Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KELAINAN KONGENITAL

PADA SISTEM URINARIA

Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II

Pembimbing : Aida Rusmariana, MAN

Disusun oleh kelompok 4 :

Dyah Pratiwi (17.1315.S)

Kelas : 3A

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

TAHUN AKADEMIK 2019

1
DAFTAR ISI

Daftar Isii
BAB I TinjauanTeori1
1. HERNIA4
A. Pengertian.................................................................................................4
B. Etiologi.....................................................................................................5
C. Patofisiologi ............................................................................................. 5
D. Manisfestasi Klinis .................................................................................. 6
E. Pemeriksaan penunjang............................................................................ 6
F. Penatalaksanaan........................................................................................ 7
G. Kompikasi ................................................................................................ 7
2. HIDROKEL ................................................................................................ 9
A. Pengertian.................................................................................................9
B. Etiologi...................................................................................................10
C. Patofisiologi ........................................................................................... 10
D. Manisfestasi Klinis ................................................................................ 11
E. Pemeriksaan penunjang.......................................................................... 11
F. Penatalaksanaan...................................................................................... 12
G. Kompikasi .............................................................................................. 13
3. VARIKOKEL ............................................................................................ 14
A. Pengertian...............................................................................................14
B. Etiolog....................................................................................................14
C. Patofisiologi ........................................................................................... 14
D. Manisfestasi Klinis ................................................................................ 15
E. Pemeriksaan penunjang.......................................................................... 15
F. Penatalaksanaan...................................................................................... 15
G. Kompikasi .............................................................................................. 16
ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA ......................................................... 17

2
a. pengkajian fokus ..................................................................................... 17
b. fokus intervensi ...................................................................................... 17
c. pathways ................................................................................................. 21
BAB II RINGKASAN JURNAL PENELITIAN PATOFISIOLOGI
KELAINAN PADA SISTEM
URINARIA…………………....................................…..................................... 22
Daftar Pustaka ................................................................................................. 22

3
BAB I

TINJAUAN TEORI

HERNIA

A. Pengertian
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati
dinding rongga yang secaranormal memang berisi bagian-bagian tersebut
(Nettina, 2001).
Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi
abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus, atau kandung kemih) memasuki
defek tersebut sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal.

Ditinjau dari letaknya, hernia dibagi menjadi 2 golongan :


1. Hernia eksterna
Hernia yang tonjolannya tampak dari luar yaitu hernia inguinalis lateralis
(indirek), hernia inguinalis medialis (direk), hernia femoralis, hernia
umbilikalis, hernia supra umbilkalis, hernia sikatrikalis, dan lain-lain.
2. Hernia interna
Hernia yang tojolannya tidak tampak dari luar, yaitu hernia abstruktif,
hernia diaframatik, hernia foramen, dan hernia ligament treuz.

Jenis-jenis Hernia yang sering terjadi pada anak :


1. Hernia inguinalis atau hernia pada lipatan paha
Ketika prosesus vaginalis gagal menutup sempurna selama
perkembangan embrional, hernia inguinal dapat terjadi. Hal ini
memungkinkan abdomen atau visera panggul untuk melintas melalui
cincin inguinal internal ke dalam kanal inguinal. Anak laki-laki lebih
cenderung mengalami hernia iunguinal daripada anak perempuan, dan
bayi premature sangat rentan.

4
Hernia inguinalis adalah masuknya lemak atau bagian usus halus ke
titik lemah di dinding perut bagian bawah. Hernia inguinalis yang
terjadi pada anak dikarenakan kelemahan pada dinding perut bagian
bawah.
2. Hernia umbilikus atau hernia pada pusar
Hernia umbilikalis terjadi pada saat ada bagian dari usus menonjol
keluar ke titik lemah yang ada di sekitar otot perut. Hernia umbilikalis
terjadi akibat kelemahan otot di dinding perut. Bayi yang lahir
premature dan memiliki berat badan lahir rendah merupakan
kelompok yang beresiko menderita hernia umbilikalis.
B. Etiologi
1. Kelemahan otot atau jaringan
Jaringan yang lemah dapat membuat organ-organ internal (terutama usus)
menjadi menonjol keluar. Hal inilah yang menjadi factor utama penyebab
hernia.
2. Cacat bawaan
lubang pada otot perut dan kanalis inguinalis tidak dapat menutup secara
sempurna menjelang kelahiran anak
3. Faktor genetik
Hernia umbilical dapat terjadi akibat faktor genentik. Jika si ayah pernah
mengalaminya, maka ada kemungkinan anak juga dapat mengalaminya.
C. Patofisiologi

Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu
kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui
kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus.
Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum

5
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut prosesus vaginalis
peritonea.

Bila bayi lahir, umunya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga
isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa
hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dahulu
maka kanalis kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka sebagian,
maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak
berobliterasi maka kan timbul hernia iunguinalis lateralis kongenital.
D. Manifestasi klinis
a. Tampak benjolan di lipat paha
b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai
perasaan mual
c. Bila terjadi hernia inguinalis strangulate perasaan sakit akan bertambah
hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas
d. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar
e. Hernia umbilikalis, anak akan mudah menangis dan terus menerus terlihat
gelisah. Benjolan lipatan paha tersebut juga akan terlihat hilang timbul
ketika anak menangis
f. Demam
g. Rewel
E. Pemeriksaan penunjang
1. Lab darah : hematology rutin, BUN, kreatinin dan elektrolit darah
2. Radiologi, foto abdomen dengan kontras dengan kontras barium,
flouroskopi
3. Foto rontgen dengan barium
(Dermawan, 2010)

6
F. Penatalksanaan
1. Konservatif

Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,


misalnya pemakaian korset pada hernia ventralis sementara itu pada hernia
inguinalis pemakaian korset tidak dianjurkan.

2. Pembedahan
Tujuannya adalah untuk mengembalikan (reposisi) terhadap benjolan
hernia tersebut. Tindakan bedah pada hernia tersebut herniotomi yaitu
dengan memotong kantung hernia lalu mengikatnya dan herniorafi dengan
perbaikan defek dengan pemasangan jaring melalui operasi terbuka
(laparoskopi). pada elektif maka kanalis dibuka isi hernia dimasukkan
kantong diikat dan dilakukan bassini plasty untuk memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis. Pada bedah darurat pada prinsipnya seperti
bedah elektif cincin hernia langsung dicari dan dipotong, usus dilihat
apakah vital atau tidak, bila vital dikembalikan ke rongga perut dan bila
tidak dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
G. Komplikasi

Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia


sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali, terjadi penekanan
terhadap cincin hernia, akibat semakin banyakknya usus yang masuk, cincin
hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus
keadaan ini disebut hernia inguinalis inkarserata, bila hernia dibiarkan maka
akan timbul edema dan terjadi penekanan pembuluh darah sehingga terjadi
nekrosis keadaan ini disebut hernia inguinal lateralis stranggulasi, terjadi
karena usus berputar (melintar) pada keadaan inkarserasi dan stranggulasi
maka timbul gejala muntah, kembung, dan obstipasi pada stranggulasi nyeri
hebat daerah tonjolan menjadi lebih merahd dan penerita sangat gelisah. Juga

7
dapat terjadi buka karena terjepit, melainkan ususnya terputar. Dan bila isi
perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, acidosisi metabolic dan abses

8
HIDROKEL

A. Pengertian

Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan


parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang
berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan
antara produksi dan reabsorbsi oleh system limfatik di sekitarnya.

Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, hidrokel terbagi menjadi :

a. Hidrokel testis
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tidak
dapat diraba. Dan anamnesis, didapat besaranya kantong hidrokel tidak
berubah sepanjang hari .
b. Hidrokel funikulus
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial
testis sehingga pada palpasi testis dapat diraba dan berada di luar kantong
hidrokel. Anamnesis di dapat kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang
hari.
c. Hidrokel komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum
sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Dan anamnesis
didapat kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah
pada saat anak menangis. Pada palpasi kantong hidrokel terpisah dari
testis dan dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen.

9
B. Etiologi

Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena belum
sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum ke prosesus vaginalis atau belum sempurnanya system limfatik di
daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. Pada bayi laki-
laki, hidrokel dapat terjadi dari dalam Rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu
testis turun dari rongga perut bayi ke dalam skrotum, dimana setiap testis
memiliki kantong yang mengikutinya dan terisi cairan yang mengelilingi
testis tersebut.

C. Patofisiologi
Hidrokel adalah penggumpalan cairan pada sebagian prosesus
vaginalis yang masih terbuka. Kantong hidrokel dapat berhubungan melalui
saluran mikroskopis dengan rongga peritoneum dan berbentuk katup. Dengan
demikian cairan dari rongga peritoneum dapat masuk ke dalam kantong
hidrokel dan sukar kembali ke rongga peritoneum.
Pada kondisi intrauterine, prosesus vaginalis dapat berbentuk kantong
yang mencapai skrotum. Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital
(bawaan sejak lahir) ataupun ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis
tersebut menyebabkan tidak menutupnya rongga peritoneum dengan prosesus
vaginalis. Oleh Karena itu terbentuklah rongga antara tunika vaginalis dengan
rongga peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan yang berasal dari
sistem limfatik sekitar. Jumlah cairan seharusnya seimbang antara produksi
dan reabsorbsi oleh system limfatik di sekitarnya. Namun pada penyakit ini,
terjadi gangguan system sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Sehingga terjadi
penimbunan cairan di tunika vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang
terus-menerus, terjadi obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus
spermatikus yang selanjutnya menyebabkan atrofi testis.

10
Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus
spermatikus, dan dapat juga itemukan di sekitar testis yang terdapat dalam
rongga perut pada kondisi undensesus testis. Hidrokel infantilis biasanya akan
menghilang dalam tahun pertama dan umumnya tidak memerlukan
pengobatan, bila tidak disertai hernia inguinalis. Hidrokel testis dapat meluas
ke atas atau berupa beberapa kantong yang saling berhubungan sepanjang
processus vaginalis peritonei. Hidrokel akan tampak lebih besar dan kencang
pada sore hari karena banyak cairan yang masuk dalam kantong sewaktu anak
dalam posisi tegak, tapi kemudian akan mengecil pada esok paginya setelah
anak tidur semalaman.
D. Manifestasi klinis

Pada banyak kasus, tidak ada gejala-gejala khusus yang menandakan


munculnya hidrokel. Namun, kadang ada pula yang merasakan sensasi nyeri,
kulit skrotum kemerahan, dan juga terasa penekanan pada bagian pangkal
penis. Umunya rasa sakit terasa ketika ukuran skrotum bertambah besar.
Ukuran pembengkakan bisa berubah-ubah dalam sehari. Pada bayi, biasanya
pembengkakan hidrokel akan hilang dengan sendirinya .

E. Pemeriksaan penunjang

Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan


membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel), vena abnormal
(varikokel), dan kemungkinan adanya tumor.

11
F. Penatalaksanaan

Hidrokel biasanya tidak berbahaya dan pengobatan biasanya baru


dilakukan jika penerita sudah merasa terganggu atau merasa tidak nyaman
atau jika hidrokelnya sedemikian besar sehingga mengancam aliran darah ke
testis.

Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1


tahun dengan harapan setelah proseus vaginalis menutup, hidrokel akan
sembuh sendiri. Namun jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar
perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi.

Pengobatannya bisa berupa

1. Aspirasi (pegisapan cairan) dengan bantuan sebuah jarum atau


pembedahan. Jika dilakukan aspirasi, kemungkinan besar hidrokel akan
berulang dan bisa terjadi infeksi. Setelah dilakukan aspirasi, bisa
disuntikkan zat sklerotik tetrasiklin, natrium tetra desil sulfat atau urea
untuk menyumbat/menutup lubang di kantung skrotum sehingga cairan
tidak akan tertimbun kembali. Hidrokel yang berhubungan dengan hernia
inguinalis harus diatasi dengan pembedahan sesegera mungkin.
2. Hidrokolektomi, pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal
karena seringkali hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga
pada saat operasi hidroke, sekaligus melakukan herniografi.

Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah :

1. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah


2. Indikasi kosmetik
3. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien
dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Tindakan pembedahan
berupa hidrokelektomi. Pengangkatan hidrokel bisa dilakukan dengan
anestesi umum ataupun regional (spinal).

12
G. Komplikasi

Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma


dan hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis
sehingga menimbulkan atrofi testis (Purnomo,2010). Komplikasi yang terjadi
pada pasien dengan hidrokel adalah :

1. Perdarahan yang disebabkan karena trauma dan aspirasi


2. Menganggu kesuburan dan fungsi seksual pasien
3. Infeksi testis
4. Kompresi pada peredaran darah testis.

13
VARIKOKEL

A. Definisi

Varikokel adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis akibat


gangguan aliran darah balik vena spermatika interna

Varikokel adalah pelebaran system pembuluh darah balik atau vena


pada testis atau kantong buah zakar akibat aliran balik yang terganggu.
Pelebaran pembuluh darah ini akan menyebabkan rasa nyeri pada buah zakar
atau testis dan lama-lama pembuluh yang berkelok-kelok tadi akan Nampak
atau teraba pada testis seperti kimpulan cacing.

B. Etiologi

Penyebab pasti dari terjadinya varikokel masih belum diketahui secara


pasti. Namun para ahli menduga varikokel terjadi karena adanya kelemahan
katup di pembuluh darah vena yang ada di skrotum. Katup tersebut
memungkinkan terjadinya aliran darah satu arah dari testis menuju kembali ke
jantung. Akibat dari katup yang tidak dapat bekerja sempurna, pembuluh
darah vena ini tidak dapat membawa aliran darah balik yang berasal dari testis
dan terjadi penumpukan darah di pembuluh darah vena sehingga pembuluh
darah vena mengalami dilatasi atau pelebaran.

C. Patofisiologi

Varikokel terjadi akibat peningkatan tekanan vena dan


ketidakmampuan vena spermatika interna. Aliran retrograde vena spermatika
interna merupakan mekanisme pada perkembangan varikokel. Varikokel
ekstratestikular merupakan suatu kelainan yang umum terjadi. Sebagian besar
kasus asimptomatik atau berhubungan dengan riwayat orchitis, infertilitas,
pembengkakan skrotum dengan nyeri. Varikokel intratestikular merupakan
suatu keadaan yang jarang, ditandai oleh dilatasi vena intratestikular.

14
Varikokel lebih sering ditemukan pada sebelah kiri karena beberapa
alasan berikut ini : (a) vena testicular kiri lebih panjang; (b) vena testikular
sinistra memasuki vena renal sinistra pada suatu right angle; (c) arteri
testicular sinistra pada beberapa pria melengkung diatas vena renal sinistra,
dan menekan vena renal sinistra; dan (d) distensi colon descendens karena
feses dapat mengkompresi vena testicular sinistra.

D. Manifestasi klinis

Varikokel biasanya tidak menimbulkan gejala. Namun pada sebagian


penderita, penyakit ini dapat menimbulkan keluhan:

 Rasa tidak nyaman pada skrotum


 Nyeri yang bertambah saat berdiri atau melakukan aktivitas fisik dalam
waktu lama.
 Benjolan di salah satu testis
 Skrotum menjadi bengkak
 Seiring waktu, pembesaran vena yang terjadi akan terlihat seperti cacing
pada skrotum.
E. Pemeriksaan penunjang
1. USG Skrotum, pemeriksaan ini bertujuan melihat ukuran pembuluh darah
dan aliran darah secara detail
2. Pengukuran volume testis. Alat untuk mrngukur volume testis bernama
acidometer
3. venografi
F. Penatalaksanaan
1. Pembedahan

Pada pembedahan terdapat tiga tehnik yang umum dilkukan.


Ketiga tehnik tersebut yaitu ligase sub-inguinal, ligase inguinal
retroperitoneal. Ligase varikokel laparoskopi belum membuktikan bahwa
tehnik tersebut merupakan yang paling unggul terhadap operasi

15
pembedahan dan hal ini mungkin berhubungan dengan komplikasi serius
yang ditimbulkannya.

2. Embolisasi perkutaneus

Penatalaksanaan emboli perkutaneus lebih kurang meyakinkan


dibandingkan tatalaksana pembedahan, tetapi diperlukan dokter yang
pengalaman dalam intervensi radiologi.

G. Komplikasi
 Mengecilnya testis. Katup pembuluh vena yang rusak dapat
menyebakan darah terkumpul dan menekan vena terus menerus
sehingga beresiko terpapar toksin dalam darah. Kondisi tersebut
mengakibatkan kerusakan testis, termasuk penyusutan testis.
 Ketika sudah tidak berfungsi , kemampuan reproduksinyalah yang
akan dikorbankan. Testis tidak lagi mampu memproduksi sperma dan
kalaupun bisa, kualitasnya tidak seoptimal seharusnya.

16
BAB II
Asuhan Keperawatan Hernia

A. Pengkajian Fokus
1. Data subjektif
Sebelum operasi : Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan, nyeri di daerah
benjolan, mual, muntah, kembung, konstipasi, tidak nafsu makan, bayi
menangis terus, pada saat bayi menangis/mengejan dan batuk-batuk kuat
timbul benjolan.
Sesudah operasi : nyeri di daerah operasi, lemas, pusing, mual, kembung
2. Data Objektif
Sebelum Operasi : Nyeri bila benjolan tersentuh, pucat, gelisah, spasme otot,
demam, dehidrasi, terdengar bising usus pada benjolan.
Sesudah Operasi : Terdapat luka pada selangkangan, puasa, selaput mukos
mulut kering, anak/bayi rewel.
B. Fokus Intervensi
 Pre-Op
1. Ansietas berhubungan dengan prosedur invasife dan hospitalisasi
Intervensi
a. Kaji tingkat ansietas anak
Rasional : untuk ,emgetahui tingkat ansietas anak
b. Beri motivasi pada nak
Rasional : untuk mengurangi ansietas
c. Ajarkan teknik relaksasi
Rasioanl : untuk mengurangi ansietas
d. Libatkan orang terdekat pasien untuk mengatasi ansietas anak
Rasional : untuk memberikan motivasi pada pasien

17
2. Nyeri pada daerah benjolan behubungan dengan proses penyakit/
terjepitnya hernia
Intervensi :
a. Kaji lokasi nyeri, karakteristik dan intensitas
Rasional : untuk melanjutkan intervensi secara tepat, untuk memonitor
efektifias pengobatan dan kemajuan penyembuhan
b. Observasi TTV
Rasional : sebagai tanda adanya penambahan nyeri dan infeksi
c. Beri posisi nyaman/ semi fowler
Rasional : mengurangi ketegangan abdomen
d. Anjurkan klien untuk mengurangi aktivitasnya
Rasional : aktivitas yang berlebihan akan menambah tekanan pada
abdomen sehingga menambah nyeri
e. Anjarkan klien tehnik relaksasi napas dalalm
Rasional : tehnik relaksasi dapat mengurangi ketegangan abdomen
f. Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian terapi yang sesuai :
analgetik
Rasional : [emberian analgetik mengurangi nyeri
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan
Intervensi:
a. Kaji intake output
Rasional : sebagai dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan
b. Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional : mengetahu status nutrisi klien
c. Berikan makan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering
dengan teratur
Rasional : merangsang nafsu makan dan mengurangi mual, muntah

18
d. Ajarkan tehnik relaksasi tari napas dalam
Rasional : untuk mengurangi mual
e. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi terhadap pasien
Rasional : menentukan rencana pemberian nutrisi agar kebutuhan
nutrisi terpenuhi.
 Post-Op
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan / insisi luka operasi
Intervensi:
a. Observasi karakteristik, lokasi, lama nyeri (dengan skala 0-10)
Rasional : mempermudah menentukan tindakan yang akan dilakukan
b. Observasi TTV
Rasional : sebagai tanda penambahan nyeri
c. Atur posisi senyaman mungkin : semi fowler
Rasional : mengurangi ketegangan abdomen
d. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional ; dapat mengurangi ketegangan abdomen
e. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai terapi
Rasional : terpai analgetik dapat mengurangi nyeri
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya keterbatasan rentang
gerak dan ketakutan bergerak akibat dari respon nyeri dan procedure
infasive.
Intervensi:
a. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
Rasional: mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan
b. Bantu klien dalam memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan tidur
Rasional : membantu klien seperlunya dalam latihan aktivitas
c. Dorong dukungan dan bantuan keluarga/orang terdekat dalam latihan
gerak

19
Rasional : melatih klie berktivitas dan kemandirian klien dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari
d. Berikan lingkungan tenang dan mempertahankan tirah baring
Rasional : meningkatkan kenyamanan klien
e. Bantu aktivitas atau ambulasi pasien sesuai dengan kebutuhan
Rasional : meningkatkan kemnadirian klien dalam beraktivitas
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan akibat prosedur
invasife/ tindakan bedah dan adanya proses inflamasi luka post operasi
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital pasien sesuai kondisi pasien
Rasional : tanda-tanda vital merupakan pedoman terhadap perubahan
pada kondisi klien dan abnormalitas pada kondisi klien
b. Kaji adanya tanda-tanda infeksi dan peradangan meliputi adanya
kemerahan sekitar luka dan pus pada luka operasi
Rasional :adanya kemerahan, odeme, pus dan rasa panas pada luka
merupakan adanya infeksi pada luka operasi
c. Lakukan medikasi luka steril/bersih setiap hari
Rasional : menstterilkan luka dan menjaga luka agar tetap steril?tidak
infeksi dan cepat sembuh
d. Pertahankan tehnik aseptic
Rasional : meningkatkan penyembuhan dan menghindari infeksi pada
luka operasi
e. Jaga personal hygiene pasien
Rasional : meningkatkan sterilan ada luka dan personal hygiene klien
f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi antibiotic
Rasional : mempercepat penyembuhan luka agar tidak terjadi infeksi

20
Pathway

21
BAB III
RESUME JURNAL PENELITIAN PATOFISIOLOGI KELAINAN
KONGENITAL PADA SISTEM URINARIA (HERNIA)

Hernia inguinalis adalah perawatan darurat umum dalam operasi


pediatrik (kebanyakan pada bayi). Bedah laparoskopi untuk hernia inguinalis
telah dilakukan bertahun-tahun. Metode ini memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan metode tradisional. Diantara keuntungannya adalah
sayatan operasi kecil, cedera intraoperative kecil, prosedur cepat dan
pemulihan yang cepat dan efisien.
Dari januari 2012 hingga desember 2014, 64 anak terdaftar menerima
operasi laparoskopi di Departemen Pediatrik Pembedahan, dan meninjau
perioperative dan pasca operatif dalam studi tindak lanjut. Ada 43 laki-laki an
21 perempuan, berusia 3 bulan hingga 6 tahun. Dengan manifestasi klinis
termask muntah, proksimal menangis pada bayi dan mengeluh tentang sakit
perut bagian bawah di anak-anak prasekolah. Sebelum operasi, anak-anak
diperiksa menggunakan abdomen standing film untuk mengecualikan
perforasi gastrointestinal dan ultrasonografi area selangkangan selanjutnya
mengkonfirmasi konten hernia.
Pada tindakan laparoskopi diperoleh hasil yang lebih baik
dibandingkan ke grup control. Pada kelompk pengamatan, operasi waktu dan
lama tinggal lebih pendek sementara kejadian komplikasi pasca operasi jauh
lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kesimpulannya,
dibandingkan dengan pembedahan tradisional, pembedahan laparoskopi pada
anak-anak memiliki banyak keuntungan, seperti pengurangan cepat, erusakan
kecil, waktu singkat operasi dan lama tinggal, dan nilai aplikasi klinis tertentu.

22
DAFTAR PUSTAKA

Haryono Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Kelainan Bawaan Sistem


Pencernaan. Yogyakarta. Gosyen Publishing
. Lumban, Gaol, Leecarlo , dkk.2016. Ilmu Bedah Anak Kasus Harian UGD,
Bangsal & Kamar Operasi.Jakarta : EGC
Muqsith Al. 2018. Anatomi Dan Gambaran Klinis Varikokel. Aceh Indonesia.
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh diunduh pada 17
September 2019 pukul 14.00 WIB
Widiarti Dwi, dkk. 2012. Buku Ajar Keperawatan Pediatri, ED 2,
Vol,.3.Jakarta : EGC
http://yankes.kemkes.go.id/read-mengenal-apa-itu-varikokel-6714.html
diunduh pada 20 September 2019 pukul 19.00 WIB
Yin Yiyu, dkk. 2016. Laparoscopic Surgery in the Treatment of Incarcerated
Indirect Inguinal Hernia in Children. China. Departement of
Pedaitric Surgery. Diunduh pada tanggal 14 September 2019
pukul 09.00 WIB

23
24

Anda mungkin juga menyukai