Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

ATRESIA ANI

DOSEN PENGAMPU: Lina, SKM. M.Kes

DISUSUN OLEH:
Juliana Siregar : P00320222057
Nur Halija : P00320222066
Reza Ale Nurman Fahlefi : P00320222070

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN LANGSA


POLITEKNIK KESEHATAN ACEH
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam, berkat
hidayah dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para yang
setia hingga hari pembalasan.
Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Anak Atresia Ani ditulis untuk
memenuhi tugas dari dosen pembimbing pada mata kuliah. Dalam melaksanakan tugas
tersebut, tidak sedikit kendala yang penulis hadapi, namun berkat dorongan berbagai
pihak, maka kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu.
Penulis yakin bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu,
kritik yang membangun dari pembaca selalu penulis harapkan. Segala kekeliruan dan
kesalahan dalam makalah ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Langsa, Januari 2024


Penulis
\

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PEMDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................2
A. Konsep Dasar Atresia Ani........................................................................................2
1. Definisi..............................................................................................................2
2. Patofisiologi......................................................................................................3
3. Etiologi..............................................................................................................4
4. Gejala Klinis.....................................................................................................4
5. Komplikasi........................................................................................................5
6. Penatalaksanaan................................................................................................5
B. Konsep Asuhan Keperawatan Atresia Ani...............................................................6
1. Pengkajian.........................................................................................................6
2. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................8
3. Perencanaan Keperawatan................................................................................9
4. Impelementasi.................................................................................................25
5. Evaluasi...........................................................................................................25
6. Dokumentasi...................................................................................................25
BAB III PENUTUP.........................................................................................................26
A. Kesimpulan............................................................................................................26
B. Saran.......................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................27

ii
BAB I
PEMDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atresia ani adalah salah satu malformasi kongenital yang lebih umum di sebabkan
oleh perkembangan abnormal. Formasi mal ini dapat berkisar dari stenosis anal
sederhana hingga mencangkup anomali komplek genitourinari dan organ pelvik yang
mungkin memerlukan perawatan ekstensif untuk tinja, kemih dan fungsi seksual.
Atresia ani dapat terjadi dalam isolasi atau sebagian dari asosiasi VACTREL (Vertebra,
Anal, Cardial, Eshopagus, Renal, Limb). (Wong, 2012)
Berat tubuh berlebih pada ibu, kebiasaan merokok pada ayah ataupun diabetes pada
ibu adalah faktor risiko potensial pada Malformasi anorektal. Sedangkan pemicu
kelainan kongenital yang termasuk karakteristik ibu dalah usia, riwayat penyakit,
peritas, serta jarak antar kelahiran. Akibat dari terjadinya penyakit Malformasi
Anorectal bila tidak ditangani dengan baik maka dapat memunculkan bermacam
komplikasi semacam terbentuknya obstruksi usus, konstipasi, ketidakseimbangan cairan
serta elektrolit, enterokolitis, struktur anal, serta inkontinensial (Nurarif, 2015).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar anak dengan atresia ani?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan anak dengan atresia ani?

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Atresia Ani


1. Definisi
Menurut kamus kedokteran, Atresia berarti tidak adanya lubang pada tempat yang
seharusnya berlubang. Sehingga atresia ani berarti tidak terbentuknya lubang pada anus
(Nurarif dan Kusuma, 2015).
Atresia Ani adalah kelainan kongenital atau kelainan bawaan yang menunjukan
keadaan seseorang yang tidak mempunyai anus atau anus dalam keadaan tidak
sempurna. Perkembangan pada saat ini untuk mengatasi Mallformasi Anorektal
diantaranya yaitu dengan terapi pembedahan yang sudah pernah dijumpai cut back
sederhana hingga yang sering dilakukan pada saat ini disebut Posterio Sagital Ano
Rektal Plasy (PSARP) (Lokananta & Rochadi, 2014).

Klasifikasi:
a. Anomali bawah
Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborektalis, terdapat
spingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal, dan
tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinari.
b. Anomali intermediate

2
Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborektalis, lesung anal dan
spingter eksternal berada pada posisi yang normal.
c. Anomali tinggi
Ujung rektum diatas otot puborektalis, dan spingter internal tidak ada. Hal ini
biasanya berhubungan dengan fistula genitourinarius rektouretral (pria) atau
rektovaginalis (wanita).

2. Patofisiologi
Normalnya pada usia kehamilan 5 minggu akan terjadi pemisahan antara rektum
dengan sinus urogenital. Dan pada usia minggu ke-8 akan terjadi repture pada
membrane anus yang mengakibatkan terbentuknya lubang di kulit anus. Malformasi
anorektal ini terjadi karena terganggunya proses perkembangan organ atau adanya
kelainan saat embryogenesis.
Namun demikian etiologinya belum dapat diketahui secara pasti, diduga bersifat
multifaktorial. Kelainan dalam perkembangan proses ini pada berbagai stase dapat
menimbulkan suatu spectrum anomaly. Biasanya mengenai saluran usus pada bagian
bawah dan genitourinaria. Hubungan yang menetap antara rektum kloaka akan
menimbulkan fistula (Fitri, 2016).

3
3. Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain (Nurarif dan Kusuma,
2015):
a. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur
b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3
b. bulan
c. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,
rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu
keempat sampai keenam usia kehamilan.

4. Gejala Klinis
a. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
b. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
c. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
d. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada
fistula).
e. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
f. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
g. Perut kembung (Nurarif dan Kusuma, 2015)

4
5. Komplikasi
Menurut (Wong, 2012) komplikasi yang dapat terjadi pada penderita Atresia ani
yaitu :
a. Terdapat penyumbatan
b. Terdapat luka atau lubang
c. Adanya kerusakan pada uretra akibat prosedur pembedahan
d. Terjadi komplikasi jangka panjang
1) Eversi mukosa anal
2) Penyempitan lubang tulang belakang
e. Terjadinya keterlambatan atau masalah yang berhubungan dengan toilet
training.
f. Inkontinensia akibat stenosis awal
g. Prolaps mukosa anorektal.
h. Fistula berulang, karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi.
i. Sepsis

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan atresia ani tergantug klasifikasinya. Pada atresia ani letak tinggi
harus dilakukan kolostomi terlebih dahulu. Pada beberapa waktu lal penanganan atresia
ani menggunakan prosedur abdominoperineal pullthrough tapi metode ini banyak
menimbulkan inkontinen feses dan prolaps mukosa usus yang lebih tinggi.
Pena dan Defries (1982) memeperkenalkan metode operasi dengan pendekatan
postero sagital anoreltoplasi (PSARP), yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter
eksternus dan muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rektum dan
pemotongan fistel. Keberhasilan penatalaksanaan atresia ani dinilai dari fungsinya
secara jangka panjang, meliputi anatomisnya, fungsi fisiologisnya, bentuk kosmetik
serta antisipasi trauma psikis. Untuk menangani secara tepat, harus ditentukan
ketinggian akhiran rektum yang dapat ditentukan dengan berbagai cara antara lain
dengan pemeriksaan fisik, radiologis dan USG.
Dari berbagai klasifikasi, penatalaksanaannya berbeda tergantung pada letak
ketinggian akhiran rektum dan ada tidaknya fistula, antara lain:

5
a. Atresia ani letak tinggi dan intermediet dilakukan sigmoid kolostomi atau TCD
dahulu, setelah 6-12 bulan baru dikerjakan tindakan definitif (PSARP).
b. Atresia ani letak rendah dilakukan perineal anoplasti, dimana sebelumnya
dilakukan tes provokasi dengan stimulator otot untuk identifikasi batas otot
sfingter ani ekternus.
c. Bila terdapat fistula dilakukan cut back incicion.
d. Pada stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin, berbeda dengan Pena dimana
dikerjakan minimal PSARP tanpa kolostomi (Nurarif dan Kusuma, 2015).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Atresia Ani


1. Pengkajian
Menurut (Dewi, 2013) Pengkajian yang dapat dilakukan oleh seorang perawat
untuk mendapatkan data objektif dan subjektif dari ibu diantaranya :
a. Anamnesa
1) Biodata : Nama,, Umur, Alamat, Tanggal lahir
2) Keluhan utama : Nyeri post rekolostomi
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang.
Nyeri, mual muntah, perdarahan pada luka post rekolostomi
b) Riwayat kesehatan dahulu.
Klien mengalami tindakan pembedahan diantaranya :
- Pembuatan kolostomi
- Pembuatan anus atau Post Posterio Sagital Ano Rektal Plasy (PSARP)
- Penutupan kolostomi
c) Riwayat kesehatan keluarga.
Merupakan suatu kelainan kongenital bukan kelainan atau penyakit
menurun sehingga belum tentu dialami oleh anggota keluarga yang
lainnya.
4) Pola nutrisi metabolik
Anak akan mengalami penurunan berat badan. Hal ini umum terjadi pada
penderita Atresia Ani post Rekolostomi. Keinginan makan cenderung
terganggu oleh mual dan muntah karena efek samping anastesi.

6
5) Pola eliminasi
Dikarenakan anus buatan belum berfungsi sengan normal sehingga
menyebabkan klien tidak dapat mengeluarkan sisa metabolism yang dapat
menyebabkan kesulitan dalam defekasi
6) Pola aktivitas dan istirahat
Pada penderita Atresia Ani pola aktivitas dan latihan ini dipertahankan
guna untuk menghindari terjadinya kelemahan otot.
7) Pola tidur dan istirahat
Pada penderita Atresia Ani klien cenderung terganggu pola tidur dan
istirahatnya dikarenakan rasa nyeri pada area abdomen akibat prosedur operasi
rekolostomi.
b. Pemeriksaan fisik
1) Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan hasil yaitu : adanya luka
pembuatan rekolostomi, luka penutupan kolostomi dan Post Posterio
Sagital Ano Rektal Plasy (PSARP) pada anus.
2) Pemeriksaan fisik pada rektum. Pemeriksaan ini biasanya akan dilakukan
colok dubur atau lebi gampangnya dilakukan pengecekan suhu melalui
anus.
c. Pemeriksaan Diagnostik
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yang bertujuan
untuk memastikan diagnosis diantaranya (Nurarif dan Kusuma, 2015):
1) X-ray.ini menunjukkan adanya gas dalam usus
2) Pewarnaan radiopak dimasukkan kedalam traktus urinarius, misalnya suatu
sistrouretrogram mikturasi akan memperlihatkan hubungan rektrourinarius
dan kelainan urinarius
3) Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
mekonium

7
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang lazim muncul pada penderita atresia ani, antara lain
(Nurarif dan Kusuma, 2015):
a. Gangguan eliminasi urine b.d obstruksi anatomic, disuria
b. Inkontinensia defekasi b.d abnormalitas sfingter rectal
c. Nyeri akut b.d trauma jaringan
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
mencerna makanan
e. Kerusakan integritas kulit b.d kolostomi
f. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit, vistel retrovaginal, dysuria
trauma jaringan post operasi
g. Resiko infeksi b.d perawatan tidak adekuat, trauma jaringan post operasi
h. Ansietas b.d pembedahan dan mempunyai anak yang tidak sempurna

8
3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi yang dipilih harus berdasarkan data dan diagnosa untuk mencapai tujuan yang telah kita susun sebelumnya. Diagnosa
keperawatan yang sesuai akan membuat kita memahami tujuan (outcomes) yang sesuai dan intervensi yang tepat untuk masalah
keperawatan pasien. (Irdianty, 2018). Beriku adalah intervensi dari diagnosa keperawatan pada atresia ani (Nurarif dan Kusuma, 2015).

Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Gangguan eliminasi urin NOC NIC


Definisi: Disfungsi pada eliminasi  Urinary elimination  Urinary Retention Care
urine  Urinary Contiunence  Lakukan penilaian kemih yang komprehensif
Batasan karakteristik: kriteria hasil: berfokus pada
 Disuria  Kandung kemih kosong  inkontinensia (misalnya, output urin, pola
 Sering berkemih secarapenuh berkemih kemih, fungsi kognitif, dan
 Anyang-anyangan Inkontinensia  Tidak ada residu urine >100-200 masalah kencing praeksisten)
 Nokturia Retensi cc Intake cairan dalam rentang  Memantau penggunaan obat dengan sifat
 Dorongan normal antikolinergik atau properti alpha agonis -
Faktor yang berhubungan:  Bebas dari ISK Memonitor efek dari obat-obatan yang
 Obstruksi anatomic  Tidak ada spasme bladder Balance diresepkan, seperti calcium channel blockers
 Penyebab multiple cairan seimbang dan antikolinergik
 Gangguan sensori motorik  Menyediakan penghapusan privasi · Gunakan
 Infeksi saluran kemih kekuatan sugesti dengan menjalankan air
atau disiram toilet Merangsang refleks
kandung kemih dengan menerapkan dingin
untuk perut, membelai tinggi batin, atau air
 Sediakan waktu yang cukup untuk
pengosongan kandung kemih (10 menit)

9
Gunakan spirit wintergreen di pispot atau
urinal
 Menyediakan manuver Crede, yang
diperlukan
 Gunakan double-void teknik Masukkan
kateter kemih, sesuai
 Anjurkan pasien / keluarga untuk merekam
output urin, sesuai Instruksikan cara-cara
untuk menghindari konstipasi atau impaksi
tinja Memantau asupan dan keluaran
 Memantau tingkat distensi kandung kemih
dengan palpasi dan perkusi Membantu
dengan toilet secara berkala
 Memasukkan pipa ke dlm lubang tubuh
untuk sisa
 Menerapkan kateterisasi intermiten
 Merujuk ke spesialis kontinensia kemih
2 Inkontinensia defekasi NOC NIC
Definisi: Perubahan pada kebiasaan  Bowel Continence Bowel Inkontinence care
defekasi normal yang  Bowel Elimination  Perkirakan penyebab fisik dan psikologi dari
dikarakteristikkan dengan pasase Kriteria Hasil: inkontimemsia fekal
feses involunter.  BAB teratur, mulal dari setiap hari  Jelaskan penyebab masalah dan rasional dari
Batasan karakteristik sampal 3-5 hari. tindakan
 Rembesan konstan feses lunak  Defekasi lunak, feses berbentuk  Jelaskan tujuan dari managemen bowel pada
 Bau fekal  Penurunan insiden inkontinensia pasien/keluarga
 Warna fekal ditempat tidur usus  Diskusikan prosedur dan criteria hasil yang

10
 Warna fekal pada pakaian  Perawatan diri toileting diharapkan bersama pasien
 Ketidakmampuan menunda  Perawatan diri ostonomi  Instruksikan pasien/keluarga untuk mencatat
defekasi  Perawatan diri: hygien keluaran feses
 Ketidakmampuan untuk mengenali  Fungsi gastrointestinal adekuat  Cuci area perianal dengansabun dan air
dorongan defekasi Pengetahuan tentang perawatan lalukeringkan
 Tidak perhatian terhadap dorongan  ostomi  Jaga kebersihan baju dan tempat tidur
defekasi  Status nutrisi makanan dan Lakukan program latihan BAB
 Mengenal fekal penuh tetapi minuman adekuat  Monitor efek samping pengobatan. Bowel
menyatakan tidak mampu  Integritas jaringan kulit dan Training
mengeluarkan feses padat Kulit membram mukosa baik  Rencanakan program BAB dengan pasien
perianal kemerahan Menyatakan dan pasien yang lain - Konsul ke dokter jika
sendiri ketidakmam puan pasien memerlukan suppositoria
mengenali kepenuhan rektal  Ajarkan ke pasien/keluarga tentang prinsip
 Dorongan latihan BAB
Faktor yang berhubungan:  Anjurkan pasien untuk cukup minum Dorong
 Tekanan abdomen abnormal pasien untuk cukup latihan Jaga privasi klien
tinggi. Tekanan usus abnormal  Kolaborasi pemberian suppositoria jika
tinggi memungkinkan
 Diare kronik  Evaluasi status BAB secara rutin Modifikasi
 Lesi kolorektal program BAB jika diperlukan
 Kebiasaan diet
 Faktor lingkungan (mis.,tidak
dapat mengakses kamar mandi)
 Penurunan umum tonus otot
 Imobilitas, Impaksl

11
 Gangguan koknisi
 Gangguan kapasitas reservoar
 Pengosongan usus tidak tuntas
Penyalahgunaan laksatif
 Penurunan kontrol sfingter rektal
 Kerusakan sarafmotorik bawah
 Medikasi
 Abnormalitas sfingter rektal
 Stres, Defisist perawatan diri
 Ketidakadekuatan higiene oral
 Asupan serat tidak cukup
 Asupan cairan tidak cukup.
 Kebiasaan makan buruk
3 Nyeri akut NOC NIC
Definisi: Pengalaman sensori dan  Pain Level, Pain Management
emosional yang tidak menyenangkan.  Pain control,  Lakukan pengkajian nyeri secara
yang muncul akibat kerusakan  Comfort level- komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
jaringan yang aktual atau potensial Kriteria Hasil: durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
atau digambarkan dalam sedemikian  Mampu mengontrol nyeri (tahu presipitasi
rupa hal kerusakan (International penyebab nyeri, mampu  Observasi reaksi nonverbal dari
Association for the study of Pain): menggunakan tehnik non ketidaknyamanan
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari farmakologi untuk mengurangi  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
intensitas ringan hingga berat dengan nyeri, mencari bantuan). mengetahui pengalaman nyeri pasien
akhir yang. dapat diantisipasi atau  Melaporkan bahwa nyeri  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
diprediksi dan berlangsung <6 bulan. berkurang dengan menggunakan  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

12
Batasan karakteristik: manajemen nyeri Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
 Perubahan selera makan  Mampu mengenali nyeri (skala, lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
 Perubahan tekanan darah' intensitas, frekuensi dan tanda masa lampau
 Perubahan frekwensi jantung nyeri)  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
 Perubahan frekwensi pernapasan  Menyatakan rasa nyaman setelah menemukan dukungan
 Laporan isyarat nyeri berkurang  Kontrol lingkungan yang dapat
 Diaforesis mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
 Perilaku distraksi (mis.,berjalan pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor
mondar-mandir mencari orang lain presipitasi nyeri Pilih dan lakukan
dan atau aktivitas lain, aktivitas penanganan nyerl (farmakologi, non
yang berulang) farmakologi dan inter personal)
 Mengekspresikan perilaku  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
Intervensi
 (mis.,gelisah, merengek,
menangis)  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyer
 Masker wajah (mis., mata kurang
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
bercahaya, tampak kacau, gerakan
Tingkatkan istirahat
mata berpencar atau tetap pada
satu fokus meringis)  Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
 Sikap melindungi area nyeri
Monitor penerimaan pasien tentang
 Fokus menyempit (mis.,gangguan
manajemen nyeria
persepsi nyeri, hambatan proses
Analgesic Administration
berfikir, penurunan interaksi
 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
dengan orang dan lingkungan)
derajat nyeri sebelum pemberian obat:
 Indikasi nyeri yang dapat diamati
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
 Perubahan posisi untuk
dan frekuensi

13
menghindari nyeri  Cek riwayat alergi
 Sikap tubuh melindungi  Pilih analgesik yang diperlukan atau
 Dilatasi pupil kombinasi dari analgesik ketika pemberian
 Melaporkan nyeri secara verbal lebih dari satu
 Gangguan tidur  Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
Faktor yang berhubungan: dan beratnya nyeri
 Agen cedera (mis.,biologis, zat  Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,
kimia, fisik, psikologis) dan dosis optimal
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC NIC
dari kebutuhan tubuhan  Nutritional Status: Nutrition Management
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup  Nutritional Status: food and Fluid  Kaji adanya alergi makanan
untuk memenuhi kebutuhan  Intake  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
metabolik Batasan karakteristik:  Nutritional Status: nutrient Intake menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
 Kram abdomen Nyeri abdomen Weight control dibutuhkan pasien.
 Menghindari makanan Kriteria Hasil:  Anjurkan pasien untuk meningkatkan Intake
 Berat badan 20% atau lebih  Adanya peningkatan berat badan. Fe
dibawah berat badan ideal sesual dengan tujuan  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
 Kerapuhan kapiler Diare  Beratbadan ideal sesuai dengan dan vitamin C
 Kehilangan rambut berlebihan tinggi badan  Berikan substansi gula
 Bising usus hiperaktif Kurang  Mampumengidentifikasi  Yakinkan diet yang dimakan mengandung
makanan kebutuhan nutrisi tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Kurang informasi  Tidk ada tanda tanda malnutrisi  Berikan makanan yang terpilih (sudah
 Kurang minat pada makanan  Menunjukkan peningkatan fungsi dikonsultasikan dengan ahli gizi)
 Penurunan berat badan dengan pengecapan dari menelan  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
asupan makanan adekuat  Tidak terjadi penurunan berat makanan harian.

14
 Kesalahan konsepsi badan yang berarti  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
 Kesalahan informasi  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
 Mambran mukosa pucat  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
 Ketidakmampuan memakan nutrisi yang dibutuhkan
makanan Nutrition Monitoring
 Tonus otot menurun  BB pasien dalam batas normal
 Mengeluh gangguan sensasi rasa •  Monitor adanya penurunan berat badan
Mengeluh asupan makanan kurang  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dari RDA (recommended daily dilakukan
allowance)  Monitor interaksi anak atau orangtua selama
 Cepat kenyang setelah makan makan
 Sariawan rongga mulut  Monitor lingkungan selama makan
 Steatorea  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
 Kelemahan otot pengunyah selama jam makan
 Kelemahan otot untuk menelan  Monitor kulit kering dan perubahan
Faktor-faktor yang berhubungan: pigmentasi
 Faktor biologis  Monitor turgor kulit
 Faktor ekonomi  Cegah kontaminasi fese dan urin
 Radiasi  Lakukan tehnik perawatan luka dg steril
 Suhu ekstrem  Berikan posisi yang mengurangi tekanan
pada luka
 Hindari kerutan pada tempat tidur
5 Kerusakan integritas kulit NOC NIC
Definisi: Perubahan / gangguan  Tissue Integrity: Skin and Mucous Pressure Management
epidermis dan/atau dermis: Membranes  Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian

15
Batasan karakteristik:  Hemodyalis akses yang longgar
 Kerusakan lapisa kulit (dermis) Kriteria Hasil:  Hindari kerutan padaa tempat tidur Jaga
 Gangguan permukaan kulit  Integritas kulit yang baik bisa kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
(epidermis) dipertahankan (sensasi, elastisitas,  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
 Invasi struktur tubuh temperatur, hidrasi, pigmentasi) dua jam sekali
Faktor yang berhubungan: Eksternal:  Tidak ada luka/lesi pada kulit.  Monitor kulit akan adanya kemerahan
 Zat kimia, Radiasi - Usia yang  Perfusi Jaringan baik  Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
ekstrim - Kelembapan  Menunjukkan pemahaman dalam derah yang tertekan
 Hipertermia, Hipotermia proses perbaikan kulit dan  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
 Faktor mekanik (mis.,gaya gunting mencegah terjadinya sedera  Monitor status nutrisi pasien
[shearing forces] berulang  Memandikan pasien dengan sabun dan air
 Medikasi  Mampu melindungi kulit dan hangat
 Lembab mempertahankan kelembaban kulit Insision site care
 Imobilitasi fisik dan perawatan alami  Membersihkan, mementau dan meningkatkan
Internal: proses penyembuhan pada luka yang ditutup
 Perubahan status cairan dengan jahitan, klip atau straples
 erubahan pigmentasi  Monitor proses kesembuhan area insisi
 Perubahan turgor  Monitor tanda dan gejala infeksi pada area
 Faktor perkembangan insisi
 Kondisi ketidak seimbangan nutrisi  Bersihkan area sekitar jahitan atau staples,
(mis.,obesitas, emaslasi) menggunakan lidi kapas steril
 Penurunan Imunologis  Gunakan preparat antiseptic, sesuai program
 Penurunan sirkulasi  Ganti balutan pada interval waktu yang
 Kondisi gangguan metabolik sesuai atau biarkan luka tetap terbuka (tidak
 Gangguan sensasi dibalut) sesuai program

16
 Tonjolan tulang Dialysis Acces Maintenance
6 Gangguan rasa nyaman NOC NIC
Definisi: Merasa kurang senang, lega,  Ansiety Fear Leavel Sleep  Anxiety Reduction (penurunan) kecemasan)
dan sempurna dalam dimensi fisik, Deprivation  Gunakan pendekatan yang: menenangkan
psikospiritual, lingkingan, dan social  Comfort, Readines for Enchanced  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
Batasan karakteristik Kriteria hasil: pelaku pasien
 Ansietas  Mampu mengontrol kecemasan.  Jelaskan semua prosedur dan apa yang
 Menangis  Status lingkungan yang nyaman dirasakan selama prosedur
 Ganguan pola tidur  Mengontrol nyeri  Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres
 Takut.  Kualita tidur dan istirahat adekuat  Temani paslen untuk memberikan keamanan
 Ketidakmampuan untuk rileks  Agresi pengendalian diri dan mengurangi takut
 Iritabilitas  Respon terhadap pengobatan  Dorong keluarga untuk menemani anak
 Merintih  Control gejala  Lakukan back/neck rub
 Melaporkan mersa dingin  Status kenyamanan meningkat  Dengarkan dengan penuh perhatian
 Melaporkan merasa panas  Dapat mengontrol ketakutan Identifikasi tingkat kecemasan.
 Melaporkan perasaan tidak  Support social  Bantu pasien mengenal situasi yang
nyaman Melaporkan gejala distress  Keinginan untuk hidup menimbulkan kecemasan.
 Melaporkan rasa lapar  Dorong pasien untuk mengungkapkan,
 Melaporkan rasa gatal perasaan, ketakutan, persepsi
 Melaporkan kurang puas dengan  Instruksikan pasien menggunakan teknik
keadaan relaksasi
 Melaporkan kurang senang dengan  Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
situasi tersebut Environment Management
 Gelisah Confort Pain Management
 Berkeluh kesah

17
 Factor yang berhubungan
 Gejala terkait penyakit
 Sumber yang tidak adekuat
 Kurang pengendalian lingkungan
 Kurang privasi
 Kurang kontrol situasional
7 Resiko Infeksi NOC NIC
Definisi: Mengalami peningkatan  Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
resiko terserang organisme patogenik  Knowledge: Infection control Risk  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
Faktor-faktor resiko : control lain
 Penyakit kronis Kriterla Hasil:  Pertahankan teknik isolasi
 Diabetes melitus  Klien bebas dari tanda dan gejala  Batasi pengunjung bila perlu
 Obesitas Infeksi  Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
 Pengetahuan yang tidak cukup  Mendeskripsikan proses penularan tangan saat berkunjung dan setelah
untuk menghindari pemanjanan penyakit, factor yang berkunjung meninggalkan pasien
patogen •Pertahanan tubuh primer mempengaruhi penularan serta  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuc
yang tidak adekuat penatalaksanaannya, tangan
 Gangguan peritalsis - Kerusakan  Menunjukkan kemanipuan untuk  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
integritas kulit (pemasangan mencegah timbulnya Infeksi tindakan keperawatan
kateter intravena, prosedur Invasil)  Jumlah leukosit dalam batas  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
 Perubahan sekresi pH Penurunan normal pelindung
kerja siliaris  Menunjukkan perilaku hidup sehat  Pertahankan lingkungan aseptik selama
 Pecah ketuban dini - Pecah pemasangan alat
ketuban lama  Ganti letak IV perifer dan line central dan
 Merokok dressing sesuai dengan petunjuk umum

18
 Stasis cairan tubuh  Gunakan kateter intermiten untuk
 Trauma jaringan (mis., trauma menurunkan infeksi kandung kencing
destruksi Jaringan)  Tingktkan intake nutrisi
 Ketidak adekuatan pertahanan  Berikan terapi antibiotik bila perlu Infection
sekunder  Protection (proteksi terhadap infeksi)
 Penurunan hemoglobin  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
 Imunosupresi (mis.,imunitas lokal
didapat tidak adekuat, agen  Monitor hitung granulosit, WBC
farmaseutikal termasuk  Monitor kerentanan terhadap infeksi
imunosupresan, sterold, antibodi  Batasi pengunjung
monoklonal, imunomudulator)  Sering pengunjung terhadap penyakit
 Supresi respon Inflamasi menular
 Vaksinasi tidak adekuat  Partahankan teknik aspesis pada pasien yang
Pemajanan terhadap patogen: beresiko
 lingkungan meningkat  Pertahankan teknik
 Wabah  Isolasi k/p
 Prosedur invasif  Berikan perawatan kullat pada area epidema
 Malnutrisi  Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
 Inspeksi kondisi luka / Insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
sesual resep

19
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
Infeksi
 Ajarkan cara menghindari Infeksi
 Laporkan kecurigaan Infeksi

8 Ansietas NOC NIC


Definisi: Perasaan tidak nyaman atau  Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
kekawatiran yang samar disertai  Anxiety level  Gunakan pendekatan yang menenangkan
respon autonom (sumber sering kali  Coping  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
tidak spesifik atau tidak diketahui Kriteria Hasil : pelaku pasien
oleh individu); perasaan takut yang  Klien mampu mengidentifikasi dan  Jelaskan semua prosedur dan apa yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap mengungkapkan gejala cemas dirasakan selama prosedur
bahaya. Hal ini merupakan isyarat  Mengidentifikasi, mengungkapkan  Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres
kewaspadaan yang memperingatkan dan menunjukkan tehnik untuk  Temani pasien untuk memberikan keamanan
individu akan adanya bahaya dan mengontol cemas dan mengurangi takut
kemampuan individu untuk bertindak  Vital sign dalam batas normal  Dorong keluarga untuk menemani anak –
menghadapi ancaman
 Postur tubuh, ekspresi wajah,  Lakukan back/ neck rub
Batasan Karakteristik
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas  Dengarkan dengan penuh perhatian
Perilaku :
menunjukkan berkurangnya  Identifikasi tingkat kecemasan
 Penurunan produktivitas
kecemasan  Bantu pasien mengenal situasi yang
 Gerakan yang ireleven
menimbulkan kecemasan
 Gelisah
 Dorong pasien untuk mengungkapkan
 Melihat sepintas
perasaan, ketakutan, persepsi Instruksikan
 Insomnia pasien menggunakan teknik relaksasi
 Kontak mata yang buruk  Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
 Mengekspresikan kekawatiran

20
karena perubahan dalam peristiwa
hidup
 Agitasi
 Mengintai
 Tampak waspada
Affektif:
 Gelisah, Distres
 Kesedihan yang mendalam
 Ketakutan.
 Perasaan tidak adekuat
 Berfokus pada diri sendiri
 Peningkatan
 Iritabilitas
 kewaspadaan
 Gugup senang berlebihan
 Rasa nyeri yang meningkatkan
ketidak berdayaan
 Peningkatan rasa ketidak
berdayaan
 yang persisten
 Bingung, Menyesal
 Ragu/tidak percaya diri
 Khawatir
 Fisiologis
 Wajah tegang, Tremor tangan

21
 Peningkatan keringat Peningkatan
ketegangan
 Gemetar, Tremor Suara bergetar
Simpatik :
 Anoreksia.
 Eksitasi kardiovaskular
 Diare, Mulut kering
 Wajah merah
 Jantung berdebar-debar.
 Peningkatan tekanan darah
 Peningkatan denyut nadi
 Peningkatan reflek
 Peningkatan frekwensi pernapasan,
 Pupil melebar
 Kesulitan bernapas
 Vasokontriksi superfisial
 Lemah, Kedutan pada otot
Parasimpatik :
 Nyeri abdomen
 Penurunan tekanan darah
 Penurunan denyut nadi
 Diare, Mual, Vertigo
 Letih, Ganguan tidur
 Kesemutan pada extremitas
 Sering berkemih

22
 Anyang-anyangan
 Dorongan segera berkemih
Kognitif:
 Menyadari gejala fisiologis
 Bloking fikiran, Konfusi
 Penurunan lapang persepsi
 Kesulitan berkonsentrasi
 Penurunan kemampuan belajar
 Penurunan kemampuan untuk
memecahkan masalah.
 Ketakutan terhadap konsekwensi
yang tidak spesifik
 Lupa, Gangguan perhatian
 Khawatir, Melamun
 Cenderung menyalahkan orang
lain
Faktor Yang Berhubungan:
 Perubahan dalam (status ekonomi,
lingkungan,status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, status
peran):
 Pemajanan toksin
 Terkait keluarga
 Herediter
 Infeksi/kontaminan interpersonal

23
 Penularan penyakit interpersonal
 Krisis maturasi,
 Krisis situasional Stres,
 Ancaman kematian
 Penyalahgunaan zat
 Ancaman pada (status ekonomi,
 lingkungan, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, status
peran, konsep diri)
 Konflik tidak disadari mengenai
tujuan penting hidup
 Konflik tidak disadari mengenai
nilai yang esensial/penting

24
4. Impelementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan
klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Anggraini dan Leniwita,
2019).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah membandingkan secara sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan kenyataan yang ada
pada klien, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari
rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain
(Anggraini dan Leniwita, 2019).

6. Dokumentasi
Dokumentasi proses keperawatan pada tatanan pelayanan kesehatan
merupakan catatan tentang asuhan keperawatan dengan melihat respon klien
secara keseluruhan, yang dilakukan pada bidang tertentu, area perawatan
tertentu, dan pada populasi tertentu. Oleh karena itu, untuk lebih memahami
tentang dokumentasi pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan baca dan
pelajarilah dengan seksama uraian berikut ini. Selamat belajar dan semoga
sukses (Anggraini dan Leniwita, 2019).

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut kamus kedokteran, Atresia berarti tidak adanya lubang pada tempat
yang seharusnya berlubang. Sehingga atresia ani berarti tidak terbentuknya
lubang pada anus. Normalnya pada usia kehamilan 5 minggu akan terjadi
pemisahan antara rektum dengan sinus urogenital. Dan pada usia minggu ke-8
akan terjadi repture pada membrane anus yang mengakibatkan terbentuknya
lubang di kulit anus. Malformasi anorektal ini terjadi karena terganggunya
proses perkembangan organ atau adanya kelainan saat embryogenesis.
Penatalaksanaan atresia ani tergantug klasifikasinya. Pada atresia ani letak
tinggi harus dilakukan kolostomi terlebih dahulu. Pada beberapa waktu lal
penanganan atresia ani menggunakan prosedur abdominoperineal pullthrough
tapi metode ini banyak menimbulkan inkontinen feses dan prolaps mukosa usus
yang lebih tinggi.
Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan
dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk
memenuhi kebutuhan pasien Implementasi melibatkan pelaksanaan rencana
asuhan keperawatan yang di peroleh selama fase perencanaan. Dalam evalusai
perawat menentukan respon pasien terhadap intervensi keperawatan dan
mengetahui sejauh mana tujuan telah dicapai. Dokumentasi keperawatan adalah
informasi tertulis tentang status dan perkembangan kesehatan pasien serta semua
kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat.

B. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan harus lebih mempelajari dan paham dalam
keperawaratan anak terutama pada penderita Atresia Ani, agar dapat
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai terhadap penderita.

26
DAFTAR PUSTAKA

Fitri, R. F. (2016). Hubungan Keterlambatan Diagnosis Dengan Komplikasi Pada


Penderita Malformasi Anorektal di RSUP HAM tahun 2005- 2015.
Koezier,dkk. (2010). Fundamental Keperawatan. Jakarta. EGC.
Lokananta, I., & Rochadi. (2014). Malformasi Anorectal. Sub Devision of Pediatric
Surgery Dpt, Sardjito Hospital, 1-7.
Nurarif & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (Edisi Revisi). MediAction.
Irdianty, Mellia Silvy, (2018), Modul Ajar Metodologi Keperawatan, Surakarta: Prodi
D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Hasian, Leniwita, dan Yanti Anggraini, (2019). Modul Dokumentasi Keperawatan.
Universitas Kristen Indonesia.
Wong. (2012). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: ECG.

27
DEFINISI
Lokananta, I., & Rochadi. (2014). Malformasi Anorectal. Sub Devision of Pediatric
Surgery Dpt, Sardjito Hospital, 1-7.
http://repository.unissula.ac.id/23527/1/D3%20Ilmu
%20Keperawatan_40901800014_fullpdf.pdf

PATOFISIOLOGI
Fitri, R. F. (2016). Hubungan Keterlambatan Diagnosis Dengan Komplikasi Pada
Penderita Malformasi Anorektal di RSUP HAM tahun 2005- 2015.
http://repository.unissula.ac.id/23638/2/40901800026_fullpdf.pdf

PERENCANAAN KEPERAWATAN
Irdianty, Mellia Silvy, (2018), Modul Ajar Metodologi Keperawatan, Surakarta: Prodi
D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
https://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/693/1/MODUL%20%20AJAR%20METODOLOGI
%20KEPERAWATAN.pdf

LATAR BELAKANG, KOMPLIKASI


Wong. (2012). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: ECG.
http://repository.unissula.ac.id/23527/1/D3%20Ilmu
%20Keperawatan_40901800014_fullpdf.pdf

IMPELEMENTASI, EVALUASI, DOKUMENTASI


Hasian, Leniwita, dan Yanti Anggraini, (2019). Modul Dokumentasi Keperawatan.
Universitas Kristen Indonesia.
http://repository.uki.ac.id/2738/1/MODULDOKUMENTASIKEPERAWATAN.pdf

28

Anda mungkin juga menyukai