Anda di halaman 1dari 17

TUGAS PKK

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI ”R” UMUR 2 HARI


DENGAN ATRESIA ANI

OLEH :

KELOMPOK II
TINGKAT II KEBIDANAN
B

1. ALVIATUSSAHRIA 8. LALE NURMAYANTI


2. BAIQ QORY HARFINA 9. NANI NURBAITI
3. DEWI JULITA 10. PRAMITHA PUTRI UTAMI
4. EKA SRI MULDIANI 11. PRIMILIA SEPDIAN
5. FITRIA LISA HERMAWATI 12. RANA SRI WEDARI RAHAYU
6. IDHA YULIASARI 13. RENI JURIAH WAHYUNI
7. JESSICA SUCIMAYANI 14. RINA NURSYAMSIAH

UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN


MATARAM FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI KEBIDANAN D-
III 2009
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas PKK tentang Atresia Ani.
Dalam penyusunan tugas ini kami banyak mendapat dukungan dari berbagai
pihak baik dukungan moril maupun materil. Kami menyadari tugas ini masih banyak
kekurangannya, oleh sebab itu kami mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tugas ini.
Semoga tugas ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya.

Mataram, Juni 2009

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................ ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I LANDASAN TEORI................................................................ 1
A. Definisi...............................................................................................
B. Etiologi...............................................................................................
C. Faktor predisposisi..............................................................................
D. Klasifikasi...........................................................................................
E. Patofisiologi........................................................................................
F. Manifestasi klinis................................................................................
G. Pemeriksaan penunjang......................................................................
H. Komplikasi.........................................................................................
I. Penatalaksanaan..................................................................................
BAB II TINJAUAN KASUS ................................................................
A. Pengumpulan data dasar.....................................................................
B. Interpretasi data dasar.........................................................................
C. Identifikasi diagnosa dan masalah potensial......................................
D. Identifikasi kebutuhan tindakan segera..............................................
E. Rencana tindakan................................................................................
F. Pelaksanaan asuhan.............................................................................
G. Evaluasi..............................................................................................
BAB III PENUTUP...............................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
LANDASAN TEORI

A. Definisi
Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti tidak ada dan trepsis
yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia adalah suatu keadaan
tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal.
Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang
keluar (Walley,1996). Ada juga yang menyebutkan bahwa atresia ani adalah tidak
lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara
abnormal (Suriadi,2001). Sumber lain menyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana
rectal terjadi gangguan pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan.
Jadi, atresia ani adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai
lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi
saat kehamilan.
Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa
terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum.

B. Etiologi
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan
kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan
anus dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan bawaan anus umumnya tidak ada kelainan
rectum, sfingter, dan otot dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter
internal mungkin tidak memadai. Menurut peneletian beberapa ahli masih jarang terjadi
bahwa gen autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua yang
mempunyai gen carrier penyakit ini mempunyai peluang sekitar 25% untuk diturunkan
pada anaknya saat kehamilan. 30% anak yang mempunyai sindrom genetic, kelainan
kromosom atau kelainan congenital lain juga beresiko untuk menderita atresia ani.
Sedangkan kelainan bawaan rectum terjadi karena gangguan pemisahan kloaka menjadi
rectum dan sinus urogenital sehingga biasanya disertai dengan gangguan perkembangan
septum urorektal yang memisahkannya.
C. Faktor predisposisi
Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir
seperti :
 Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas pada vertebral, anal,
jantung, trachea, esofagus, ginjal dan kelenjar limfe).
 Kelainan sistem pencernaan.
 Kelainan sistem pekemihan.
 Kelainan tulang belakang.

D. Klasifikasi
Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :
 Yang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis
dicapai melalui saluran fistula eksterna.
Kelompok ini terutma melibatkan bayi perempuan dengan fistula rectovagina atau
rectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi, maka
bisa didapatkan dekompresi usus yang adequate sementara waktu.
 Yang tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalan keluar
tinja.
Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi
spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah segera. Pasien bisa
diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu :
 Anomali rendah
Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat sfingter
internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat
hubungan dengan saluran genitourinarius.
 Anomali intermediet
Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan sfingter
eksternal berada pada posisi yang normal.
 Anomali tinggi
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya
berhungan dengan fistuls genitourinarius – retrouretral (pria) atau rectovagina
(perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum lebih dari1 cm.
Sedangkan menurut klasifikasi Wingspread (1984), atresia ani dibagi 2 golongan
yang dikelompokkan menurut jenis kelamin. Pada laki – laki golongan I dibagi menjadi 4
kelainan yaitu kelainan fistel urin, atresia rectum, perineum datar dan fistel tidak ada. Jika
ada fistel urin, tampak mekonium keluar dari orifisium eksternum uretra, mungkin
terdapat fistel ke uretra maupun ke vesika urinaria. Cara praktis menentukan letak fistel
adalah dengan memasang kateter urin. Bila kateter terpasang dan urin jernih, berarti fistel
terletak uretra karena fistel tertutup kateter. Bila dengan kateter urin mengandung
mekonuim maka fistel ke vesikaurinaria. Bila evakuasi feses tidak lancar, penderita
memerlukan kolostomi segera. Pada atresia rectum tindakannya sama pada perempuan ;
harus dibuat kolostomi. Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada
invertogram, maka perlu segera dilakukan kolostomi.
Sedangkan pada perempuan golongan I dibagi menjadi 5 kelainan yaitu kelainan
kloaka, fistel vagina, fistel rektovestibular, atresia rectum dan fistel tidak ada. Pada fistel
vagina, mekonium tampak keluar dari vagina. Evakuasi feces menjadi tidak lancar
sehingga sebaiknya dilakukan kolostomi. Pada fistel vestibulum, muara fistel terdapat
divulva. Umumnya evakuasi feses lancar selama penderita hanya minum susu. Evakuasi
mulai etrhambat saat penderita mulai makan makanan padat. Kolostomi dapat
direncanakan bila penderita dalam keadaan optimal. Bila terdapat kloaka maka tidak ada
pemisahan antara traktus urinarius, traktus genetalis dan jalan cerna. Evakuasi feses
umumnya tidak sempurna sehingga perlu cepat dilakukan kolostomi.Pada atresia rectum,
anus tampak normal tetapi pada pemerikasaan colok dubur, jari tidak dapat masuk lebih
dari 1-2 cm. Tidak ada evakuasi mekonium sehingga perlu segera dilakukan kolostomi.
Bila tidak ada fistel, dibuat invertogram. Jika udara > 1 cm dari kulit perlu segera
dilakukan kolostomi.
Golongan II pada laki – laki dibagi 4 kelainan yaitu kelainan fistel perineum,
membran anal, stenosis anus, fistel tidak ada. Fistel perineum sama dengan pada wanita ;
lubangnya terdapat anterior dari letak anus normal. Pada membran anal biasanya tampak
bayangan mekonium di bawah selaput. Bila evakuasi feses tidak ada sebaiknya dilakukan
terapi definit secepat mungkin. Pada stenosis anus, sama dengan perempuan, tindakan
definitive harus dilakukan. Bila tidak ada fistel dan udara
Sedangkan golongan II pada perempuan dibagi 3 kelainan yaitu kelainan fistel
perineum, stenosis anus dan fistel tidak ada. Lubang fistel perineum biasanya terdapat
diantara vulva dan tempat letak anus normal, tetapi tanda anus yang buntu menimbulkan
obstipasi. Pada stenosis anus, lubang anus terletak di tempat yang seharusnya, tetapi
sangat sempit. Evakuasi feses tidak lancar sehingga biasanya harus segera dilakukan
terapi definitive. Bila tidak ada fistel dan pada invertogram udara

E. Patofisiologi
Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari
bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitoury dan
struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal.
Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur
kolon antara 7 dan 10 mingggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga
karena kegagalan dalam agenesis sacral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak
ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tidak dapat dikeluarkan
sehungga intestinal mengalami obstrksi.

F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah kegagalan lewatnya
mekonium setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rectal, adanya membran anal
dan fistula eksternal pada perineum (Suriadi,2001). Gejala lain yang nampak diketahui
adalah jika bayi tidak dapat buang air besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan
intestinal, pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulit abdomen akan terlihat
menonjol (Adele,1996)
Bayi muntah – muntah pada usia 24 – 48 jam setelah lahir juga merupakan salah satu
manifestasi klinis atresia ani. Cairan muntahan akan dapat berwarna hijau karena cairan
empedu atau juga berwarna hitam kehijauan karena cairan mekonium.

G. Pemeriksaan Penunjang
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai
berikut :
a. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal. Pada pemeriksaan
radiologi dengan posisi tegak serta terbalik (dijungkir) dapat dilihat sampai
dimana terdapat penyumbatan.
b. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui
jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.
c. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam system
pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena
massa tumor.
d. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
e. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
f. Pemeriksaan fisik rectum
Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau
jari.
g. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan
dengan traktus urinarius. Foto dilakukan setelah bayi berumur >24 jam, karena
dalam keadaan normal seluruh traktus digestivus sudah berisi udara (bayi dibalik
selama 5 menit)
H. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :

a. Asidosis hiperkioremia.

b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.

c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).


d. Komplikasi jangka panjang.

- Eversi mukosa anal

- Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)

e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.

f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)

g. Prolaps mukosa anorektal.

h. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)

(Ngustiyah, 1997 : 248)

I. Penatalaksaan
Penatalaksanaan Medis
 Malformasi anorektal dieksplorasi melalui tindakan bedah yang disebut diseksi
posterosagital atau plastik anorektal posterosagital.
 Colostomi sementara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus.
Perawatan
 Bayi di infus.
 Observasi tanda vital
 Pada atresia ani perlu di terangkan pada ibu atau keluarga bahwa operasi akan
berlangsung 2 tahap yaitu hanya dibuat anus, dan setelah 3 bulan atau lebih
dilakukan koreksi sekaligus.
 Pada anus buatan perlu diperhatikan kebersihan daerah tersebut untuk mencegah
infeksi.
 Konsultasi teratur.
BAB II
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI
“R” UMUR 2 HARI DENGAN ATRESIA
ANI DI RUANG NICU RSUD
MATARAM PADA TANGGAL 23 JUNI
2009

Hari/tanggal pengkajian : selasa, 23 Juni 2009


Jam : 16.00 WITA

I. PENGUMPULAN DATA DASAR


A. Data subyektif
1. Biodata
Nama pasien : Bayi “R”
Umur : 2 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak : Ke 1
Lahir : Minggu, 21 Juni 2009, pukul 17.00 WITA

Nama Ibu : Ny. T Nama ayah : Tn. J


Umur : 20 tahun Umur : 25 tahun
Suku : Sasak Suku : Sasak
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Mataram Alamat : Mataram

2. Keluhan utama
Perut bayi kembung, bayi muntah berwarna hijau dan tidak dapat BAB sejak lahir.

3. Riwayat kehamilan dan persalinan


 Riwayat antenatal
a. UK : 38 Minggu
b. Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya secara rutin di puskesmas.
c. Mendapat imunisasi TT lengkap 2x selama hamil
d. Obat-obat yang pernah diminum : Fe, kalk, Vit.C, Vit B6, Vit B1.
Diminum sesuai anjuran
e. Tidak ada keluhan selama hamil
f. Ibu tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, minuman, maupun obat-
obatan.
g. Tidak ada penyakit menular dan berbahaya selama kehamilan dan tidak
pernah mengalami kelainan selama kehamilan.

 Riwayat Natal
a. Ibu merasa sakit perut menjalar ke pinggang mulai tanggal 21 Juni 2009,
pukul 12.00 WITA sudah mengeluarkan lendir bercampur darah dan ketuban
pecah pada tanggal 21 Juni 2009 pukul 16.00 WITA dengan warna jernih, bau
khas, tidak bercampur mekonium.
b. Bayi lahir tanggal 21 Juni 2009 pada pukul 17.00 WITA ditolong oleh
bidan, persalinan secara spontan, jenis kelamin laki-laki, bayi lahir dengan
letak kepala, bayi bernafas spontan.

 Riwayat Neonatal
a. Bayi lahir secara : Spontan
b. AS : 7-9
Tabel APGAR Score
NO Aspek yang 1 menit pertama Nilai 5 menit kedua Nilai
diteliti
1 Appreance Ekstremitas biru, 1 Ekstremitas biru, 1
badan merah badan merah
2 Pulse rate >100x/mnt 2 >100x/mnt 2
3 Grimace Tangisan kuat 2 Tangisan kuat 2
4 Activity Ekstremitas fleksi 1 Ekstremitas fleksi 2
sedikit
5 Respiration Tidak teratur 1 Teratur 2
Jumlah 7 9

c. BB : 3000 gram
d. LD : 30 cm
e. LK : 32 cm.
f. PB : 50 cm
g. LILA : 11 cm

4. Data Psikososial
 Kontak dini : segera dilakukan setelah bayi lahir.
 Pemberian ASI : setelah lahir, bayi langsung diberikan ASi, reflek menghisap
baik.
 Respon orang tua : keluarga sangat senang dengan kelahiran bayi, tetapi ibu
merasa khawatir dengan keadaan bayinya.

B. Data obyektif
1) Keadaan umum : cukup baik
2) Tanda-tanda vital
• denyut jantung : 140 X/menit.
• Respirasi : 40 X/menit.
• Suhu axila :36,5º C
3) Berat badan : 3000 gram
4) Panjang badan : 50 cm
5) Lika/lila : 32 cm/11 cm
6) Pemeriksaan fisik
 Kepala
Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada
benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal hematom.
 Mata
Simetris, bersih, tidak ada pengeluaran secret, konjungtiva tidak pucat, sclera
tidak ikterus.
 Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping
hidung, tidak ada pus dan lendir.
 Mulut
Bibir simetris, mukosa lembab, tidak pucat, tidak ada kelainan.
 Telinga
Simetris dan matur tulang kartilago berbentuk sempurna.
 Leher
Normal, tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid dan kelenjar limfe, tidak
ada kelainan..
 Thoraks/dada
Bentuk dada simetris, putting susu menonjol, pernafasan normal.
 Abdomen
Simetris, perut kembung, tidak terdapat perdarahan pada umbilicus.
 Ektrimitas atas dan bawah
Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan maupun kaki dan
kukunya tidak pucat
 Genitalia
Terdapat lubang uretra, tidak ada kelainan.
 Punggung
Tidak ada penonjolan pada punggung
 Anus
Tidak terdapat anus
 System saraf
Reflek morro (+), reflek hisap (+), reflek menelan (+)
7) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi : di temukan terdapat penyumbatan/obstruksi intestinal
II. INTERPRETASI DATA DASAR
A. Diagnosa : Bayi lahir cukup bulan, umur 2 hari dengan atresia ani.
Dasar :
Subyektif : Perut bayi kembung, bayi muntah berwarna hijau dan tidak dapat
BAB sejak lahir.
Obyektif :
a. Nadi : 140 X/menit.
b. Respirasi : 40 X/menit.
c. Suhu axsila :36,5º C
Pemeriksaan Fisik :
a. Mata: simetris, Simetris, bersih, tidak ada pengeluaran secret, konjungtiva tidak
pucat, sclera tidak ikterus.
b. Abdomen: Simetris, perut kembung, tidak terdapat perdarahan pada umbilicus.
c. Ekstrimitas (tangan dan kaki); simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap
d. Anus: tidak terdapat anus
Pemeriksaan penunjang : radiologi ditemukan penyumbatab/obstruksi intestinal.
B. Masalah : Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
C. Kebutuhan :
- Jelaskan pada ibu mengenai keadaan bayi
- Pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi
- Persiapan kolostomi sementara

III. IDENTIFIKASI DIAGOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Kerusakan uretra, prolaps mukosa anorektal, infeksi saluran kemih, masalah atau
kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


 Mandiri : penjelasan tentang keadaan bayi
 Kolaborasi : Kolaborasi dengan tim medis
V. RENCANA TINDAKAN
1. Beritahu ibu tentang keadaan bayinya dan tindakan yang akan dilakukan
2. Observasi Keadaan umum bayi
3. Observasi tanda vital bayi
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pembuatan lubang anus
5. Penuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan pemasangan infus

VI. PELAKSANAAN ASUHAN


1. Memberitahu ibu tentang keadaan bayinya dan memberitahu tindakan yang akan
dilakukan yaitu melakukan kolostomi sementara agar bayi dapat BAB dan mekonium
keluar, kemudian setelah 3 bulan atau lebih dilakukan operasi kedua.
2. Mengobservasi keadaan umum bayi yaitu keadaan bayi baik, kesadaran
composmentis, reflex bayi baik.
3. Mengobservasi tanda vital bayi yaitu denyut jantung 136x/menit, suhu 36,5°C dan
respirasi 36x/menit.
4. Berkolaborasi dengan tim medis untuk pembuatan lubang anus
5. Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan pemasangan infus RL.

VII. EVALUASI
1. Ibu mengerti tentang keadaan bayinya
2. Bayi akan segera dilakukan kolostomi
3. Keadaan umum bayi baik, denyut jantung 136x/menit, suhu 36,5°C, respirasi
36x/menit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam makalah ini telah dijelaskan mengenai Atresia ani, dimana atresia ani
merupakan kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk
mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat
kehamilan. Penyebabnya belum diketahui pasti namun ada sumber mengatakan kelainan
bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus dari
tonjolan embriogenik.
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada bayi yang mengalami atresia ani adalah
dengan melakukan kolostomi sementara agar bayi dapat BAB dan mekonium keluar,
setelah 3 bulan atau lebih dilakukan koreksi sekaligus.
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisike-3.
Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta :
EGC.

http//www.askeb-atresia-ani.com

Anda mungkin juga menyukai