Oleh :
SURABAYA
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
Gambaran umum data terbaru yang tersedia mengenai epidemiologi HIV sebanyak
36,9 juta orang. 21,7 (58,8%) juta orang mendapatkan terapi ARV. Sedangkan untuk
negara tertinggi berada di Africa di susul oleh America, Asia Tenggara, dan Eropa
(WHO, 2017).
Dukungan keluarga adalah sikap, bantuan dan tindakan keluarga terhadap anggota
keluarga yang sakit. Dukungan keluarga dapat dirasakan juga dengan adanya pemberian
saran-saran, motivasi, mendengar keluhan dari penderita, serta memenuhi kebutuhan
fisik penderita. Aspek perawatan fisik meliputi universal precaution, pengobatan infeksi
dan pemberian ARV, pemberian nutrisi dan aktifitas istirahat.Kurangnya dukungan
keluarga tersebut, maka kemungkinan besar penderita bisa mengalami depresi, stres dan
penyakit HIV bisa memperparah keadaan pasien sampai meninggal.
TINJAUAN MATERI
Nutrisi dan HIV sangat terkait antara satu sama lain, yakni gangguan kekebalan
apa pun akibat HIV / AIDS menyebabkan kekurangan gizi, dan malnutrisi menyebabkan
kerusakan kekebalan tubuh, memperburuk efek HIV dan berkontribusi terhadap
perkembangan yang lebih cepat menjadi AIDS. Dengan demikian malnutrisi dapat
berkontribusi dan hasil dari perkembangan HIV. Seseorang yang kekurangan gizi dan
kemudian tertular HIV lebih mungkin untuk berkembang lebih cepat menjadi AIDS,
karena tubuhnya sudah lemah dan tidak dapat melawan infeksi. Orang yang bergizi baik
memiliki tubuh yang lebih kuat untuk mengatasi HIV dan melawan penyakit. Gambar 1
mengilustrasikan hubungan antara HIV dan malnutrisi. Sementara orang dengan HIV
dan AIDS memiliki kebutuhan gizi khusus, penting untuk dicatat bahwa semua orang
akan mendapat manfaat dari nutrisi yang cukup. Nutrisi yang baik meningkatkan
ketahanan terhadap infeksi dan penyakit, meningkatkan energi, dan dengan demikian
membuat seseorang pada umumnya lebih kuat dan lebih produktif.
Relationship Between HIV/AIDS and Nutrition
Immune Impairments
“Weak body”
Malnutrition
“Swollen body and
feet” Infectious Disease
“Pale skin, eyes,
hair”
Diarrhea
“Lack of blood”
Tuberculosis(TB)
HIV
“Underweight” Malaria
Orang yang terinfeksi HIV lebih berisiko mengalami malnutrisi karena alasan berikut:
Hasil dari faktor-faktor ini termasuk penurunan berat badan, kehilangan jaringan
otot tanpa lemak dan peningkatan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh. Faktor-faktor
ini paling umum untuk orang dewasa tetapi mereka juga lazim pada anak-anak yang
terinfeksi HIV. Sejumlah gejala dan penyakit lain yang umumnya disebabkan oleh
infeksi HIV memiliki konsekuensi gizi yang dapat menyebabkan kekurangan gizi.
1. Anorexia
Anorexia, atau kehilangan nafsu makan, terjadi selama banyak infeksi yang berbeda
dan ketika demam hadir. Ini mengarah pada penurunan berat badan secara umum, dan
umum terjadi ketika individu depresi atau tinggal di lingkungan yang secara sosial dan
emosional tidak menguntungkan.
2. Diare
Diare terjadi ketika seseorang memiliki beberapa gerakan usus halus atau berair dalam
sehari. Ada beberapa penyebab diare: air minum yang tidak bersih, infeksi, parasit
atau bahkan beberapa perawatan medis. Ini menghasilkan kehilangan air, nutrisi dan
mineral dan membuat seseorang lebih berisiko mengalami dehidrasi. Diare juga
mengurangi nafsu makan dan menyebabkan penyerapan nutrisi yang buruk. Jika diare
berlanjut untuk jangka waktu yang lama, hasil malnutrisi yang parah.
3. Demam
Demam berarti tubuh terasa lebih hangat dari biasanya. Orang dengan demam
mungkin menggigil, lebih banyak berkeringat, mengalami nyeri otot dan sendi atau
lelah. Demam sering terjadi pada orang yang hidup dengan HIV / AIDS, dan tidak
selalu menunjukkan penyakit yang serius. Ada banyak alasan untuk demam, dan
seringkali sulit untuk menentukan apakah demam disebabkan oleh HIV atau penyakit
lain seperti malaria. Dari sudut pandang nutrisi, demam dapat mengakibatkan
kebutuhan nutrisi meningkat, karena tubuh menggunakan nutrisi buruk ketika demam
hadir.
4. Mual / Sering Muntah
Mual dan sering muntah dapat dihasilkan dari obat yang digunakan untuk mengobati
HIV / AIDS atau dari infeksi oportunistik. Mual juga menyebabkan berkurangnya
nafsu makan dan miskinnya pemanfaatan makanan yang dikonsumsi.
5. Sariawan
Sariawan adalah infeksi jamur (candida ragi) yang umum pada orang yang terinfeksi
HIV yang telah merusak sistem kekebalan tubuh. Sariawan mengacu pada bintik-
bintik putih di bagian dalam mulut, lidah, vagina atau anus. Meskipun luka ini tidak
nyaman, mereka tidak mengancam kehidupan. Bahayanya adalah luka-luka ini dapat
mengakibatkan kesulitan makan, kehilangan nafsu makan, dan mengurangi asupan
makanan sehingga menyebabkan penurunan berat badan.
Excerpted from Network of African People Living with AIDS (November 1997).
2.2 Pentingnya Nutrisi Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA)
Nutrisi yang adekuat sangat dibutuhkan oleh orang dengan HIV-AIDS (ODHA)
karena dapat mempertahankan sistem imunitas, mempertahankan kekuatan otot,
mempertahankan berat badan, dan mempertahankan sistem syaraf, ketahanan
mental/memori yang akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan sehingga kualitas
hidup ODHA juga akan meningkat (Ernawati & Yunie, 2014).
Vitamin dan mineral sangat dibutuhkan orang dengan HIV-AIDS (ODHA) dalam
jumlah banyak yang dapat diperoleh dalam makanan sehari-hari karena sebagian besar
ODHA akan mengalami defisiensi vitamin yang dimulai sejak masih stadium dini.
Vitamin dan mineral dapat meningkatkan kemampuan tubuh dalam melawan
berkembangnya HIV dalam tubuh maka defisiensi vitamin dan mineral pada ODHA
harus dicegah(New Mexico AIDS Infonet, 2004 & Falma Foundation, 2004 dalam
Kurniawati & Nursalam, 2007).
Pada ODHA terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi yang disebabkan antara lain
karena stres metabolisme, demam, diare, malabsorbsi, infeksi oportunistik dan terjadi
perubahan komposisi tubuh yaitu berkurangnya masa bebas lemak terutama otot. Gizi
yang adekuat pada ODHA dapat mencegah kurang gizi, meningkatkan daya tahan
terhadap infeksi oprtunistik, menghambat berkembangnya HIV, memperbaiki efektivitas
pengobatan dan memperbaiki kualitas hidup (Kemenkes RI, 2010).
Anoreksia, depresi, rasa lelah, mual, muntah, sesak napas, diare serta infeksi sering
terjadi pada ODHA yang akan menyebabakan asupan gizi tidak adekuat dan kebutuhan
energi tidak dapat terpenuhi. Kekurangan gizi dapat menurunkan kapasitas fungsional,
memberikan kontribusi tidak berfungsiya kekebalan dan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas. Salah satu faktor yang berperan dalam penurunan sistem imun adalah
defisiensi zat gizi baik mikro maupun makro. Memburuknya status gizi bersifat
multifaktor, terutama disebabkan oleh kurangnya asupan makanan, gangguan absorbsi
dan metabolisme zat gizi, infeksi oportunistik serta kurangnya aktifitas fisik (Kemenkes
RI, 2010)
Menurut WHO 201, nutrisi yang baik untuk semua individu, tetapi terutama ODHA,
membutuhkan konsumsi jumlah yang cukup, yakni macronutrien (protein, karbohidrat
dan lemak), dan mikronutrien (vitamin dan mineral).
1. Macronutrients
2. Micronutrients
Energy needs
An active non-HIV-infected adult requires approximately 2070 kcal/day.
Protein needs:
A non-HIV-infected man requires about 57 grams/day of protein and a
woman requires 48 grams/day.
Kebutuhan ODHA sangat luar biasa, jauh melampaui perawatan gizi dan
kesehatan. ODHA membutuhkan perawatan emosional dan dukungan psikologis untuk
mengatasi implikasi dari penyakit yang mengancam nyawa, serta stigma potensial dari
anggota keluarga dan masyarakat. Seringkali, mereka yang mencurigai atau mengetahui
bahwa mereka terinfeksi HIV merasa tidak berdaya; mereka bisa menjadi depresi dan
putus asa. Orang yang sudah menikah atau dalam hubungan yang stabil membutuhkan
dukungan dalam melindungi orang yang dicintai dari virus, menyampaikan berita itu
kepada pasangannya dan berurusan dengan masalah seks di luar nikah. Perempuan,
khususnya, mungkin menemukan diri mereka dicurigai, bahkan ketika pasangan stabil
mereka telah menginfeksi mereka. Dukungan sosial diperlukan untuk membantu
mencapai banyak konsekuensi dari diagnosis HIV dan serangan penyakit berulang,
termasuk dukungan untuk keluarga yang mungkin juga menderita kekurangan gizi,
penyakit dan kemiskinan saat menghadapi perawatan dari anggota yang terinfeksi HIV.
Orang yang terinfeksi HIV tidak dapat bertahan hidup sendirian dan membutuhkan
bantuan dari keluarga dan teman (WHO,201).
Pada semua titik kontak dengan ODHA, manajer program, petugas kesehatan dan
penyedia layanan harus memberikan konseling tentang nutrisi dan praktik pemberian
makan untuk memastikan bahwa ODHA memelihara pola makan yang sehat, mengelola
penyakit dan memantau serta mempertahankan status gizi. Memastikan bahwa ODHA
makan dengan baik dan mengonsumsi berbagai makanan dapat membantu untuk
menekan penyakit dan mempertahankan kehidupan yang sehat. Pekerja dan penyedia
penyuluhan juga harus bekerja dengan rumah tangga untuk merencanakan periode-
periode atau “musim lapar” ketika persediaan beberapa makanan rendah atau tidak ada.
Individu dapat mengurangi asupan makanan dengan mengurangi ukuran porsi atau
melewatkan makan. Manajer program harus bekerja dengan masyarakat untuk
menyelidiki semua pilihan untuk memperoleh nutrisi dan mempromosikan kebiasaan
makanan yang meningkatkan asupan akar, sayuran dan buah-buahan lokal, kacang,
serangga dan biji minyak yang dapat memberikan nutrisi tetapi tidak diakui sebagai
penting untuk diet. Untuk menjaga kesehatan, orang dengan HIV harus mencoba makan
sepanjang hari. Dalam kasus di mana berbagai makanan tidak tersedia, bekerja dengan
rumah tangga untuk memastikan bahwa anggota yang sakit diberi makan lebih sering dan
menerima porsi ekstra penting untuk menjaga kesejahteraan mereka (WHO,201)
BAB 3
3.1.2 Penyebab
3.1.4 Patofisiologi
Perjalanan klinis ODHA dari tahap terinfesi HIV sampai tahap AIDS,
sejalan dengan penurunan derajat imunitas pasien, terutama imunitas sekunder
dan menunjukkan gambaran penyakit yang kronis. Penurunan imunitas biasanya
diikuti dengan adanya peningkatan resiko dan derajat keparahan infeksi
oportunistik serta penyakit keganasan(Nursalam & Kurniati, 2009). Semua
orang yang terinfesi HIV sebagian besar berkembang menjadi AIDS pada tiga
tahun pertama, 50% menjadi AIDS sesudah sepuluh tahun dan hampir 100%
ODHA menunjukkan gejala AIDS setelah 13 tahun(Rendi & Margareth, 2012).
Perjalanan alamiah penyakit HIV pada umumnya terdiri dari 3 tahap,
tahap infeksi primer, tahap asimptomatik dan tahap simptomatik dan AIDS.
Pada tahap infeksi primer, terjadi repilkasi virus HIV secara cepat diikuti dengan
kadar CD4+ penderita yang menurun. Pada tahap tersebut, respon imun tubuh
juga akan berusaha melawan virus HIV dengan mekanisme imunitas seluler dan
humoral (Nursalam & Kurniati, 2009).
Tahap selanjutnya adalah tahap asimptomatik, dimana pada tahap ini,
replikasi virus tetap terjadi, namun cenderung lambat. Jumlah CD4+ pada tahap
ini juga menurun lebih lambat dari pada tahap sebelumnya. Jika jumlah sel
CD4+ penderita mencapai <200 sel/mm3 dan terdapat minimal 1 infeksi
opurtunistik pada penderita, maka penderita sudah masuk pada tahap AIDS.
Pada tahap ini, gejala yang dialami penderita berupa penurunan berat badan
demam >1bulan tanpa sebab yang jelas, diarekronis >1 bulan, kandidiasis oral,
serta gejala lainnya (Folasire, Folasire, & Sanusi, 2015).
Pasien HIV/AIDS pada umumnya mengalami penurunan nafsu makan.
Hal ini bisa disebabkan karena pengaruh obat ARV dan kesulitan menelan
akibat infeksi jamur kandida pada mulut. Penderita HIV/AIDS juga menderita
diare yang menyebabkan dehidrasi, absorbsi makanan yang buruk sehingga
terjadi penurunan berat badan secara signifikan. Saat diare juga terjadi hilangnya
zat gizi dalam tubuh seperti vitamin dan mineral sehingga harus diberikan
asupan zat gizi yang tepat. Terjadinya demam yang lama sehingga menyebabkan
kehilangan kalori dan cairan (Nursalam & Kurniati, 2009).
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Nutrisi dan HIV sangat terkait antara satu sama lain, yakni gangguan kekebalan
apa pun akibat HIV / AIDS menyebabkan kekurangan gizi, dan malnutrisi menyebabkan
kerusakan kekebalan tubuh, memperburuk efek HIV dan berkontribusi terhadap
perkembangan yang lebih cepat menjadi AIDS. Dengan demikian malnutrisi dapat
berkontribusi dan hasil dari perkembangan HIV. Seseorang yang kekurangan gizi dan
kemudian tertular HIV lebih mungkin untuk berkembang lebih cepat menjadi AIDS,
karena tubuhnya sudah lemah dan tidak dapat melawan infeksi. Orang yang bergizi baik
memiliki tubuh yang lebih kuat untuk mengatasi HIV dan melawan penyakit. Orang
dengan HIV dan AIDS memiliki kebutuhan gizi khusus, penting untuk dicatat bahwa
semua orang akan mendapat manfaat dari nutrisi yang cukup. Nutrisi yang baik
meningkatkan ketahanan terhadap infeksi dan penyakit, meningkatkan energi, dan
dengan demikian membuat seseorang pada umumnya lebih kuat dan lebih produktif.
Pada semua titik kontak dengan ODHA, manajer program, petugas kesehatan dan
penyedia layanan harus memberikan konseling tentang nutrisi dan praktik pemberian
makan untuk memastikan bahwa ODHA memelihara pola makan yang sehat, mengelola
penyakit dan memantau serta mempertahankan status gizi. Memastikan bahwa ODHA
makan dengan baik dan mengonsumsi berbagai makanan dapat membantu untuk
menekan penyakit dan mempertahankan kehidupan yang sehat.
4.2 SARAN
Ernawati, & Yunie, A. (2014). Analisis Kebutuhan Perawatan Di Rumah. Prosiding Seminar
NAsional & Internasional, 4.
Kemenkes RI. (2014). Situasi dan Analisis HIV AIDS. Pusat Data dan Informasi, 1-2.
Kurniawati, N. D., & Nursalam. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi
HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.
Yuniarti, Purba, M., & Pangastuti, R. (2013). Pengaruh Konseling Gizi dan Penambahan
Makanan Terhadap Asupan Zat Gizi dan Status Gizi Pasien HIV/AIDS. Jurnal Gizi
Klinik Indonesia, 133-140.