Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

HERNIA INGUINALIS LATERALIS SINISTRA

Oleh:
Ferdinand Gouwtama
11 2017 252

Dokter Pembimbing
Dr. Aplin Ismunanto Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU BEDAH RSUD CENGKARENG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN .................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... 1
I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
Definisi Hernia ……………………………………………….. 1
Klasifikasi Hernia …………………………………………. .... 3
Hernia Inguinalis ……………………………………………… 4
1.1. Definisi …………………………………………………. .. 8
1.2. Etiologi …………………………………………………. .. 5
1.3.Diagnosis …………………………………………………. 5
1.4.Differential Diagnosis …………………………………… 7
1.5.Tatalakasana …………………………………………….. 8
1.6.Komplikasi ……………………………………………… 15
1.7.Prognosis …………………………………………………. 16
II. LAPORAN KASUS ……………………………………………. 17
III. KEPUSTAKAAN ........................................................................ 23

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian yang lemah dari dinding rongga bersangkutan. Sekitar 75% hernia terjadi di
sekitar lipat paha berupa hernia inguinal direk dan indirek, hernia femoralis. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia.
1.2 Klasifikasi
1. Berdasarkan terjadinya:
a. Hernia kongenital: bawaan
b. Hernia akuisita : didapat
2. Berdasarkan klinis:
a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri
atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia irreponibilis: organ yang mengalami hernia tidak dapat kembali ke
cavum abdominal kecuali dengan bantuan operasi. Tidak ada keluhan rasa
nyeri atau tanda sumbatan usus. Jika telah mengalami perlekatan organ
disebut hernia akreta.
c. Hernia strangulata: hernia dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi
viscera yang terperangkap dalam kantung hernia (isi hernia). Pada keadaan
sebenarnya gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai,
dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.
d. Hernia inkarserata: isi kantong terperangkap, terjepit oleh cincin hernia, tidak
dapat kembali ke dalam rongga perut, dan sudah disertai tanda-tanda ileus
mekanis (usus terjepit sehingga aliran makanan tidak bisa lewat).

2
3. Berdasarkan arah hernia:
a. Hernia eksterna:
Hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar karena menonjolnya ke arah
luar, misalnya:
- Hernia inguinalis medialis (15%) dan lateralis (60%)
- Hernia femoralis
- Hernia umbilicalis
- Hernia epigastrika
- Hernia lumbalis
- Hernia obturatoria
- Hernia semilunaris
- Hernia parietalis
- Hernia ischiadica

Gambar 1. Hernia eksterna

b. Hernia interna:
Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum thorax, bursa
omentalis, atau masuk ke dalam recessus dalam cavum abdomen.

3
Pada cavum abdominalis:
- Hernia epiploica Winslowi
- Hernia bursa omentalis
- Hernia mesenterika
- Hernia retro peritonealis
Pada cavum thorax:
- Hernia diafragmatika traumatika
- Hernia diafragmatika non-traumatika:

Hernia Regio Inguinalis

1.1 Definisi.

Hernia inguinalis adalah hernia yang paling sering kita temui. Menurut patogenesisnya
hernia ini dibagi menjadi dua, yaitu hernia inguinalis lateralis (HIL) dan hernia inguinalis
medialis (HIM). Ada juga yang membagi menjadi hernia inguinalis direk dan hernia inguinalis
indirek. Meskipun terapi terbaik pada hernia ini adalah sama yaitu herniotomi dan herniorafi,
tapi penting untuk mengetahui perbedaannya karena akan mempengaruhi pada teknik operasinya
nanti.

Hernia inguinalis lateralis timbul karena adanya kelemahan anulus intenus sehingga organ-
organ dalam rongga perut (omentum, usus) masuk ke dalam kanalis inguinalis dan menimbulkan
benjolan di lipat paha sampai skrotum. Sedangkan hernia ingunalis medialis timbul karena
adanya kelemahan dinding perut karena suatu sebab tertentu. Biasanya terjadi pada segitiga
hasselbach. Secara anatomis intra operatif antara HIL dan HIM dipisahkan oleh vassa
epigastrika inferior. HIL terletak di atas vassa epigastrika inferior sedang HIM terletak di
bawahnyas

a. Kanalis inguinalis

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus internus yang merupakan bagian
terbuka dari fascia transversalis dan apponeurosis m. transverses abdominis. Di medial bawah, di
atas tuberkulum pubikum kanal ini dibatasi dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus, bagian

4
terbuka dari appoeurosisi m. obliges eksternus. Atapnya adalah apponeurosis m. oblique
eksternus , dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada laki –
laki dan ligamentum rotundum pada perempuan

1.2. Etiologi
Secara fisiologis, kanalis inguinalis merupakan kanal atau saluran yang normal. Pada
fetus, bulan kedelapan dari kehamilan terjadi descensus testiculorum. Penurunan testis yang
sebelumnya terdapat di rongga retroperitoneal, dekat ginjal, akan masuk kedalam skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang dikenal sebagai processus vaginalis peritonei. Pada
umumnya, ketika bayi lahir telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat
melalui kanal tersebut. Biasanya obliterasi terjadi di annulus inguinalis internus, kemudian
hilang atau hanya berupa tali. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup yang hasilnya
ialah terdapatnya hernia didaerah tersebut.
Setelah dewasa kanal tersebut telah menutup. Namun karena daerah tersebut ialah titik
lemah, maka pada keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen kanal itu
dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis akuisita. Sementara di usia ini seseorang
lebih produktif dan melakukan banyak aktivitas. Sehingga penyebab hernia pada orang dewasa
ialah sering mengangkat barang berat, juga bisa oleh karena kegemukan, atau karena pola makan
yang tinggi lemak dan rendah serat sehingga sering mengedan pada saat BAB.
Hernia pada orang tua terjadi karena faktor usia yang mengakibatkan semakin
lemahnya tempat defek. Biasanya pada orang tua terjadi hernia inguinalis medialis karena
kelemahan trigonum Hesselbach. Namun dapat juga disebabkan karena penyakit-penyakit seperti
batuk kronis atau hipertrofi prostat.
.
1.3 Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul, muncul terutama
pada waktu melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan intra-abdomen seperti
mengangkat barang atau batuk, benjolan ini hilang pada waktu berbaring atau dimasukkan
dengan tangan (manual). Terdapat faktor-faktor yang berperan untuk terjadinya hernia. Dapat

5
terjadi gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada hernia inkarserata. Nyeri pada keadaan
strangulasi, sering penderita datang ke dokter atau ke rumah sakit dengan keadaan ini.

2. Pemeriksaan Fisik

Keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha dalam posisi berdiri dan berbaring. Tes
Visibel (pasien mengedan atau batuk). Pada HIL tampak benjolan keluar dari kraniolateral ke
kaudomedial berbentuk lonjong. Pada HIM tampak benjolan keluar langsung pada daerah medial
berbentuk bulat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan, diraba konsistensi dan coba
dorong apakah dapat di reposisi. Bila bisa, dapat teraba cincin hernia. Pada palpasi teraba massa,
mobile, batas tegas. Bila kantong hernia berisi organ akan teraba usus, omentum

Teknik pemeriksaan

Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus) dan mengikuti


jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat melalui annulus inguinalis subcutan
(externus) sampai scrotum. Mempunyai LMR ( Locus Minoris Resistentie Secara klinis HIL dan
HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test
dan Thumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut

Pemeriksaan Finger Test :

1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.


2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke
kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:

 Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.


 Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis Gambar 2

6
Pemeriksaan Ziemen Test :

1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya


oleh penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :

 jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.


 jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
 jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Gambar 3

Pemeriksaan Thumb Test :

 Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
 Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
 Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Gambar 4

1.4 Diagnosis Banding


1. Limfadenitis yang disertai tanda radang lokal umum dengan sumber infeksi di
tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari tingkat umbilikus.

7
2. Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak preperitoneal
pada hernia femoralis.
3. Abses dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat menonjol di fosa
ovalis.
Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat
hubungannya dengan aktivitas seperti mengedan, batuk, dan gerak lain yang disertai
dengan peninggian tekanan intra-abdomen, sedangkan penyakit lain seperti limfadenitis
femoralis tidak berhubungan dengan aktivitas demikian

1.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan

1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.

a. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien
anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia
dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak
inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan
lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang
lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan
kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk
operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu
enam jam harus dilakukan operasi segera. Pada tindakan reposisi ini posisi
penderita dapat dilakukan denagn posisi seperti pada gambar :

8
Gambar 5. Reposisi dengan posisi trendelenburg

b. Bantalan penyangga (sabuk Truss)

Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi
dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harusdipakai seumur hidup. Namun cara yang
berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara ini tidak
dianjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut
didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat
menimbulkan atrofitestis karena tekanan pada funikulus spermatikus yang mengandung
pembuluh darah dari testis

Gambar 6. Sabuk Truss

9
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah
hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia
dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

Indikasi :

1. Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)


2. Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)
3. Hernia Reponabilis dilakukan atas indikasi sosial : pekerjaan (elektif)
4. Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi (HIL,Femoralis)

Prinsipnya pada semua hernia harus dioperasi, karena dapat menyebabkan inkarserasi /
strangulasi. Herniotomy pada dewasa lebih dulu faktor-faktor penyebab harus dihilangkan dulu,
misal BPH harus dioperasi sebelumnya.

Tehnik Operasi

 Incisi inguinal 2 jari medial SIAS sejajar ligamentum inguinale ke tuberculum pubicum
 Incisi diperdalam sampai sampai nampak aponeurosis MOE : tampak crus medial dan
lateralis yang merupakan anulus eksternus
 Aponeurosis MOE dibuka kecil dengan pisau , dengan bantuan pinset anatomis dan
gunting dibuka lebih lanjut ke kranial sampai anulus internus dan ke kaudal sampai
membuka annulus inguinalis eksternus. Hati2 dengan N.Ilioinguinalis dan
N.Iliohypogastrik. M.cremaster disiangi sampai nampak funiculus spermaticus
 Funiculus dibersihkan dicantol dengan kain kasa dibawa ke medial, sehingga nampak
kantong peritoneum

10
 Peritoneum dijepit dengan 2 buah pinset kemudian dibuka selanjutnya usus didorong ke
cavum abdomen dengan melebarkan irisan ke proksimal sampai leher hernia, kantong
sebelah distal dibiarkan
 Leher hernia dijahit dengan kromik dan puntung ditanamkan di bawah conjoint tendo dan
digantungkan
 Selanjutnya dilakukan hernioplasty.

b. Hernioplasti

Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan


memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode
hernioplasti seperti :

Ferguson
Funiculus spermaticus ditaruh disebelah dorsal MOE dan MOI abdominis. MOI &
transversus dijahitkan pada ligamentum inguinale dan meletakkan funiculus di dorsalnya.
kemudian aponeurosis MOE dijahit kembali, sehingga tidak ada lagi canalis inguinalis.

Bassini
MOI dan transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinal, Funiculus
diletakkan disebelah ventral, aponeurosis MOE tidak dijahit, sehingga canalis inguinalis tetap
ada. Kedua musculus berfungsi memperkuat dinding belakang canalis,sehingga LMR hilang

Halsted
Dilakukan penjahitan MOE, MOI dan m.transversus abdominis, untuk memperkuat /
menghilangkan LMR. Funiculus spermaticus diletakkan di subcutis
Cara Ferguson dan Bassini dilakukan pada orang dewasa. Cara Halsted dilakukan pada orang
tua, supaya dinding perut lebih kuat

Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis
seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.

11
Kemudian luka setelah herniotomi dan hernioplasty ditutup lapis demi lapis :

1. Aponeurosis MOE jahit simpul dengan cromic catgut


2. Subcutan fat dijahit simpul dengan catgut
3. Kulit dijahit dengan zyde secara simpul

1.6 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat
tertahan di dalam kantong hernia pada hernia irreponibilis, hal ini terjadi jika hernia terlalu besar
atau terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal, atau hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala
klinik kecuali berupa benjolan.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia inkarserata
yang menimbulkan obstruksi usus yang sederhana. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan
gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi
oedem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya
oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran
darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat
berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut.
Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata dan strangulata. Mual, muntah, dan nyeri
abdomen yang berat dapat terjadi pada hernia strangulata. Hernia strangulata merupakan suatu
kondisi yang mengancam jiwa (gawat darurat) yang membutuhkan pembedahan segera.

1.7 Prognosis
Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan baik. Angka
kekambuhan setelah pembedahan kurang dari 3%.

12
BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. U
Umur : 61 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Cengkareng
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa

ANAMNESIS
Dilakukan secara AUTOANAMNESA, pada tanggal 18 Februari 2019 di poliklinik bedah RSUD
Cengkareng.
Keluhan Utama : terdapat benjolan di lipatan paha kiri
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan kurang lebih 3 tahun yang lalu muncul benjolan
dari lipatan paha kiri, awalnya benjolan tersebut kecil. Jika pasien
berdiri dan mengejan benjolan tersebut keluar, namun saat berbaring
dapat masuk lagi.. Benjolan tidak pernah nyeri dan tidak pernah
merah. Nafsu makan pasien baik, berat badan tidak pernah menurun.
Pasien kadang-kadang mengejan saat BAB, karena konsistensi yang
terkadang keras. BAB biasanya 2 hari sekali. Sejak 3 bulan yang lalu
benjolan tidak dapat dimasukkan lagi. Pasien tidak merasa mual, tidak
muntah, tidak mengalami gangguan BAB (BAB seperti biasanya) dan
masih bisa kentut.
Riwavat Penyakit Dahulu : Pasien menyangkal mempunyai riwayat batuk lama, DM,
tumor/kanker. Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
seperti pasien.
Riwayat Pengobatan :-
Riwayat Sosial : Pasien bekerja sebagai seorang supir pabrik garmen dan sering

13
mengangkat beban berat

PEMERIKSAAN FISIK
Senin, 18 Februari 2019
KU : Tampak sakit ringan Kesadaran: Compos Mentis
VS : TD : 120/80 x/menit RR : 20 x/menit
N : 88 x/menit tº : 36,4ºC

Status generalis:
Kepala:
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : tidak ada secret/bau/perdarahan
Telinga : tidak ada secret/bau/perdarahan
Mulut : bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat.
Leher:
Dalam batas normal
Thoraks:
Cor:
I: ictus cordis tidak tampak
P: ictus cordis teraba di ICS IV MCLS
P: batas jantung ICS IV PSL dekstra sampai ICS V MCL sinistra
A: S1S2 tunggal
Pulmo:
I: Simetris, tidak ada retraksi
P: Fremitus raba normal
P: Sonor
A: Vesikuler +/+, Ronkhi -/- Wheezing -/-
Abdomen:
I: flat
A: bising usus (+) normal
P: tympani

14
P: supel, H/L tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas:
Akral hangat + + Oedem - -
+ + - -
Status Lokalis:
Regio inguinalis Sinistra :
Inspeksi: terdapat benjolan di bawah ligamen inguinale, diameter 6 cm x 4 cm,
permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan.
Palpasi: tidak teraba hangat, kenyal, batas tidak jelas, mobile, tidak dapat dimasukkan,
transluminasi (-), tidak nyeri.
Auskultasi : bising usus (+).

Massa (+), diameter ±


6cmx4cm, kenyal,
mobile, nyeri (-),
hiperemis(-),
transluminasi (-)

ASSESMENT
Hernia inguinalis lateralis sinistra

PLANNING
- Pro herniotomy + hernioplasty
- Ceftriaxone 1 x 2 gr
- Cek lab persiapan operasi
- Konsul dokter ahli penyakit dalam, ahli jantung dan ahli anastesi untuk persiapan operasi

15
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium (18 Februari 2019):
Hematologi
Hb : 15,2 gr/dl (13,4-17,7 gr/dL)
Lekosit : 8,3 x 109 /L (4,3-10,3 x 109/L)
Hematokrit : 39% (38-42%)
Trombosit : 371 x 109 /L (150-450 x 109/L)
Faal Hati
SGOT : 25 u/L (10-35 u/L)
SGPT : 28 u/L (9-43 u/L)
Faal Ginjal
Serum Kreatinin : 1,1 mg/dL (0,6-1,3mg/dl)
Urea : 48 (10-50 mg/dl)

Foto Thorax : Dalam batas normal


Operasi : Kamis, 21 Februari 2019 pukul 16.00 oleh dr. Aplin Ismunanto Sp.B
Follow Up
Jumat, 22 Februari 2019
S: Nyeri luka operasi, VAS Score 4/10, flatus (+)
O: KU :tampak sakit ringan Kesadaran: Composmentis
VS : TD : 120/70 x/menit RR : 20 x/menit
N : 92 x/menit tº : 36,5ºC
Status generalis:
Thorak: cor : S1S2 tunggal
Pulmo: vesikuler +/+ , Rh -/-, Wh -/-
Abdomen: I: flat
A: bising usus (+) normal
P: tympani
P: supel, nyeri tekan (-)

16
Akral hangat + + Oedem - -
+ + - -
Status lokalis: regio inguinalis sinistra
Luka operasi tertutup verband, rembesan darah (-), nyeri (+)

Verban (+), nyeri


(+) darah (-) pus (-)

A: Hernia inguinalis lateralis sinistra post herniotomy + hernioplasty (H+1)


P: -injeksi ceftriaxone 1x2 gr
-injeksi ketorolac 3x1 ampul
-diet bertahap
- mobilisasi

Sabtu, 23 Februari
S: Nyeri luka operasi, VAS Score 3/10
O: KU: tampak sakit ringan Kesadaran: Composmentis
VS : TD : 110/80 x/menit RR : 20 x/menit
N : 80 x/menit tº : 36,4ºC
Status generalis:
Thorak: cor : S1S2 tunggal
Pulmo: vesikuler +/+ , Rh -/-, Wh -/-
Abdomen: I: flat
A: bising usus (+) normal
P: tympani
P: soepel, nyeri tekan (-)

17
Ekstremitas:
Akral hangat + + Oedem - -
+ + - -
Status lokalis: regio inguinalis sinistra
Luka operasi tertutup verband, rembesan darah (-), nyeri (+)

Verban (+), nyeri


(+) darah (-) pus (-)

A: Hernia inguinalis lateralis sinistra post hernitomy + hernioplasty (H+2)


P: -injeksi ketorolac 3x1 ampul
-mobilisasi duduk lalu jalan
- pasien direncanakan pulang dan kontrol post op ke poliklinik

18
DAFTAR PUSTAKA

Brunicardi, F.C, et al. 2006. Schwartz’s Manual of Surgery. United States of America: The
McGraw-Hill Companies.

Grace, P.A. 2002. Surgery at a Glance Second Edition. United Kingdom: Blackwell Publishing
Company.

Dugdale, David C, et al. 2008. Femoral Hernia.


http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001136.htm

Sari, D.K, et al. 2005. Chirurgica. Yogyakarta: Tosca Enterprise.

Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai