1. Pengkajian
Meliputi :
A. Identitas pasien
B. Kala I
1) Keluhan
kaji alasan pasien mendatangi rumah sakit adakah keluhan tentang adanya
tanda tanda gejala memasuki persalinan
2) Pengkajian riwayat obstetrik
Kaji kembali hari perkiraan haid terakhir (HPHT), usia kehamilan, taksir
persalinan, penolong persalinan yang dulu riwayat nifas yang lalu, kondisi bayi
saat lajir, pemberian asi dan kontrasepsi, masalah setelah melahirkan
(Kartajini2016).
3) Pemeriksaan fisik
1Periksa keadaan umum pasien.
2Kaji tanda tanda inpartum misal adanya keluaran darah bercampur lendir,
kontraksi dengan intensitas dan frekuensi meningkat yang dirasa sejak kapan,
kapan keluar cairan dari kemaluan dan bagaimana warnanyaberapakah
jumlahnyajernih ataukah keruh
3. Kaji TFU meliputi leopold 1,2,3 dan
4. 4Kaji kontraksi uterus dengan melakukan pemeriksaan dalam
5. Auskultasi DJJ (detak jantung janin)
C.kala 2
1Periksa TTV dengan melihat jam berapa kala 2 lalu lakukan evaluasi (dorongan
meneran, vulva membuka, tekanan keanus, dan perinium keluar)
2) Periksa kemajuan persalinan yang meliputi status selaput amnion, warna air
ketubanpenurunan presentasi kerongga panggul, kontraksi, status portio dan
pembukaan serviks.
3) Periksa detak jantung janin, gimana kondisi vsika urinaria penuh atau
kosong.
4) Respon sikap apakah ada cemas, kelelahan, nyeri, keinginan mengedan.
5) Nilai APGAR bayi pada menit pertama saat bayi lahir.
(Kartajini, 2016).
D.kala 3
1. Kaji kontraksiITA
2. Kaji perilaku nyeri
3. Kaji tanda tanda vital.
4. Tingkat keiclahan.
5. Keinginan untuk bonding attachment.
6. Inisiasi menyusu dini (IMD).
7. Kaji waktu pengeluaran plasenta.
8. Kondisi selaput amnion.
9. Kotiledon sudah lengkap atau belum.
(Kartajini2016)
E.Kala 4
Dikaji selama dua jam sekali setelah keluarnya plasenta, monitoring ibu setiap
15 menit sekali di jam pertama, 30 menit dijam kedua dengan indikasi tekanan
darah, kontraksinadi, jumlah pendarahan pervagina, intake cairan dan kondisi
vesika urinaria.
2.Perencanaan
1.Diagnosa yang sering muncul
a) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077)
b) Ansietas b.d krisis situasional (D.0080).
c) Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (D.0142)
(Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
3. Intervensi
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(D.0077)
Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
hilang dengan kriteria hasil :
1. Keluhan nyeri menurun
2. Sikap protektif menurun.
3. Gelisah menurun
4. Kesulitan tidur menurun.
3.Intervensi
1.Observasi
a. Identifikasi adanya lokasi karakteristik durasi frekuensi kualitas
intensitas nyeri
b. Identifikasi berapa skala nyeri.
c .Identifikasi respon non verbald.
d. Identifikasi faktor Yang memperberat dan memperingan nyeri.
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
i. Monitor efek samping penggunaan analgetik.
2. Terapeutik
a.Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
b. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri.
c. Fasilitasi istirahat dan tidur.
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetikjika perlu
Intervensi
1. Observasi
a. Identifikasi saat ansietas berubah.
b. Identifikasi kemampuan untuk mengambil keputusan.
c. Monitor tanda tanda ansietas.
2. Terapeutik
a. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan.
b. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan.
c. Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh
perhatian.
d. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
e. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan.
f. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan.
g. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang.
3. Edukasi
a. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
b. Infomasikan secara faktual mengenai diagnosis,pengobatan dan
prognosis.
c. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama.
d. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif
e. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
f. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan.
g. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
h. Latih teknik relaksasi.
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat antlasietas, jika perlu.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko infeksi menurun
dengan kriteria hasil :
1. Demam menurun
2. Kemerahan menurun
3. Nyeri menurun.
4. Bengkak menurun
Intervensi
1. Observasi
a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
2 . Terapeutik
a. Batasi jumlah pengunjung.
b. Berikan perawatan kulit pada area edema
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
3. Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
b. Ajarkan mencuci tangan secara benar
c. Ajarkan etika batuk.
d. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi.
e. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
f. Anjurkan meningkatkan asupan cairan.
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu
Implementasi
Lakukan implementasi sesuai perencanaan yang telah ditetapkan
Evaluasi
Lakukan evaluasi yang berpacu pada tujuan keperawatan.
Prosedur anamnesa pada ibu intra natal
ANAMNESA
a. Menanyakan identitas pasien dengan maksud untuk mengenal penderita dan
menentukan status sosial ekonominya. Identitas yang ditanyakan meliputi:
1) Nama lengkap
2) Umur, penting karena untuk menentukan prognosa kehamilan.
3) Pekerjaan
4) Agama
5) Alamat
b.Melakukan anamnesa tentang pasangan
1) Nama pasangan dan umur pasangan
2) Adakah penyakit genetik / keturunan dalam keluarga pasangan,
3) Apakah pasangan mengkonsumsi alkohol/ obat-obatan / rokok,
4) Golongan darah,
5) Perilaku seksual,
6) Pendidikan dan pekerjaan
7) Sikap pasangan terhadap kehamilan
b) Tinggi Badan
Tinggi badan ibu hanya perlu diperiksa pada kunjungan pertama. Bila tinggi
badan ibu kurang dari 145 cm, maka persalinan perlu diwaspadai karena
kemungkinan ibu mempunyai panggul yang sempit. c) Lingkar Lengan Atas;
batas normal 23,5 cm
3) Vital Sign
a) Tekanan Darah
Bila tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih mintalah ibu berbaring
miring ke kiri dan mintalah ibu bersantai sampai terkantuk. Setelah 20 menit
beristirahat, ukur kembali tekanan darahnyaBila tekanan darah tetap tinggi,
maka hal ini menunjukkan ibu menderita pre eklamsi dan harus dirujuk ke
dokter.
Tekanan darah pada ibu hamil tidak boleh mencapai 140 pada systolik atau 90
pada diastolik. Juga perubahan 30 pada systolik dan 15 pada diastolik di atas
tensi sebelum hamil, karena menandakan toxaemia gravidarum
b) Nadi
Meningkat 10-15 x/menit
c) Suhu
d) Respirasi
4) Adanya oedem Oedem dalam kehamilan dapat disebabkan karena toxaemia
gravidarum, karena tekanan rahim pada vena-vena dalam panggul yang
mengalirkan darah dari kaki, karena hypovitaminose B1, hypoproteinemia atau
karena penyakit jantung.
b. Melakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan secara sistematis atau berurutan.
1) Kepala Inspeksi: warna dan kebersihan rambut, kerontokan rambut
Palpasi: raba kepala untuk mengetahui adanya lesi dan massa
2) Wajah Inspeksi: Pucat, oedem pada wajah, cloasma gravidarum
3) Mata Inspeksi: Sklera ikterik / tidak, konjungtiva anemis/ tidak
4) Hidung Inspeksi: Kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung
Palpasi Pembesaran polip & sinusitis
5) Mulut Inspeksi Bibir kering dan pecah-pecah/tidak, cyanosis/tidak,
stomatitis,gingivitis, adakah gigi yang tanggal, berlubang, dan caries gigi, lidah
kotor/tidakbau mulut yang menyengat;
6) Leher Palpasi: Kelenjar gondok, pembesaran vena jugularis; pembesaran
kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar limfa.
7) Thorax Pemeriksaan jantung dan paru;
Pemeriksaan mamae / payudara;
Inspeksi Kesimetrisan payudara; Papila mamae/puting susu menonjol/
mendatar/masuk (inverted)Areola mamae melebar & bertambah hitam
(hiperpigmentasi)
Palpasi Pengeluaran kolostrum; Terdapat benjolan abnormal / tidak (pada
kunjungan pertama)
8) Abdomen (Inspeksi, Palpasi dan Auskultasi)
Sebelum memulai pemeriksaan abdomen, lakukan hal-hal berikut:
a) Minta ibu mengosongkan kandung kemihnya bila perlu
b) Bantu ibu untuk santai, letakkan sebuah bantal dibawah kepala dan bahu,
fleksikan tangan dan lutut.
c) Hangatkan telapak tangan
Inspeksi Kesimetrisan perut, lihat bentuk pembesaran peru
(apakah melintang, memanjangasimetris); adakah lesi bekas luka operasi;
Garis-garis (striae gravidarum, linea alba, linea nigra) Palpasi pemeriksaan
LEOPOLD;
a) Leopold I
Untuk menentukan bagian janin yang terdapat di fundus uteri dan menentukan
usia kehamilan dengan mengukur tinggi fundus uteri (TFU)
Caranya:
(1). Berdiri di sebelah kanan pasien dan melihat ke arah muka
(2). Meminta pasien untuk menekuk kakinya
(3). Menghangatkan telapak tangan
(4). Kedua tangan diletakkan pada bagian atas uterus dengan mengikuti
bentuk uterus
(5). Lakukan palpasi secara lembut untuk menentukan
bentukukurankonsistensi dan gerakan janin.
(6). Meraba dan menentukan bagian janin yang terdapat di fundus
Sifat kepala :bulatkeras, dan dapat digerakkan (balotemen)
Sifat bokong tidak spesifik, lebih lunak tidak dapat
digerakkan, serta fundus terasa penuh.
Bila kosong : letak lintang
(7). Mengukur tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilanada 2cara:
a) Mengukur dengan jari, yaitu mengukur ujung atas fundus uteri
menggunakan jari
b) Mengukur dengan metline, yaitu mengukur ujung atas fundus uteri
sampai ujung atas simphysis menggunakan metline. Usia kehamilan
dihitung dengan menggunakan rumus Mc Donald: Hasil (cm) x2/7-Usia
kehamilan dalam BULAN Hasil (cm) x8/7-Usia
kehamilan dalam MINGGU
b). Leopold II
Untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus
Caranya:
(1)Berdiri di sebelah kanan pasien dan melihat ke arah muka
(2)Kedua telapak tangan diletakkan pada kedua sisi perutdan lakukan tekanan
yang lembut tetapi cukup dalam untuk meraba dari kedua sisi.
(3)Secara perlahan geser jari-jari dari satu sisi ke sisi lain untuk menentukan
pada sisi mana terletak punggung, lengan dan kaki
(4). Bagian punggung janin akan teraba sebagai suatu bagian yang keras pada
beberapa bagian lunak dengan bentuk teratur
(5).Bagian ekstremitas (kaki, lengan dan lutut) teraba sebagai bagian- bagian
kecil yang tidak teratur, mempunyai banyak tonjolan serta dapat bergerak dan
menendang
(6). Bila punggung janin tidak teraba di kedua sisi, mungkin punggung
janin berada pada sisi yang sama dengan punggung ibu (posisi posterior)
(7).Pada letak lintang di samping terletak kepala atau bokong
c). Leopold III Untuk menentukan bagian janin yang terdapat di bagian bawah
uterus dan menentukan apakah bagian bawah janin sudah masuk Pintu Atas
Panggul (PAP)Caranya:
(1). Melakukan pemeriksaan menggunakan satu tangan (tangan kanan) tangan
kiri menahan bagian fundus uteri.
(2). Raba dengan hati-hati bagian bawah abdomen pasien tepat diatas simfisis
pubis. Coba untuk menilai bagian janin yang berada disana menggunakan ibu
jari dan jari-jari lainnya. Bandingkan dengan hasil pemeriksaan leopold
sebelumnya.
(3). Menentukan apakah bagian bawah tersebut sudah masuk PAP (Pintu atas
panggul) atau belum dengan menggoyangkan perlahanBila masih bisa
digerakkan belum masuk PAP Bila tidak bisa digerakkan/engaged: sudah masuk
PAP
d) Leopold IV
Untuk memastikan ulang bagian janin yang terdapat di bagian bawah uterus
dan memastikan sudah seberapa besar bagian bawah janin masuk ke dalam
rongga panggul
Caranya:
(1). Berubah sikap menghadap ke kaki pasien, kaki ibu lurus.
(2). Letakkan kedua telapak tangan pada bagian bawah abdomen dan coba
untuk menekan ke arah pintu atas panggul
(3). Memastikan ulang bagian janin terbawah dengan meraba dengan jari
(4). Meraba ujung bagian bawah janin untuk menilai seberapa jauh bagian
tersebut masuk melalui pintu atas panggul. Jika kedua tangan konvergen: baru
sebagian kecil yang masuk ke dalam rongga panggul Jika kedua tangan sejajar:
sudah masuk separuh Jika kedua tangan divergen: sudah masuk sebagian besar
Auskultasi Mendengarkan denyut jantung janin (DJJ) dengan menggunakan
funandoskop/lince atau dopler.
Caranya:
a) Meletakkan funandoskop pada daerah punggung janin
b) Memasang corong funandoskop pada telinga (menghadap kaki pasien)
c) Dengarkan denyut jantung janin selama satu menitkaji frekuensi dan irama
denyutan. Jantung janin biasanya berdenyut 120-160 kali permenitJika DJJ< 120
atau 160 maka janin dalam keadaan distres dan perlu dirujuk.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang dilakukan merupakan tahap akhir dari setiap proses keperawatan
untuk menilai keefektifan dan keberhasilan dalam perawatan tali pusat pada
bayi dalam memberikan asuhan keperawatan yang bisanya menggunakan
metode SOAP (S: Subjektif, O: ObjektifA: Analisa, dan P Perencanaan)
Prosedur tindakan pada bayi baru lahir
1.) mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi baru lahir umumnya memiliki suhu tubuh di sekitar angka 36,7 – 37,5
derajat Celcius. Karena masih berada dalam tahapan adaptasi dengan dunia di
luar rahim sang ibu, bayi baru lahir perlu dijaga kehangatan tubuhnya. Tubuh
bayi yang baru lahir juga masih belum bisa menghasilkan dan menyimpan
panas secara optimal karena tidak memiliki lapisan lemak yang cukup. Hal ini
penting diperhatikan agar bayi tidak rentan mengalami hipertemia atau kondisi
tubuh yang kedinginan karena tidak mampu beradaptasi dengan suhu ruangan
di sekitarnya.
Untuk menjaga suhu tubuh bayi yang baru dilahirkan tetap hangat, beberapa
tips ini bisa kamu lakukan:
Berikan ASI secara eksklusif
Tips menjaga kehangatan suhu tubuh bayi yang baru lahir juga bisa dilakukan
melalui pemberian ASI secara eksklusif. ASI merupakan sumber makanan
terbaik yang harus diberikan kepada bayi baru lahir. Pasalnya, di dalam ASI
terkandung colostrum serta zat-zat penting lainnya yang berperan penting
dalam menjaga daya tahan tubuh serta sistem imunitas bayi. ASI yang diberikan
secara eksklusif juga akan berpengaruh pada tumbuh kembang serta
kecerdasan bayi di masa mendatang.
Sebaiknya tidak meletakkan bayi di ruang ber-AC
Hal penting yang sering dianggap sepele oleh sebagian besar ibu baru,
meletakkan bayi baru lahir di ruang ber-AC. Memang, ruangan ber-AC terasa
lebih sejuk dibandingkan yang tanpa menggunakan pendingin udara. Namun
demikian, perlu diketahui bahwa kulit bayi masih cukup sensitif dengan
perubahan suhu yang ekstrem. Perbedaan suhu ruang dan ruangan ber-AC
yang signifikan bisa membuat bayi kaget dan rewel karena kedinginan.
Gunakan selimut berbahan lembut
Kamu juga bisa menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat dari luar. Caranya cukup
sederhana, gunakan selimut berbahan lembut untuk menutupi sebagian tubuh
bayi. Setidaknya biarkan ujung kaki hingga bagian dada tertutup. Namun
demikian, penggunaan bedong bayi kurang disarankan karena bisa membuat
bayi baru lahir kesulitan bergerak dan bernapas dalam balutan bedong
yang terlalu rapat.
2). Inisiasi menyusu dini
merupakan proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi
dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkanke puting
susu).Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu
maupun bayinya, bagi bayi kehangatan saat menyusu menurunkan resiko
kematian karena hypothermia (kedinginan). Selain itu juga, bayi memperoleh
bakteri tak berbahaya dari ibu, menjadikannya lebih kebal dari bakteri lain di
lingkungan. Dengan kontak pertama, bayi memperoleh kolostrum, yang penting
untuk kelangsungan hidupnya, dan bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang
tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi sehingga bayi akan
lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan
menyusu.Sedangkan manfaat bagi ibu adalah menyusu dapat mengurangi
morbiditas dan mortalitas karena proses menyusu akan merangsang kontraksi
uterus sehingga mengurangi perdarahan pasca melahirkan (postpartum) (Profil
Kesehatan Indonesia, 2013).
Dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini, bayi belajar beradaptasi dengan
kelahirannya di dunia. Bayi yang baru saja keluar dari rahim ibu, tentu merasa
trauma ketika harus berada di dunia luar. Selain itu perpisahan antara ibu
dengan bayinya bisa mengakibatkan daya tahan tubuh bayi menurun sehingga
25% sedangkan bila bayi bersama ibu, daya tahan bayi akan berada dalam
kondisi prima (Lusi, 2008).
Hasil penelitian Sose dkk (1978) menyatakan bahwa terdapat hubungan antar
kontak kulit ibu-bayi pertama kali terhadap lama menyusui. Bayi yang diberi
kesempatan menyusu dini dengan meletakkan bayi kontak kulit ke kulit ibu
setidaknya satu jam pertama dua kali lebih lama menyusui hasilnya 59% dan
38% menyusu sampai usia 6 bulan dan setahun sedangkan bayi yang tidak
diberi kesempatan menyusu dini tidak terlalu lama menyusui hanya 29% dan
8% yang masih disusui dengan usia yang sama. Penelitian Fika dan Syafiq
(2003) melaporkan bahwa bayi diberi kesempatan untuk menyusu dini hasilnya
delapan kali lebih berhasil melakukan ASI Eksklusif (Roesli, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Profil Kesehatan Indonesia, (2013). Kesehatan Anak dan Status Gizi. Jakarta:
Kemkes RI.
Nursalam, (2008)Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitoian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rhineka Cipta.
Hidayat. A A. (2009). Metode
Penelitian Keperawatan danTeknik Analisi Data. Jakarta: Pustaka Belajar.
Hidayat. A. A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan
Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
SDKI. (2012). Badan Pusat Statisik Kependudukan dan Keluarga Bencana
Nasional Kementrian Kesehatan. Jakarta
3. Memberikan salep mata
PENGERTIAN
Pemberian salep mata pada bayi baru lahir adalah Pemberian salep mata steril
pada mata bayi baru lahir untuk profilaksisi
TUJUAN
PROSEDUR