Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KELAINAN BAWAAN YANG SERING TERJADI


PADA NEONATUS DAN BAYI
(OBSTRUKSI BILLIARIS DAN OMFALOKEL)
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Askeb Neonatus
Dosen Pengampu : Mardianti, S.Si.T,M.Kes

Disusun oleh : Kelompok 3

Putri Kamelia P17324418034


Ummu Salma P17324418039
Paradita Putri Ramdan P17324418043

JALUM 2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


PRODI KEBIDANAN KARAWANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Ucapan puji dan syukur semata-mata hanyalah milik Allah SWT. Hanya kepada-Nya lah
kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami bersyukur, kami meminta ampunan dan kami
meminta pertolongan.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita
semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang
sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur, pada akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah
kami dengan judul “KELAINAN BAWAAN YANG SERING TERJADI PADA NEONATUS
DAN BAYI (OBSTRUKSI BILIARIS DAN OMFALOKEL)” dengan lancar. Kami pun
menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap terdapat kekurangan pada makalah kami ini.

Oleh sebab itu, kami sangat menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap
pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan makalah berikutnya. Kami juga
berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk untuk kami supaya kami lebih mengutamakan
kualitas makalah di masa yang selanjutnya.

Karawang, 7 Agustus 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….....ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………….…1
1.2 Rumusan…………......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………..2
2.1 Obstruksi Billiaris……………………………………………………………………2
A. Definisi Obstruksi Billiaris………………………………………………….……2
B. Etiologi……………………………………………………………………………2
C. Tanda dan Gejala ………………………………………………………………..2
D. Diagnosis …………………..…………………………………………………….2
E. Penatalaksanaan………….………………………………………………………3
2.2 Omfalokel…………………………………………………………………………….6
A. Definisi Omfalokel……………………………………………………………….7
B. Etiologi …………………………………………………………………………8
C. Patofisiologi………………………………………………………………………9
D. Diagnosis ………………………………………………………………………..9
E. Pengobatan ……………………………………………………………………..9

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………10


A. Kesimpulan………………….……………………………………………………...10
B. Saran………………………..………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..……..11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh
tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat
tindakan,cara persalinan atau gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering
kita sebut sebagai cedera atau trauma lahir. Partus yang lama akan menyebabkan
adanya tekanan tulang pelvis. Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang
sendiri dengan perawatan yang baik dan adekuat.
Keberhasilan penatalaksanaan kasus kelainan bayi dan anak tergantung
dari pengetahuan dasar dan penentuan diagnosis dini, persiapan praoperasi,
tindakan anestesi dan pembedahan serta perawatan pasca operasi.
Penatalaksanaan perioperative yang baik akan meningkatkan keberhasilan
penanganan kelainan bayi dan anak.

1.2 Rumusan
1. Bagaimana cara mengetahui penyakit pada neonatus dan bayi baru lahir
khususnya Obstruksi Billiaris dan Omafokel?
2. Apa saja penyebab obstruksi billiaris dan omafokel?
3. Bagaimana cara mengetahui diagnosisnya obstruksi billiarisdan omafokel?
4. Bagaimana penatalaksanaan obstruksi billiaris dan omafokel?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyakit pada neonatus dan bayi khususnya Obstruksi
Billiaris dan Omafokel
2. Untuk mngetahui penyebab Obstruksi Billiaris dan Omafokel
3. Untuk mnegetahui diagnosisnya Obstruksi Billiarisdan Omafokel
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan Obstruksi Billiaris dan Omafokel

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Obstruksi Biliaris

A. Definisi Obstruksi Biliaris


Obstruksi biliaris adalah penyumbatan
saluran empedu sehingga mengakibatkan
penumpukan bilirubin dan terjadi kuning
atau ikterus. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, yang salah satunya
karena penyumbatan kandung empedu oleh
batu empedu. Biasanya, ditandai dengan
kuning pada bayi, sehingga sangat sulit
dibedakan antara ikterus yang fisiologis
dan ikterus patologis apabila tidak
dilakukan pemeriksaan lebih mendetail.
Obstruksi biliaris merupakan bentuk
patologis dari teterus, sehingga memerlukan penanganan khusus dan lebih kompleks
daripada ikterus fisiologis yang biasanya sering dialami oleh bayi baru lahir.
Penanganan obstruksi biliaris ini memerlukan pembedahan untuk mengatasinya.
Obstruksi biliaris hampir mirip dengan atresia empedu, karena sama-sama
empedu. Sedangkan, eksrahepatis adalah 5-10 kasus/100.000 kelahiran hidup, atau 3-
15/100.000 dari bayi-bayi yang dirawat. Atau, sekitar 1/2.500 per kelahiran hidup
untuk ikterus obstruksi. Dari data tersebut, dapat dilihat angka kejadian obstruksi
biliaris di Indonesia tidak begitu besar. Namun, tetap harus ditangani dan diwaspadai
dengan saksama untuk mengurangi kematian perinatal yang masih tinggi di
Indonesia.

2
B. Etiologi Obstruksi Biliaris
Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya empedu sehingga empedu tidak
dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan di dalam feses.
C. Tanda dan Gejala Obstruksi Biliaris
Gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama, yakni bayi ikterus. Selain
ikterus, feses bayi berwarna putih agak keabu-abuan dan terlihat seperti dempul.
Urine menjadi lebih urobilinogen. Untuk diagnosis, diperlukan pemeriksaan radiologi
selain kadar bilirubin dalam darah.
D. Diagnosis Obstruksi Biliaris
Pemeriksaan radiologi menggambarkan obstruksi biliaris, yakni sebagai berikut:
 Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG sangat mudah melihat pelebaran duktus biliaris intra/ekstra
hepatal sehingga mudah mendiagnosis ada atau ikterus non obstruksi. Apabila
terjadi sumbatan daerah duktus biliaris yang paling sering adalah bagian distal
maka akan terlihat duktus biliaris komunis melebar tidaknya ikterus obstruksi
atau dengan cepat, yang kemudian diikuti pelebaran bagian proximal. Untuk
membedakan obstruksi letak tinggi atau letak rendah dengan mudah dapat
dibedakan, karena pada obstruksi letak tinggi tidak tampak pelebaran dari
duktus biliaris komunis. Apabila terlihat pelebaran duktus biliaris intra dan
ekstra hepatal, maka ini dapat dikategorikan obstruksi letak rendah (distal).
Pada dilatasi ringan dari duktus biliaris, maka kita akan melihat duktus biliaris
kanan berdilatasi, dan duktus biliaris daerah perifer belum jelas terlihat
berdilatasi.
Kista duktus kholesdekhus adalah pelebaran kistik dari duktus biliaris
yang biasanya didapat secara kongenital. Kelainan ini bisa disertai pelebaran
duktus hiliaris intrahepatal. Pada USG, akan terlihat bayangan masa kistik
yang berhubungan dengan duktus biliaris, dan kemungkinan akan terlihat
bayangan batu atau infeksi kandung empedu.
 CT-Scan
Pemeriksaan CT-Scan mengenai traktus biliaris banyak dilakukan untuk
melengkapi data suatu pe- meriksaan sonografi yang telah dilakukan

3
sebelumnya. Secara khusus, CT-Scan dilakukan guna menegaskan tingkat
kelainan pada saluran empedu. Dalam hal ini, CT-Scan dinilai untuk
membedakan antara ikterus obstriktif, apakah intra atau ekstra hepatic dengan
memperhati- kan adanya dilatasi dari duktus biliaris. Kunci untuk menetapkan
tingkat biliaris adalah evaluasi yang cermat mengenai zona transisi pada
tingkat terjadinya duktus yang melebar/ dilatasi, kemudian terjadi
penyempitan-penyempitan duktus biliaris, kemudian duktus vang tidak
terlihat.

Klasifikasi Obstruksi Biliaris

Berdasarkan penyakit yang ditimbulkan, meliputi :

1. Penyakit duktus biliaris intrahepatik :


a. Atresia biliaris
Merupakan suatu kondisi kelainan dimana saluran empedu tidak
terbentuk atau tidak berkembang secara normal.
b. Sirosis biliaris primer
Secara histologis kerusakan duktus tampak dikelilingi infiltrasi limfosit
yang padat dan sering timbul granuloma.
c. Kolangitis sklerosing
Obat-obatan long-acting lebih menyebabkan kerusakan hepar
dibandingkan dengan obat-obatan short-acting. (Sarjadi,2000)
2. Obstruksi biliaris akut
Obtruksi biliaris akut duktus biliaris umumnya disebabkan oleh batu empedu.
Secara klinis akan menimbulkan nyeri kolik dan ikterus. Apabila kemudian sering
terjadi infeksi pada traktus biliaris, duktus akan meradang (kolangitis) dan timbul
demam. Kolangitis dapat berlanjut menjadi abses hepar.

Obstruksi biliaris yang berulang akan menimbulkan fibrosis traktus portal dan
regenerasi noduler sel hepar. Keadaan ini disebut sirosis biliaris sekunder.
(Sarjadi,2000)

Pemeriksaan Laboratorium

4
1. Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan bilirubin)
Pemeriksaan darah dilakukan dengan pemeriksaan fungsi hati khususnya terdapat
peningkatan kadar bilirubin direk. Disamping itu dilakukan pemeriksaan albumin,
SGOT,SGPT, alkali fosfatase, GGT dan faktor pembekuan darah.
2. Rontgen perut (tampak hati membesar)
3. Kolangiogram atau kolangiografi intraoperatif
Yaitu dengan memasukkan cairan tertentu ke jaringan empedu untuk mengetahui
kondisi saluran empedu.
4. Breath Test
Dilakukan untuk mengukur kemampuan hati dalam memetabolisir sejumlah obat.
5. USG
Menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan hati, kandung empedu
dan saluran empedu.
6. Imaging Radionuklida (radioisotop)
7. Skrening hati
Penggambaran radionuklida yang menggunakan subtansi radioaktif yang diikat
oleh sel-sel hati.
8. Koleskintigrafi
Mengetahui peradangan akut dari kandung kemih
9. CT Scan
Pemeriksaan ini bisa menemukan kelainan yang difus (tersebar) seperti
kelemahan hati dan jaringan hati yang menebal secara abnormal.
10. Kolangiopankreatografi Endoskopik Retrograd
11. Foto rontgen sederhana
Menunjukkan batu empedu yang berkapur
12. Pemeriksaan biopsi hati
13. Laparotomi
14. Kolangiografi operatif
15. Kolangiografi Transhepatik Perkutaneus
16. MRI

Patofisiologi Obstruksi Billionaris

5
Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada dinding empedu
misalnya ada tomor atau penyempitan karena trauma. Batu empedu dan cacing askariasis
sering dijumpai sebagai penyebab sumbatan didalam lumen saluran. Pankreasitis, tumor
caput pankreas, tumor kandung empedu atau anak sebar tumor ganas di daerah
ligamentum hepato duodenale dapat menekan saluran empedu dari luar menimbulkan
gangguan aliran empedu. (Reskoprojo,1995).

Kurangnya bilirubin dalam saluran usus bertanggung jawab atas tinja pucat
biasanya dikaitkan dengan obstruksi empedu. Penyebab gatal (pruritus) yang
berhubungan dengan obtruksi empedu yang tidak jelas. Sebagian percaya mungkin
berhubungan dengan akumulasi asam empedu di kulit. Selain itu, mungkin berkaitan
dengan pelepasan opioid endogen. (Judarwanto,2009)

Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga


empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan (sebagai strekobilin) di
dalam feses. (Ngastiyah,2005)

Komplikasi

1. Demam
2. Nafsu makan berkurang
3. Sulit BAB

E. Penatalaksanaan Obstruksi Biliaris


Penatalaksanaan obstruksi biliaris meliputi dua hal berikut.
 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis adalah dengan operasi. Operasi membutuhkan
tindakan pembedahan, eks- traksi batu empedu di duktus, atau insersi stent,
dan drainase bilier paliatip dapat dilakukan melalui stent yang ditempatkan
melalui hati (transhepatik)a endoskopik. Papilotomi endoskopik dengan
pengeluaran batu telah menggantikan laparatomi pada pasien dengan batu di
duktus kholedokus. Pemecahan batu di saluran empedu mungkin diperlukan
untuk membantu pengeluaran batu di saluran empedu. (Ngastiyah,2005)

6
 Asuhan kebidanan
a. Mempertahankan kesehatan bayi (pemberian makan yang cukup gizi
sesuai dengan kebutuhan, serta menghindarkan kontak infeksi).
b. Memberikan penjelasan kepada orang tua bahwa keadaan kuning pada
bayi berbeda dengan bayi lain yang kuning akibat hiperbilirubin biasa
yang hanya dapat dengan terapi sinar atau terapi lain. (Ngastiyah,2005)

Pencegahan

Mengetahui faktor resiko yang dimiliki, sehingga mendapatkan prompt diagnosis


dan pengobatan jika saluran empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri tidak dapat
dicegah. (Attasaranya S, Fogel EL, 2008)

Dalam hal ini bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua
untuk mengantisipasi setiap faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan
saluran empedu) dengan keadaan fisik yang memnunjukkan anak tampak ikterik, feses
pucat dan urine berwarna gelap (pekat). (Sarjadi.2000)

7
2.2 OMFALOKEL

A. Definisi Omfalokel

Omfalokel pada dasarnya sama dengan gastroschisis. Omfalokel adalah defek


(kecacatan) pada dinding anterior abdomen pada dasar dari umbilical cord dengan
herniasi dari isi abdomen. Organ-organ yang berherniasi dibungkus oleh peritoneum
parietal. Setelah 10 minggu gestasi, amnion dan Wharton Jelly juga membungkus massa
hernia (Lelin-Okezone, 2007). Omfalokel adalah suatu keadaan dimana dinding perut
mengandung struktur muskulo aponeuresis yang kompleks. Aponeuresis adalah lembaran
jaringan mirip tendon yang lebar serta mengkilap untuk membungkus dan melekatkan
otot yang satu dengan yang lainnya dan juga dengan bagian yang digerakkan oleh otot
tersebut.

a. Dibagian belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang.


b. Disebelah atas, melekat pada iga.
c. Di bagian bawah melekat pada tulang panggul.

Dinding perut ini terdiri dari berbagai lapis, yaitu dari luar ke dalam lapisan kulit
yang terdiri dari kutis dan sub cutis, lemak sub cutan dan fasia superfisialis (Fasia
scarpa). Kemudian ketiga otot dinding perut, m. oblikus abdominis externus, m. oblikus
abdominis internus, m. tranfersus abdominis dan akhirnya lapis preperitoneum.
Peritoneum, yaitu fasia tranversalis, lemak peritoneal dan peritoneum. Otot di bagian

8
depan tengah terdiri dari sepasang otot rectus abdominis dengan fasianya yang di garis
tengah dipisahkan oleh linea alba (Harnawatiaj, 2008).

Omfalokel adalah kondisi bayi waktu dilahirkan perut bagian depannya berlubang
dan usus hanya dilapisi selaput yang sangat tipis (dr. Irawan Eko, Spesialis Bedah RSU
Kardinah, 2008). Omfalokel berarti muara tali pusat dan dinding perut tidak menyatu
sehingga usus keluar (dr. Christoffel SpOG (K) RSUPM, 2008). Omfalokel terjadi saat
bayi masih dalam kandungan. Karena gangguan fisiologis pada sang ibu, dinding dan
otot-otot perut janin tak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya, organ pencernaan seperti
usus, hati, tali pusar, serta lainnya tumbuh di luar tubuh. Jenis gastroschisis terjadi seperti
Omfalokel. Bedanya, posisi tali pusar tetap pada tempatnya.(,2008 ,dr Redmal Sitorus).

Omfalokel adalah penonjolan usus atau isi perut lainnya melalui akar pusat yang
hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit, Omfalokel
terjadi pada 1 dari 500 kehamilan Usus terlihat dari luar melalui selaput peritoneum acau
yang transparan (tembus pandang). Eksomfalos atau omfalokel adalah suatu defeksi yang
menyebabkan usus atau organ fisera lain menonjol keluar melalui umbilicus Sering kali,
bayi yang menderita defeksi ini mengalami abnormalitas lain, seperti cacat jantung, yang
menjadi kontraindikasi pembedahan pada periode neonatus awal.

B. Penyebab Omfalokel
Omfalokel disebabkan oleh kegagalan otot dalam kembali ke rongga abdomen
pada waktu janin berumur 10 minggu hingga menyebabkan timbulnya omfalokel.
Kelainan ini dapat terlihat dengan adanya prostrusi (sembilan) dari kantong yang
serisi usus dan visera abdomen melalui defeksi dinding abdomen pada umbilicus
(umbilicus terlihat menonjol keluar). Angka kematian kelainan ini cukup tinggi jika
omfalokel besar karena kantong pecah dan terjadi infeksi.
Pada 25-40% bayi yang menderita omfalokel. Kelainan ini disertai oleh kelainan
bawaan, seperti kelainan kromosom, hernia diafragmatika, dan kelaina jantung.

Menurut Rosa M. Scharin (2004), etiologi pasti dari omphalocele belum


diketahui. Beberapa teori telah dipostulatkan, seperti :

9
1. Kegagalan kembalinya usus ke dalam abdomen dalam 10-12 minggu yaitu
kegagalan lipatan mesodermal bagian lateral untuk berpindah ke bagian tengah
dan menetapnya the body stalk selama gestasi 12 minggu.
2. Faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalokel adalah resiko tinggi
kehamilan seperti :
a. Infeksi dan penyakit pada ibu
b. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok,
c. Kelainan genetic
d. Defesiensi asam folat
e. Hipoksia
f. Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen.
g. Asupan gizi yang tak seimbang
h. Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam tubuh
ibu hamil.

C. Patofisiologi omfalokel
Patofisiologi dari omfalokel, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Selama per kembangan embrio, ada suatu kelemahan yang terjadi dalam dinding
abdomen semasa usus embrio. Hal ini menyebabkan herniasi pada isi usus pada
salah satu samping umbilicus (yang biasanya pada samping kanan). Ini
menyebabkan organ visera abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan tidak
tertutup oleh kantong.
b. Terjadi malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen yang dianggap sebagai
anomali.
c. Gastroskisis terbentuk akibat kegagalan fasi somite dalam pembentukan dinding
abdomen, sehingga dinding abdomen sebagian tetap terbuka.
d. Letak defek umumnya di sebelah kanan umbilicus mi di yang terbentuk normal.
e. Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin. Akibatnya, dan
kaku karena pengendapan dan iritasi cairan amnion dalam kehidupan intrauterine.
Usus juga tampak pendek. Rongga abdomen janin sempit.

10
f. Usus-usus, visera, dan seluruh permukaan rongga abdomen berhubungan dengan
dunia luar menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh cepat
berlangsung, sehingga terjadi dehidrasi dan hipotermi. Kontaminasi usus dengan
kuman juga dapat terjadi dan menyebabkan sepsis. Aerologi menyebabkan usus-
usus distensi sehingga mem persulit koreksi pemasukan ke rongga abdomen pada
waktu pembedahan.
g. Embriogenesis. Pada janin usia 5-6 minggu, isi abdomen terletak di luar embrio di
rongga selom. Pada usia 10 minggu, terjadi pengembangan lumen abdomen
sehingga masuk ke rongga perut. Jika proses ini terhambat maka akan terjadi
kantong di pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung, terkadang hati.
Dindingnya tipis, terdiri atas dan lapisan amnion, yang keduanya bening.
Sehingga, isi kantong tengah tampak dari luar, dan keadaan ini disebut omfalokel.
Apabila dari titik terlemah di kanan umbilikus maka usus akan berada di luar
rongga perut tanpa dibungkus peritoneun dan amnion, dan keadaan gastroschisis.
usus dari extra peritoneum akan lapisan peritoneum usus keluar disebut
gastroschisis.
D. Diagnosis Omfalokel
1. Pemeriksaan Fisik
Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa hati di
garis tengah pada bayi yang baru lahir.Pada gastro schisis usus berada di luar
rongga perut tanpa adanya kantong.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis
prenatal defek pada dinding abdomen dapat dideteksi dengan peningkatan
MSAFP. MSAFP dapat juga meninggi pada spinabifida yang disertai dengan
peningkatan asetilkolinesterase dan pseudokolinesterase.
4. Pemeriksaan radiology
Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan
memperlihatkan marker structural dari kelainan kariotipik. Echocardiography
fetus membantu mengidentifikasi kelainan jantung. Untuk mendukung diagnosis
kelainan genetik diperjelas dengan amniosentesis. Pada omphalocele tampak

11
kantong yang terisi usus dengan atau tanpa hepar di garis tengah pada bayi yang
baru lahir.

E. Pencegahan
Terpenuhinya nutrisi selama kehamilan seperti asam folat, vitamin B komplek
dan protein.

Komplikasi

Komplikasi dini merupakan infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada
permukaan yang telanjang. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai
kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosis

I. Penatalaksanaan

a. Medis

Tindakan yang dapat dilakukan ialah dengan melindungi kantong omfalokel dengan
cairan anti septik misalnya betadin dan menutupnya dengan kain dakron agar tidak
tercemar. Setelah itu segera melaksanakan persiapan untuk merujuk ke Rumah Sakit
untuk segera dilakukan pembedahan menutup omfalokel agar tidak terjadi cedera pada
usus dan infeksi perut.

b. Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan yang dapat dilakukan jika menjumpai pasien anak/ bayi yang
mengalami omfalokel, adalah merujuk. Kerena jika mengalami keterlambatan dalam
merujuk maka akan mengalami cedera pada usus dan infeksi perut.

F. Pengobatan Omfalokel
Agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, dilakukan operasi
pembedahan untuk menutup omfalokel.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Obstruksi biliaris adalah penyumbatan saluran empedu sehingga mengakibatkan
penumpukan bilirubin dan terjadi kuning atau icterus. Omfalokel adalah defek
(kecacatan) pada dinding anterior abdomen pada dasar dari umbilical cord dengan
herniasi dari isi abdomen.

3.2 Saran
Sebagai seorang tenaga kesehatan, bidan harus mengetahui kelainan yangsering
terjadi pada bayi dan neonatus

13
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah 1997. Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta: Infomedika.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 3. Jakarta: Infomedika.

Suriadi & Yuliani R.2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1. Jakarta : CV. Sagung Seto

14

Anda mungkin juga menyukai