeri
sedang biasanya susah untuk diajak kerja sama sehingga
penatalaksanaanya biasanya diberikan terapi farmakologis. Pada nyeri
berat klien sudah tampak cemas agitasi sehingga langsung diberikan terapi
farmakologis. (Andarmoyo, 2013)
Pada kasus ini Tn. A mengeluh nyeri dengan skala 7 atau masuk
kedalam nyeri sedang sehingga intervensi yang dilakukan yaitu kolaborasi
dengan dokter tentang terapi farmakologis setelah pengkajian yang
diberikan yaitu pemberian obat Ketorolac 30 mg/8 jam melalui intravena.
Sebelumnya pasien mendapatkan obat anti nyeri yang bermacam-macam
yang diberikan secara bergantian. Ketorolac adalah obat dengan fungsi
mengatasi nyeri sedang hingga nyeri berat untuk sementara. Ketorolac
adalah golongan obat nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID) yang
bekerja dengan memblok produksi substansi alami tubuh yang
menyebabkan inflamasi. Efek ini membantu mengurangi bengkak, nyeri,
atau demam. Efek samping dari obat ketorolac adalah menyebabkan mual
dan bisa mengiritasi lambung. Maka dari itu obat ketorolac tidak
dianjurkan diberikan dalam waktu yang lama. (Andarmoyo, 2013)
Walaupun Tn. A mengalami nyeri sedang namun keluarga dan
pasien perlu mengetahui tentang pengertian, penyebab, cara mengatasi
nyeri. Maka dari itu pada intervensi saya cantumkan menggali
pengetahuan nyeri pada pasien dan keluarga dan didapatkan hasil bahwa
keluarga belum mengetahui nyeri. Manajemen nyeri berupa farmakologis
dan non frmakologis. Non farmakologis bisa diberikan pada klien dengan
nyeri ringan. Tindakan manajemen nyeri non farmakologis bisa berupa
relaksasi nafas dalam, guide imaginary ( imajinasi terbimbing) dengan
membayangkan sesuatu yang indah- indah, distraksi atau pengalihan.
Distraksi atau pengalihan bisa dilakukan dengan melakukan hal yang
disukai pasien missal mendengarkan music, atau menggambar, atau yang
lainnya. (Andarmoyo, 2013)

23
Pada kasus Tn. A saya mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
untuk mengurangi nyeri karena mudah diaplikasikan. Relaksasi Tarik
nafas dalam bisa dilakukan mandiri oleh pasien tanpa menggunakan alat
serta jika pasien sedang tidak bersama keluarga dan merasa nyeri, pasien
bisa mengaplikasikan relaksasi tersebut. Relaksasi nafas dalam bisa
dilakukan dimanapun, bisa dilingkungan yang ramai maupun sepi. Jika
dibandingkan dengan teknik non farmakologis yang lain seperti distraksi
atau pengalihan dan guided imaginary. Distraksi dan guided imaginary
hanya bisa dilakukan di lingkungan yang sepi dan tenang saja.
Asuhan keperawatan berupa pemberian obat ketorolac 30 mg/8 jam
melalui intravena bisa menurunkan skala nyeri walaupun tidak drastis dan
perlahan seperti pada Tn. A yang sebelumnya mengeluh nyeri skala 7
berkurang menjadi skala 6. Asuhan keperawatan yang lain dalam
mengatasi nyeri yaitu melatih relaksasi nafas dalam, walaupun Tn. A
mengalami nyeri sedang namun perlu diberikan informasi tentang cara
penanganan nyeri dengan non farmakologis agar bisa diterapkan saat
sendiri dan dirumah. Intervensi pemberian obat anti nyeri dan latihan
relaksasi nafas dalam efektif menurunkan nyeri hanya saja perlu
diperhatikan efek samping dari obat ketorolac yang dapat mengiritasi
lambung sehingga perlu diperhatikan juga lama penggunaan obat tersebut.
Manajemen non farmakologis selain relaksasi Tarik nafas dalam seperti
distraksi dan guided imaginary bisa diajarkan kepada keluarga dan pasien.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang sudah dipaparkan penulis
mengenai diagnose Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor.
Implementasi yang dilakukan yaitu manajemen nyeri secara farmakologis dan
non farmakologis. Tujuannya agar skala nyeri berkurang. Manajemen nyeri

24
secara farmakologis yaitu dengan memberikan obat Pereda nyeri. Obat yang
digunakan dalam kasus ini yaitu obat Ketorolac 30 mg/8 jam melalui
intravena, durogetic patch 25 mg/ 12 jam melalui topical, alprazolam 0,5 mg /
24 jam, parasetamol 500 mg/ 8 jam melalui oral, gabentin 100 mg/ 8 jam.
Semua obat tersebut digunakan secara bergantian karena obat tersebut tidak
bisa digunakan dalam waktu jangka panjang dan menyebabkan kerusakan
organ seperti lambung dan hati. Selain itu juga dilakukan tindakan pemberian
informasi tentang mengatasi nyeri dengan cara non farmakologis yang bisa
dilakukan mandiri oleh pasien. Manajemen nyeri secara non farmakologis
berupa relaksasi nafas dalam juga efektif dilakukan karena tidak
membutuhkan alat, dan bisa dilakukan dimanapun.
Berdasarkan tindakan diatas masalah nyeri pada klien teratasi
sebagian, namun klien masih merasa nyeri dan skala 6. Hal ini terjadi karena
metastasis tumor sudah menyebar ke kepala juga yang menyebabkan lokasi
nyeri semakin banyak, sehingga nyeri susah diatasi. Selain itu, relaksasi Tarik
nafas dalam juga perlu dilakukan secara berulang saat nyeri dating untuk
mengontrol nyeri. Namun pada implementasi keperawatan diatas hanya
dilakukan 1 kali saja.
B. SARAN
Diharapkan latihan relaksasi Tarik nafas dalam bisa dilakukan lebih
dari 1 kali sampai klien bisa melakukan secara mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta:


ArRuzz Media.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen
klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika
Bulechek, G.M., Butcher, H & Dochterman, J M. 2013. Nursing Intervention
Classification (NIC) sixth edition.United States of America. Elsevier.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I (11th ed.). Jakarta: EGC.

25
Moorhead Sue, dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th
Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia.
Purnomo, B. B. (2011). Dasar-dasar Urologi edisi ketiga. Jakarta: Sagung Seto.
WHO (World Health Organization), 2013. Cancer: Prevention and Control.
WHO : Globalhealth.

26

Anda mungkin juga menyukai