ATRESIA ANI
DISUSUN OLEH:
Juliana Siregar : P00320222057
Nur Halija : P00320222066
Reza Ale Nurman Fahlefi : P00320222070
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam, berkat
hidayah dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para yang
setia hingga hari pembalasan.
Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Anak Atresia Ani ditulis untuk
memenuhi tugas dari dosen pembimbing pada mata kuliah. Dalam melaksanakan tugas
tersebut, tidak sedikit kendala yang penulis hadapi, namun berkat dorongan berbagai
pihak, maka kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu.
Penulis yakin bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu,
kritik yang membangun dari pembaca selalu penulis harapkan. Segala kekeliruan dan
kesalahan dalam makalah ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PEMDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................2
A. Konsep Dasar Atresia Ani........................................................................................2
1. Definisi..............................................................................................................2
2. Patofisiologi......................................................................................................3
3. Etiologi..............................................................................................................4
4. Gejala Klinis.....................................................................................................4
5. Komplikasi........................................................................................................5
6. Penatalaksanaan................................................................................................5
B. Konsep Asuhan Keperawatan Atresia Ani...............................................................6
1. Pengkajian.........................................................................................................6
2. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................8
3. Perencanaan Keperawatan................................................................................9
4. Impelementasi.................................................................................................25
5. Evaluasi...........................................................................................................25
6. Dokumentasi...................................................................................................25
BAB III PENUTUP.........................................................................................................26
A. Kesimpulan............................................................................................................26
B. Saran.......................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................27
ii
BAB I
PEMDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atresia ani adalah salah satu malformasi kongenital yang lebih umum di sebabkan
oleh perkembangan abnormal. Formasi mal ini dapat berkisar dari stenosis anal
sederhana hingga mencangkup anomali komplek genitourinari dan organ pelvik yang
mungkin memerlukan perawatan ekstensif untuk tinja, kemih dan fungsi seksual.
Atresia ani dapat terjadi dalam isolasi atau sebagian dari asosiasi VACTREL (Vertebra,
Anal, Cardial, Eshopagus, Renal, Limb). (Wong, 2012)
Berat tubuh berlebih pada ibu, kebiasaan merokok pada ayah ataupun diabetes pada
ibu adalah faktor risiko potensial pada Malformasi anorektal. Sedangkan pemicu
kelainan kongenital yang termasuk karakteristik ibu dalah usia, riwayat penyakit,
peritas, serta jarak antar kelahiran. Akibat dari terjadinya penyakit Malformasi
Anorectal bila tidak ditangani dengan baik maka dapat memunculkan bermacam
komplikasi semacam terbentuknya obstruksi usus, konstipasi, ketidakseimbangan cairan
serta elektrolit, enterokolitis, struktur anal, serta inkontinensial (Nurarif, 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar anak dengan atresia ani?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan anak dengan atresia ani?
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
Klasifikasi:
a. Anomali bawah
Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborektalis, terdapat
spingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal, dan
tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinari.
b. Anomali intermediate
2
Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborektalis, lesung anal dan
spingter eksternal berada pada posisi yang normal.
c. Anomali tinggi
Ujung rektum diatas otot puborektalis, dan spingter internal tidak ada. Hal ini
biasanya berhubungan dengan fistula genitourinarius rektouretral (pria) atau
rektovaginalis (wanita).
2. Patofisiologi
Normalnya pada usia kehamilan 5 minggu akan terjadi pemisahan antara rektum
dengan sinus urogenital. Dan pada usia minggu ke-8 akan terjadi repture pada
membrane anus yang mengakibatkan terbentuknya lubang di kulit anus. Malformasi
anorektal ini terjadi karena terganggunya proses perkembangan organ atau adanya
kelainan saat embryogenesis.
Namun demikian etiologinya belum dapat diketahui secara pasti, diduga bersifat
multifaktorial. Kelainan dalam perkembangan proses ini pada berbagai stase dapat
menimbulkan suatu spectrum anomaly. Biasanya mengenai saluran usus pada bagian
bawah dan genitourinaria. Hubungan yang menetap antara rektum kloaka akan
menimbulkan fistula (Fitri, 2016).
3
3. Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain (Nurarif dan Kusuma,
2015):
a. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur
b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3
b. bulan
c. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,
rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu
keempat sampai keenam usia kehamilan.
4. Gejala Klinis
a. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
b. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
c. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
d. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada
fistula).
e. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
f. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
g. Perut kembung (Nurarif dan Kusuma, 2015)
4
5. Komplikasi
Menurut (Wong, 2012) komplikasi yang dapat terjadi pada penderita Atresia ani
yaitu :
a. Terdapat penyumbatan
b. Terdapat luka atau lubang
c. Adanya kerusakan pada uretra akibat prosedur pembedahan
d. Terjadi komplikasi jangka panjang
1) Eversi mukosa anal
2) Penyempitan lubang tulang belakang
e. Terjadinya keterlambatan atau masalah yang berhubungan dengan toilet
training.
f. Inkontinensia akibat stenosis awal
g. Prolaps mukosa anorektal.
h. Fistula berulang, karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi.
i. Sepsis
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan atresia ani tergantug klasifikasinya. Pada atresia ani letak tinggi
harus dilakukan kolostomi terlebih dahulu. Pada beberapa waktu lal penanganan atresia
ani menggunakan prosedur abdominoperineal pullthrough tapi metode ini banyak
menimbulkan inkontinen feses dan prolaps mukosa usus yang lebih tinggi.
Pena dan Defries (1982) memeperkenalkan metode operasi dengan pendekatan
postero sagital anoreltoplasi (PSARP), yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter
eksternus dan muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rektum dan
pemotongan fistel. Keberhasilan penatalaksanaan atresia ani dinilai dari fungsinya
secara jangka panjang, meliputi anatomisnya, fungsi fisiologisnya, bentuk kosmetik
serta antisipasi trauma psikis. Untuk menangani secara tepat, harus ditentukan
ketinggian akhiran rektum yang dapat ditentukan dengan berbagai cara antara lain
dengan pemeriksaan fisik, radiologis dan USG.
Dari berbagai klasifikasi, penatalaksanaannya berbeda tergantung pada letak
ketinggian akhiran rektum dan ada tidaknya fistula, antara lain:
5
a. Atresia ani letak tinggi dan intermediet dilakukan sigmoid kolostomi atau TCD
dahulu, setelah 6-12 bulan baru dikerjakan tindakan definitif (PSARP).
b. Atresia ani letak rendah dilakukan perineal anoplasti, dimana sebelumnya
dilakukan tes provokasi dengan stimulator otot untuk identifikasi batas otot
sfingter ani ekternus.
c. Bila terdapat fistula dilakukan cut back incicion.
d. Pada stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin, berbeda dengan Pena dimana
dikerjakan minimal PSARP tanpa kolostomi (Nurarif dan Kusuma, 2015).
6
5) Pola eliminasi
Dikarenakan anus buatan belum berfungsi sengan normal sehingga
menyebabkan klien tidak dapat mengeluarkan sisa metabolism yang dapat
menyebabkan kesulitan dalam defekasi
6) Pola aktivitas dan istirahat
Pada penderita Atresia Ani pola aktivitas dan latihan ini dipertahankan
guna untuk menghindari terjadinya kelemahan otot.
7) Pola tidur dan istirahat
Pada penderita Atresia Ani klien cenderung terganggu pola tidur dan
istirahatnya dikarenakan rasa nyeri pada area abdomen akibat prosedur operasi
rekolostomi.
b. Pemeriksaan fisik
1) Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan hasil yaitu : adanya luka
pembuatan rekolostomi, luka penutupan kolostomi dan Post Posterio
Sagital Ano Rektal Plasy (PSARP) pada anus.
2) Pemeriksaan fisik pada rektum. Pemeriksaan ini biasanya akan dilakukan
colok dubur atau lebi gampangnya dilakukan pengecekan suhu melalui
anus.
c. Pemeriksaan Diagnostik
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yang bertujuan
untuk memastikan diagnosis diantaranya (Nurarif dan Kusuma, 2015):
1) X-ray.ini menunjukkan adanya gas dalam usus
2) Pewarnaan radiopak dimasukkan kedalam traktus urinarius, misalnya suatu
sistrouretrogram mikturasi akan memperlihatkan hubungan rektrourinarius
dan kelainan urinarius
3) Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
mekonium
7
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang lazim muncul pada penderita atresia ani, antara lain
(Nurarif dan Kusuma, 2015):
a. Gangguan eliminasi urine b.d obstruksi anatomic, disuria
b. Inkontinensia defekasi b.d abnormalitas sfingter rectal
c. Nyeri akut b.d trauma jaringan
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
mencerna makanan
e. Kerusakan integritas kulit b.d kolostomi
f. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit, vistel retrovaginal, dysuria
trauma jaringan post operasi
g. Resiko infeksi b.d perawatan tidak adekuat, trauma jaringan post operasi
h. Ansietas b.d pembedahan dan mempunyai anak yang tidak sempurna
8
3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi yang dipilih harus berdasarkan data dan diagnosa untuk mencapai tujuan yang telah kita susun sebelumnya. Diagnosa
keperawatan yang sesuai akan membuat kita memahami tujuan (outcomes) yang sesuai dan intervensi yang tepat untuk masalah
keperawatan pasien. (Irdianty, 2018). Beriku adalah intervensi dari diagnosa keperawatan pada atresia ani (Nurarif dan Kusuma, 2015).
9
Gunakan spirit wintergreen di pispot atau
urinal
Menyediakan manuver Crede, yang
diperlukan
Gunakan double-void teknik Masukkan
kateter kemih, sesuai
Anjurkan pasien / keluarga untuk merekam
output urin, sesuai Instruksikan cara-cara
untuk menghindari konstipasi atau impaksi
tinja Memantau asupan dan keluaran
Memantau tingkat distensi kandung kemih
dengan palpasi dan perkusi Membantu
dengan toilet secara berkala
Memasukkan pipa ke dlm lubang tubuh
untuk sisa
Menerapkan kateterisasi intermiten
Merujuk ke spesialis kontinensia kemih
2 Inkontinensia defekasi NOC NIC
Definisi: Perubahan pada kebiasaan Bowel Continence Bowel Inkontinence care
defekasi normal yang Bowel Elimination Perkirakan penyebab fisik dan psikologi dari
dikarakteristikkan dengan pasase Kriteria Hasil: inkontimemsia fekal
feses involunter. BAB teratur, mulal dari setiap hari Jelaskan penyebab masalah dan rasional dari
Batasan karakteristik sampal 3-5 hari. tindakan
Rembesan konstan feses lunak Defekasi lunak, feses berbentuk Jelaskan tujuan dari managemen bowel pada
Bau fekal Penurunan insiden inkontinensia pasien/keluarga
Warna fekal ditempat tidur usus Diskusikan prosedur dan criteria hasil yang
10
Warna fekal pada pakaian Perawatan diri toileting diharapkan bersama pasien
Ketidakmampuan menunda Perawatan diri ostonomi Instruksikan pasien/keluarga untuk mencatat
defekasi Perawatan diri: hygien keluaran feses
Ketidakmampuan untuk mengenali Fungsi gastrointestinal adekuat Cuci area perianal dengansabun dan air
dorongan defekasi Pengetahuan tentang perawatan lalukeringkan
Tidak perhatian terhadap dorongan ostomi Jaga kebersihan baju dan tempat tidur
defekasi Status nutrisi makanan dan Lakukan program latihan BAB
Mengenal fekal penuh tetapi minuman adekuat Monitor efek samping pengobatan. Bowel
menyatakan tidak mampu Integritas jaringan kulit dan Training
mengeluarkan feses padat Kulit membram mukosa baik Rencanakan program BAB dengan pasien
perianal kemerahan Menyatakan dan pasien yang lain - Konsul ke dokter jika
sendiri ketidakmam puan pasien memerlukan suppositoria
mengenali kepenuhan rektal Ajarkan ke pasien/keluarga tentang prinsip
Dorongan latihan BAB
Faktor yang berhubungan: Anjurkan pasien untuk cukup minum Dorong
Tekanan abdomen abnormal pasien untuk cukup latihan Jaga privasi klien
tinggi. Tekanan usus abnormal Kolaborasi pemberian suppositoria jika
tinggi memungkinkan
Diare kronik Evaluasi status BAB secara rutin Modifikasi
Lesi kolorektal program BAB jika diperlukan
Kebiasaan diet
Faktor lingkungan (mis.,tidak
dapat mengakses kamar mandi)
Penurunan umum tonus otot
Imobilitas, Impaksl
11
Gangguan koknisi
Gangguan kapasitas reservoar
Pengosongan usus tidak tuntas
Penyalahgunaan laksatif
Penurunan kontrol sfingter rektal
Kerusakan sarafmotorik bawah
Medikasi
Abnormalitas sfingter rektal
Stres, Defisist perawatan diri
Ketidakadekuatan higiene oral
Asupan serat tidak cukup
Asupan cairan tidak cukup.
Kebiasaan makan buruk
3 Nyeri akut NOC NIC
Definisi: Pengalaman sensori dan Pain Level, Pain Management
emosional yang tidak menyenangkan. Pain control, Lakukan pengkajian nyeri secara
yang muncul akibat kerusakan Comfort level- komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
jaringan yang aktual atau potensial Kriteria Hasil: durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
atau digambarkan dalam sedemikian Mampu mengontrol nyeri (tahu presipitasi
rupa hal kerusakan (International penyebab nyeri, mampu Observasi reaksi nonverbal dari
Association for the study of Pain): menggunakan tehnik non ketidaknyamanan
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari farmakologi untuk mengurangi Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
intensitas ringan hingga berat dengan nyeri, mencari bantuan). mengetahui pengalaman nyeri pasien
akhir yang. dapat diantisipasi atau Melaporkan bahwa nyeri Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
diprediksi dan berlangsung <6 bulan. berkurang dengan menggunakan Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
12
Batasan karakteristik: manajemen nyeri Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
Perubahan selera makan Mampu mengenali nyeri (skala, lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
Perubahan tekanan darah' intensitas, frekuensi dan tanda masa lampau
Perubahan frekwensi jantung nyeri) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
Perubahan frekwensi pernapasan Menyatakan rasa nyaman setelah menemukan dukungan
Laporan isyarat nyeri berkurang Kontrol lingkungan yang dapat
Diaforesis mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
Perilaku distraksi (mis.,berjalan pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor
mondar-mandir mencari orang lain presipitasi nyeri Pilih dan lakukan
dan atau aktivitas lain, aktivitas penanganan nyerl (farmakologi, non
yang berulang) farmakologi dan inter personal)
Mengekspresikan perilaku Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
Intervensi
(mis.,gelisah, merengek,
menangis) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyer
Masker wajah (mis., mata kurang
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
bercahaya, tampak kacau, gerakan
Tingkatkan istirahat
mata berpencar atau tetap pada
satu fokus meringis) Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Sikap melindungi area nyeri
Monitor penerimaan pasien tentang
Fokus menyempit (mis.,gangguan
manajemen nyeria
persepsi nyeri, hambatan proses
Analgesic Administration
berfikir, penurunan interaksi
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
dengan orang dan lingkungan)
derajat nyeri sebelum pemberian obat:
Indikasi nyeri yang dapat diamati
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
Perubahan posisi untuk
dan frekuensi
13
menghindari nyeri Cek riwayat alergi
Sikap tubuh melindungi Pilih analgesik yang diperlukan atau
Dilatasi pupil kombinasi dari analgesik ketika pemberian
Melaporkan nyeri secara verbal lebih dari satu
Gangguan tidur Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
Faktor yang berhubungan: dan beratnya nyeri
Agen cedera (mis.,biologis, zat Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,
kimia, fisik, psikologis) dan dosis optimal
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC NIC
dari kebutuhan tubuhan Nutritional Status: Nutrition Management
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup Nutritional Status: food and Fluid Kaji adanya alergi makanan
untuk memenuhi kebutuhan Intake Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
metabolik Batasan karakteristik: Nutritional Status: nutrient Intake menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
Kram abdomen Nyeri abdomen Weight control dibutuhkan pasien.
Menghindari makanan Kriteria Hasil: Anjurkan pasien untuk meningkatkan Intake
Berat badan 20% atau lebih Adanya peningkatan berat badan. Fe
dibawah berat badan ideal sesual dengan tujuan Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
Kerapuhan kapiler Diare Beratbadan ideal sesuai dengan dan vitamin C
Kehilangan rambut berlebihan tinggi badan Berikan substansi gula
Bising usus hiperaktif Kurang Mampumengidentifikasi Yakinkan diet yang dimakan mengandung
makanan kebutuhan nutrisi tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Kurang informasi Tidk ada tanda tanda malnutrisi Berikan makanan yang terpilih (sudah
Kurang minat pada makanan Menunjukkan peningkatan fungsi dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Penurunan berat badan dengan pengecapan dari menelan Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
asupan makanan adekuat Tidak terjadi penurunan berat makanan harian.
14
Kesalahan konsepsi badan yang berarti Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
Kesalahan informasi Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Mambran mukosa pucat Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
Ketidakmampuan memakan nutrisi yang dibutuhkan
makanan Nutrition Monitoring
Tonus otot menurun BB pasien dalam batas normal
Mengeluh gangguan sensasi rasa • Monitor adanya penurunan berat badan
Mengeluh asupan makanan kurang Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dari RDA (recommended daily dilakukan
allowance) Monitor interaksi anak atau orangtua selama
Cepat kenyang setelah makan makan
Sariawan rongga mulut Monitor lingkungan selama makan
Steatorea Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
Kelemahan otot pengunyah selama jam makan
Kelemahan otot untuk menelan Monitor kulit kering dan perubahan
Faktor-faktor yang berhubungan: pigmentasi
Faktor biologis Monitor turgor kulit
Faktor ekonomi Cegah kontaminasi fese dan urin
Radiasi Lakukan tehnik perawatan luka dg steril
Suhu ekstrem Berikan posisi yang mengurangi tekanan
pada luka
Hindari kerutan pada tempat tidur
5 Kerusakan integritas kulit NOC NIC
Definisi: Perubahan / gangguan Tissue Integrity: Skin and Mucous Pressure Management
epidermis dan/atau dermis: Membranes Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
15
Batasan karakteristik: Hemodyalis akses yang longgar
Kerusakan lapisa kulit (dermis) Kriteria Hasil: Hindari kerutan padaa tempat tidur Jaga
Gangguan permukaan kulit Integritas kulit yang baik bisa kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
(epidermis) dipertahankan (sensasi, elastisitas, Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
Invasi struktur tubuh temperatur, hidrasi, pigmentasi) dua jam sekali
Faktor yang berhubungan: Eksternal: Tidak ada luka/lesi pada kulit. Monitor kulit akan adanya kemerahan
Zat kimia, Radiasi - Usia yang Perfusi Jaringan baik Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
ekstrim - Kelembapan Menunjukkan pemahaman dalam derah yang tertekan
Hipertermia, Hipotermia proses perbaikan kulit dan Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Faktor mekanik (mis.,gaya gunting mencegah terjadinya sedera Monitor status nutrisi pasien
[shearing forces] berulang Memandikan pasien dengan sabun dan air
Medikasi Mampu melindungi kulit dan hangat
Lembab mempertahankan kelembaban kulit Insision site care
Imobilitasi fisik dan perawatan alami Membersihkan, mementau dan meningkatkan
Internal: proses penyembuhan pada luka yang ditutup
Perubahan status cairan dengan jahitan, klip atau straples
erubahan pigmentasi Monitor proses kesembuhan area insisi
Perubahan turgor Monitor tanda dan gejala infeksi pada area
Faktor perkembangan insisi
Kondisi ketidak seimbangan nutrisi Bersihkan area sekitar jahitan atau staples,
(mis.,obesitas, emaslasi) menggunakan lidi kapas steril
Penurunan Imunologis Gunakan preparat antiseptic, sesuai program
Penurunan sirkulasi Ganti balutan pada interval waktu yang
Kondisi gangguan metabolik sesuai atau biarkan luka tetap terbuka (tidak
Gangguan sensasi dibalut) sesuai program
16
Tonjolan tulang Dialysis Acces Maintenance
6 Gangguan rasa nyaman NOC NIC
Definisi: Merasa kurang senang, lega, Ansiety Fear Leavel Sleep Anxiety Reduction (penurunan) kecemasan)
dan sempurna dalam dimensi fisik, Deprivation Gunakan pendekatan yang: menenangkan
psikospiritual, lingkingan, dan social Comfort, Readines for Enchanced Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
Batasan karakteristik Kriteria hasil: pelaku pasien
Ansietas Mampu mengontrol kecemasan. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
Menangis Status lingkungan yang nyaman dirasakan selama prosedur
Ganguan pola tidur Mengontrol nyeri Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres
Takut. Kualita tidur dan istirahat adekuat Temani paslen untuk memberikan keamanan
Ketidakmampuan untuk rileks Agresi pengendalian diri dan mengurangi takut
Iritabilitas Respon terhadap pengobatan Dorong keluarga untuk menemani anak
Merintih Control gejala Lakukan back/neck rub
Melaporkan mersa dingin Status kenyamanan meningkat Dengarkan dengan penuh perhatian
Melaporkan merasa panas Dapat mengontrol ketakutan Identifikasi tingkat kecemasan.
Melaporkan perasaan tidak Support social Bantu pasien mengenal situasi yang
nyaman Melaporkan gejala distress Keinginan untuk hidup menimbulkan kecemasan.
Melaporkan rasa lapar Dorong pasien untuk mengungkapkan,
Melaporkan rasa gatal perasaan, ketakutan, persepsi
Melaporkan kurang puas dengan Instruksikan pasien menggunakan teknik
keadaan relaksasi
Melaporkan kurang senang dengan Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
situasi tersebut Environment Management
Gelisah Confort Pain Management
Berkeluh kesah
17
Factor yang berhubungan
Gejala terkait penyakit
Sumber yang tidak adekuat
Kurang pengendalian lingkungan
Kurang privasi
Kurang kontrol situasional
7 Resiko Infeksi NOC NIC
Definisi: Mengalami peningkatan Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
resiko terserang organisme patogenik Knowledge: Infection control Risk Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
Faktor-faktor resiko : control lain
Penyakit kronis Kriterla Hasil: Pertahankan teknik isolasi
Diabetes melitus Klien bebas dari tanda dan gejala Batasi pengunjung bila perlu
Obesitas Infeksi Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
Pengetahuan yang tidak cukup Mendeskripsikan proses penularan tangan saat berkunjung dan setelah
untuk menghindari pemanjanan penyakit, factor yang berkunjung meninggalkan pasien
patogen •Pertahanan tubuh primer mempengaruhi penularan serta Gunakan sabun antimikrobia untuk cuc
yang tidak adekuat penatalaksanaannya, tangan
Gangguan peritalsis - Kerusakan Menunjukkan kemanipuan untuk Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
integritas kulit (pemasangan mencegah timbulnya Infeksi tindakan keperawatan
kateter intravena, prosedur Invasil) Jumlah leukosit dalam batas Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
Perubahan sekresi pH Penurunan normal pelindung
kerja siliaris Menunjukkan perilaku hidup sehat Pertahankan lingkungan aseptik selama
Pecah ketuban dini - Pecah pemasangan alat
ketuban lama Ganti letak IV perifer dan line central dan
Merokok dressing sesuai dengan petunjuk umum
18
Stasis cairan tubuh Gunakan kateter intermiten untuk
Trauma jaringan (mis., trauma menurunkan infeksi kandung kencing
destruksi Jaringan) Tingktkan intake nutrisi
Ketidak adekuatan pertahanan Berikan terapi antibiotik bila perlu Infection
sekunder Protection (proteksi terhadap infeksi)
Penurunan hemoglobin Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
Imunosupresi (mis.,imunitas lokal
didapat tidak adekuat, agen Monitor hitung granulosit, WBC
farmaseutikal termasuk Monitor kerentanan terhadap infeksi
imunosupresan, sterold, antibodi Batasi pengunjung
monoklonal, imunomudulator) Sering pengunjung terhadap penyakit
Supresi respon Inflamasi menular
Vaksinasi tidak adekuat Partahankan teknik aspesis pada pasien yang
Pemajanan terhadap patogen: beresiko
lingkungan meningkat Pertahankan teknik
Wabah Isolasi k/p
Prosedur invasif Berikan perawatan kullat pada area epidema
Malnutrisi Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
Inspeksi kondisi luka / Insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
sesual resep
19
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
Infeksi
Ajarkan cara menghindari Infeksi
Laporkan kecurigaan Infeksi
20
karena perubahan dalam peristiwa
hidup
Agitasi
Mengintai
Tampak waspada
Affektif:
Gelisah, Distres
Kesedihan yang mendalam
Ketakutan.
Perasaan tidak adekuat
Berfokus pada diri sendiri
Peningkatan
Iritabilitas
kewaspadaan
Gugup senang berlebihan
Rasa nyeri yang meningkatkan
ketidak berdayaan
Peningkatan rasa ketidak
berdayaan
yang persisten
Bingung, Menyesal
Ragu/tidak percaya diri
Khawatir
Fisiologis
Wajah tegang, Tremor tangan
21
Peningkatan keringat Peningkatan
ketegangan
Gemetar, Tremor Suara bergetar
Simpatik :
Anoreksia.
Eksitasi kardiovaskular
Diare, Mulut kering
Wajah merah
Jantung berdebar-debar.
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan denyut nadi
Peningkatan reflek
Peningkatan frekwensi pernapasan,
Pupil melebar
Kesulitan bernapas
Vasokontriksi superfisial
Lemah, Kedutan pada otot
Parasimpatik :
Nyeri abdomen
Penurunan tekanan darah
Penurunan denyut nadi
Diare, Mual, Vertigo
Letih, Ganguan tidur
Kesemutan pada extremitas
Sering berkemih
22
Anyang-anyangan
Dorongan segera berkemih
Kognitif:
Menyadari gejala fisiologis
Bloking fikiran, Konfusi
Penurunan lapang persepsi
Kesulitan berkonsentrasi
Penurunan kemampuan belajar
Penurunan kemampuan untuk
memecahkan masalah.
Ketakutan terhadap konsekwensi
yang tidak spesifik
Lupa, Gangguan perhatian
Khawatir, Melamun
Cenderung menyalahkan orang
lain
Faktor Yang Berhubungan:
Perubahan dalam (status ekonomi,
lingkungan,status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, status
peran):
Pemajanan toksin
Terkait keluarga
Herediter
Infeksi/kontaminan interpersonal
23
Penularan penyakit interpersonal
Krisis maturasi,
Krisis situasional Stres,
Ancaman kematian
Penyalahgunaan zat
Ancaman pada (status ekonomi,
lingkungan, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, status
peran, konsep diri)
Konflik tidak disadari mengenai
tujuan penting hidup
Konflik tidak disadari mengenai
nilai yang esensial/penting
24
4. Impelementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan
klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Anggraini dan Leniwita,
2019).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah membandingkan secara sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan kenyataan yang ada
pada klien, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari
rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain
(Anggraini dan Leniwita, 2019).
6. Dokumentasi
Dokumentasi proses keperawatan pada tatanan pelayanan kesehatan
merupakan catatan tentang asuhan keperawatan dengan melihat respon klien
secara keseluruhan, yang dilakukan pada bidang tertentu, area perawatan
tertentu, dan pada populasi tertentu. Oleh karena itu, untuk lebih memahami
tentang dokumentasi pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan baca dan
pelajarilah dengan seksama uraian berikut ini. Selamat belajar dan semoga
sukses (Anggraini dan Leniwita, 2019).
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut kamus kedokteran, Atresia berarti tidak adanya lubang pada tempat
yang seharusnya berlubang. Sehingga atresia ani berarti tidak terbentuknya
lubang pada anus. Normalnya pada usia kehamilan 5 minggu akan terjadi
pemisahan antara rektum dengan sinus urogenital. Dan pada usia minggu ke-8
akan terjadi repture pada membrane anus yang mengakibatkan terbentuknya
lubang di kulit anus. Malformasi anorektal ini terjadi karena terganggunya
proses perkembangan organ atau adanya kelainan saat embryogenesis.
Penatalaksanaan atresia ani tergantug klasifikasinya. Pada atresia ani letak
tinggi harus dilakukan kolostomi terlebih dahulu. Pada beberapa waktu lal
penanganan atresia ani menggunakan prosedur abdominoperineal pullthrough
tapi metode ini banyak menimbulkan inkontinen feses dan prolaps mukosa usus
yang lebih tinggi.
Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan
dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk
memenuhi kebutuhan pasien Implementasi melibatkan pelaksanaan rencana
asuhan keperawatan yang di peroleh selama fase perencanaan. Dalam evalusai
perawat menentukan respon pasien terhadap intervensi keperawatan dan
mengetahui sejauh mana tujuan telah dicapai. Dokumentasi keperawatan adalah
informasi tertulis tentang status dan perkembangan kesehatan pasien serta semua
kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat.
B. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan harus lebih mempelajari dan paham dalam
keperawaratan anak terutama pada penderita Atresia Ani, agar dapat
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai terhadap penderita.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
DEFINISI
Lokananta, I., & Rochadi. (2014). Malformasi Anorectal. Sub Devision of Pediatric
Surgery Dpt, Sardjito Hospital, 1-7.
http://repository.unissula.ac.id/23527/1/D3%20Ilmu
%20Keperawatan_40901800014_fullpdf.pdf
PATOFISIOLOGI
Fitri, R. F. (2016). Hubungan Keterlambatan Diagnosis Dengan Komplikasi Pada
Penderita Malformasi Anorektal di RSUP HAM tahun 2005- 2015.
http://repository.unissula.ac.id/23638/2/40901800026_fullpdf.pdf
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Irdianty, Mellia Silvy, (2018), Modul Ajar Metodologi Keperawatan, Surakarta: Prodi
D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
https://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/693/1/MODUL%20%20AJAR%20METODOLOGI
%20KEPERAWATAN.pdf
28