Anda di halaman 1dari 41

Monoparase Superior

Sinistra ec Kompresi
Plexus Brachialis
Sarah Melissa Panjaitan
112017048
Pembimbing : Dr Hadi Kurniawan , Sp KFR, CCD
• Nama : Ny. S
• Umur : 66 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Status Perkawinan : Menikah
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Alamat : Margosari RT 002 RW 006 ,
Semarang
• No RM : 469***
• Tanggal Periksa : 15 November 2018

IDENTITAS PASIEN
Autoanamnesis pada tanggal 15 November 2018, pukul
10.00 WIB
• Keluhan Utama
Lemas pada lengan kiri atas sejak 7 bulan yang lalu.

ANAMNESIS
• Pasien datang ke Poli Rehabilitasi Medik RS. PWDC dengan keluhan lemas pada
lengan kiri atas sejak 7 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan setelah dilakukan
operasi payudara kiri os. Keluhan dimulai setelah operasi saat dilakukan
kemoterapi yang ke 4. Jarak kemoterapi os 3 minggu sekali. Saat kemoterapi
yang ke 4 pada hari ke 3 post kemo, os tiba-tiba merasakan jari terasa kebas dan
tangan kiri tidak dapat digerakkan maupun diangkat. Adanya nyeri yang hilang
timbul seperti senut-senut. Nyeri menjalar dari ujung jari ke lengan kiri atas os.
Adanya bengkak dan benjolan disangkal os. Adanya demam,mual, muntah,
pandangan kabur, pusing, kelemahan dengan ektremitas lain disangkal. Os juga
mengeluh adanya nyeri pada kedua lutut dan memberat saat malam hari. Lutut
bengkak terutama yang kiri. Kebiasaan tidur os posisi telentang dan lebih sering
miring ke kanan dengan 1 bantal. Os sering duduk posisi bersandar . Keseharian
os sebagai ibu rumah tangga dan cenderung mengerjakan pekerjaan rumah tangga
seperti menyapu, memasak dan pekerjaan rumah tangga lainnya dengan tangan
kanan. Os belum pernah mengalami seperti ini.

Riwayat Penyakit Sekarang


• Riwayat hipertensi (+)
• Riwayat ca mamae sinistra post mastektomi total
• Riwayat diabetes melitus, penyakit jantung, stroke,
trauma kepala, penyakit jantung, tumor kepala disangkal
oleh pasien.
• Riawayat alergi obat disangkal oleh pasien.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


• Tidak ada yang memiliki riwayat hipertensi, diabetes
melitus, penyakit jantung, penyakit paru, penyakit ginjal,
stroke, dan tumor pada keluarga.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


• Keadaan sosial ekonomi pasien saat ini tidak mengalami
masalah. Pasien menggunakan BPJS. Tidak ada riwayat
gangguan kepribadian. Pasien mengatakan tidak
merokok, minum alkohol ataupun riwayat penggunaan
obat-obatan terlarang.

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos mentis, E4V5M6, GCS 15
• Tekanan darah : 155/90 mmHg
• Nadi : 88x/menit
• Suhu : 36,4°c
• Respirasi : 20x/menit
• Kepala : Normocephali, tidak tampak tanda trauma
• Leher : Tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid
• Jantung : BJ I-II murni reguler, mur-mur (-), gallop (-)
• Paru : Suara nafas vesikuler +/+, Wheezing -/-, Ronhki
-/-
• Perut : Supel, Bising Usus (+) normoperistaltik, Nyeri
tekan (-)
• Alat kelamin : Tidak dilakukan

STATUS GENERALIS
N I. (Olfaktorius) Kanan Kiri
Subjektif Normosemia Normosemia
Dengan bahan - -
N II. (Optikus) Kanan Kiri
Tajam pengelihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lapangan pengelihatan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Melihat warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fundus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N III. (Okulomotorius) Kanan Kiri
Celah mata Ptosis (-) Ptosis (-)
Pergerakan bulbus Baik Baik
Strabismus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil
Besar pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil Isokor Isokor
Refleks terhadap sinar + +

PF Cranial
Refleks konversi + +
Refleks konsensual + +
Diplopia - -
N IV. (Troklearis) Kanan Kiri
Pergerakan mata Baik, mulus Baik, mulus
( kebawah-dalam )
N V. (Trigeminus) Kanan Kiri
Membuka mulut Baik Baik
Mengunyah Baik Baik
Menggigit Baik Baik
Refleks kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas Baik Baik
N VI. (Abduscens) Kanan Kiri
Pergerakan mata ke lateral Baik Baik

Sikap bulbus Di tengah Di tengah


Diplopia Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
N VII. (Facialis) Kanan Kiri
Mengerutkan dahi + +
Menutup mata + +
Memperlihatkan gigi + (tremor) + (tremor)
Menggembungkan pipi + +

PF Perasaan lidah bagian 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

CRANIAL
N VIII. (Vestibulokoklear) Kanan Kiri

Suara berisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Tes Romberg (+) jatuh ke kiri (+) jatuh ke kiri
Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N IX. (Glossofaringeus) Kanan Kiri

Perasaan bagian lidah Tidak dilakukan Tidak dilakukan


belakang

Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Pharynx Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N X. (Vagus)

Arcus pharynx Di tengah

Bicara Baik

Menelan Baik

N XI. (Asesorius)

Mengangkat bahu Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Memalingkan kepala Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

N XII. (Hypoglossus)

PF CRANIAL Pergerakan lidah

Tremor lidah
Simetris

Tidak ada

Artikulasi Baik
•Motorik superior :
Kanan Kiri
Pergerakan Normal Normal
Kekuatan 5555 1314
Tonus Normotonus Hipotonus
Atrofi Tidak ada Ada
•Sensibilitas :
Kanan Kiri
Taktil + Menurun
Nyeri + Menurun
Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskrimin Tidak dilakukan Tidak dilakukan
asi
Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
•Refleks :
Kanan Kiri
Biceps ++ +

PEMERIKSAAN Triceps
Radius
++
Tidak dilakukan
+
Tidak dilakukan
TONUS
OTOT

EXTREMITAS ATAS
Ulna Tidak dilakukan Tidak dilakukan C5 1
C6 3
Hoffman- - -
C7 1
Trommer C8 4
T1 3
•Motorik :
Kanan Kiri
Pergerakan Baik, aktif Baik, aktif
Kekuatan 5555 5555
•Refleks :
Tonus Normotonus Normotonus
Atrofi Tidak ada Tidak ada

•Sensibilitas :
Kanan Kiri
Taktil + +
Nyeri + +
Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kanan Kiri

PEMERIKSAAN
KPR (Patella) ++ ++
APR (Achilles) ++ ++
Babinski - -

EXTREMITAS Chaddock
Oppenheim
-
-
-
-

BAWAH Gordon
Schaeffer
-
-
-
-
• Cara berjalan: Deformitas (+) Gerakan-gerakan abnormal
• Test romberg: (+) Jatuh ke sisi kiri • Tremor : Ada
pasien • Miokloni : Tidak ada
• Romberg Dipertajam: (+) • Korea : Tidak ada
• Dix-Hallpike: Tidak dilakukan • Atetose : Tidak ada
• Finger to nose: Tidak dilakukan
• Past pointing : baik (akurat)
• Knee to Heel : Tidak dilakukan
• Disdiadokokinesis: Tidak
dilakukan
• Ataksia: Tidak ada
• Rebound phenomena : Tidak ada
• Dismetria: Tidak ada

Koordinasi dan Keseimbangan


Subjektif:
• Pasien datang ke Poli Rehabilitasi Medik RS. PWDC dengan keluhan lemas pada lengan kiri atas
sejak 7 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan setelah dilakukan operasi payudara kiri os. Keluhan
dimulai setelah operasi saat dilakukan kemoterapi yang ke 4. Jarak kemoterapi os 3 minggu sekali.
Saat kemoterapi yang ke 4 pada hari ke 3 post kemo, os tiba-tiba merasakan jari terasa kebas dan
tangan kiri tidak dapat digerakkan maupun diangkat. Adanya nyeri yang hilang timbul seperti
senut-senut. Nyeri menjalar dari ujung jari ke lengan kiri atas os. Adanya bengkak dan benjolan
disangkal os. Os juga mengeluh adanya nyeri pada kedua lutut dan memberat saat malam hari.
Lutut bengkak terutama yang kiri. Kebiasaan tidur os posisi telentang dan lebih sering miring ke
kanan dengan 1 bantal. Os sering duduk posisi bersandar . Keseharian os sebagai ibu rumah tangga
dan cenderung mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak dan pekerjaan
rumah tangga lainnya dengan tangan kanan. Os belum pernah mengalami seperti ini. Riwayat
hipertensi (+), Riwayat ca mamae sinistra post mastektomi total
Objektif:
• Dari hasi pemeriksaan didapatkan kesadaran Compos mentis, E4V5M6, GCS 15, Tekanan darah
155/90 mmHg, Nadi 88x/menit, Suhu 36,4°c, Respirasi 20x/menit, Cara berjalan Deformitas (+),
Test Romberg (+) Jatuh ke sisi kiri pasien , Romberg Dipertajam (+)
• Pada pemeriksaan saraf kranialis, pemeriksaan motorik dan sensorik pada ekstremitas atas
ditemukan ada penurunan tonus dan sensibiltas dan deformitas pada kedua tungkai bawah . Refleks
fisiologis pada ekstremitas atas kiri menurun.

RESUME
• Diagnosis klinik : Monoparase superior sinitra flaccid
• Diagnosis topik : Plexus brachialis sinistra
• Diagnosis etiologik : Ca mamae (S) metastasis plexus
brachialis sinistra
• Diagnosis sekunder :
• OA Genu bilateral,
• Post operasi mastektomi total
• Hipertensi

DIAGNOSIS
Non medika-mentosa
• Tirah baring jika keluhan sangat mengganggu aktivitas.
• Konsultasi rehabilitasi medik

Medika mentosa
• Meloxicam 1 x 7,5mg
• Paracetamol 3 x 500mg (k/p)
• Lanzoprazole 1x 30 mg
• Vit B1, B6, B12 1x1
• Amlodipin 1x 5 mg

PENATALAKSANAAN
• Ad vitam : ad bonam
• Ad functionam : ad malam
• Ad sanactionam : ad bonam

PROGNOSIS
ANATOMI
• Lesi pleksus brakhialis adalah lesi saraf yang
menimbulkan kerusakan saraf yang membentuk pleksus
brakhialis, mulai dari “radiks” saraf hingga saraf
terminal.

Definisi
• Trauma
• Tumor
• Radiation-induced
• Entrapment
• Idiopatik

ETIOLOGI
• Bagian cord akar saraf dapat terjadi avulsi atau pleksus
mengalami traksi atau kompresi. Setiap trauma yang
meningkatkan jarak antara titik yang relatif fixed pada
prevertebral fascia dan mid fore arm akan melukai
pleksus.
• Traksi dan kompresi dapat juga menyebabkan iskemi,
yang akan merusak pembuluh darah. Kompresi yang
berat dapat menyebabkan hematome intraneural, dimana
akan menjepit jaringan saraf sekitarnya

PATOGENESIS
1. Neuropraksia
2. Aksonotmesis
3. Neurotmesis

Derajat Kerusakan
Klasifikasi Sunderland lebih merinci kerusakan saraf yang terjadi dan membaginya
dalam 5 tingkat, yaitu :
• Tipe I : hambatan dalam konduksi (neuropraksia)
• Tipe II : cedera akson tetapi selubung endoneural tetap intak (aksonotmesis)
• Tipe III : aksonotmesis yang melibatkan selubung endoneural tetapi perineural
dan epineural masih intak.
• Tipe IV : aksonotmesis melibatkan selubung endoneural, perineural, tetapi
epineural masih baik.
• Tipe V : aksonotmesis melibatkan selubung endoneural, perineural dan
epineural (neurotmesis).
David Chuang juga membagi 2 tipe lesi pada cedera plexus
brachialis
• Avulsion : mengacu pada saraf yang robek dari
perlekatannya (disebut avulsi proksimal jika
perlekatannya terlepas dari spinal cord, disebut avulsi
distal jika perlekatannya terlepas dari otot).
• Rupture : adalah cedera saraf yang diakibatkan oleh
trauma traksi yang terbelah secara inkomplit sehingga
menyebabkan bentuk akhir iregular proksimal dan distal,

KLASIFIKASI
NERVE
INJURY
Manifestasi Klinis
• Lesi tingkat radiks
Radiks saraf Penurunan Refleks Kelemahan Hipestesi/kesemutan

C5 Biseps brakhii Fleksi siku Lateral lengan atas

C6 Brakhioradiialis Ekstensi pergelangan tangan Lateral lengan bawah

C7 Triceps brakhii Ekstensi siku Jari tengah


C8 - Fleksi jari2 tangan Medial lengan bawah

T1 - Abduksi jari2 tangan Medial siku

PLEKSOPATI
SUPRACLAVICULAR
• Sindroma Erb-Duchenne
Lesi di radiks servikal atas (C5 dan C6) atau trunkus
superior dan biasanya terjadi akibat trauma
Presentasi klinis pasien berupa waiter’s tip position dimana
lengan berada dalam posisi adduksi (kelemahan otot deltoid
dan supraspinatus), rotasi internal pada bahu (kelemahan
otot teres minor dan infraspinatus), pronasi (kelemahan otot
supinator dan brachioradialis) dan pergelangan tangan fleksi
(kelemahan otot ekstensor karpi radialis longus dan brevis).

PLEKSOPATI
SUPRACLAVIKULAR
• Sindroma Klumpke’s Paralysis
Lesi di radiks servikal bawah (C8, T1) atau trunkus inferior
dimana penyebab pada bayi baru dilahirkan adalah karena
penarikan bahu untuk mengeluarkan kepala,sedangkan pada
orang dewasa biasanya saat mau jatuh dari ketinggian
tangannya memegang sesuatu kemudian bahu tertarik.
Presentasi klinis berupa deformitas clawhand (kelemahan
otot lumbrikalis) sedangkan fungsi otot gelang bahu baik.

PLEKSOPATI
SUPRACLAVIKULAR
• Lesi di trunkus superior
Gejala klinisnya tidak didapatkan kelumpuhan otot
rhomboid, seratus anterior, levator scapula dan saraf supra -
& infraspinatus. Terdapat gangguan sensorik di lateral
deltoid, aspek lateral lengan atas dan lengan bawah hingga
ibu jari tangan

PLEKSOPATI
SUPRAKLAVIKULAR
• Lesi di trunkus media
Sangat jarang terjadi dan biasanya melibatkan daerah pleksus
lainnya (trunkus superior dan/atau trunkus inferior) Gejala klinis
didapatkan kelemahan otot triceps dan otot-otot yang dipersyarafi
n. Radialis (ekstensor tangan), serta kelainan sensorik biasanya
terjadi pada dorsal lengan dan tangan.

• Lesi di trunkus inferior


Gejala klinisnya yang hampir sama dengan sindroma Klumpke di
tingkat radiks. Terdapat kelemahan pada otot-otot tangan dan
jari-jari terutama untuk gerakan fleksi, selain itu juga kelemahan
otot-otot spinal intrinsik tangan. Gangguan sensorik terjadi pada
aspek medial dari lengan dan tangan.

PLEKSOPATI
SUPRAKLAVIKULAR
• Lesi di fasikulus lateral
• Lesi di fasikulus medial
• Lesi di fasikulus posterior

Pleksopati
Infraklavikuler
Radiografi
Elektrofisiologi
• SNAPs (Sensory Nerve Action Potentials)
• Compound Muscle Action Potentials (CMAP)
• EMG (Elektromiografi)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pembedahan primer Fisioterapi
• Neurolysis Okupasi Terapi
• Neuroma excision Orthotik
• Nerve grafting Psikologis
• Neurotization Sosial Worker

Pembedahan sekunder

Penatalaksanaan
• Fase akut
• RICE (rest, ice, compression and elevation)
• Preventatif 5
• Dilakukan untuk mempertahankan ROM dan mencegah kelemahan lebih lanjut, meliputi :
• Proper positioning
• Splinting
• Latihan ROM
• Latihan penguatan pada otot yang terkena
• Pemeriksaan rutin dan perlindungan terhadap daerah yang mengalami gangguan sensorik.
• Fase subakut dan kronik
• Manajemen Nyeri
• Ultrasound
• Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)
• Latihan
• Neuromuscular Electrical Stimulation (NMES)

FISIOTERAPI
• Pleksus brakhialis dibentuk oleh bagian anterior 4 nervus servikalis yang
terakhir dan oleh nervus thorakalis pertama. Radiks pleksus brakhialis
terdiri atas C5 dan C6 yang bersatu membentuk truncus bagian atas
(upper trunk), C7 yang menjadi truncus bagian tengah (middle trunk), C8
serta T1 yang bergabung membentuk truncus bagian bawah (lower trunk).
Pleksus brakhialis adalah pangkal dari serabut-serabut saraf yang berasal
dari medulla spinalis yang mempersarafi ekstremitas superior.
• Pada trauma supraklavukula akan menjadi pronasi siku dimana pada
trauma nervus nervus supraskapul akan terjadi kelemahan otot saat
abduksi bahu, dan eksternal rotasi. Trauma pada tingkat infraklavikula
menyebabkan rupturnya arteri aksilaris. Nervus aksilaris, supraskapular,
dan muskulokutaneus akan terpengaruh pada trauma
tersebut.Pemeriksaan penunjang pada trauma plexuas brakialis adalah
pemeriksaan imaging,tes histamin, elektrodiagnostik. Seterusnya
penalataksanaan pada lesi pleksus brakhialis adalah terapi kosnservatif
dan terapi pembedahan.Faktor-faktor yang menpengaruhi prognosis
cedera pleksus brakhialis adalah mekanisme trauma, usia, tipe nervus,
level trauma, nyeri, durasi pembedahan dan faktor lain.

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai