SUBJEKTIF
Autoanamnesis pada tanggal 12 Maret 2019, pukul 11.00 WIB
Keluhan Utama
Tangan kiri lemas dan sulit diangkat sejak 8 bulan yang lalu.
Bicara Baik
Menelan Baik
N XI. (Asesorius)
N XII. (Hypoglossus)
Artikulasi Baik
Motorik :
Respirasi : Baik
Duduk : Baik
Bentuk Kolumna Vertebralis : Tidak ada kelainan
Pergerakan Kolumna Vertebralis: Tidak ada kelainan
•Sensibilitas :
Refleks bisep : ++ | +
Refleks trisep : ++ | +
Refleks Brachioradialis : ++ | +
Refleks Patella : ++ | ++
Refleks Achiles : ++ | ++
Kanan Kiri
Taktil + +
Nyeri + +
Termi + +
Diskriminasi + +
Lokalisasi + +
Anggota Gerak Atas
Motorik
Kanan Kiri
Sensibilitas
Kanan Kiri
Taktil + Menurun
Nyeri + Menurun
Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kanan Kiri
Pergerakan Baik, aktif Baik, aktif
Kekuatan 5555 5555
Tonus Normotonus Normotonus
Atrofi Tidak ada Tidak ada
Sensibilitas
Kanan Kiri
Taktil + +
Nyeri + +
Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Koordinasi dan Keseimbangan
Cara berjalan : Dalam batas normal
Test romberg : (+) Jatuh ke sisi kiri pasien
Romberg Dipertajam : (+)
Dix-Hallpike : Tidak dilakukan
Finger to nose : Tidak dilakukan
Past pointing : Tidak dilakukan
Knee to Heel : Tidak dilakukan
Disdiadokokinesis : Tidak dilakukan
Ataksia : Tidak ada
Rebound phenomena : Tidak ada
Dismetria : Tidak ada
DIAGNOSIS
Diagnosis klinik : Monoparase superior sinitra flaccid
Diagnosis topik : Plexus brachialis sinistra segmen atas
Diagnosis etiologik : Lesi Plexus brachialis sinistra ec Radiation Induced
RENCANA AWAL
Non medika-mentosa
Istirahat untuk tangan kiri, jika nyeri pada tangan kiri sangat mengganggu.
Kompres air hangat pada daerah nyeri.
Konsultasi rehabilitasi medik.
Medika mentosa
Meloxicam 1 x 7,5mg
Vit B1, B6, B12 1x1
Amlodipin 1x 5 mg
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad malam
Ad sanactionam : ad bonam
PLEXUS BRACHIALIS
ANATOMI PLEXUS BRACHIALIS
Menurut letaknya terhadap clavicula percabangan plexus brachialis dibagi menjadi pars
supraclavicularis dan pars infraclavicularis. Yang termasuk percabangan pars supraclavicularis
adalah :1
N.thoracalis posterior.
N.subclavius
N.supraclavicularis
Pars infraclavicularis mempercabangkan:
Nn.thoracalis anterior
Nn.subscapularis
N.thoraco dorsalis
N.axillaris, disebut n.circumflexus
N.cutaneus brachii medialis
N.cutaneus antebrachii medialis
Cabang terminal plexus brachialis adalah :
N.musculocutaneus
N.medianus
N.ulnaris
N.radialis
LESI PLEKSUS BRAKHIALIS
Definisi
Lesi pleksus brakhialis adalah lesi saraf yang menimbulkan kerusakan saraf yang
membentuk pleksus brakhialis, mulai dari “radiks” saraf hingga saraf terminal.
Keadaan ini dapat menimbulkan gangguan fungsi motorik, sensorik atau
autonomic pada ekstremitas atas. Istilah lain yang sering digunakan yaitu
neuropati pleksus brakhialis atau pleksopati brakhialis.
Penyebab Lesi Plexus Brachialis
Trauma
cedera tertutup, cedera terbuka
Tumor
Tumor neural sheath yaitu ; neuroblastoma, schwannoma, malignant peripheral nerve sheath tumor dan
meningioma. Tumor non-neural ; jinak (desmoid, lipoma), malignant ( kanker mammae dan kanker paru)
Radiation-induced
Frekuensi cedera pleksus brachialis yang dipicu oleh radiasi diperkirakan sebanyak 1,8 – 4,9% dari lesi
dan paling sering pada pasien kanker mammae dan paru.
Entrapment
cedera pleksus brakhialis pada thoracic outlet syndrome. Postur tubuh dengan bahu yang lunglai dan
dada yang kolaps menyebabkan thoracic outlet menyempit sehingga menekan struktur neurovaskuler.
Idiopatik
Pada Parsonage Turner Syndrome terjadi pleksitis tanpa diketahui penyebab yang jelas namun diduga
terdapat infeksi virus yang mendahului. Presentasi klasik adalah nyeri dengan onset akut yang
berlangsung selama 1 – 2 minggu dan kelemahan otot timbul lebih lambat. Nyeri biasanya hilang secara
spontan dan pemulihan komplit terjadi dalam 2 tahun.
Patofisiologi
Bagian cord akar saraf dapat terjadi avulsi atau pleksus mengalami traksi atau
kompresi. Setiap trauma yang meningkatkan jarak antara titik yang relatif
fixed pada prevertebral fascia dan mid fore arm akan melukai pleksus.
Traksi dan kompresi dapat juga menyebabkan iskemi, yang akan merusak
pembuluh darah. Kompresi yang berat dapat menyebabkan hematome
intraneural, dimana akan menjepit jaringan saraf sekitarnya.
Gambaran Klinis
Gejala yang timbul umumnya unilateral berupa kelainan motorik, sensorik dan
bahkan autonomik pada bahu dan/atau ekstremitas atas. Gambaran klinisnya
mempunyai banyak variasi tergantung dari letak dan derajat kerusakan lesi.
Lesi pleksus brakhialis dapat dibagi atas pleksopati supraklavikular dan
pleksopati infraklavikular
Pleksopati supraklavikuler
Pada Pleksopati supraklavikuler lesi terjadi ditingkat radiks saraf, trunkus saraf
atau kombinasinya. Lesi ditingkat ini dua hingga tujuh kali lebih sering terjadi
dibanding lesi infraklavikuler.
1. Lesi tingkat radix
Presentasi klinis pada lesi radiks
Radiks saraf Penurunan Refleks Kelemahan Hipestesi/kesemutan
• EMG (Elektromiografi) dengan jarum pada otot dapat tampak fibrilasi, positive
sharp wave (pada lesi axonal), amplitudo dan durasi. Dimana denervasi terlihat setelah
minggu ke-2.
Tatalaksana
Pembedahan primer
Pembedahan dengan standart microsurgery dengan tujuan memperbaiki injury pada plexus serta
membantu reinervasi. Teknik yang digunakan tergantung berat ringan lesi.
Neurolysis : Melepaskan constrictive scar tissue disekitar saraf
Neuroma excision: Bila neuroma besar, harus dieksisi dan saraf dilekatkan kembali dengan teknik end-to-
end atau nerve grafts
Nerve grafting : Bila “gap” antara saraf terlalu besar, sehingga tidak mungkin dilakukan tarikan. Saraf
yang sering dipakai adalah n suralis, n lateral dan medial antebrachial cutaneous, dan cabang terminal
sensoris pada n interosseus posterior
Neurotization : Neurotization pleksus brachialis digunakan umumnya pada kasus avulsi pada akar saraf
spinal cord. Saraf donor yang dapat digunakan : hypoglossal nerve, spinal accessory nerve, phrenic nerve,
intercostal nerve, long thoracic nerve dan ipsilateral C7 nerve. Intraplexual neurotization menggunakan
bagian dari root yang masih melekat pada spinal cord sebagai donor untuk saraf yang avulsi.
Perbaikan primer yang segera biasanya direkomendasikan bila laserasi saraf bersih dari benda tajam.
• Pembedahan sekunder
Tujuan untuk meningkatkan seluruh fungsi extremitas yang terkena. Ini tergantung saraf yang
terkena. Prosedurnya berupa tendon transfer, pedicled muscle transfers, free muscle transfers, joint
fusions and rotational, wedge or sliding osteotomies.
Perbaikan operatif sekunder setelah 2-4 minggu secara umum direkomendasikan untuk cedera
tumpul atau cedera dengan kerusakan jaringan lunak yang luas dimana cedera saraf sangat berat dan
perbaikan primer atau grafting tidak memungkinkan, neurotization dengan anastomosis satu saraf
dengan yang lain dapat menjadi pilihan lainnya.
Prognosis
Prognosis lesi pleksus brakhialis bervariasi tergantung pada patofisiologi yang mendasari, meliputi tempat dan
derajat kerusakan saraf dan kecepatan mendapat terapi. Proses regenerasi saraf terjadi kira-kira 1-2 mm/hari
atau 1 inci/bulan, sehingga mungkin diperlukan beberapa bulan sebelum tanda pemulihan dapat dilihat
REHABILITASI MEDIK PADA LESI
PLEKSUS BRAKHIALIS
Rehabilitasi medik (WHO) adalah segala upaya yang bertujuan untuk
mengurangi dampak dari semua keadaan yang dapat menimbulkan disabilitas
dan handicap serta memungkinkan penderita cacat berpartisipasi serta secara
aktif dalam lingkuangan keluarga dan masyarakat.
Fisioterapi
Fase akut
RICE (rest, ice, compression and elevation)
Istirahat
Terapi dingin : digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, dapat diberikan dengan
modalitas sederhana seperti cold pack atau dengan cryojet air yang mengluarkan uap
air dingin bersuhu -40oC selama 20 menit dan dapat diulang tiap 2 jam.
Kompresi : dilakukan pada ekstremitas yang edema.
Elevation : pada cedera pleksus brakhialis berat (adanya avulsi radiks), dapat terjadi
edema yang signifikan pada ekstremitas yang terkena. Ini dikarenakan oleh pompa
aliran darah balik abnormal yang biasanya dilakukan oleh otot yang lumpuh diatas
batas jantung. Pada malam hari dapat dilakukan dengan cara diganjal dengan bantal.
Manajemen Nyeri
Ultrasound : merupakan modalitas thermal (diathermy: deep heating modalities) dengan
frekuensi 1-3MHz, diberikan selama 5-10 menit dilakukan 1-2 kali per hari selama 6-8 hari
atau 14 kali pemberian. Penggunaannya dalam mengurangi nyeri menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan pembuangan metabolit yang
menyebabkan nyeri sehingga menurunkan spasme otot dan meningkatkan ambang nyeri.
Neuromuscular Electrical Stimulation (NMES) : merupakan stimulasi listrik yang lebih kuat
dari pada TENS. Alat ini digunakan untuk menambah kekuatan dan memelihara massa otot
walaupun tanpa usaha volunter dari subyek. Pada penderita cedera pleksus brakhialis
berat dengan adanya denervasi otot, terapi NMES berguna untuk mencegah terjadinya
atrofi otot. Diberikan minimal 10 kontraksi/repetisi sebanyak 3 set per hari dengan waktu
istirahat antar set selama 2 menit, 3 kali per minggu.
LATIHAN
Latihan pada ekstremitas yang lumpuh pada awal terapi bertujuan untuk
memelihara lingkup gerak sendi (LGS) dan mencegah atrofi otot, dimana
umumnya sering menjadi masalah pada masa penyembuhan. Latihan LGS yang
diberikan dapat pasif, aktif maupun aktif dibantu (active assited). Latihan
peninkatan kekuatan/ stregthening exercise dapat diberikan bilamana terdapat
kontraksi otot secara aktif.
Okupasi Terapi
Setelah kekuatan dan ROM yang cukup pada lengan, terapi okupasi dimulai
untuk meningkatkan koordinasi dan ketahanan melalui repetisi dari gerakan-
gerakan stereotipik dasar yang meliputi pergerakan yang diperlukan untuk
menullis, makan, berhias. Pada tahap rehabilitasi ini, pasien dievaluasi
seputar kemampuannya untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
KESIMPULAN
Kasus yang diderita oleh pasien di atas, diduga adanya lesi pada plexus
brachialis yang dapat di sebabkan oleh faktor-faktor seperti metastase ca
mamme, induksi radiasi, trauma dsb. Pada kasus ini, pemberian farmakologi
dapat berupa NSAID untuk mengurangi rasa nyeri yang sewaktu-waktu
dirasakan, vitamin dan antihipertensi karna pasien memiliki riwayat darah
tinggi. Penanganan fisioterapi yang dapat diberikan pada kondisi ini adalah
Ultrasound, Tens dan latihan ekstremitas.
TERIMA KASIH