NIM : P.1337420919049
2019
ABSTRAK
1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N DENGAN GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG 3 RSJD Dr. AMINO
GONDO HUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH
Metode: Metode yang digunakan adalah studi kasus asuhan keperawatan meliputi
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi
dengan memfokuskan intervensi pada terapi psikoreligi : Al-Fatihah.
2
Saran: diharapkan perawat selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuannya berkomunikasi secara terapeutik dalam setiap melaksanakan asuhan
keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan
DAFTAR ISI
3
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II LAPORAN KASUS KELOLAAN
A. Pengkajian
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi Keperawatan
E. Implementasi
F. Evaluasi
BAB III PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus
B. Analisa Intervensi Keperawatan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
4
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa berat. Gangguan jiwa berat
merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan terganggunya kemampuan menilai
realitas atau tilikan (insight ) yang buruk. Gangguan jiwa berat ini akan disertai
dengan gejala berupa halusinasi, ilusi, waham, gangguan proses pikir, kemampuan
berpikir, serta tingkah laku aneh seperti agresivitas atau katatonik (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Thong (2011) mengatakan bahwa skizofrenia merupakan salah satu gangguan
jiwa berat yang menjadi masalah kesehatan di negara-negara berkembang dan maju.
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam
pikiran, dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, terjadinya
kekeliruan persepsi dan perhatian, afek yang datar, tidak sesuai dan berbagai
gangguan aktifitas motorik yang aneh (Davison, Naele & Kring, 2006). Skizofrenia
ditandai dengan distorsi dalam pemikiran, persepsi, emosi, bahasa, kesadaran diri
dan pengalaman umum termasuk mendengar suara-suara atau yang disebut dengan
halusinasi (WHO, 2016). Skizofrenia dialami oleh lebih dari 21 juta orang diseluruh
dunia dengan kejadian setiap tahunnya terjadi pada 15-20 per 100.000 individu.
Prevalensi skizofrenia di Indonesia sebesar 1,7 per mil atau sekitar 400.000
orangdengan kejadian di Riau adalah sebanyak 0,9% (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013).
Stuart (2012) mendefinisikan halusinasi sebagai distorsi persepsi palsu yang
terjadi pada respon neurobiology yang maladaptive. Penatalaksanaan yang diberikan
kepada pasien halusinasi untuk meminimalkan komplikasi atau dampak dari
halusinasi sangat beragam. Penatalaksanaan ini bisa berupa terapi farmakologi,
Electro Convulsive Therapy (ECT), dan terapi non farmakologi. Terapi farmakologis
berupa pengobatan antipsikotik sedangkan terapi nonfarmakologis lebih mengarah
kepada terapi modalitas (Viebeck, 2008). Terapi modalitas adalah terapi kombinasi
dalam keperawatan jiwa, berupa pemberian praktek lanjutan oleh perawat jiwa untuk
melaksanakan terapi yang digunakan oleh pasien gangguan jiwa (Videbeck, 2008).
Salah satu jenis terapi modalitas yang efektif untuk mengurangi gejala halusinasi
adalah psikoterapi agama atau terapi psikoreligius (Hawari, 2010) seperti sholat,
dzikir, membaca ayat Al-Quran atau mendengarkan murrotal bagi pasien yang
beragama Islam.
5
Menurut beberapa ahli ilmu jiwa, terapi psikoreligius sangat dianjurkan. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyabudi (2012) yang menyebutkan
bahwa terapi Dzikir berpengaruh terhadap ketenangan jiwa dan dapat menurunkan
stres. Sedangkan menurut Al-qadhi (2010) dengan menggunakan Al-Qur’an sebagai
media relaksasi daya tahan tubuh dapat dipengaruhi sehingga mampu melawan
penyakit dan membantu dalam proses penyembuhan.
Membaca Al-Qur’an dapat mendatangkan kesembuhan (Wiradisuria, 2016).
Mengingat Allah akan membuat tubuh rileks dengan cara mengaktifkan kerja system
saraf parasimpatik dan menekan kerja system saraf simpatik. Hal ini akan membuat
keseimbangan antara kerja dari kedua system saraf otonom tersebut sehingga
mempengaruhi kondisi tubuh. Sistem kimia tubuh akan diperbaiki sehingga tekanan
darah akan menurun, pernafasan jadi lebih tenang dan teratur, metabolisme menurun,
memperlambat denyut jantung, denyut nadi, dan mempengaruhi aktivitas otak seperti
mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas, tegang (Maimunah,2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Fanada (2012) tentang penerapan terapi
psikoreligius mendapatkan kesimpulan bahwa dengan melakukan kegiatan shalat
dapat membantu menurunkan tingkat stress pada pasien halusinasi. Penelitian lain
yang dilakukan oleh Hidayati (2014) tentang pengaruh terapi religius zikir
menyatakan bahwa kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran pasien
meningkat setelah dilakukan terapi zikir.
Penelitian Sari (2016) tentang efektifitas mendengarkan murottal Al-Quran
mendapatkan hasil bahwa murottal Al-Quran dengan surah Ar Rahman efektif dalam
menurunkan skor halusinasi pasien. Selain surah Ar Rahman surah lain yang sering
digunakan untuk terapi dalam kesehatan adalah surah Al Mulk, Al Falaq, AL Ikhlas,
An Nas, Al Baqarah, dan Al Fatihah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Julianto dan Subandi (2015) didapatkan hasil bahwa membaca Al Fatihah dapat
menurunkan depresi dengan menurunkan produksi hormon kortisol yang dipengaruhi
oleh thalamus melalui coliculus superior dan coliculus inferior dan hipothalamus
dengan merangsang sistem endokrin.
Surah Al Fatihah memiliki kedudukan yang tinggi dengan sebutan Ummul
Kitab yang artinya induk dari seluruh Al-Qur’an. Surah Al Fatihah ini terdiri dari 7
ayat dan merupakan surah yang popular dan paling dihafal oleh umat muslim (Ridha,
2007). Surah Al Fatihah merupakan obat dari segala penyakit dan Rasulullah Saw.
Telah mencontohkan berbagai macam pengobatan yang bisa dilakukan dengan surah
6
Al Fatihah (Alcaff, 2014).Membaca surah Al Fatihah sebanyak 70 kali mampu
menyembuhkan tremor atau biasa disebut gemetaran (Pedak, 2009).
Hasil wawancara yang telah dilakukan penelitipada tanggal 6 dan 10
September 2019 terhadap perawat yang bekerja di Ruang 3 ruang 3 RSJD dr. Amino
Gondohutomo, mendapatkan informasi bahwa beberapa asuhan keperawatan yang
pernah diberikan pada pasien halusinasi adalah mengidentifikasi halusinasi, cara
mengontrol halusinasi, terapi aktivitas kelompok: stimulasi persepsi sensori
halusinasi, kegiatan kerohanian (ceramah agama), senam bersama, terapi Murottal
Al-Qur’an dant terapi zikir Al-Ma’tsurat, adapun terapi membaca surat AlFatihah
belum pernah dilakukan. Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
terhadap pasien didapatkan informasi bahwa lebih banyak pasien yang hafal surah Al
fatihah dari pada surah-surah pendek lainnya didalam Al-Qur’an.
7
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. A
Usia : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Weleri, Kendal
Identitas Penanggung Jawab Klien
Nama : Ny. K
Usia : 56 tahun
Hubungan : Ibu kandung
8
2. Ukuran Berat Badan : 51 kg
Tinggi Badan : 150 cm
3. Keluhan Fisik
Pasien mengatkan tidak mengalami keluhan fisik.
VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
Laki-laki Cerai
Perempuan Meninggal
Pasien mengatakan tinggal bersama ibu dan anak pasien, ayah pasien meninggal
bulan juni tahun 2019. Pasien mengatakan bercerai dengan suaminya pada tahun
2012 saat pasien hamil 2 bulan karena suami berselingkuh dengan tetangga
depan rumah.
a. Pola asuh : pasien mengatakan sejak kecil dirawat oleh kakak perempuan dan
ayahnya, karena ibu merantau ke malaysia
b. Pola komunikasi : pasien mengatakan tidak ada masalah dalam
berkomunikasi
9
c. Pola pengambilan keputusan : pasien mengatakan di dalam keluarga dia
sebagai tulang punggung keluarga
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Pasien mengatakan suka dengan kakinya karena bisa berjalan sehingga bisa
bekerja
b. Identitas :
Pasien mengatakan seorang janda dengan satu anak laki-laki berusia 7 tahun.
Pasien mengatakan merasa tidak puas dengan kondisinya karena tidak bisa
merawat anak dan bekerja. Pasien mengatakan puas sebagai perempuan
karena sudah mempunyai anak
c. Peran :
Saat sebelum di RSJ, pasien berperan sebagai ibu rumah tangga yang harus
bekerja membiayai anak dan ibunya. Saat berada di RSJ, pasien mengatakan
disini berobat namun tidak bisa bekerja untuk membiayai keluarganua
d. Ideal diri :
Pasien mengatakan ingin bekerja sebagai karyawan lagi seperti dulu agar bisa
membesarkan anak dengan baik
e. Harga diri :
Pasien mengatakan hubungan dengan orang lain baik-baik saja, dan
menganggap semua orang sama
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat :
Pasien mengatakan kalau di rumah dekat dengan ibunya. Pasien mengatakan
saat di rumah sakit dekat dengan Ny. Ai
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
Pasien mengatakan saat dirumah jarang ikut serta dalam kegiatan kelompok
di dalam masyarakat, namun saat ibu tidak bisa menghadiri pengajian pasien
biasa untuk menggantikan hadir dipangajian. Pasien terlihat ikut bergabung
dengan pasien-pasien yang lain
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain :
Pasien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
4. Spiritual
10
a. Nilai dan keyakinan :
Pasien mengatakan beragama islam dan masih rajin solat. Pasien mengatakan
penyakit yang diderita sudah takdir dari Allah
b. Kegiatan ibadah :
Pasien mengatakan solat lima waktu baik saat di rumah sakit ataupun di
rumah
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Pasien menggunakan pakaian dengan rapi sesuai dengan tempatnya, rambut
pasien pendek berwarna hitam tertata rapi dan selalu diikat
2. Pembicaraan
Pembicaraan pasien normal
3. Aktivitas Motorik
Pasien terlihat gelisah dan senyum-senyum sendiri
4. Afek
Ekspresi pasien sesuai
5. Alam Perasaan
Pasien mengatakan sedih dan cemas dengan anaknya dirumah takut jika tidak
ada yang merawat ibu dan anaknya.
6. Interaksi Selama Wawancara
Selama wawancara kontak mata pasin baik dan mampu menjawab pertanyaan
perawat
7. Persepsi Sensori
Pasien mengatakan mendengar suara yang menyuruh dirinya untuk mengamuk
dan membanting barang-barang, dalam 1 hari pasien bisa mengalami halusinasi
sebanyak 2-3 kali, halusinasi muncul saat pasien melamun
8. Proses Pikir
Pasien mampu menceritakan keadaannya dengan baik dan tidak berbelit-belit
Isi Pikir
Pasien mengatakan yakin dirinya bisa sembuh dan bisa bekerja lagi
9. Tingkat Kesadaran
11
Kesadaran pasien jernig. pasien mengatakan saat ini berada di RSJ Amino
Gondo Hutomo, sekarang pukul 10.15. Pasien mengatakan mempunyai anak
satu laki-laki dan ibu yang berusia 56
10. Memori
a. Memori jangka panjang (>1 bulan) : pasien saat ditanya tentang kapan
ayahnya meninggal, pasien menjawab baru 2 bulan yang lalu setelah lebaran.
b. Memori jangka pendek (1 hari- 1 bulan) : pasien mengatakan diantar ibunya
saat dibawa ke rumah sakit ada tanggal 10 Agustus 2019
c. Memori saat ini (<24 jam) : pasien mengatakan bangun tidur jam 4.30 setelah
itu mandi dan solat jika sudah jam 7 pasien sarapan
11. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Pasien mampu berkonsentrasi. Saat ditanya beberapa hal pasien mampu
menjawab dengan benar. Pasien mampu berhitung dari angka 20 mundur ke
angka 1.
14
Halusinasi TUK I : Klien kooperatif Bina hubungan
Pendengaran Setelah dilakukan satu Klien menyebutkan saling percaya
kali pertemuan klien jenis halusinasi Mendiskusikan
dapat membina Klien menyebutkan jenis halusinasi
hubungan saling isi halusinasi pasien
percaya dan klien dapat Klien menyebutkan Mendiskusikan isi
mengenal halusinasinya waktu halusinasi halusinasi pasien
Klien menyebutkan Mendiskusikan
frekuensi waktu halusinasi
halusinasi pasien
Klien menyebutkan Mendiskusikan
situasi yang frekuensi
menimbulkan halusinasi pasien
halusinasi Mendiskusikan
Klien menyebutkan situasi yang
respon terhadap menimbulkan
halusinasi halusinasi
Klien dapat Mendiskusikan
melakukan cara respon pasien
mengontrol terhadap
halusinasi : halusinasi
menghardik Melatih pasien
halusinasi mengontrol
halusinasi :
menghardik
halusinasi
Menganjurkan
pasien
memasukkan cara
menghardik
halusinasi dalam
jadwal kegiatan
harian
15
TUK II : Setelah 1 kali Pasien mampu Evaluasi
pertemuan pasien menyebutkan kemampuan
mengetahui obat yang waktu atau jam pasien dalam
dikonsumsi berapa saja harus mengontrol
minum obat halusinasi dengan
Pasien mampu menghardik
menyebutkan Berikan
berapa macam obat pendidikan
yang diminum kesehatan tentang
penggunaan obat
secara teratur
Anjurkan pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian
TUK III : Setelah 1 kali Pasien mampu Evaluasi
pertemuan pasien mengendalikan kemampuan
mengendalikan halusinasi dengan cara pasien dalam
halusinasi dengan cara bercakap cakap mengontrol
bercakap cakap dengan dengan orang lain halusinasi dengan
orang lain menghardik
Latih pasien
mengendalikan
halusinasi dengan
cara bercakap
cakap dengan
orang lain
Anjurkan pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian
16
TUK IV : Setelah 1 kali Pasien mampu Evaluasi
pertemuan pasien mengendalikan kemampuan
mengendalikan halusinasi dengan pasien dalam
halusinasi dengan cara melakukan kegiatan mengontrol
melakuakn kegiatan halusinasi dengan
menghardik, dan
bercakap cakap
dengan orang lain
Latih pasien
mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan
kegiatan (kegiatan
yang biasa
dilakukan pasien)
Anjurkan pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian
18
dan minum obat
Perawat
Evaluasi cara
mengontrol halusinasi
dengan menghardik
Lakukan SP 1 Pasien
(Pemberian Obat)
Mengevaluasi S:
kemampuan pasien Pasien mengatakan tadi
dalam mengontrol malam bisa tidur
halusinasi dengan Pasien mengatakan tadi
menghardik malam tidak lagi
Memberikan informasi mendengar suara-suara
tentang penggunaan obat setelah melakukan cara
secara teratur menghardik
Menganjurkan pasien Pasien mengatakan
memasukkan dalam takut apabila nanti
jadwal kegiatan harian malam mendengar
suara-suara lagi
Pasien mengatakan
minum obat pagi dan
malam
Pasien mengatakan
pagi minum obat 2
macam dan malam
minum obat 3 macam
O:
Pasien dapat
memperagakan cara
mengontrol dengan
menghardik
Pasien dapat minum
obat dengan benar
19
A:
Masalah halusinasi belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Pasien
Demonstrasi cara
mengontrol halusinasi
dengan menghardik,
minum obat, dan
bercakap
Perawat
Evaluasi cara
mengontrol halusinasi
dengan menghardik,
dan minum obat
Lakukan SP 3 Pasien
(Bercakap-cakap)
Mengevaluasi S:
kemampuan pasien Pasien mengatakan tadi
dalam mengontrol malam bisa tidur
halusinasi dengan Pasien mengatakan tadi
menghardik dan minum malam sudah minum
obat obat
Melatih pasien Pasien mengatakan
mengendalikan takut apabila nanti
halusinasi dengan cara malam mendengar
bercakap cakap dengan suara-suara lagi
orang lain O:
Menganjurkan pasien Pasien dapat
memasukkan dalam memperagakan cara
jadwal kegiatan harian mengontrol dengan
menghardik, minum
20
obat, dan bercakap-
capak dengan orang
lain
A:
Masalah halusinasi belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Pasien
Demonstrasikan cara
mengontrol halusinasi
dengan menghardik,
minum obat, bercakap-
cakap, dan membaca
Al-Fatihah
Perawat
Evaluasi cara
mengontrol halusinasi
dengan menghardik,
minum obat, dan
bercakap-cakap
Lakukan SP 4 Pasien
(Kegiatan)
Mengevaluasi S:
kemampuan pasien Pasien mengatakan tadi
dalam mengontrol malam bisa tidur
halusinasi dengan Pasien mengatakan tadi
menghardik, minum malam sudah minum
obat, dan bercakap cakap obat
dengan orang lain Pasien mengatakan
Melatih pasien sebelum tidur pasien
mengendalikan bercerita dengan Ny.D
halusinasi dengan Pasien mengatakan
21
melakukan kegiatan lebih tenang saat
(kegiatan yang biasa membaca Al-fatihah
dilakukan pasien) sebanyak 3 kali
Menganjurkan pasien Pasien mengatakan
memasukkan dalam takut apabila nanti
jadwal kegiatan harian malam mendengar
suara-suara lagi
O:
Pasien dapat
memperagakan cara
mengontrol dengan
menghardik, minum
obat, bercakap-capak
dengan orang lain, dan
membaca Al-Fatihah
A:
Masalah halusinasi belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Pasien
Demonstrasikan cara
mengontrol halusinasi
dengan menghardik,
minum obat, bercakap-
cakap, dan membaca
Al-Fatihah
Perawat
Evaluasi cara
mengontrol halusinasi
dengan menghardik,
minum obat, bercakap-
cakap, dan membaca
22
Al-Fatihah
Motivasi pasien untuk
terus melakukan cara
mengontrol halusinasi
23
BAB 3
PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus
Menurut Dermawan dan Rusdi (2013) salah satu faktor predisposisi yang
menyebabkan halusinasi adalah faktor psikologis. Teori ini sesuai dengan apa yang
dialami Ny. A karena sudah pernah 4 kali masuk di RSJD Dr. Amino Gondo Hutomo
Provinsi Jawa Tengah dikarenakan pengobatan yang kurang berhasil, selain itu
Ny. A kehilangan seorang ayah, hal ini yang menyebabkan Ny. A mengalami
gangguan psikologis. Pada faktor presipitasi diperoleh halusinasi pada Ny. A dapat
kambuh karena sering menyendiri, melamun dan tidak mau bergaul dengan
orang lain.
Menurut Keliat (2005) dalam pengkajian harus dijelaskan jenis dan isi
halusinasi, frekuensi, waktu dan situasi yang menyebabkan halusinasi serta respon
klien. Dari hasil pengkajian didapatkan data Ny. A mengalami gangguan
halusinasi pendengaran. Ny.A mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak
ada wujudnya yang menyuruhnya mengamuk dan membanting barang, suara tersebut
muncul setiap saat dalam sehari bisa sebanyak 3 kali, biasanya suara tersebut
muncul saat sendiri dan melamun, dan respon ketika ada suara tersebut Ny. A cuek.
Menurut Herdman (2011) batasan karakteristik halusinasi meliputi: perubahan
dalam perilaku, perubahan dalam menyelesaikan masalah, perubahan dalam
ketajaman sensori, yang termasuk dalam sensori pendengaran yang ditandai dengan
pasien mendengar suara tanpa adanya stimulus dari luar. Berdasarkan pengkajian
pada Ny.A secara garis besar ditemukan data subyektif dan data obyektif yang
menunjukkan karakteristik diagnose gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran pada Ny.A yang ditandai dengan data subyektif yaitu Ny.A mengatakan
sering mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya yang menyuruhnya
mengamuk dan membanting barang, suara tersebut muncul setiap saat dalam sehari
bisa sebanyak 3 kali, biasanya suara tersebut muncul saat sendiri dan melamun, dan
respon ketika ada suara tersebut Ny.A cuek. Disini penulis memprioritaskan diagnose
keperawatan halusinasi pendengaran.
BAB 4
25
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keberhasilan asuhan keperawatan pada klien Ny. A ada beberapa faktor yang
berpengaruh antara lain: kerja sama yang baik antara mahasiswa dengan perawat
ruangan dalam memberikan asuhan keperawatan, pemberian obat yang teratur, serta
peran serta keluarga dalam merawat klien dan kooperatif dengan perawat. Sedangkan
hambatan yang ditemui adalah asuhan keperawatan diberikan tidak secara kontinyu,
mengingat tidak setiap hari selama 3 minggu mahasiswa praktek. Hambatan lain
,keluarga dan klien ingin segera pulang walaupun klien belum mampu melaksanakan
adalah secara mandiri dengan alasan dana yang terbatas. Perawat dapat memberikan
motivasi untuk kontrol dan meminum obat secara teratur serta melanjutkan
perawatan di rumah sesuai dengan kemampuan keluarga.
B. SARAN
Diharapkan perawat selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuannya dalam setiap melaksanakan asuhan keperawatan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
26
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 6.Alih
Bahasa: Yasmin Asih. Jakarta: EGC
Towsend, Mary C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri Untuk
Pembuatan Rencana Keperawatan. Alih Bahasa: Novy Helena C.D., Edisi 3.
Jakarta: EGC
27