Disusun oleh :
Intra Kemoterapi
1. Resiko Infeksi (D0142)
2. Nausea (D0076)
3. Resiko Perdarahan (D0012)
Post Kemoterapi
1. Defisit Nutrisi (D0019)
2. Gangguan Integritas Jaringan (D0129)
3. Gangguan Citra Tubuh (D0083)
4. Gangguan Pola Tidur (D0055)
5. Resiko Konstipasi (D0052)
4. Ansietas (D.0080)
Reduksi ansietas (I.09314)
a. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non
verbal)
b. Pahami situasi pasien yang menyebabkan ansietas
c. Dengarkan dengan penuh perhatian
d. Anjurkan pasien untuk selalu berdzikir untuk
mengurangi kecemasan
e. Anjurkan keluarga untuk tetap menemani pasien
Terapi relaksasi otot progresif
a. Berikan relaksasi otot progresif selama 20 menit
b. Anjurkan menegangkan otot selama 5 sampai 10
detik, kemudian anjurkan untuk merilekskan otot
20-30 detik, masing-masing 8 sampai 16 kali
5. Defisit Pengetahuan
Edukasi Kemoterapi (I.12382)
a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
b. Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
c. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
d. Berikan kesempatan untuk bertanya
e. Jelaskan efek obat-obatan anti neoplasma pada
sel-sel malignan
f. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai efek
terapi pada fungsi sumsum tulang, folikel
rambut, fungsi seksual dan toksisitas organ
h. Anjurkan melaporkan gejala demam,
menggigil, mimisan, lebam-lebam, tinja
berwarna merah atau hitam
Intra Kemoterapi :
1. Nausea (D.0076)
Manajemen Mual (I.03117)
a. kontrol mual
b. monitor frekuensi durasi dan tingkat keparahan
mual
c. identifikasi faktor penyebab mual
Manajemen Muntah (I.03118)
a. Identifikasi warna, konsistensi, frekuensi dan
durasi muntah
b. Jauhkan pasien dari bau, suara, dan makanan yang
memicu muntah
c. Berikan posisi miring apabila pasien berbaring
d. Berikan dukungan fisik yaitu membantu
membungkuk atau menundukkan kepala saat
muntah
e. Anjurkan keluarga menyediakan kantong plastik
untuk menampung muntah
f. Berikan balsem pada leher dan perut pasien ketika
mual dan muntah
Pengontrolan infeksi
a. lakukan dressing infus setiap hari
b. ganti infus set 3 hari sekali
Post Kemoterapi
1. Defisit Nutrisi (D0019)
Manajemen Nutrisi
a. Monitor berat badan
b. Monitor asupan makanan
c. Identifikasi status nutrisi
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori yang dibutuhkan
5. Resiko perdarahan
Gejala klinis yang dapat dijumpai antara lain sumbatan Tuba Eustachius yang
menyebabkan keluhan rasa penuh di telinga, rasa dengung kadang-kadang
disertai dengan gangguan pendengaran. Gejala ini merupakan gejala yang
sangat dini. Kelainan lanjutan yang bisa terjadi akibat penyumbatan muara
tuba sehingga rongga telinga tengah akan terisi cairan adalah peradangan
telinga tengah sampai pecahnya gendang telinga. Apabila cairan yang
diproduksi makin lama makin banyak akhirnya terjadi kebocoran gendang
telinga dengan akibat gangguan pendengaran. Gejala pada hidung adalah
epistaksis, perdarahan yang terjadi akibat rangsangan dan sentuhan pada
dinding tumor yang rapuh. Keluarnya darah ini biasanya berulang-ulang,
jumlahnya sedikit dan seringkali bercampur dengan ingus, sehingga berwarna
merah muda. Selain itu, sumbatan hidung yang menetap terjadi akibat
pertumbuhan tumor ke dalam rongga hidung dan menutupi koana
menyebabkan gejala menyerupai pilek kronis, kadang kadang disertai dengan
gangguan penciuman dan adanya ingus kental. Gejala telinga dan hidung ini
bukan merupakan gejala yang khas untuk penyakit ini, karena juga dijumpai
pada infeksi biasa, misalnya pilek kronis, sinusitis dan lain lainnya. Mimisan
juga sering terjadi pada anak yang sedang menderita radang
DAFTAR PUSTAKA
Hermansyah, M. L., Dhamiyati, W., & Choridah, L. (2017). Modalitas Imejing pada
Karsinoma Nasofaring. Jurnal Radiologi Indonesia, 2(2), 117-122.
AP Pratiwi, A., & Mukhlis, I. (2020). Karsinoma Nasofaring dengan Multiple Cranial
Nerve Palsy Pada Pasien Wanita Usia 52 Tahun. MEDULA, medical
profession journal of lampung university, 9(4), 609-615.
Dawolo, A. P., Utama, D. S., & Kasim, B. I. (2017). Profil Klinis Karsinoma
Nasofaring di Departemen THT KL RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Tahun 2014-2015. Majalah Kedokteran Sriwijaya, 49(1), 1-9.
Edgar, D. S., Mukhlis, I., & Eka, C. (2019). Tatalaksana Radioterapi pada Karsinoma
Nasofaring. MEDULA, medical profession journal of lampung university,
8(2), 23-26.
Mentari, S., & Imanto, M. (2019). Kualitas Hidup Pasien Karsinoma Nasofaring:
Review Naratif. Jurnal Majority, 8(2), 227-233.
Kurniawan, J., Rahaju, P., & Soehartono, S. (2018). Pengaruh ekspresi p53 dan HIF1
terhadap peningkatan laktat jaringan nasofaring pada pasien karsinoma
nasofaring. Oto Rhino Laryngologica Indonesiana, 48(1), 74-87.
Bustam, F. P., Berawi, K. N., & Wahyudo, R. (2018). Konsumsi Ikan Asin sebagai
Faktor Resiko pada Pasien Karsinoma Nasofaring. Jurnal Medula, 8(1), 1-6.
Mahmud, Calcarina Fitriani Retno Wisudarti dkk. 2016. Penatalaksanaan Paliatif
Pasien Dengan Nyeri Kanker. Jurnal Komplikasi Anestesi Volume 4 Nomor
1
Habsari, A., Pradigdo, S. F., & Aruben, R. (2017). Hubungan beberapa faktor gizi
dan kemoterapi dengan status gizi penderita kanker (studi kasus di instalasi
rawat jalan poli onkologi rsud dr. soehadi prijonegoro kabupaten sragen
tahun 2017). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5(4), 593-599.