Kelas : 3A
1
DAFTAR ISI
Daftar Isii
BAB I TinjauanTeori1
1. HERNIA4
A. Pengertian.................................................................................................4
B. Etiologi.....................................................................................................5
C. Patofisiologi ............................................................................................. 5
D. Manisfestasi Klinis .................................................................................. 6
E. Pemeriksaan penunjang............................................................................ 6
F. Penatalaksanaan........................................................................................ 7
G. Kompikasi ................................................................................................ 7
2. HIDROKEL ................................................................................................ 9
A. Pengertian.................................................................................................9
B. Etiologi...................................................................................................10
C. Patofisiologi ........................................................................................... 10
D. Manisfestasi Klinis ................................................................................ 11
E. Pemeriksaan penunjang.......................................................................... 11
F. Penatalaksanaan...................................................................................... 12
G. Kompikasi .............................................................................................. 13
3. VARIKOKEL ............................................................................................ 14
A. Pengertian...............................................................................................14
B. Etiolog....................................................................................................14
C. Patofisiologi ........................................................................................... 14
D. Manisfestasi Klinis ................................................................................ 15
E. Pemeriksaan penunjang.......................................................................... 15
F. Penatalaksanaan...................................................................................... 15
G. Kompikasi .............................................................................................. 16
ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA ......................................................... 17
2
a. pengkajian fokus ..................................................................................... 17
b. fokus intervensi ...................................................................................... 17
c. pathways ................................................................................................. 21
BAB II RINGKASAN JURNAL PENELITIAN PATOFISIOLOGI
KELAINAN PADA SISTEM
URINARIA…………………....................................…..................................... 22
Daftar Pustaka ................................................................................................. 22
3
BAB I
TINJAUAN TEORI
HERNIA
A. Pengertian
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati
dinding rongga yang secaranormal memang berisi bagian-bagian tersebut
(Nettina, 2001).
Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi
abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus, atau kandung kemih) memasuki
defek tersebut sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal.
4
Hernia inguinalis adalah masuknya lemak atau bagian usus halus ke
titik lemah di dinding perut bagian bawah. Hernia inguinalis yang
terjadi pada anak dikarenakan kelemahan pada dinding perut bagian
bawah.
2. Hernia umbilikus atau hernia pada pusar
Hernia umbilikalis terjadi pada saat ada bagian dari usus menonjol
keluar ke titik lemah yang ada di sekitar otot perut. Hernia umbilikalis
terjadi akibat kelemahan otot di dinding perut. Bayi yang lahir
premature dan memiliki berat badan lahir rendah merupakan
kelompok yang beresiko menderita hernia umbilikalis.
B. Etiologi
1. Kelemahan otot atau jaringan
Jaringan yang lemah dapat membuat organ-organ internal (terutama usus)
menjadi menonjol keluar. Hal inilah yang menjadi factor utama penyebab
hernia.
2. Cacat bawaan
lubang pada otot perut dan kanalis inguinalis tidak dapat menutup secara
sempurna menjelang kelahiran anak
3. Faktor genetik
Hernia umbilical dapat terjadi akibat faktor genentik. Jika si ayah pernah
mengalaminya, maka ada kemungkinan anak juga dapat mengalaminya.
C. Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu
kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui
kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus.
Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum
5
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut prosesus vaginalis
peritonea.
Bila bayi lahir, umunya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga
isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa
hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dahulu
maka kanalis kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka sebagian,
maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak
berobliterasi maka kan timbul hernia iunguinalis lateralis kongenital.
D. Manifestasi klinis
a. Tampak benjolan di lipat paha
b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai
perasaan mual
c. Bila terjadi hernia inguinalis strangulate perasaan sakit akan bertambah
hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas
d. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar
e. Hernia umbilikalis, anak akan mudah menangis dan terus menerus terlihat
gelisah. Benjolan lipatan paha tersebut juga akan terlihat hilang timbul
ketika anak menangis
f. Demam
g. Rewel
E. Pemeriksaan penunjang
1. Lab darah : hematology rutin, BUN, kreatinin dan elektrolit darah
2. Radiologi, foto abdomen dengan kontras dengan kontras barium,
flouroskopi
3. Foto rontgen dengan barium
(Dermawan, 2010)
6
F. Penatalksanaan
1. Konservatif
2. Pembedahan
Tujuannya adalah untuk mengembalikan (reposisi) terhadap benjolan
hernia tersebut. Tindakan bedah pada hernia tersebut herniotomi yaitu
dengan memotong kantung hernia lalu mengikatnya dan herniorafi dengan
perbaikan defek dengan pemasangan jaring melalui operasi terbuka
(laparoskopi). pada elektif maka kanalis dibuka isi hernia dimasukkan
kantong diikat dan dilakukan bassini plasty untuk memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis. Pada bedah darurat pada prinsipnya seperti
bedah elektif cincin hernia langsung dicari dan dipotong, usus dilihat
apakah vital atau tidak, bila vital dikembalikan ke rongga perut dan bila
tidak dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
G. Komplikasi
7
dapat terjadi buka karena terjepit, melainkan ususnya terputar. Dan bila isi
perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, acidosisi metabolic dan abses
8
HIDROKEL
A. Pengertian
a. Hidrokel testis
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tidak
dapat diraba. Dan anamnesis, didapat besaranya kantong hidrokel tidak
berubah sepanjang hari .
b. Hidrokel funikulus
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial
testis sehingga pada palpasi testis dapat diraba dan berada di luar kantong
hidrokel. Anamnesis di dapat kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang
hari.
c. Hidrokel komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum
sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Dan anamnesis
didapat kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah
pada saat anak menangis. Pada palpasi kantong hidrokel terpisah dari
testis dan dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen.
9
B. Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena belum
sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum ke prosesus vaginalis atau belum sempurnanya system limfatik di
daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. Pada bayi laki-
laki, hidrokel dapat terjadi dari dalam Rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu
testis turun dari rongga perut bayi ke dalam skrotum, dimana setiap testis
memiliki kantong yang mengikutinya dan terisi cairan yang mengelilingi
testis tersebut.
C. Patofisiologi
Hidrokel adalah penggumpalan cairan pada sebagian prosesus
vaginalis yang masih terbuka. Kantong hidrokel dapat berhubungan melalui
saluran mikroskopis dengan rongga peritoneum dan berbentuk katup. Dengan
demikian cairan dari rongga peritoneum dapat masuk ke dalam kantong
hidrokel dan sukar kembali ke rongga peritoneum.
Pada kondisi intrauterine, prosesus vaginalis dapat berbentuk kantong
yang mencapai skrotum. Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital
(bawaan sejak lahir) ataupun ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis
tersebut menyebabkan tidak menutupnya rongga peritoneum dengan prosesus
vaginalis. Oleh Karena itu terbentuklah rongga antara tunika vaginalis dengan
rongga peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan yang berasal dari
sistem limfatik sekitar. Jumlah cairan seharusnya seimbang antara produksi
dan reabsorbsi oleh system limfatik di sekitarnya. Namun pada penyakit ini,
terjadi gangguan system sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Sehingga terjadi
penimbunan cairan di tunika vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang
terus-menerus, terjadi obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus
spermatikus yang selanjutnya menyebabkan atrofi testis.
10
Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus
spermatikus, dan dapat juga itemukan di sekitar testis yang terdapat dalam
rongga perut pada kondisi undensesus testis. Hidrokel infantilis biasanya akan
menghilang dalam tahun pertama dan umumnya tidak memerlukan
pengobatan, bila tidak disertai hernia inguinalis. Hidrokel testis dapat meluas
ke atas atau berupa beberapa kantong yang saling berhubungan sepanjang
processus vaginalis peritonei. Hidrokel akan tampak lebih besar dan kencang
pada sore hari karena banyak cairan yang masuk dalam kantong sewaktu anak
dalam posisi tegak, tapi kemudian akan mengecil pada esok paginya setelah
anak tidur semalaman.
D. Manifestasi klinis
E. Pemeriksaan penunjang
11
F. Penatalaksanaan
12
G. Komplikasi
13
VARIKOKEL
A. Definisi
B. Etiologi
C. Patofisiologi
14
Varikokel lebih sering ditemukan pada sebelah kiri karena beberapa
alasan berikut ini : (a) vena testicular kiri lebih panjang; (b) vena testikular
sinistra memasuki vena renal sinistra pada suatu right angle; (c) arteri
testicular sinistra pada beberapa pria melengkung diatas vena renal sinistra,
dan menekan vena renal sinistra; dan (d) distensi colon descendens karena
feses dapat mengkompresi vena testicular sinistra.
D. Manifestasi klinis
15
pembedahan dan hal ini mungkin berhubungan dengan komplikasi serius
yang ditimbulkannya.
2. Embolisasi perkutaneus
G. Komplikasi
Mengecilnya testis. Katup pembuluh vena yang rusak dapat
menyebakan darah terkumpul dan menekan vena terus menerus
sehingga beresiko terpapar toksin dalam darah. Kondisi tersebut
mengakibatkan kerusakan testis, termasuk penyusutan testis.
Ketika sudah tidak berfungsi , kemampuan reproduksinyalah yang
akan dikorbankan. Testis tidak lagi mampu memproduksi sperma dan
kalaupun bisa, kualitasnya tidak seoptimal seharusnya.
16
BAB II
Asuhan Keperawatan Hernia
A. Pengkajian Fokus
1. Data subjektif
Sebelum operasi : Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan, nyeri di daerah
benjolan, mual, muntah, kembung, konstipasi, tidak nafsu makan, bayi
menangis terus, pada saat bayi menangis/mengejan dan batuk-batuk kuat
timbul benjolan.
Sesudah operasi : nyeri di daerah operasi, lemas, pusing, mual, kembung
2. Data Objektif
Sebelum Operasi : Nyeri bila benjolan tersentuh, pucat, gelisah, spasme otot,
demam, dehidrasi, terdengar bising usus pada benjolan.
Sesudah Operasi : Terdapat luka pada selangkangan, puasa, selaput mukos
mulut kering, anak/bayi rewel.
B. Fokus Intervensi
Pre-Op
1. Ansietas berhubungan dengan prosedur invasife dan hospitalisasi
Intervensi
a. Kaji tingkat ansietas anak
Rasional : untuk ,emgetahui tingkat ansietas anak
b. Beri motivasi pada nak
Rasional : untuk mengurangi ansietas
c. Ajarkan teknik relaksasi
Rasioanl : untuk mengurangi ansietas
d. Libatkan orang terdekat pasien untuk mengatasi ansietas anak
Rasional : untuk memberikan motivasi pada pasien
17
2. Nyeri pada daerah benjolan behubungan dengan proses penyakit/
terjepitnya hernia
Intervensi :
a. Kaji lokasi nyeri, karakteristik dan intensitas
Rasional : untuk melanjutkan intervensi secara tepat, untuk memonitor
efektifias pengobatan dan kemajuan penyembuhan
b. Observasi TTV
Rasional : sebagai tanda adanya penambahan nyeri dan infeksi
c. Beri posisi nyaman/ semi fowler
Rasional : mengurangi ketegangan abdomen
d. Anjurkan klien untuk mengurangi aktivitasnya
Rasional : aktivitas yang berlebihan akan menambah tekanan pada
abdomen sehingga menambah nyeri
e. Anjarkan klien tehnik relaksasi napas dalalm
Rasional : tehnik relaksasi dapat mengurangi ketegangan abdomen
f. Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian terapi yang sesuai :
analgetik
Rasional : [emberian analgetik mengurangi nyeri
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan
Intervensi:
a. Kaji intake output
Rasional : sebagai dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan
b. Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional : mengetahu status nutrisi klien
c. Berikan makan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering
dengan teratur
Rasional : merangsang nafsu makan dan mengurangi mual, muntah
18
d. Ajarkan tehnik relaksasi tari napas dalam
Rasional : untuk mengurangi mual
e. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi terhadap pasien
Rasional : menentukan rencana pemberian nutrisi agar kebutuhan
nutrisi terpenuhi.
Post-Op
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan / insisi luka operasi
Intervensi:
a. Observasi karakteristik, lokasi, lama nyeri (dengan skala 0-10)
Rasional : mempermudah menentukan tindakan yang akan dilakukan
b. Observasi TTV
Rasional : sebagai tanda penambahan nyeri
c. Atur posisi senyaman mungkin : semi fowler
Rasional : mengurangi ketegangan abdomen
d. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional ; dapat mengurangi ketegangan abdomen
e. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai terapi
Rasional : terpai analgetik dapat mengurangi nyeri
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya keterbatasan rentang
gerak dan ketakutan bergerak akibat dari respon nyeri dan procedure
infasive.
Intervensi:
a. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
Rasional: mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan
b. Bantu klien dalam memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan tidur
Rasional : membantu klien seperlunya dalam latihan aktivitas
c. Dorong dukungan dan bantuan keluarga/orang terdekat dalam latihan
gerak
19
Rasional : melatih klie berktivitas dan kemandirian klien dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari
d. Berikan lingkungan tenang dan mempertahankan tirah baring
Rasional : meningkatkan kenyamanan klien
e. Bantu aktivitas atau ambulasi pasien sesuai dengan kebutuhan
Rasional : meningkatkan kemnadirian klien dalam beraktivitas
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan akibat prosedur
invasife/ tindakan bedah dan adanya proses inflamasi luka post operasi
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital pasien sesuai kondisi pasien
Rasional : tanda-tanda vital merupakan pedoman terhadap perubahan
pada kondisi klien dan abnormalitas pada kondisi klien
b. Kaji adanya tanda-tanda infeksi dan peradangan meliputi adanya
kemerahan sekitar luka dan pus pada luka operasi
Rasional :adanya kemerahan, odeme, pus dan rasa panas pada luka
merupakan adanya infeksi pada luka operasi
c. Lakukan medikasi luka steril/bersih setiap hari
Rasional : menstterilkan luka dan menjaga luka agar tetap steril?tidak
infeksi dan cepat sembuh
d. Pertahankan tehnik aseptic
Rasional : meningkatkan penyembuhan dan menghindari infeksi pada
luka operasi
e. Jaga personal hygiene pasien
Rasional : meningkatkan sterilan ada luka dan personal hygiene klien
f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi antibiotic
Rasional : mempercepat penyembuhan luka agar tidak terjadi infeksi
20
Pathway
21
BAB III
RESUME JURNAL PENELITIAN PATOFISIOLOGI KELAINAN
KONGENITAL PADA SISTEM URINARIA (HERNIA)
22
DAFTAR PUSTAKA
23
24