Nama Kelompok :
1. Adi Gunawan (17.1289.S)
2. Regina Merdekari R.A (17.1374.S)
3. Uci sukmawati (17.1395.S)
Pengertian
Stroke adalah defisit neurologis yang mempunyai awitan tiba-tiba,
berlangsung lebih 24 jam, dan disebabkan oleh penyakit
serebrovaskular. Stroke terjadi saat terdapat gangguan aliran darah ke
bagian otak. Aliran darah terganggu karena adanya sumbatan
pembuluh darah, karena trombus atau embolus, atau ruptur pembuluh
darah (Ariani, Fruriorina dkk 2011).
Etiologi
1. Trombosis serebri
2. Embol serebri
3. Hemoragi
4. Faktor resiko
Hipertensi
Diabetes
Penyakit kardiovaskuler
Merokok
Patofisiologi
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau
cedera pada otak melalui empat mekanisme, yaitu :
1. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan
sehingga aliran darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat,
selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.
2. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke
kejaringan (hemorrhage).
3. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan
jaringan otak.
4. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang
interstitial jaringan otak.
Manifestasi Klinis
Stroke biasanya ditandai dengan awitan mendadak kerusakan neurologis
fokal. Pasien dapat mengalami tanda seperti kelemahan, mati rasa,
perubahan penglihatan, disartria, disfagia, atau afasia. Manifestasi stroke
bergantung pada lokasi anatomi dari lesi. Jika gejala membaik kurang dari
24 jam, kejadian tersebut digolongkan sebagai serangan iskemik
sementara (Transient Ischemic Attack, TIA). Sebagian besar TIA
berlangsung hanya selama beberapa menit hingga kurang dari satu jam,
yang kemudian menyamarkan pengenalan lanjut dan terapi cepat.
Komplikasi
1. Berhubugan dengan imobilisasi. 3. Berhubungan dengan kerusakan
Infeksi pernafasan. otak.
Nyeri yang berhubungan Epilepsi
dengan daerah yang tertekan. Sakit kepala
Konstipasi. Kranoitomi
Tromboflebitis
2. Berhubungan dengan mobilisasi.
Nyeri pada daerah punggung.
Dislokasi sendi
Pemeriksaan Diagnostik
1. Anglografi serebral
2. Elektro encefalography
3. Sinar X tengkorak
4. Ultrzsonography Doppler
5. Ct-Scan
6. MRI
7. Pemeriksaan foto thorak
8. Pemeriksaan
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan umum
Posisi kepala dan badan atas 20-30 Kontrol tekanan darah, dipertahankan
derajat, posisi lateral dekubitus bila normal.
disertai muntah. Boleh di muali Suhu tubuh harus di pertahankan
mobilisasi bertahap bila hemodinamik Nutrisi seorang hanya boleh di berikan
stabil.
setelah tes fungsi menelan baik, bila
Bebaskan jalan nafas dan usahakan
terdapat gangguang menelan/pasien
ventilasi adekuat bila perlu berikan yang kesadaranya menurun, dianjurkan
oksigen 1-2 liter / menit bila ada hasil pipi NGT.
gas darah. Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika
Kandung kemih yang penuh di
tidak ada kontraindikasi.
kososngkan dengan kateter.
Penatalaksanan medis Penatalaksanaan khusus
Trombolitik (steptokinase) Atasi kejang (antikonvulsan)
Anti platelet / anti trombolitik Atasi tekanan intrakalnial yang
(asetosol, ticlopidin, cilostazol, meninggi (manitol, gliserol, furosemid,
dipiridamol) intubasi streroi dll).
Antikoagulan (heparin) Atasi dekompresi (kraniotomi)
Antagonis serotonim (Noftidrofuryl). Untuk penatalaksanaan faktor resiko
Antaginis calsium (nomodipin, 1) Atasi hipertensi (anti hipertensi)
piracetam) 2) Atasi hiperglikemia (anti
hiperglikemia)
3) Atasi hiperurisemia (anti
hiperurismia)
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Intervensi / Implementasi
A. Pengkajian primer a. Buka jalan nafas, gunakan teknik head
1) Airway tilt + chin lift atau jaw trust.
Keadaan jalan nafas b. Posisikan pasien untuk
a. Benda asing di jalan nafas: Terdapat
memaksimalkan ventilasi.
sumbatan pangkal lidah. c. Identifikasi pasien perlunya
b. Bunyi nafas: Snoring (suaraseperti
pemasangan alat jalan nafas buatan.
ngorok). d. Pasang oro faringeal tube.
Masalah/diagnosa Keperawatan e. Auskultasi
Ketidak efeftifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan sumbatan
pangkal lidah.
2) Breathing a. Intervensi /
Fungsi pernafasan : ImplementasiPertahankan jalan
a. Frekwensi Pernafasan : nafas cepat nafas yang paten
(Tachypnea) lebih dari 20 x/menit b. Berikan terapi oksigen
b. Bunyi nafas :suara tambahan nafas c. Monitor aliran oksigen
(ronki, wheezing) d. Pertahankan posisi pasien
c. Retraksi Otot bantu nafas: gerakan e. Observasi adanya tanda – tanda
otot nafas tambahan, retraksi sela hipoventilasi.
iga.a
Masalah/diagnosa Keperawatan
Gangguan pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan depresi pusat
pernafasan.
3) Circulation Merah kembali > 2 detik : syok
Keadaan sirkulasi Masalah/diagnosa Keperawatan
a. Perdarahan (internal/eksternal) : Risiko syok berhubungan dengan
pembuluh darah pecah ketidak cukupan aliran darah
b. Nadi : > 100 x/menit kejaringan tubuh
c. Akral perifer Intervensi / Implementasi
Raba telapak tangan a. Monitoring tanda awal syok
Normal : hangat, kering, Merah b. Monitor warna kulit, suhu kulit,
Syok : dingin, basah, pucat denyut jantung, pernafasan dan
Tekan – lepas ujung kuku/telapak nadi.
tangan Merah kembali < 2 detik : c. Tempatkan pasien pada posisi
normal supine, kaki lebih tinggi dari badan
d. Lihat dan pelihara kepatenan
4) Disability a. Monitor adanya daerah tertentu
Pemeriksaan Neurologis: yang hanya peka terhadap
GCS : E 1 V 2 M 2 : coma panas/dingin / tajam / tumpul
(comatose), yaitu tidak bisa b. Pantau tanda-tanda vital terutama
dibangunkan, tidak ada respon tekanan darah.
terhadap rangsangan apapun (tidak c. Pertahankan keadaan tirah baring.
ada respon kornea maupun reflek d. Letakkan kepala dengan posisi
muntah, mungkin juga tidak ada agak ditinggikkan dan dalam
respon pupil terhadap cahaya). posisi anatomis (netral).
Masalah/diagnosa Keperawatan e. Berikan obat sesuai indikasi:
Gangguan perfusi jaringan serebral contohnya antikoagulan (heparin).
berhubungan dengan oedema
serebral.
Intervensi / Implementasi
5) Exposure/ kontrol lingkungan: Pemeriksaan fisik dimulai dengan
penderita harus dibuka seluruh evaluasi kepala akan adanya luka,
pakaiannya kontusio atau fraktuf. Pemeriksaan
B. Pengkajian sekunder maksilofasialis, vertebra sevikalis,
1. Pengkajian sekunder adalah pemeriksaan
thoraks, abdomen, perineum,
kepala sampai kaki (head to toe) termasuk muskuloskeletal dan pemeriksaan
reevaluasi pemeriksaan TTV. neurologis juga harus dilakukan dalam
secondary survey.
2. Anamnesis
4. Reevaluasi
Setiap pemeriksaan yang lengkap
memerlukan anamnesis mengenai riwayat Monitoring tanda vital dan haliaran urin
perlukaan. Riwayat “AMPLE” (alergi, penting dilakukan.
medikasi, past illness, last meal, 5. Tambahan pada secondary survev
event/environment) perlu diingat. Selama secondary survey, mungkin akan
3. Pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan diagnostik yang
lebih spesifik seperti foto tambahan dari
tulang belakang serta ekstremitas, CT-
Scan kepala, dada, abdomen dan prosedur
diagnostik lain.
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan
pangkal lidah.
2. Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat
pernafasan.
3. Risiko syok berhubungan dengan ketidak cukupan aliran darah
kejaringan tubuh.
4. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedema
serebral.
Rencana Asuhan Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi