Dyskinesia Tardive
Disusun oleh:
Pembimbing:
PERIODE
KEPANITERAAN KLINIK
1
RS PANTI WILASA “DR. CIPTO” SEMARANG
NIM : 11-2018-038
I. IDENTITAS PASIEN
Umur : 73 tahun
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
No CM : 501505
PASIEN DATANG KE RS
2
DAFTAR MASALAH
No Masalah Aktif Tanggal No Masalah tidak aktif Tanggal
1 Skizofrenia 9-1-2019 1 Hipertensi 9-1-2019
2 SNH 9-1-2019 (TD:110/70)
3 Distonia 9-1-2019
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 9 Januari 2019 pukul : 18.32 WIB.
Keluhan Utama
Pasien datang ke Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto dengan keluhan rahang mengalami
gerakan tak terkendali sejak 4 bulan SMRS yang mengakibatkan lidah kadang tergigit. Pasien
juga mengeluhkan saat pagi dimana kaku terjadi di kaki dan tangan kanan. Pasien datang ke
Pasien memiliki riwayat penyakit Schizophrenia dan penyakit darah tinggi yang terkontrol.
1. Status Presens
Keadaan umum : tampak sakit sedang
3
GCS : E4M6V5 = 15
Pernafasan : 21 x/menit
Suhu : 36,6 °C
Mata : kongjutiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, secret -/-, pin point pupil -/-,
refleks cahaya +/+
Jantung : bunyi jantung I dan II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
2. Status psikikus
Cara berpikir : realistik
Ingatan : baik
Kecerdasan : baik
3. Status neurologikus
a) Kepala
Bentuk : normosefali
Simetris : (+)
4
Nyeri tekan : (-)
Pergerakan : baik
c) Nervus Cranialis
Pupil 3 mm 3 mm
5
Melihat kembar tidak ada tidak ada
6
Perasaan lidah 2/3 anterior tidak dilakukan
7
Tremor lidah tidak ada tidak ada
8
Nyeri baik baik
Thermi tidak dilakukan tidak dilakukan
Diskriminasi tidak dilakukan tidak dilakukan
Lokalisasi tidak dilakukan tidak dilakukan
9
e. Koordinasi, gait, dan keseimbangan
• Cara berjalan : tidak dilakukan
• Tes Romberg : normal
• Disdiadokokinesia : (-)
• Ataksia : (-)
• Rebound phenomenon : (-)
• Dismetria : (-)
f. Gerakan-gerakan abnormal
• Tremor : (-)
• Miokloni : (-)
• Khorea : (-)
g. Alat Vegetatif
• Miksi : lancar
• Defekasi : lancar
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pasien datang ke Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto dengan keluhan rahang mengalami
gerakan tak terkendali sejak 4 bulan SMRS yang mengakibatkan lidah kadang tergigit. Pasien
juga mengeluhkan saat pagi dimana kaku terjadi di kaki dan tangan kanan. Pasien datang ke
Objektif :
10
Kesadaran : compos mentis
GCS : E4Mc6V5 = 15
Pernafasan : 21 x/menit
Suhu : 36,6°C
VI. 1. Diagnosis
Diagnosis klinik : Distonia
Diagnosis topis : NV- V3 N.Mandibularis
Diagnosis etiologik : Bradikinesia Tardive EC Haloperidol
VII. Penatalaksanaan
Terapi medikamentosa
11
Terapi non medikamentosa
Edukasi
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : dubia
Tinjauan Pustaka
Diskenesia Tardive
Definisi
Terminologi dari diskinesia tardif mulai diperkenalkan pada tahun 1964. diskinesia ialah
pergerakan yang tidak disadari. Tardif ialah efek dari pemakain obat. Sehingga diskinesia
tardif adalah gerakan repetitif dan tidak disadari yang merupakan manifestasi dari efek
samping pemakaian jangka panjang atau pemakaian dengan dosis tinggi dari antagonis
dopaminergik seperti obat-obat antipsikotik.1 Tardif Diskinesia adalah gerakan involunter
abnormal pada wajah, ekstremitas, dan otot pernapasan, termasuk gerakan mengunyah dan
mengisap, menjulurkan lidah, menyeringai, gerakan jari, menggenggam dan tortikolis.2
Epidemiologi
Sekitar 10% - 20% pasien skizofrenia yang diobati dengan APG-I (Anti Psikotik Golongan-
I), setelah satu tahun dapat mengalami Tardif Diskinesia. Dari suatu penelitian prospektif
didapatkan bahwa sekitar 4-5% pasien yang sedang menggunakan antipsikotika akan
menderita Tardif Diskinesia, setiap tahun. Pada populasi tertentu resikonya lebih tinggi.
Resiko Tardif Diskinesia meningkat dengan bertambahnya umur, terutama pada perempuan.
Angka kumulatif TD pada orang tua adalah 25%, 34%, dan 53% setelah 1,2,3 tahun diterapi
dengan antipsikotika. Walaupun anti psikotika dihentikan, perbaikan TD jarang didapat,
terutama pada orang tua.3
12
Faktor resiko TD yang terdapat pada hingga 25% pasien yang diterapi dengan
antagonis reseptor dopamine selama lebih 4 tahun, mencakup terapi yang lama dengan
neuroleptik, semakin tua usia, jenis kelamin perempuan, adanya gangguan mood, serta
adanya gangguan kognitif. Angka kejadian diskinesia tardif tergantung dari jenis obat yang
digunakan dalam terapi psikotik, umur penderita dan lama penggunaannya. Tardive
dyskinesia dapat terjadi pada semua umur. Usia lanjut merupakan faktor risiko mayor untuk
tardive dyskinesia. Prevalensi tardive dyskinesia adalah 29% pada pasien usia lanjut
dibandingkan dengan survei yang dilakukan Connor et al yang menyatakan bahwa 5,9% dari
95 pasien usia muda (usia 7-21) yang menerima terapi antagonis dopamin selama 3 bulan
menderita tardive dyskinesia. Wanita usia lanjut lebih rentan mendapat tardive dyskinesia,
sedangkan pada laki-laki muda lebih cenderung timbul tardive blepharospasm dan tardive
dystonia. Semua ras dapat menderita tardive dyskinesia. Afrika dan ras Afrika yang tinggal di
Amerika khususnya lebih rentan pada tardive dyskinesia setelah pemberian neuroleptik dosis
kecil jangka pendek.4
Etiologi
Obat-Obatan5,6
Category Agents
Antipsychotic agents (ie, Butyrophenones: droperidol, haloperidol,
neuroleptics) dibenzodiazepines, loxapine
Diphenylbutylpiperidines: pimozide
Indolones: molindone
Phenothiazines: chlorpromazine, fluphenazine,
13
mesoridazine, perphenazine, thioridazine,
trifluoperazine
Thioxanthenes: thiothixene
Newer atypical antipsychotic Olanzapine
agents (sporadically linked to Quetiapine
TARDIVE DYSKINESIAs) Risperidone
Paliperidone
Amisulpride
TARDIVE DYSKINESIA = tardive dyskinesia.
Category Agents
Anticholinergics Benzhexol
Biperiden
Ethopropazine
Orphenadrine
Procyclidine
Antidepressants MAOIs: phenelzine
SSRIs: fluoxetine, sertraline
Trazodone
TCAs: amitriptyline, amitriptyline-perphenazine,
amoxapine, doxepin, imipramine
Antiemetics Metoclopramide
Prochlorperazine
Antiepileptic Carbamazepine
drugs Ethosuximide
Phenobarbital
Phenytoin
Antihistamines Various
Antihistaminic Combinations of antihistamines and sympathomimetics
decongestants
Antimalarials Chloroquine
Antiparkinson Bromocriptine
agents Carbidopa-levodopa
14
Levodopa
Anxiolytics Alprazolam
Biogenic amines Dopamine
Mood stabilizers Lithium
Oral Estrogens
contraceptives
Stimulants Amphetamine
Methylphenidate
Caffeine
MAOI = monoamine oxidase inhibitor; SSRI = selective serotonin reuptake
inhibitor; TCA = tricyclic antidepressant.
Telah diperkirakan bahwa 15-30% orang di antipsikotik jangka panjang mungkin akan
terpengaruh oleh dyskinesia. Jumlah ini jauh lebih tinggi dengan penggunaan generasi
pertama ('khas') antipsikotik, dari generasi kedua ('atipikal') antipsikotik. Namun, penggunaan
antipsikotik atipikal tidak mengecualikan kemungkinan pengembangan tardive dyskinesia.
Patofisiologi2,6
Disfungsi Ekstrapiramidal
15
Bradikinesia dibandingkan hyperkinesia
Tardive adalah jenis gangguan gerakan yang dibagi menjadi bradykinesias dan
hyperkinesias. Bradykinesias ditandai dengan kelambatan normal (misalnya, kekakuan),
kesulitan memulai dan mengakhiri tindakan, dan ekspresi wajah bertopeng pasien dengan
penyakit Parkinson. Hyperkinesias adalah gerakan tanpa tujuan, termasuk akatisia, chorea,
dystonia, myoclonus, stereotypy, tic, dan tremor.
Sistem Dopamin
Meskipun reseptor D2 dopamin sudah sejak lama terlibat dalam patogenesis tardive
dyskinesia, ada bukti yang meningkat untuk menunjukkan bahwa pada beberapa individu
reseptor dopamin D3, D4, dan D5 yang terlibat.
16
reseptor dopamin D3 telah dikaitkan dengan perkembangan tardive dyskinesia. Dukungan
untuk hipotesis bahwa tardive dyskinesia mungkin timbul dari blokade reseptor dopamin
postsynaptic di ganglia basal dan bagian lain dari otak ada dalam bentuk sebagai efek
menguntungkan dari peningkatan dosis neuroleptik untuk beberapa pasien dengan tardive
dyskinesia. Jadi, antagonis dopamin dapat menutupi tardive dyskinesia.
Tan dkk melaporkan korelasi terbalik pada kadar plasma dari faktor neurotropik yang
diturunkan dari otak dan gerakan dyskinetic pada orang dengan skizofrenia yang memiliki
tardive dyskinesia. Dengan demikian, faktor neurotropik yang diturunkan dari otak
tampaknya memiliki efek perlindungan pada sistem saraf terhadap tardive dyskinesia pada
orang dengan skizofrenia.
Modestin dkk mengamati bahwa tardive dyskinesia memiliki ciri perjalanan penyakit
yang berfluktuasi. Mereka juga melaporkan bahwa lama penyakit sangat berkorelasi dengan
perkembangan tardive dyskinesia.
17
dalam tardive dyskinesia. Selain itu, hasil ini menunjukkan bahwa adenosin dapat menjadi
agen terapi yang potensial untuk uji klinis.
Manifestasi Klinis
abnormal. Misalnya gerakan lidah, mulut, mengecap – ngecap bibir, menghisap, dan
Gerakan lain yaitu gerakan anggota gerak yang tidak terkoordinasi seperti gerakan
koreoatetoid (jari tangan dan kaki), dan gerakan menggeliatkan badan. Pasien dengan usia
muda cenderung memperlihatkan gerakan atetoid badan, anggota gerak, dan leher.4 Tardif
Diskinesia menjadi sangat jelas ketika pasien bergerak, tapi berkurangselama relaksasi dan
Tardive dyskinesia ditandai dengan gerakan tubuh kaku dan di luar kendali. Gerakan
ini umumnya terjadi di wajah, bibir, rahang, lidah, serta lengan dan kaki. Beberapa gerakan-
18
Wajah meringis Dahi merengut
Jemari bergetar Mendengkur
Rahang berayun Jari-jari bergoyang
Mengunyah berulang-ulang Kaki mengetuk
Lidah menjulur Lengan terkepak-kepak
Lidah keluar tanpa disengaja Posisi panggul keluar
Kedipan mata cepat Tubuh bergoyang dari satu sisi ke
Bibir mengerut sisi lain.
Pipi menggembung
beraktivitas sehari-hari.7
Penatalaksanaan
diskinesia tardive dianggap tidak seberat dari yang sebelumnya diperkirakan. SDA terkait
dengan risiko yang sangat rendah untuk mengalami diskinesia tardive sehingga merupakan
munculnya antipsikotik pada tahun 1950, klinisi dengan skizofrenia mengalami gerakan yang
menyerupai diskinesia tardive. Pengamatan ini mengesankan bahwa tidak semua kasus
diskinesia tardive harus selalu dikaitkan dengan antipsikotik. Meskipun demikian, terapinya
Pasien skizofrenia yang menrima APG-I secara teratur lebih dari enam bulan harus
Abnormal Involuntary Movement Scale (AIMS). Apabila ditemukan adanya TD, keputusan
antipsikotika terhadap penyakitnya dan efek antipsikotika terhadap TD harus dibuat. Pada
pasien yang kronik, pilihan yang sering diambil adlah melanjutkan antipsikotika. Hal ini
19
harus setelah berdiskusi dengan keluarga dan pasien. Penggunaan dosis efektif antipsikotika
3. Perhatikan ditingkatkan bila pasien anak-anak, dewasa tua dan pasien gangguan
mood.
4. Periksa pasien secera teratur tentang kemungkinan adanya TD dan dicatat di rekam
medik.
5. Bila ditemukan adanya gejala-gejala Tardif diskinesia, turunkan dosis antipsikotik dan
6. Bila gejala psikotik tidak bisa diatasi dengan penurunan dosis obat anti psikotik atau
bahkan memburuk, hentikan obat dan ganti dengan golongan APG-II terutama
clozapin.7
1. Clozapine
Pasien dengan TD yang berat dapat diberikan clozapine karena clozapin dpat
2. Valbenazine
20
dengan gerakan dan dopaminergik lainnya. Persetujuan didasarkan pada percobaan
gangguan mood yang memiliki tardive tardive moderat atau berat. Dari 225 peserta,
3. Deutetrabenazine (Austedo)
(VMAT2) yang sangat selektif. FDA telah menyetujui tablet deutetrabenazine untuk
pengobatan orang dewasa dengan tardive dyskinesia (TD). Persetujuan itu sebagian
Hasilnya, dari awal sampai minggu ke 12, skor total AIMS (Abnormal Involuntary
Movement Scale) gejala TD menurun secara signifikan pada pasien yang menerima
4. Clonazepam
5. Pemberian Vitamin B6
sekali sehari ternyata terbukti efektif dan aman dalam mengobati efek samping yang
terjadi akibat pemakaian obat antipsikotik yang dialami oleh pasien skizofrenia.9
dirasakan oleh penelitinya dapat memberikan arti penting untuk mengatasi efek
21
Penelitian dengan metode acak buta ganda ini mencoba memberikan secara acak
dan kemudian dilakukan pengalihan dengan terapi yang lain selama 12 minggu.
Penilaian hasil penelitian dilakukan dengan melihat nilai dari skala Extra-pyramidal
Symptom Rating Scale (ESRS) dari saat baseline dan di akhir penelitian. Dari hasil
penilaian pada saat baseline sebelum diterapi dengan vitamin atau plasebo, skala yang
didapat adalah 4,3 dan 4,1. Setelah dilakukan pencatatan ternyata nilai dari skala
menurun hingga 2,4 poin dengan menggunakan vitamin B6 jika dibandingkan dengan
plasebo hanya 0,2 saja dan kemaknaan penelitian ini sangat baik.
perhari dapat ditoleransi oleh pasien, dan dapat dicatat sebagai terapi yang dapat
Prognosis
Pada mulanya, ada dugaan bahwa perjalanan Tardif Diskinesia progresif dan
ireversibel. Tidak semua pasien TD mengalami hal seperti ini. Beberapa pasien mengalami
perkembangan TD yang progresif pada awalnya, tetapi kemudian menjadi stabil atau TD
Akhir akhir ini ada bukti bahwa beberapa pasien TD dapat mengalami remisi
meskipun APG-I terus dikonsumsinya. Pasien yang sering mendapatkan remisi yaitu pasien
Pencegahan
22
Daftar pustaka
1. Chaubey, Shalini, et all. Dental implications of tardive dyskinesia: a concise review, Department of
Psychiatry. 2012. Institute of Medical Sciences. Banaras Hindu University, Varanasi, Uttar Pradesh,
India.
2. Kaplan & Saddock, Harlock 1, Kaplan MD, Benjamin D, Saddock.” Sinopsis Psikiatri,
Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis”. Jilid Pertama .Edisi VII, Jakarta. Binarupa
Aksara. 1997. Hal 777-857.
3. Craig & Stitzel; Modern Pharmacology (6th ed) pp. 401.
4. Maslim R, Dr. “Panduan praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik”. Edisi III. Jakarta,
Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK-Unika Atmajaya. 2007. Hal 23-30.
5. New England Journal of Medicine, The Choice of Drugs for Schizophrenia, Davis JM.
6. Sardjono O. Santoso, Metta Sinta SS. Psikotropik dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi
ke-4. Bagian farmakologi Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta.2005.h 148-162.
7. Elvira, Sylvia D. 2013. Buku Ajar Psikiatr Edisi Kedua. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.h.56-80
8. Brasic, James. Et all.. Tardive Dyskinesia.
American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, American Academy of
Neurology, International Parkinson and Movement Disorder Society. 2017. Medscape.
https://emedicine.medscape.com/article/1151826-overview#a11
9. Umbrich, P and Karen Soares. “Benzodiazepines for neuroleptic-induced tardive dyskinesia.” The
Cochrane database of systematic reviews 2 (2003): https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12804389
23