Anda di halaman 1dari 12

makalah kelainan BBL

Kelainan pada bayi baru lahir


Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Asuhan Neonatus

Disusun oleh :
Indah Tri Widyanti
Lia Nurlia Sari
Silviana Fitrianingrum
Wulan Fitri Astuti

STIKes YPIB MAJALENGKA


PRODI D III KEBIDANAN

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang maha luas rahmat dan karunia-Nya,
semoga kami termasuk ke dalam orang yang mendapatkannya. Shalawat dan salam tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW., keluarganya, para sahabatnya, dan semoga kita
termasuk ke dalam umatnya.
Dalam rangka mengembangkan potensi diri dalam bidang Asuhan Kebidanan, sudah sepatutnya
jika pengetahuan tentang kelainan pada bayi baru lahir. Hal ini sangat berguna mengingat di
masa yang akan dating, sebagai seorang bidan akan menjadi manusia yang teramat penting
dalam sebuah kelahiran. Mengingat begitu luasnya pembahasan tentang kelainan pada bayi baru
lahir, maka kami persempit pembahasan hanya pada masalahHIRSCPRUNG,OBSTRUKSI
BILLIARIS,OMFAKEL dan HERNIA DIAFRAGMATIKA.
Meskipun makalah ini dibuat dengan segala keterbatasan yang ada pada kami, baik keterbatasan
waktu, dana, terlebih lagi keterbatasan kemampuan kami, namun kami berharap semoga makalah
ini memenuhi syarat sebagai tugas mata kuliah Asuhan Neonatus.

Tidak ada gading yang tak retak, jika terdapat kekurangan atau bahkan kesalahan dalam mekalah
ini, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna perbaikan dalam
pembuatan tugas yang sama berikutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami selaku tim penyusun, dan
umumnya bagi rekan-rekan semua.

Majalengka, Oktober 2011

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

Kata pengantar
................................................................................ i
Daftar isi ................................................................................
ii
BAB I. Pendahuluan
I. Latar belakang
II. Ruang lingkup masalah
III. Tujuan lingkup masalah ............................................................................... 1
BAB II. Pembahasan
1. Hircshpung .............................................................................. 2-3
2. Obstruksi Biliaris .............................................................................. 3-5
3. Omfalokel .............................................................................. 6-7
4. Hernia Diafraghmatika .............................................................................. 8
BAB III. Penutup
I. Kesimpulan
II. Saran .............................................................................. 9
Daftar pustaka ..............................................................................
iii

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan yang
dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau
gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai cedera atau trauma lahir.
Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis. Kebanyakan cedera lahir ini
akan menghilang sendiri dengan perawatan yang baik dan adekuat.
Keberhasilan penatalaksanaan kasus kelainan bayi dan anak tergantung dari pengetahuan dasar
dan penentuan diagnosis dini, persiapan praoperasi, tindakan anestesi dan pembedahan serta
perawatan pasca operasi. Penatalaksanaan perioperatif yang baik akan meningkatkan
keberhasilan penanganan kelainan bayi dan anak

1.2 Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup pembahasan yang akan dibahas yaitu mengenai hirschprung,obstruksi


billiaris,omfalokel dan hernia diafragmatika.

1.3 Tujuan dan Maksud Penulisan

1. Mahasiswa mampu mempelajari dan melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan trauma lahir.
2. Untuk mengingatkan kita kembali, untuk semaksimal mungkin melakukan penatalaksanaan
perioperatif pada obstuksi usus untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hirschprung
Penyakit Hirschsprung (Megakolon Kongenital) adalah suatu kelainan kongenital yang
ditandai dengan penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak
adekuat karena sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi
ototnya. Sehingga menyebabkan terakumulasinya feses dan dilatasi kolon yang masif.

 Penyebab
Dalam keadaan normal, bahan makanan yang dicerna bisa berjalan di sepanjang usus karena
adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus (kontraksi ritmis ini disebut gerakan
peristaltik). Kontraksi otot-otot tersebut dirangsang oleh sekumpulan saraf yang disebut
ganglion, yang terletak dibawah lapisan otot. Pada penyakit Hirschsprung, ganglion ini tidak ada,
biasanya hanya sepanjang beberapa sentimeter. Segmen usus yang tidak memiliki gerakan
peristaltik tidak dapat mendorong bahan-bahan yang dicerna dan terjadi penyumbatan. Penyakit
Hirschsprung 5 kali lebih sering ditemukan pada bayi laki-laki. Penyakit ini kadang disertai
dengan kelainan bawaan lainnya, misalnya sindroma Down

 Tanda dan gejala


 segera setelah lahir, bayi tidak dapat mengeluarkan mekonium (tinja pertama pada bayi baru
lahir)
 tidak dapat buang air besar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
 perut menggembung
 muntah
 diare encer (pada bayi baru lahir)
 berat badan tidak bertambah, mungkin terjadi retardasi pertumbuhan
 malabsorbsi.
 Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan colok
dubur (memasukkan jari tangan ke dalam anus) menunjukkan adanya pengenduran pada otot
rektum.

 Pengobatan
Pengobatan dengan diberikan obat-obat yang bersifat simptomatis atau definitif. Pada
keadaan gawat darurat, mungkin juga diperlukan koreksi cairan dan keseimbangan elektrolit.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera dilakukan kolostomi
sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding perut yang disambungkan dengan
ujung usus besar. Pengangkatan bagian usus yang terkena dan penyambungan kembali usus
besar biasanya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan atau lebih. Jika terjadi perforasi
(perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan antibiotik.

2. Obstruksi Billiaris

1. Pengertian
Obstruksi biliaris, yaitu timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran
empedu. Pada bayi lahir tidak terjadi obstruksi biliaris, melainkan ikterus, karena meningkatnya
kadar bilirubin dalam darah.
Ikterus adalah keadaan teknis dimana ditemukannya warna kuning pada kulit dan mukosa yang
disebabkan oleh pigmen empedu.
Pada bayi baru lahir sering disebabkan inkompabilitas faktor Rh atau golongan darah ABO
antara ibu dan bayi atau karena defisiensi GGPO pada bayi.

2. Patofisiologi
Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada dinding misalnya ada tumor
atau penyempitan karena trauma (iatrogenik). Batu empedu dan cacing askariasis sering dijumpai
sebagai penyebab sambutan didalam lumen saluran. Pankreatis,tumor caput pankreas,tumor
kandung empedu atau anak sebar tumor ganas didaerah ligamentum hepato duodenale dapat
menekan saluran empedu dari luar menimbulkan gangguan aliran empedu.
Beberapa keadaan yang jarang dijumpai sebagai penyebab sumbatan antara lain kista
koledokus,abses amuba pada lokasi tertentu,diventrikel duodenum dan striktur sfingter vavila
vater.
Kurangnya bilirubin dalam saluran usus bertanggung jawab atas tinja pucat,biasanya
dikaitkan dengan obstruksi empedu. Penyebab gatal (pruritus) yang berhubungan dengan
obstruksi empedu tidak jelas. Sebagian percaya mungkin berhubungan dengan akumulasi asam
empedu di kulit. Lain menyarankan mungkin berkaitan dengan pelepasan ovioid endogen.
Penyebab obstruksi billiaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak
dapat mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan (sebagai strekobillin) dalam feses.

3
Kemungkinan penyebab saluran empedu meliputi :
a. Kista dari saluran empedu
b. Lymp node diperbesar dalam porta hepatis
c. Batu empedu
d. Peradangan dari saluran-saluran empedu
e. Trauma cedera termasuk dari operasi kandung empedu
f. Tumor dari saluran-saluran empedu atau pankreas
g. Tumor yang telah menyebar ke sistem empedu

3. Gejala

 Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi ikterus
 Kemudian feses bayi berwarna putih agak keabu-abuan dan lihat seperti dempul.
 Urine menjadi lebih tua karena mengandung urobillinogen.
 Perut sakit disisi kanan atas
 Demam
 Mual dan muntah

4. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik,adanya tanda ikterus
atau kuning pada kulit,pada mata dan dibawah lidah. Pada pemeriksaan perut,hati teraba besar
kadang juga disertai limfa yang membesar.

Pemeriksaan labolatorium dan imaging.


 Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan kadar billirubin).
 Rongten perut (tampak hati membesar)
 Kolangiogram (kolangiografi interaoperatif).
 Breath test.
 USG.
 Imaging radionuklida (radioisoto).
 Skening hati.
 Kolesintigrafi
 CT Scan.
 MRI
 Kolangiopankreatografi endoskopik retrograd.
 Kolangiografi transhepatik perkutanius.
 Kolangiografi operatif.
 Foto rogten sederhana.
 Pemeriksaan biopsi hati
 Laparotomi (biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan)

4
5. Pencegahan

Dapat mengetahui setiap faktor resiko yang dimiliki,sehingga bisa mendapatkan promft
diagnosis dan pengobatan jika saluran empedu tersumbat.penyumbatan itu sendri tidak dapat di
cegah.
Dalam hal ini bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua untuk
mengantisipasi setiap faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan saluran
empedu),dengan keadaan fisik yang menunjukan anak tanpak ikteri,feses pucat dan urin
berwarna gelap(pekat).
6. Penatalaksanaan
Pada dasarnya penatalaksanaan pasien dengan obstruksi biliaris bertujuan untuk
menghilangkan penyebab sumbatan atau mengalihkan aliran empedu.tindakan tersebut dapat
berupa tindakan pembedahan misalnya pengangkatan batu atau reseksi tumor.dapat pula upaya
untuk menghilangkan sumbatan dengan tindakan endoskopy baik melalui papila vater atau
dengan laparoscopy.
Bila tindakan pembedahan tidak mungkin dilakukan untuk menghilangkan penyebab
sumbatan,dilakukan tindakan drenase yang bertujuan agar empedu yang terhambat dapat
dialirkan.drenase dapat dilakukan keluar tubuh misalnya dengan pemasangan pipa naso
bilier,pipa T pada ductus koledokus atau kolesistostomi.

 Penatalaksanaan keperawatan
Pertahankan kesehatan bayi (pemberian makan yang cukup gizi sesuai dengan kebutuhan,serta
menghindarkan kontak infeksi).berikan penjelasan kepada orang tua bahwa keadaan kuning pada
bayinya berbeda dengan bayi lain yang kuning karena hiperbilirubinemia biasa yang dapat hanya
dengan terapi sinar atau terapi lain.pada bayi ini perlu tindakan bedah karena terdapatnya
penyumbatan.
 Penatalaksanaan medisnya yaitu dengan operasi
5

3. Omfalokel

1. Pengertian
Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar yang
hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit. Omfalokel terjadi
pada 1 dari 5.000 kelahiran. Usus terlihat dari luar melalui selaput peritoneum yang tipis dan
transparan (tembus pandang).
Omfalokel (eksomfotos) merupakan suatu cacat umbilicus, tempat usus besar dan organ
abdomen lain dapat menonjol keluar. Ia bisa disertai dengan kelainan kromosom, yang harus
disingkirkan. Cacat dapat bervariasi dan diameter beberapa centimeter sampai keterlibatan
dinding abdomen yang luas. Organ yang menonjol keluar ditutupi oleh lapisan tipis peritoneum
yang mudah terinfeksi. Rongga abdomen sendiri sangat kecil, sehingga perbaikan bedah bisa
sangat sulit atau tidak mungkin, kecuali bila dinding abdomen yang tersisa cukup dapat direntang
untuk memungkinkan penempatan kembali isi abdomen. Penggantinya, cacat ini dapat ditutupi
dengan bahan sintetis seperti silastic, yang dapat digulung ke atas, sehingga usus dapat didorong
masuk secara bertahap ke dalam rongga abdomen dalam masa beberapa minggu.

2. Penyebab

Omfalokel disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada
waktu janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnya omfalokel. Kelainan ini dapat
terlihat dengan adanya prostrusi (sembilan) dari kantong yang serisi usus dan visera abdomen
melalui defek dinding abdomen pada umbilicus (umbilicus terlihat menonjol keluar). Angka
kematian tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan terjadi infeksi.
Pada 25-40% bayi yang menderita omfalokel, kelainan ini disertai oleh kelainan bawaan lainnya,
seperti kelainan kromosom, hernia diafragmatika
3. Gejala
Omfalokel yaitu hernia umblikalis inkomplit terdapat waktu lahir di tutup oleh
peritoneum,selain warton dan selaput amnion. Hernia umbilikalis biasanya tanpa gejala,jarang
yang mengeluh nyeri.
Banyaknya usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada omfalokel berfariasi,tergantung
kepada besarnya lubang di pusat. Jika lubangnya kecil,mungkin hanya usus yang menonjol,tetapi
jika lubangnya besar,hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut.
6
4. Diagnosa
Diagnosis ditegakan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik,dimana isi perut terlihat dari luar
melalui selaput peritoneum.
Diagnosi tidak sukar yaitu dengan adanya defek pada umbilikus. Diagnosis banding bila ada
defek supraumbilikus dekat dengan defek umbilikus dengan penonjolan lemak preperitonial yang
dirasakan tidak enak.
5. Pengobatan
Omfalokel (eksomfalokel) adalah suatu hernia pada pusat, sehingga isi perut keluar dan
dibungkus suatu kantong peritoneum. Penanganannya adalah secara operatif dengan menutup
lubang pada pusat. Kalau keadaan umum bayi tidak mengizinkan, isi perut yang keluar
dibungkus steril dulu setelah itu baru dioperasi.
Agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera dilakukan
pembedahanuntukmenutupomfalokel.
Sebelum dilakukan operasi, bila kantong belum pecah, harus diberi merkurokrom dan
diharapkan akan terjadi penebalan selaput yang menutupi kantong tersebut sehingga operasi
dapat ditunda sampai beberapa bulan. Sebaiknya operasi dilakukan segera sesudah lahir, tetapi
harus diingat bahwa dengan memasukkan semua isi usus dan otot visera sekaligus ke rongga
abdomen akan menimbulkan tekanan yang mendadak pada paru sehingga timbul gejala
gangguan pernapasan.
7
4. Hernia diafraghmatika

1. Pengertian
Hernia Diafragmatika merupakan penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui
suatu lubang pada diafragma.
2. Etiologi
Salah satu penyebab terjadinya hernia diafragma adalah trauma pada abdomen(perut), baik
trauma penetrasi maupun trauma tumpul abdomen., baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Mekanisme dari cedera dapat berupa cedera penetrasi langsung pada diafragma atau yang paling
sering akibat trauma tumpul abdomen. Pada trauma tumpul abdomen, penyebab paling sering
adalah akibat kecelakaan sepeda motor. Hal ini menyebabkan terjadi peningkatan tekanan intra
abdominal yang dilanjutkan dengan adanya rupture pada otot-otot diafragma. Pada trauma
penetrasi paling sering disebabkan oleh luka tembak senjata api dan luka tusuk senjata tajam.
Sekitar 0,8-1,6 % dengan trauma tumpul pada abdomen mengalami rupture pada diafragma.
Perbandingan insiden pada laki-laki dan perempuan sebesar 4:1.
Menurut lokasinya hernia diafragma traumatika 69 % pada sisi kiri, 24 % pada sisi kanan,
dan 15 % terjadi bilateral. Hal ini terjadi karena adanya hati di sisi sebelah kanan yang berperan
sebagai proteksi dan memperkuat struktur hemidiafragma sisi sebelah kanan. Organ abdomen
yang dapat mengalami herniasi antara lain gaster(lambung), omentum, usus halus, kolon, limpa
dan hepar(hati). Juga dapat terjadi hernia inkarserata maupun strangulata dari saluran cerna yang
mengalami herniasi ke rongga toraks(dada) ini.
3. Tanda dan Gejala
 Gangguan pernafasan yang berat
 Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen)
 Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
 Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
 Takikardia (denyut jantung yang cepat).
8
Bab III
Penutup
1. Kesimpulan

Penyakit Hirschsprung (Megakolon Kongenital) adalah suatu kelainan kongenital yang


ditandai dengan penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak
adekuat karena sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi
ototnya. Sehingga menyebabkan terakumulasinya feses dan dilatasi kolon yang masif.
Obstruksi biliaris, yaitu timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran
empedu. Pada bayi lahir tidak terjadi obstruksi biliaris, melainkan ikterus, karena meningkatnya
kadar bilirubin dalam darah.Ikterus adalah keadaan teknis dimana ditemukannya warna kuning
pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh pigmen empedu.
Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar yang
hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit. Omfalokel terjadi
pada 1 dari 5.000 kelahiran. Usus terlihat dari luar melalui selaput peritoneum yang tipis dan
transparan (tembus pandang).
Hernia Diafragmatika merupakan penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui
suatu lubang pada diafragma.

2. Saran
Pemeriksaan pada masa kehamilan itu sangat penting untuk mengetahui apa yang terjadi
pada janin yang masih dalam rahim dan juga ketika saat lahir nanti,teutama penyakit yang
mungkin di derita bayi pada saat lahir.
9
Daftar pustaka

Apotik online dan media informasi obat – penyakit : medicastore.com

Askeb neo – TRAUMA KELAHIRAN PADA BAYI BARU LAHIR


«BIDANKU…SAHABATKU.html

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Editor: Setiawan. Jakarta: EGC..


http:\\www.google.com

Anda mungkin juga menyukai