Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

CURETTAGE

DI RUANG IBS RSUD UNGARAN

DISUSUN OLEH :

LENY ARLINA

16.052

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN D-III

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/ DIPONEGORO

SEMARANG

2018
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
a. Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase
(sendok kerokan).
b. Kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada
dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi
instrument (sendok kuret) ke dalam kavum uteri.
c. Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase
(sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus
melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan
serviks dan besarnya uterus. Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya
kecelakaan misalnya perforasi.
d. Kuret adalah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam
rahim. Jaringan itu sendiri bisa berupa tumor, selaput rahim, atau janin
yang dinyatakan tidak berkembang maupun sudah meninggal. Dengan
alasan medis, tidak ada cara lain jaringan semacam itu harus dikeluarkan.
( Dr. H. Taufik Jamaan, Sp.OG
2. Etiologi
Faktor penyebab dilakukan kuretase
1. Seorang ibu diduga mengalami endometrium,
2. Ada sisa plasenta yang tertinggal,
3. Karena kasus abortus (keguguran) yang tak dikehendaki (janin mati di
dalam kandungan)
3. Patofisiologi
Pada awal abortus dimulai dari perdarahan pada desidua basalis yang
menyebabkan nekrosis pada jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian atau
seluruh janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan benda
asing bagi rahim, sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi eksplusi
untuk mengeluarkannya, seringkali fatus tak tampak yang disebut “Bligrted
Ovum”

4. Pathway

5. Komplikasi
a. Perdarahan
Bila saat kuret jaringan tidak diambil dengan bersih, dikhawatirkan
terjadi perdarahan. Untuk itu jaringan harus diambil dengan bersih dan
tidak boleh tersisa sedikit pun. Bila ada sisa kemudian terjadi perdarahan,
maka kuret kedua harus segera dilakukan.
b. Cerukan di Dinding Rahim
Pengerokan jaringan pun harus tepat sasaran, jangan sampai
meninggalkan cerukan di dinding rahim. Jika menyisakan
cerukan, dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan rahim.
c. Gangguan Haid
Jika pengerokan yang dilakukan sampai menyentuh selaput otot
rahim, dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran siklus haid.
d. Infeksi
Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan,
dikhawatirkan bisa memicu terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang
sekali dengan daerah-daerah yang basah oleh cairan seperti darah.
e. Kanker
Sebenarnya kecil kemungkinan terjadi kanker, hanya sekitar 1%. Namun
bila kuret tidak dilakukan dengan baik, ada sisa yang tertinggal
kemudian tidak mendapatkan penanganan yang tepat, bisa saja memicu
munculnya kanker. Disebut kanker trofoblast atau kanker yang
disebabkan oleh sisa plasenta yang ada di dinding rahim
6. Alat dan Bahan Pembedahan
a) Alat tenun, terdiri dari :baju operasi, laken, doek kecil, sarung meja
mayo.
b) Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia alam bak alat dalam keadaan
aseptic berisi :
1) Speculum dua buah (Spekullum cocor bebek (1) dan SIMS/L (2)
ukuran S/M/L) speculum 2 Buah.
2) Sonde (penduga) uterus: untuk mengukur kedalaman rahim, untuk
mengetahui lebarnya lubang vagina.
3) Cunam muzeus atau Cunam porsio
4) Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar
5) Bermacam – macam ukuran sendok kerokan (kuret 1 SET)
6) Cunam tampon (1 buah)
7) Pinset dan klem
8) Kain steril, dan sarung tangan dua pasang.
9) Menyiapkan alat kuret AVM
10) Ranjang ginekologi dengan penopang kaki
11) Meja dorong / meja instrument
12) Wadah instrumen khusus ( untuk prosedur AVM )
13) AVM Kit (tabung, adaptor, dan kanula)
14) Tenakulum (1 buah)
15) Klem ovum/fenster (2 buah)
16) Mangkok logam.
17) Dilagator/ busi hegar (1 set)
18) Lampu sorot
19) Kain atas bokong dan penutup perut bawah
20) Larutan anti septik (klorheksidin, povidon iodin, Alkohol)
21) Tensimeter
22) Sarung tangan DTT dan alas kaki
23) Set infus
24) Abocat
25) Cairan infus
26) Wings
27) Kateter Karet 1 buah
28) Spuit 3 cc dan 5 cc

A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Pre Operasi
1) Identitas pasien
2) Memastikan pasien sudah puasa
3) Keluhan utama
Tanyakan kepada apa yang dirasakan saat ini,sebelum dilakukan
operasi
4) Riwayat Alergi
Tanyak kepada pasien apakah ada alergi obat atau tidak
5) Personal Hygyn
Pengkajian personal hygyn meliputi kebersihan seluruh badan.

6) Pengkajian Psikososiospiritual
Pengkajian psikologis pada pasien kuretase meliputi pengkajian
kecemasan praoperatif baik pada pasien maupun keluarga, perasaan,
konsep diri, kepercayaan spiritual dan pengetahuan,
7) Kecemasan Praoperatif
Prosedur kuretase akan memberikan suatu reaksi emosional tertentu
oleh pasien dan keluarga yang merupakan suatu respon antisipasi
terhadap pengalaman yang dapat di anggap pasien sebagai suatu
ancaman terhadap perannya dalam hidup, intergritas tubuh, atau
bahkan kehidupan itu sendiri.
8) Kepercayaan Spiritual
Tanpa memandang agama yang dianut pasien, kepercayaan spiritual
dapat menjadi medikasi terapeutik. Keyakinan mempunyai kekuatan
yang sangat besar, oleh karena itu kepercayaan yang dimiliki oleh
setiap individu pasien harus dihargai dan didukung.
9) Pengetahuan, Persepsi, Dan Pemahaman
Prosedur kuretase dapat berisiko memiliki komleksitas pendarahan
yang besar, sehingga perawat mempersiapkan emosional pasien
sebelum dilakukannya operasi.
10) Pemeriksaan Fisik
a) Survei umum
Selama pengambilan riwayat atau pengkajian perioperatif,
pasien harus diobservasi dan dievaluasi dengan teliti. Perawat
harus memperhatikan muka pasien ketika mengajukan
pertanyaan, mencatat apakah pasien tampak sadar dan perhatian,
melakukan kontak mata, mengantuk atau mempunyai ekpresi
muka dan afek yang tidak tepat. Perawat memperhatikan apakah
pasien gelisah atau irritable. Ini mungkin menunjukkan nyeri,
vomit, atau nausea.
Penampilan dan tingkah laku pasien adalah penting. Perawat
secara umum memperhatikan apakah pasien berbicara dengan
tepat apakah responsnya logis, jelas, dan dapat dipahami, atau
apakah tidak logis, tidak jelas, atau membingungkan.
b) Memastikan pasien tidak menggunakan protese seperti gigi
palsu, perhiasan emas, make up,kutek, dll
c) Pemeriksaan TTV
Pemeriksaan tanda- tanda vital pasien sebelum operasi sangat
penting untuk menentukan operasi akan dilanjutkan atau ditunda
yang meliputi tekanan darah, nadi, pernafasan.
b. Pengkajian Intra Operasi
Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi
1) Pengaturan Posisi
Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman
pasien dan keadaan psikologis pasien. Letakkan bagian tubuh
sesuai yang akan dioperasi.
2) Penentuan tipe anaesthesia yang digunakan.
3) Pemasangan alat dan memonitor TTV
4) Pengkajian Psikologis
a) Menceritakan pada pasien apa yang sedang terjadi
b) Menentukan status psikologis
c) Memberikan peringatan akan stimuli nyeri
d) Mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota
tim kesehatan yang berkaitan
c. Pengkajian Post Operasi
1) Data Subyektif
a) Pemahaman pasien tentang keadaannya
b) Perubahan dalam individu atau pertimbangan
c) Adanya ketidakmampuan sensasi ( parathesia atau anasthesia)
d) Adanya sakit kepala atau nyeri pasca operasi
2) Data Obyektif
a) Pengkajian pasien diruang recovery room meliputi, jalan nafas,
SPO2 ,Kesadaran, TTV
b) Kekuatan pergerakan
c) Orientasi
d) Adanya kejang
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan pasca pembedahan (00132)
b. Resiko tinggi syok hemorarge berhubungan dengan perdarahan aktif
(00205)
c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya pendarahan dan proses
kuretase (00004)
3. Intervensi

Diagnosa
Tujuan Rasionalisasi Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan

Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Agar pasien tidak 1. Tentukan sifat lokasi 1. Membantu dalam
berhubungan keperawatan nyeri dapat teratasi mengeluhkan nyeri dan durasi nyeri serta mendiagnosa dan
dengan kriteria evaluasi dan merasa nayamn kaji kontraksi uterus memilih tindakan
kontraksi 2. Kaji stress psikologi keperawatan yang
uterus (00132) 1. Skala nyeri 0 (tidak ada) klien/pasangan dan tepat
2. Klien tidak mengeluh nyeri lagi respon emosional 2. Ketidaknyamanan
3. Raut muka klien tidak menangis terhadap kejadian. dihubungkan dengan
lagi 3. Berikan lingkungan aborsi spontan
4. TTV dalam batas normal yang tenang dan biasanya karena
TD : instruksikan klien kontraksi uterus
Sistol <140 mHg untuk /menggunakan 3. Dapat membantu
Diastol <90 mHg metode relaksasi dalam memenurunkan
N : 80 – 90 x/menit 4. Ukur TTV : TD, nadi, tingkat nyeri dan
R : 16 – 24 x/menit respirasi dan ansietas serta
T : 36 – 37 oC temperatur meningkatkan koping
5. Berikan obat analgetik yang dapat membantu
yang tepat menghilangkan rasa
6. Siapkan untuk prosedur nyeri.
kuretase 4. Penemuan awal dapat
dijadikan indikator
untuk
intervensi lanjut
5. Mengurangi fokus
klien terhadap
rangasangan nyeri
6. Tindakan terhadap
penyimpangan dasar
akan menghilangkan
nyeri
Resiko tinggi Resiko tinggi syok hemorarge Agar tetap terjaga 1. Observasi TTV 1. Mengetahui keadaan
syok berhubungan dengan perdarahan volume cairan dalam 2. Kaji output cairan umum klien
hemorarge aktif dapat dicegah atau tidak tubuh pasien harian 2. Jumlah cairan
berhubungan terjadi dengan kriteria hasil : 3. Berikan pengganti ditentukan dari jumlah
dengan 1. Pasien mengungkapkan tidak output cairan harian. kebutuhan harian
perdarahan lemah, dan tidak merasa haus 4. Posisikan ibu dengan ditambah dengan
aktif (00205) lagi tepat (semi fowler). jumlah cairan yang
2. Mukosa bibir lembab 5. Lakukan tirah baring hilang pervagina
- Turgor kulit normal dan menghindari ibu 3. Tranfusi mungkin
- Mata tidak cekung untuk valsava manufer. diperlukan pada
6. Laporkan serta catat kondisi perdarahan
jumlah dan sifat massif
kehilangan darah 4. Menjamin keadekuatan
darah yang tersedia
untuk otak, peninggian
panggul menghindari
kompresi vena.
5. Pendarahan dapat
berhenti dengan
reduksi aktivitas
6. Untuk mengetahui
perkiraan banyak nya
kehilangan darah
Risiko tinggi Rasiko infeksi tidak terjadi atau Agar integritas kulit 1. Pantau suhu nadi dan 1. Peningkatan suhu
infeksi berkurang diharapkan dapat teratasi pasien normal tanpa sel darah putih (SDP) atau nadi lebih normal
berhubungan kriteria hasil : adanya tanda tanda 2. Gunakan aseptic bedah dapat menandakan
dengan adanya 1. TTV dalam batas normal inflamasi pada persiapan infeksi perlindungan
pendarahan TD: Sistol <140 mmHg peralatan normal.
dan proses Diastol <90 mmHg 3. Anjurkan klien 2. Menurunkan resiko
kuretase N : 80 – 90 x/menit melakukan personal kontaminasi
(00004) R : 16 – 24 x/menit hygiene contohnya: 3. Mencegah infeksi
T : 36 – 37 oC ganti balutan 4. Mempercepat proses
2. Pasien mendemonstrasikan 4. Anjurkan klien makan- penyembuhan
kemampuan untuk makanan berprotein 5. Membantu mencegah
meningkatkan kesehatan diri tinggi. infeksi
seperti personal hygiene 5. Kolaborasi:Berikan
3. Tidak terdapat tanda Inflamasi : antibiotik sesuai
Rubor (kemerahan) indikasi
Tumor (pembengkakan)
- Kalor (panas)
- Dolor (nyeri)
Fungsi laesa (gangguan fungsi)
DAFTAR PUSTAKA

Nursing Interventions Classification (NIC). Six Edition. Iowa : Mosby


Elsavier

Nursing Outcomes Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa : Mosby Elsavier

Diagnosa Keperawatan NANDA Edisi 10. 2015 – 2017: EGC

Bare & Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart ( Alih Bahasa Agung Waluyo ) Edisi 8 vol.3. Jakarta : EGC.

Mardjono M, Sidharta P. Dalam: Neurologi klinis dasar. : Fakultas Kedokteran


Universtas Indonesia; 2003.

Anda mungkin juga menyukai