Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

N DENGAN GANGGUAN PERSEPSI


SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG 3 RSJD Dr. AMINO
GONDO HUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH

NAMA MAHASISWA : EKA RATNA SARI

NIM : P.1337420919049

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI


NERS

JURUSAN KEPERAWATAN – POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


SEMARANG

2019

1
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N DENGAN GANGGUAN PERSEPSI


SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG 3 RSJD Dr. AMINO
GONDO HUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH

Eka Ratna Sari


Mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan dan Profesi Ners Poltekkes
Kemenkes Semaranf
Koresponden: ekaratnasarik@gmail.com

Latar Belakang: Halusinasi pendengaran merupakan salah satu jenis halusinasi


yang paling banyak terjadi. Masih banyak perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien halusinasi tidak bersikap komunikasi terapeutik. Terapi
yang dapat digunakan untuk mengontrol halusinasi pendengaran salah satunya adalah
dengan menerapkan komunikasi terapeutik.

Tujuan: Tujuan penulisan ini untuk mengetahui efektivitas penerapan komunikasi


terapeutik pada pasien yang mengalami halusinasi pendengaran dalam mengontrol
halusinasi di Ruang 3 RSJD Dr. Amino Gondo Hutomo Provinsi Jawa Tengah

Metode: Metode yang digunakan adalah studi kasus asuhan keperawatan meliputi
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi
dengan memfokuskan intervensi pada terapi psikoreligi : Al-Fatihah.

Hasil: Berdasarkan hasil observasi setelah dilakukan tindakan penerapan komunikasi


terapeutik selama 3 hari, menunjukkan hasil penurunan halusinasi pendengaran
pasien sebelum dan sesuadah di berikan intervensi terapi psikoreligi : Al-Fatihah.
Ada pengaruh pemberian intervensi keperawatann komunikasi teraputik terhadap
penurunan halusinasi pendengaran di Ruang 3 RSJD Dr. Amino Gondo Hutomo
Provinsi Jawa Tengah

Kesimpulan: Simpulan penelitian halusinasi pendengaran dapat diidentifikasi dan


dikendalikan dengan salah satunya menggunakan terapi psikoreligi : Al-Fatihah
dengan strategi pelaksanaan (SP1-SP4).

2
Saran: diharapkan perawat selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuannya berkomunikasi secara terapeutik dalam setiap melaksanakan asuhan
keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan

Kata Kunci: terapi psikoreligi : Al-Fatihah, halusinasi pendengaran, askep

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II LAPORAN KASUS KELOLAAN
A. Pengkajian
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi Keperawatan
E. Implementasi
F. Evaluasi
BAB III PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus
B. Analisa Intervensi Keperawatan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa berat. Gangguan jiwa berat
merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan terganggunya kemampuan menilai
realitas atau tilikan (insight ) yang buruk. Gangguan jiwa berat ini akan disertai
dengan gejala berupa halusinasi, ilusi, waham, gangguan proses pikir, kemampuan
berpikir, serta tingkah laku aneh seperti agresivitas atau katatonik (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Thong (2011) mengatakan bahwa skizofrenia merupakan salah satu gangguan
jiwa berat yang menjadi masalah kesehatan di negara-negara berkembang dan maju.
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam
pikiran, dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, terjadinya
kekeliruan persepsi dan perhatian, afek yang datar, tidak sesuai dan berbagai
gangguan aktifitas motorik yang aneh (Davison, Naele & Kring, 2006). Skizofrenia
ditandai dengan distorsi dalam pemikiran, persepsi, emosi, bahasa, kesadaran diri
dan pengalaman umum termasuk mendengar suara-suara atau yang disebut dengan
halusinasi (WHO, 2016). Skizofrenia dialami oleh lebih dari 21 juta orang diseluruh
dunia dengan kejadian setiap tahunnya terjadi pada 15-20 per 100.000 individu.
Prevalensi skizofrenia di Indonesia sebesar 1,7 per mil atau sekitar 400.000
orangdengan kejadian di Riau adalah sebanyak 0,9% (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013).
Stuart (2012) mendefinisikan halusinasi sebagai distorsi persepsi palsu yang
terjadi pada respon neurobiology yang maladaptive. Penatalaksanaan yang diberikan
kepada pasien halusinasi untuk meminimalkan komplikasi atau dampak dari
halusinasi sangat beragam. Penatalaksanaan ini bisa berupa terapi farmakologi,
Electro Convulsive Therapy (ECT), dan terapi non farmakologi. Terapi
farmakologis berupa pengobatan antipsikotik sedangkan terapi nonfarmakologis
lebih mengarah kepada terapi modalitas (Viebeck, 2008). Terapi modalitas adalah
terapi kombinasi dalam keperawatan jiwa, berupa pemberian praktek lanjutan oleh
perawat jiwa untuk melaksanakan terapi yang digunakan oleh pasien gangguan jiwa
5
(Videbeck, 2008). Salah satu jenis terapi modalitas yang efektif untuk mengurangi
gejala halusinasi adalah psikoterapi agama atau terapi psikoreligius (Hawari, 2010)
seperti sholat, dzikir, membaca ayat Al-Quran atau mendengarkan murrotal bagi
pasien yang beragama Islam.
Menurut beberapa ahli ilmu jiwa, terapi psikoreligius sangat dianjurkan. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyabudi (2012) yang menyebutkan
bahwa terapi Dzikir berpengaruh terhadap ketenangan jiwa dan dapat menurunkan
stres. Sedangkan menurut Al-qadhi (2010) dengan menggunakan Al-Qur’an sebagai
media relaksasi daya tahan tubuh dapat dipengaruhi sehingga mampu melawan
penyakit dan membantu dalam proses penyembuhan.
Membaca Al-Qur’an dapat mendatangkan kesembuhan (Wiradisuria, 2016).
Mengingat Allah akan membuat tubuh rileks dengan cara mengaktifkan kerja system
saraf parasimpatik dan menekan kerja system saraf simpatik. Hal ini akan membuat
keseimbangan antara kerja dari kedua system saraf otonom tersebut sehingga
mempengaruhi kondisi tubuh. Sistem kimia tubuh akan diperbaiki sehingga tekanan
darah akan menurun, pernafasan jadi lebih tenang dan teratur, metabolisme menurun,
memperlambat denyut jantung, denyut nadi, dan mempengaruhi aktivitas otak seperti
mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas, tegang (Maimunah,2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Fanada (2012) tentang penerapan terapi
psikoreligius mendapatkan kesimpulan bahwa dengan melakukan kegiatan shalat
dapat membantu menurunkan tingkat stress pada pasien halusinasi. Penelitian lain
yang dilakukan oleh Hidayati (2014) tentang pengaruh terapi religius zikir
menyatakan bahwa kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran pasien
meningkat setelah dilakukan terapi zikir.
Penelitian Sari (2016) tentang efektifitas mendengarkan murottal Al-Quran
mendapatkan hasil bahwa murottal Al-Quran dengan surah Ar Rahman efektif dalam
menurunkan skor halusinasi pasien. Selain surah Ar Rahman surah lain yang sering
digunakan untuk terapi dalam kesehatan adalah surah Al Mulk, Al Falaq, AL Ikhlas,
An Nas, Al Baqarah, dan Al Fatihah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Julianto dan Subandi (2015) didapatkan hasil bahwa membaca Al Fatihah dapat
menurunkan depresi dengan menurunkan produksi hormon kortisol yang dipengaruhi
oleh thalamus melalui coliculus superior dan coliculus inferior dan hipothalamus
dengan merangsang sistem endokrin.
6
Surah Al Fatihah memiliki kedudukan yang tinggi dengan sebutan Ummul
Kitab yang artinya induk dari seluruh Al-Qur’an. Surah Al Fatihah ini terdiri dari 7
ayat dan merupakan surah yang popular dan paling dihafal oleh umat muslim (Ridha,
2007). Surah Al Fatihah merupakan obat dari segala penyakit dan Rasulullah Saw.
Telah mencontohkan berbagai macam pengobatan yang bisa dilakukan dengan surah
Al Fatihah (Alcaff, 2014).Membaca surah Al Fatihah sebanyak 70 kali mampu
menyembuhkan tremor atau biasa disebut gemetaran (Pedak, 2009).
Hasil wawancara yang telah dilakukan penelitipada tanggal 6 dan 10
September 2019 terhadap perawat yang bekerja di Ruang 3 ruang 3 RSJD dr. Amino
Gondohutomo, mendapatkan informasi bahwa beberapa asuhan keperawatan yang
pernah diberikan pada pasien halusinasi adalah mengidentifikasi halusinasi, cara
mengontrol halusinasi, terapi aktivitas kelompok: stimulasi persepsi sensori
halusinasi, kegiatan kerohanian (ceramah agama), senam bersama, terapi Murottal
Al-Qur’an dant terapi zikir Al-Ma’tsurat, adapun terapi membaca surat AlFatihah
belum pernah dilakukan. Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
terhadap pasien didapatkan informasi bahwa lebih banyak pasien yang hafal surah Al
fatihah dari pada surah-surah pendek lainnya didalam Al-Qur’an.

7
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN RESIKO PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG III RSJD Dr. AMINO GONDO HUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH

Tanggal Pengkajian : 4 September 2019 Nama Pengkaji: Novema Ashar N


Jam : 08.15 WIB NIM : P.1337420919121
Ruang : Ruang III

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. E
Usia : 36 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Dukuh, Kudus
Identitas Penanggung Jawab Klien
Nama : Tn. S
Usia : 62 tahun
Hubungan : Ayah kandung

II. ALASAN MASUK


Pasien mengatakan marah-marah dan mengamuk tidak jelas sewaktu dirumah sejak
adiknya menikah tanggal 1 Agustus 2019

III. FAKTOR PRESIPITASI


Pasien mengaatakan shock saat mengetahui ayahnya meninggal, semenjak itu pasien
selalu memikirkan ayahnya dan pasien mengatakan bersedih

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


Pasien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit jiwa sebanyak 3 kali pada tahun
2015, 2018, dan 2019. Pasien mengatakan 2 bulan terakhir ini tidak minum obat

8
karena merasa sudah sembuh. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami trauma
dan pengalaman yang tidak menyenangkan.
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 97 x/menit
c. Suhu : 37 0C
d. Pernapasan : 18 x/menit
2. Ukuran Berat Badan : 51 kg
Tinggi Badan : 150 cm
3. Keluhan Fisik
Pasien mengatkan tidak mengalami keluhan fisik.

VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :

Pasien Orang yang tinggal serumah

Laki-laki Cerai

Perempuan Meninggal

9
Pasien mengatakan tinggal bersama ibu dan anak pasien, ayah pasien meninggal
bulan juni tahun 2019. Pasien mengatakan bercerai dengan suaminya pada tahun
2012 saat pasien hamil 2 bulan karena suami berselingkuh dengan tetangga
depan rumah.
a. Pola asuh : pasien mengatakan sejak kecil dirawat oleh kakak perempuan dan
ayahnya, karena ibu merantau ke malaysia
b. Pola komunikasi : pasien mengatakan tidak ada masalah dalam
berkomunikasi
c. Pola pengambilan keputusan : pasien mengatakan di dalam keluarga dia
sebagai tulang punggung keluarga
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Pasien mengatakan suka dengan kakinya karena bisa berjalan sehingga bisa
bekerja
b. Identitas :
Pasien mengatakan seorang janda dengan satu anak laki-laki berusia 7 tahun.
Pasien mengatakan merasa tidak puas dengan kondisinya karena tidak bisa
merawat anak dan bekerja. Pasien mengatakan puas sebagai perempuan
karena sudah mempunyai anak
c. Peran :
Saat sebelum di RSJ, pasien berperan sebagai ibu rumah tangga yang harus
bekerja membiayai anak dan ibunya. Saat berada di RSJ, pasien mengatakan
disini berobat namun tidak bisa bekerja untuk membiayai keluarganua
d. Ideal diri :
Pasien mengatakan ingin bekerja sebagai karyawan lagi seperti dulu agar bisa
membesarkan anak dengan baik
e. Harga diri :
Pasien mengatakan hubungan dengan orang lain baik-baik saja, dan
menganggap semua orang sama
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat :
Pasien mengatakan kalau di rumah dekat dengan ibunya. Pasien mengatakan
saat di rumah sakit dekat dengan Ny. Ai
10
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
Pasien mengatakan saat dirumah jarang ikut serta dalam kegiatan kelompok
di dalam masyarakat, namun saat ibu tidak bisa menghadiri pengajian pasien
biasa untuk menggantikan hadir dipangajian. Pasien terlihat ikut bergabung
dengan pasien-pasien yang lain
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain :
Pasien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Pasien mengatakan beragama islam dan masih rajin solat. Pasien mengatakan
penyakit yang diderita sudah takdir dari Allah
b. Kegiatan ibadah :
Pasien mengatakan solat lima waktu baik saat di rumah sakit ataupun di
rumah
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Pasien menggunakan pakaian dengan rapi sesuai dengan tempatnya, rambut
pasien pendek berwarna hitam tertata rapi dan selalu diikat
2. Pembicaraan
Pembicaraan pasien normal
3. Aktivitas Motorik
Pasien terlihat gelisah dan senyum-senyum sendiri
4. Afek
Ekspresi pasien sesuai
5. Alam Perasaan
Pasien mengatakan sedih dan cemas dengan anaknya dirumah takut jika tidak
ada yang merawat ibu dan anaknya.
6. Interaksi Selama Wawancara
Selama wawancara kontak mata pasin baik dan mampu menjawab pertanyaan
perawat

11
7. Persepsi Sensori
Pasien mengatakan mendengar suara yang menyuruh dirinya untuk mengamuk
dan membanting barang-barang, dalam 1 hari pasien bisa mengalami halusinasi
sebanyak 2-3 kali, halusinasi muncul saat pasien melamun
8. Proses Pikir
Pasien mampu menceritakan keadaannya dengan baik dan tidak berbelit-belit
Isi Pikir
Pasien mengatakan yakin dirinya bisa sembuh dan bisa bekerja lagi
9. Tingkat Kesadaran
Kesadaran pasien jernig. pasien mengatakan saat ini berada di RSJ Amino
Gondo Hutomo, sekarang pukul 10.15. Pasien mengatakan mempunyai anak
satu laki-laki dan ibu yang berusia 56
10. Memori
a. Memori jangka panjang (>1 bulan) : pasien saat ditanya tentang kapan
ayahnya meninggal, pasien menjawab baru 2 bulan yang lalu setelah lebaran.
b. Memori jangka pendek (1 hari- 1 bulan) : pasien mengatakan diantar ibunya
saat dibawa ke rumah sakit ada tanggal 10 Agustus 2019
c. Memori saat ini (<24 jam) : pasien mengatakan bangun tidur jam 4.30 setelah
itu mandi dan solat jika sudah jam 7 pasien sarapan
11. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Pasien mampu berkonsentrasi. Saat ditanya beberapa hal pasien mampu
menjawab dengan benar. Pasien mampu berhitung dari angka 20 mundur ke
angka 1.
12. Isi Pikir
pasien mengatakan ingin berusaha menghilangkan halusinasinya, namun
terkadang halusinasinya muncul secara tiba-tiba
13. Kemampuan Penilaian
Saat ditanya memilih makan dahulu atau mandi dahulu, pasien mengatakan
memilih makan dahulu karena sedang lapar
14. Daya Tilik
Pasien mengatakan sedang berobat di rumah sakit jiwa karena mengalami
gangguan jiwa

12
VIII. KEMAMPUAN KLIEN MEMENUHI KEBUTUHAN
1. Kegiatan Hidup Sehari-hari
a. Perawatan Diri
klien mandi dikamar mandi, mandi 2 x sehari tanpa disuruh perawat
klien memakai baju dengan rapi setiap hari ganti pakaian 1 hari sekali
menurut kriteria klien pakaian yang rapi itu tidak terbalik warna pink
b. Nutrisi
Klien makan tanpa bantuan 3x sehari, porsi makan 1 piring habis
c. Istirahat Tidur
Tidur siang, lama: 13.00 s/d 15.00
Tidur malam, lama 20.00 s/d 04.30
Klien mengatakan idak mengalami gangguan tidur dan merasa segar pada
pagi hari setelah bangun tidur. Klien mengatakan ada kebiasaan tidur siang
jam 13.00 bangun jam 15.000 dan klien tidur malam jam 20.00 sehabis
sholat isya’ bangun jam 04.30.
2. Kemampuan Klien dalam Beberapa Hal
klien mampu melakukan kegiatan sehari-hari dengan mandiri, dan jika merasa
tidak enak badan hanya beristirahat dan diam di kamar
3. Sistem Pendukung
Klien mengatakan mendapat dukungan dari keluarga terutama ibu
4. Menikmati Kegiatan yang Produktif
Klien mengatakan pernah bekerja sebagai karyawan di toko baju
IX. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping klien dalam menyelesaikan masalah selalu bercerita dengan ibu
kandungnya
X. PENGETAHUAN
Pasien mengatakan sudah cukup pengetahuan dalam berkehidupan
XI. ASPEK MEDIS
1. Diagnosa Medis : Skizofrenia Tipe Depresi
2. Terapi Medis
risperidone 1 2x1 (P.O) pagi malam
kalxetin 1x1 (P.O) pagi

13
XII. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS MASALAH
DS : Gangguan Persepsi : Halusinasi
 Pasien mengatakan mendengar Pendengaran
suara yang menyuruh dirinya
untuk mengamuk dan
membanting barang-barang
 Pasien mengatakan dalam 1 hari
pasien bisa mengalami halusinasi
sebanyak 2-3 kali
 Pasien mengatakan halusinasi
muncul saat pasien melamun
 Pasien mengatakan takut apabila
mendengar suara-suara dan hanya
berdiam diri saja
DO :
 Pasien sempat senyum-senyum
tanpa sebab saat wawancara
 Pasien sering melamun

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


Gangguan Persepsi : Halusinasi Pendengaran

XIV. POHON MASALAH

Risiko Perilaku Kekerasan Efek

Halusinasi Pendengaran Core Problem

Harga Diri Rendah Sebab

XV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

14
Gangguan Persepsi : Halusinasi Pendengaran

XVI. RENCANA KEPERAWATAN


NO DX TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. Gangguan TUM:
Persepsi : Klien mampu
Halusinasi mengontrol halusinasi
Pendengaran TUK I :  Klien kooperatif  Bina hubungan
Setelah dilakukan satu  Klien menyebutkan saling percaya
kali pertemuan klien jenis halusinasi  Mendiskusikan
dapat membina  Klien menyebutkan jenis halusinasi
hubungan saling isi halusinasi pasien
percaya dan klien dapat  Klien menyebutkan  Mendiskusikan isi
mengenal halusinasinya waktu halusinasi halusinasi pasien
 Klien menyebutkan  Mendiskusikan
frekuensi waktu halusinasi
halusinasi pasien
 Klien menyebutkan  Mendiskusikan
situasi yang frekuensi
menimbulkan halusinasi pasien
halusinasi  Mendiskusikan
 Klien menyebutkan situasi yang
respon terhadap menimbulkan
halusinasi halusinasi
 Klien dapat  Mendiskusikan
melakukan cara respon pasien
mengontrol terhadap
halusinasi : halusinasi
menghardik  Melatih pasien
halusinasi mengontrol
halusinasi :
menghardik

15
halusinasi
 Menganjurkan
pasien
memasukkan cara
menghardik
halusinasi dalam
jadwal kegiatan
harian
TUK II : Setelah 1 kali  Pasien mampu  Evaluasi
pertemuan pasien menyebutkan kemampuan
mengetahui obat yang waktu atau jam pasien dalam
dikonsumsi berapa saja harus mengontrol
minum obat halusinasi dengan
 Pasien mampu menghardik
menyebutkan  Berikan
berapa macam obat pendidikan
yang diminum kesehatan tentang
penggunaan obat
secara teratur
 Anjurkan pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian
TUK III : Setelah 1 kali Pasien mampu  Evaluasi
pertemuan pasien mengendalikan kemampuan
mengendalikan halusinasi dengan cara pasien dalam
halusinasi dengan cara bercakap cakap mengontrol
bercakap cakap dengan dengan orang lain halusinasi dengan
orang lain menghardik
 Latih pasien
mengendalikan
halusinasi dengan
cara bercakap
16
cakap dengan
orang lain
 Anjurkan pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian
TUK IV : Setelah 1 kali Pasien mampu  Evaluasi
pertemuan pasien mengendalikan kemampuan
mengendalikan halusinasi dengan pasien dalam
halusinasi dengan cara melakukan kegiatan mengontrol
melakuakn kegiatan halusinasi dengan
menghardik, dan
bercakap cakap
dengan orang lain
 Latih pasien
mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan
kegiatan (kegiatan
yang biasa
dilakukan pasien)
 Anjurkan pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian

17
XVII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
HARI
NO DX TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
JAM
1. Gangguan 12  Membina hubungan S :
Persepsi : September saling percaya  Pasien mengatakan tadi
Halusinasi 2019  Mendiskusikan jenis malam tidak bisa tidur
Pendengaran 10.30 halusinasi pasien  Pasien mengatakan tadi
 Mendiskusikan isi malam mendengar
halusinasi pasien suara
 Mendiskusikan waktu  Pasien mengatakan
halusinasi pasien suara menakutinya dan
 Mendiskusikan frekuensi ketawa seperti
halusinasi pasien kuntilanak
 Mendiskusikan situasi  Pasien mengatakan jika
yang menimbulkan malah hari dan tidak
halusinasi bisa tidur halusinasinya
 Mendiskusikan respon muncul
pasien terhadap  Pasien mengatakan jika
halusinasi halusinasi muncul
 Melatih pasien hanya berdiam dan
mengontrol halusinasi : memejamkan mata saja
menghardik halusinasi  Pasien mengatakan
dengan cara thought mengerti cara
stopping mengontrol halusinasi
 Menganjurkan pasien yang pertama
memasukkan cara O :
menghardik halusinasi  Pasien kooperatif
dalam jadwal kegiatan  Pasien dapat
harian memperagakan cara
mengontrol dengan
menghardik
A:

18
Masalah halusinasi belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Pasien
 Demonstrasi cara
mengontrol halusinasi
dengan menghardik
dan minum obat
Perawat
 Evaluasi cara
mengontrol halusinasi
dengan menghardik
 Lakukan SP 1 Pasien
(Pemberian Obat)
13  Mengevaluasi S:
September kemampuan pasien  Pasien mengatakan tadi
2019 dalam mengontrol malam bisa tidur
12.00 halusinasi dengan  Pasien mengatakan tadi
menghardik malam tidak lagi
 Memberikan informasi mendengar suara-suara
tentang penggunaan obat setelah melakukan cara
secara teratur menghardik
 Menganjurkan pasien  Pasien mengatakan
memasukkan dalam takut apabila nanti
jadwal kegiatan harian malam mendengar
suara-suara lagi
 Pasien mengatakan
minum obat pagi dan
malam
 Pasien mengatakan
pagi minum obat 2

19
macam dan malam
minum obat 3 macam
O:
 Pasien dapat
memperagakan cara
mengontrol dengan
menghardik
 Pasien dapat minum
obat dengan benar
A:
Masalah halusinasi belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Pasien
 Demonstrasi cara
mengontrol halusinasi
dengan menghardik,
minum obat, dan
bercakap
Perawat
 Evaluasi cara
mengontrol halusinasi
dengan menghardik,
dan minum obat
 Lakukan SP 3 Pasien
(Bercakap-cakap)
14  Mengevaluasi S:
September kemampuan pasien  Pasien mengatakan tadi
2019 dalam mengontrol malam bisa tidur
10.30 halusinasi dengan  Pasien mengatakan tadi
menghardik dan minum malam sudah minum
obat
20
obat  Pasien mengatakan
 Melatih pasien takut apabila nanti
mengendalikan malam mendengar
halusinasi dengan cara suara-suara lagi
bercakap cakap dengan O :
orang lain  Pasien dapat
 Menganjurkan pasien memperagakan cara
memasukkan dalam mengontrol dengan
jadwal kegiatan harian menghardik, minum
obat, dan bercakap-
capak dengan orang
lain
A:
Masalah halusinasi belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Pasien
 Demonstrasikan cara
mengontrol halusinasi
dengan menghardik,
minum obat, bercakap-
cakap, dan membaca
Al-Fatihah
Perawat
 Evaluasi cara
mengontrol halusinasi
dengan menghardik,
minum obat, dan
bercakap-cakap
 Lakukan SP 4 Pasien
(Kegiatan)

21
15  Mengevaluasi S:
September kemampuan pasien  Pasien mengatakan tadi
2019 dalam mengontrol malam bisa tidur
12.00 halusinasi dengan  Pasien mengatakan tadi
menghardik, minum malam sudah minum
obat, dan bercakap cakap obat
dengan orang lain  Pasien mengatakan
 Melatih pasien sebelum tidur pasien
mengendalikan bercerita dengan Ny.D
halusinasi dengan  Pasien mengatakan
melakukan kegiatan lebih tenang saat
(kegiatan yang biasa membaca Al-fatihah
dilakukan pasien) sebanyak 3 kali
 Menganjurkan pasien  Pasien mengatakan
memasukkan dalam takut apabila nanti
jadwal kegiatan harian malam mendengar
suara-suara lagi
O:
 Pasien dapat
memperagakan cara
mengontrol dengan
menghardik, minum
obat, bercakap-capak
dengan orang lain, dan
membaca Al-Fatihah
A:
Masalah halusinasi belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Pasien
 Demonstrasikan cara
mengontrol halusinasi
22
dengan menghardik,
minum obat, bercakap-
cakap, dan membaca
Al-Fatihah
Perawat
 Evaluasi cara
mengontrol halusinasi
dengan menghardik,
minum obat, bercakap-
cakap, dan membaca
Al-Fatihah
 Motivasi pasien untuk
terus melakukan cara
mengontrol halusinasi

23
BAB 3

PEMBAHASAN

A. Analisa Kasus
Menurut Dermawan dan Rusdi (2013) salah satu faktor predisposisi yang
menyebabkan halusinasi adalah faktor psikologis. Teori ini sesuai dengan apa yang
dialami Ny. A karena sudah pernah 4 kali masuk di RSJD Dr. Amino Gondo
Hutomo Provinsi Jawa Tengah dikarenakan pengobatan yang kurang berhasil,
selain itu Ny. A kehilangan seorang ayah, hal ini yang menyebabkan Ny. A
mengalami gangguan psikologis. Pada faktor presipitasi diperoleh halusinasi pada
Ny. A dapat kambuh karena sering menyendiri, melamun dan tidak mau
bergaul dengan orang lain.
Menurut Keliat (2005) dalam pengkajian harus dijelaskan jenis dan isi
halusinasi, frekuensi, waktu dan situasi yang menyebabkan halusinasi serta respon
klien. Dari hasil pengkajian didapatkan data Ny. A mengalami gangguan
halusinasi pendengaran. Ny.A mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak
ada wujudnya yang menyuruhnya mengamuk dan membanting barang, suara tersebut
muncul setiap saat dalam sehari bisa sebanyak 3 kali, biasanya suara tersebut
muncul saat sendiri dan melamun, dan respon ketika ada suara tersebut Ny. A cuek.
Menurut Herdman (2011) batasan karakteristik halusinasi meliputi: perubahan
dalam perilaku, perubahan dalam menyelesaikan masalah, perubahan dalam
ketajaman sensori, yang termasuk dalam sensori pendengaran yang ditandai dengan
pasien mendengar suara tanpa adanya stimulus dari luar. Berdasarkan pengkajian
pada Ny.A secara garis besar ditemukan data subyektif dan data obyektif yang
menunjukkan karakteristik diagnose gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran pada Ny.A yang ditandai dengan data subyektif yaitu Ny.A mengatakan
sering mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya yang menyuruhnya
mengamuk dan membanting barang, suara tersebut muncul setiap saat dalam sehari
bisa sebanyak 3 kali, biasanya suara tersebut muncul saat sendiri dan melamun, dan
respon ketika ada suara tersebut Ny.A cuek. Disini penulis memprioritaskan
diagnose keperawatan halusinasi pendengaran.

24
B. Analisa Tindakan Keperawatan
Penulis menggunakan Strategi Pelaksanaan (SP) terbaru tahun 2014 karena
rincian tindakan keperawatan pada SP terbaru dalam pelaksanaanya dibarengi
dengan kegiatan, sehingga tepat dalam penulis menerapkan EBP membaca Al-
Fatihah dalam mengelola pasien.
Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1) : membantu mengenal halusinasi pada Ny.A
dengan cara membina hubungan saling percaya dengan Ny.A, membantu klien
mengenal halusinasinya dengan mendiskusikan isi halusinasi, frekuensi, waktu
halusinasi muncul, situasi dan respon Ny.A ketika halusinasi muncul, menjelaskan
cara-cara mengontrol halusinasi, dan mengajarkan Ny. A menghardik halusinasi.
Respon Ny. A dapat mengenal halusinasinya dan dapat mempraktekkan cara
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi.
Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2) : mengajarkan mencegah halusinasi dengan
minum obat teratur. Respon Ny.A mampu menggunakan cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik dan minum obat
Strategi Pelaksanaan 3 (SP 3) : mengajarkan klien untuk bercakap-cakap
dengan orang lain Disini Ny.A mencoba bercakap-cakap dengan pasien lain yang
pasien piker mampu memahami kalimatnya. Respon Ny. A mampu menggunakan
cara pertama dengan menghardik, cara kedua dengan minum obat cara mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Strategi Pelaksanaan 4 (SP 4) : mengajarkan klien untuk melakukan kegiatan
dengan membaca Al-Fatihah. Disini Ny.A seorang muslim yang hafal dengan surat
Al-Fatihah. Respon Ny. A mampu menggunakan cara pertama dengan menghardik,
cara kedua dengan minum obat, cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain., dan membaca surat Al-Fatihah.
Membaca Al Fatihah yang dilakukan selama satu minggu sebanyak 6 kali yang
dibacakan dengan tempo yang lambat (<60 ketukan/menit) dapat mengatur irama
detak jantung dan mengeluarkan endorphin sehingga membuat kenyamanan dan
ketenangan. Kahel (2010) mengatakan bahwa membaca dan mendengarkan ayat Al
Qur’an akan menstabilkan getaran neuron sehingga bisa melakukan fungsinya
dengan baik. Ilmu kedokteran telah banyak membuktikan bahwa Al Qur’an dengan
kandungannya bermanfaat untuk pengobatan (Erita & Suharsono, 2014).

25
BAB 4

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keberhasilan asuhan keperawatan pada klien Ny. A  ada beberapa faktor yang
berpengaruh antara lain: kerja sama yang baik antara mahasiswa dengan perawat
ruangan dalam memberikan asuhan keperawatan, pemberian obat yang teratur, serta
peran serta keluarga dalam merawat klien dan kooperatif dengan perawat. Sedangkan
hambatan yang ditemui adalah asuhan keperawatan diberikan tidak secara kontinyu,
mengingat  tidak setiap hari selama 3 minggu mahasiswa praktek. Hambatan
lain ,keluarga dan klien ingin segera pulang walaupun  klien belum mampu
melaksanakan adalah secara mandiri dengan alasan dana yang terbatas. Perawat
dapat memberikan motivasi untuk kontrol dan meminum obat secara teratur serta
melanjutkan perawatan di rumah sesuai dengan kemampuan keluarga.

B. SARAN
Diharapkan perawat selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuannya dalam setiap melaksanakan asuhan keperawatan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 6.Alih


Bahasa: Yasmin Asih. Jakarta: EGC

Keliat, B. A.1999.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta: EGC

Rawlins, R.P. & Patricia Evans Heacock. 1993.Clinical Manual of Psychiatric


Nursing.2 nd Edition.Mosby Year Book, St. Louis.

Stuart, G.W. & Michele T. Laraia. 1998.Principles and Practice of Psychiatric


Nursing. 6 th Edition. Mosby Company, St. Louis.

Towsend, Mary C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri Untuk


Pembuatan Rencana Keperawatan. Alih Bahasa: Novy Helena C.D., Edisi 3.
Jakarta: EGC

27

Anda mungkin juga menyukai