Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN ASKEP

PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROFESI


PADA PASIEN NY.H DENGAN DIAGNOSA FRAKTUR COLLUM
HUMERUS SINISTRAK DI RUANG ZAM-ZAM 3
RSUD dr. Zainoel Abidin BANDA ACEH

Dosen Pembimbing : Ns. Yudi Akbar, M.Kep

Di

Oleh:

RAHMAYUNI, S.Kep
2207901010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MUHAMMADIYA KOTA LHOKSEUMAWE
TAHUN 2022

i
ii

LEMBAR PERSETUJUAN

PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROFESI PADA


PASIEN NY.H DENGAN DIAGNOSA FRAKTUR COLLUM HUMERUS
SINISTRAK DI RUANG ZAM-ZAM 3
RSUD dr. Zainoel Abidin BANDA ACEH

Lhokseumawe, 20 November 2022

Telah Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing CI Ruang Zam-Zam 3

Ns. Yudi Akbar, M.Kep


(NIDN.13.130193.01)
Ns.Noviza Yuna, S.Kep
(Nip. 052 2017 02 770)
KATA PENGATAR

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, karena hanya

berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah

ini. Laporan ini berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan kasus ulkus

pedia. Adapun tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu

tugas Klinik Keperawatan. Selain itu, tujuan lain penulisan laporan ini adalah

untuk menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai apa itu ulkus pedia

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini bukanlah hasil

penulis sendiri, melainkan atas bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun

materil, oleh karena itu penulis ingin berterimakasih kepada CI yang telah

membimbing kami dalam membuat laporan ini.

Tidak ada sesuatu apapun yang sempurna di dunia ini, karena

kesempurnaan hanyalah milik Allah swt, begitu pula dengan laporan ini. Oleh

karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak akan

penulis terima sebagai bahan evaluasi dan acuan untuk penulis dalam menyusun

laporan dimasa mendatang, meskipun demikian penulis tetap berharap semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca serta perkembangan dan

pengetahuan di persada Indonesia.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Tujuan Pembahasan .................................................................... 2
C. Manfaat ..................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................... 5


A. Pengertian .......................................................................................... 5
B. Etiologi .............................................................................................. 5
C. Manifestasi Klinis .............................................................................. 6
D. Patofisiologi ..................................................................................... 7
E. Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 8
F. Komplikasi .........................................................................................
9
G. Penatalaksaan .................................................................................. 9

BAB III TINJAUAN KASUS ...................................................................... 11

BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 17


A. Kesimpulan ............................................................................... 17
B. Saran ........................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fraktur atau patah tulang merupakan suatu keadaan dimana terputusnya

kontinuitas tulang atau tulang rawan yang di akibatkan karena adanya

rudapaksa (Mansjoer, 2008). Seiring dengan meningkatnya mobilitas dan

jarak tempuh, manusia memerlukan alat bantu kendaraan untuk mobilitas

mereka. Semakin banyaknya kendaraan bermotor maka insiden kecelakaan

sangat tinggi. Insiden kecelakaan dapat menjadi penyebab terjadinya fraktur,

baik kecelakaan kerja maupun kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2000).

Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada perempuan

dengan umur di bawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga,

pekerjaan atau kecelakaan. Sedangkan pada usia prevalensi cenderung lebih

banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang

terkait dengan perubahan hormon (Anonim, 2008). Fraktur Humerus adalah

salah satu jenis fraktur yang memerluhkan penanganan segera, tanpa

penanganan segera dapat terjadi komplikasi kelumpuhan nervus radial,

kerusakan nervus brachial, atau median (Smeltzer & Bare, 2002).

Fenomena pada zaman dahulu yang terjadi di masyarakat, orang fraktur

atau patah tulang tidak harus dibawa ke rumah sakit terlebih dahulu, tetapi

yang sering kita jumpai di masyarakat fraktur atau patah tulang dibawah ke

sangkal putung. Sehingga fenomena di masyarakat sampai sekarang sering

1
2

kita jumpai jika frakur atau patah tulang sering di bawah ke sangkal putung

(Mulyono, 2006, dikutib oleh Sari, 2013).

Fraktur di sebabkan oleh beberapa penyebab seperti adanya trauma

tumpul maupun terbuka, penekanan, penekuan, dll. Manifestasi klinis fraktur

yaitu hilangnya fungsi anggota gerak, nyeri pembengkakan dan deformitas

akibat pergeseran fragmen tulang, krepitasi akibat gesekan antar fragmen satu

dengan lainnya. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada daerah

fraktur akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Kehilangan

fungsi tubuh permanen merupakan kondisi yang di takutkan pasien fraktur

(Smeltzer,2002).

Komplikasi awal yang dapat terjadi pada fraktur yaitu kerusakan arteri

terjadi karena trauma , compartment syndrome terjadi karena terjebaknya

otot, tulang saraf dan pembulu darah dalam jaringan perut, Fat Embolism

syndrome terjadi karena sel sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning

masuk ke aliran darah sehingga menyebabkan tingkat oksigen dalam darah

rendah, infeksi terjadi karena sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma

pada jaringan, Avaskuler Nekrosis terjadi karena aliran darah ke tulang rusak

atau terganggu sehingga dapat menyebabkan nekrosis tulang, dan shock

terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas

kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigen sehingga dapat

menyebabkan kematian (Brunner dan Suddarth,2002).

Untuk mencegah terjadinya fraktur dapat dilakukan dengan upaya

preventif dengan menghindari terjadinya trauma, terjatuh atau kecelakaan


3

lainnya. Dalam melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat

dilakukan dengan cara hati-hati, memperhatikan pedoman keselamatan

dengan memakai alat pelindung diri.

Sedangkan upaya kuratif adalah perawat secara mandiri dapat merawat

luka steril setelah dilakukan pembedahan, mengajarkan manajemen nyeri

kepada pasien dan keluarga tentang nyeri yang dialami oleh pasien akibat

teknik pembedahan dengan memberikan penyuluhan tentang teknik relaksasi

nafas dalam, perawat dapat menganjurkan pasien untuk melakukan mobilisasi

secara bertahap, serta berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

obat analgesik untuk menghilangkan nyeri, pemberian terapi obat antibiotik

untuk mencegah kelanjutan terjadinya infeksi, melakukan fiksasi dengan gips

atau spalk sebelum pembedahan serta pemasangan plat dan wire pada saat

pembedahan.

Pada upaya rehabilitatif, yaitu dengan memberikan Health Education

(pendidikan kesehatan) Tentang pencegahan infeksi lebih lanjut dengan

pemberian antibiotik dan rawat luka steril setelah dilakukan pembedahan,

menganjurkan untuk kontrol secara rutin untuk melihatperkembangan tulang

setelah pembedahan, menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan

yang tinggi protein dan kalsium untuk mempercepat regenerasi tulang,

menganjurkan pasien untuk mengikuti program olahraga (di bawah

bimbingan seorang terapis atau dokter) serta latihan dalam air untuk

mengurangi beban kerja otot, serta memotivasi pasien untuk melakukan

mobilisasi dini secara bertahap (Asmadi, 2008).


4

B. Tujuan Pembahasan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan ulkus pedis

2. Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien ulkus pedis

diharapkan mahasiswa mampu :

a. Melaksanakan pengkajian asuhan keperawatan terhadap pasien dengan

kasus ulkus pedis

b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang terjadi pada pasien

dengan kasus ulkus pedis

c. Membuat rencana tidakan pada pasien dengan kasus ulkus pedis

d. Melaksanakan rencana tidakan keperawatan pada pasein dengan kasus

ulkus pedis

e. Melakukan evaluasi pada pasein dengan kasus ulkus pedis

C. Manfaat

a. Agar mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan kasus

ulkus pedis

b. Agar mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan dengan kasus

ulkus pedis

c. Agar mahasiswa mampu merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa

keperawatan.
5

d. Agar mahasiswa mampu melaksanakan tindakan sesuain rencana yang

telah ditentukan.

e. Agar mahasiswa mampu mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan.

f. Agar mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau

tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan

jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi

itu lengkap atau tidak lengkap (Nurarif, 2015). Post Operative Closed

Fracture adalah pasca operasi patah tulang tertutup atau patah tulang yang

tidak menyebabkan robeknya kulit (Smeltzer & Bare, 2002). Fracture

Humerus Sinistra adalah fraktur pada tulang humerus atau tulang lengan atas

sebelah kiri yang di sebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun

tidak langsung (de Jong, 2010).

2. Etiologi

a. Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis

patah melintang atau miring.

b. Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh

dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang

paling lemah dalam jalur hantaran faktor kekerasan.

6
7

c. Kekerasan akibat tarikan otot patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang

terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan dan penekanan,

kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

d. Fraktur patologik yaitu fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan oleh

melelehnya struktur tulang akibat proses patologik. Proses patologik dapat

disebabkan oleh kurangnya zat-zat nutrisi seperti vitamin D, kalsium,

fosfor, ferum. Factor lain yang menyebabkan proses patologik adalah

akibat dari proses penyembuhan yang lambat pada penyembuhan fraktur

atau dapat terjadi akibat keganasan (Aimul, 2008, di kutib oleh

Jfikriamrullah, 2013).

3. Klasifikasi Fraktrul

Berdasarkan nurarif (2015), fraktur dapat diklasifikasikan berdasarkan

etiologis, klinis, dan radiologis. Berikut klasifikasi yang dimaksudkan :

a. Klasifikasi fraktur berdasarkan radiologis

1) Fraktur traumatic terjadi cedera langsung berarti pukulan langsung

terhadap tulang secara spontan dan trauma akibat kecelakaan bermotor

cedera tidak langsung berarti pukulan jauh dari lokasi benturan

misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan terkena benturan yang

sangat keras bisa mengakibatkan fraktur.

2) Fraktur patologis terjadi pada tulang karena penyakit yang

menyebabkan kelemahan pada tulang dan dapat terjadi secara spontan

atau akibat trauma.


8

3) Fraktur stres terjadi karena adanya stres yang kecil dan berulangulang

pada daerah tulang yang menopang berat badan.

b. Klasifikasi fraktur berdasarkan klinis

1) Fraktur tertutup, bila tidak terdapat hubungan antara frakmen tulang

dan dunia luar.

2) Fraktur terbuka, bila terdapat hubungan antara frekmen tulang dan

dunia luar.

3) Fraktur dengan komplikasi, misal mal-union, delayed, union, naunion

dan infeksi tulang.

c. Klasifikasi fraktur berdasarkan radiologis

1) Lokasi : diafisial, metafisal, intra-artikuler, fraktur dengan dislokasi.

2) Konfigurasi : fraktur transfersal, fraktur oblik, fraktur spiral, fraktur

segmental, fraktur komunitif (lebih dari deaffragmen), fraktur baji biasa

pada vertebra karena trauma, fraktur avulse, fraktur depresi, fraktur

pecah, fraktur epifisis.

3) Menurut ekstensi : fraktur total, fraktur tidak total, fraktur buckle atau

trous, fraktur garis rambut, fraktur green stick.

4) Menurut hubungan antara fregmen dengan fregmen lainnya : tidak

bergeser bergeser (bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, over riding,

impaksi)

4. Manifestasi Klinis

Menurut Nurif (2015), tanda dan gejala dari fraktur, antara lain :

a. Tidak dapat menggunakan anggota gerak.


9

b. Nyeri pembengkakan.

c. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh

dari kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat,

kecelakaan kerja, trauma olahraga).

d. Gangguan fungsio anggota gerak.

e. Deformitas, mengalami perubahan bentuk pada daerah fraktur.

f. Kelainan gerak.

g. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada daerah fraktur.

h. Kelainan gerak.

i. Pembengkakan dan perubahan warnalokal pada sebuah fraktur

j. Krepitas atau datang dengan gejala-gejala lain.

5. Faktor Yang Mempengruhi Fraktur

a. Faktor Ekstrinsik Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang

yang bergantung pada besar, waktu, arah dan tekanan yang dapat

menyebabkan fraktur.

b. Faktor Intrinsik Beberapa sifat terpenting dari tulang yang menentukan

daya tahan akan timbulnya fraktur kapasitas absorbs dari tekanan,

elastisitas, kelelahan, dan kepala tulang (Word Healthorganization[WHO],

2012).

6. Tahap Penyembuhan Tulang

Tahap Penyembuhan Tulang Ada lima stadium penyembuhan tulang,

yaitu:
10

a. Tahap Pembentuhan

Hematoma Dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah

dan fibrin yang masuk kearea fratur. Suplai darah meningkat, terbentuklah

hematom yang berkembang menjadi jaringan granulasi sampai hari

kelima.

b. Tahap Proliferasi Seluler

Dalam waktu sekitar 5 hari, hematom akan mengalami organisasi.

Terbentuknya benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk

jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast yang

akan menghailkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada

patahan tulang. Terbentuk jaringan ikatfibrus dan tulang rawan.

c. Tahap Pembentukan

Kallus Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkarang tulang

rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah terhubungkan. Fregmen

patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan

tulang seritimatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar fregmen tulang tergabung

dalam tulang atau jaringan fibrus.

d. Tahap Osifikasi

Pembentukan kallus mulai mengalami penulangan dalam 2-3

minggu patah tulang mulai proses penulangan endokondrial. Mineral terus

menerus ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu. Proses ini

memerlukan waktu 3-4 bulan.


11

e. Konsolusidasi (6-8 bulan) dan Remodeling (6-12 bulan)

Tahap akhir dari perbaikan patah tulang. Dengan aktifitas osteoblas

dan osteoclas, kalus mengalami pembntukan tulang sesuai aslinya

(Prasetya, 2012)

7. Pemeriksaan Penunjang

Pada klien fraktur pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. X-ray menentukan lokasi/luas fraktur

b. Scan tulang memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi

kerusakan jaringan lunak.

c. Arteogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan

vaskuler.

d. Hitung darah lengkap : hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun

pada perdarahan; peningkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan.

e. Kretinin : trauma otot meningkat beban kretinin untuk klirens ginjal.

f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi

atau cederah hati (Nurarif dan Kusuma, 2015)

8. Penatalaksanaan

Prinsip penanganan fraktur meliputi :

a. Reduksi

Reduksi berarti mengembalikan fregmen tulang pada kesejajarannya

dan rotasi anatomis. Reduksi tertutup, mengembalikan fregmen tulang


12

keposisinya (ujung – ujung saling berhubungan) dengan manipulasi

transaksi manual. Alat yang digunakan biasanya traksi, badai dn alat yang

lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna

dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, dan paku.

b. Imobilisasi

Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode ekterna dan interna

mempertahan kan dan mengembalikan fingsi status neurovaskuler selalu di

pantau meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan. Perkiraan

waktu imobilisasi yang dibutukan untuk penyatuan tulang yang mengalami

fraktu adalah sekitar 3 bilan (Nurarif, 2015).

9. Komplikasi

a. Komplikasi Awal Berdasarkan brunner dan suddatrh (2002), beberapa

komplikasi awal yang dapat terjadi pada kondisi fraktur, atara lain :

1. Kerusakan arteri Pecahnya arteri karena trauma di tantandai dengan

tidak adanya nadi, CRT menurun, hematom yang lebar, perubahan

posisi pada yang sakit.

2. Compartment syndrome Komplikasi serius yang terjadi karena

terjebakanya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan

perut. Ini di sebabkan karena odema atau perdarahan yang menekan

otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar

sepertogips dan pembabatan yang terlalu kuat juga dapat

mengakibatkan Compartment syndrome.


13

3. Fat Embolism Syndrome (FES) FES adalah komplikasi serius yang

sering terjadi pada fraktur panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak

yang dihasilkan ole bone marrow kuning masuk ke dalam aliran darah

yang menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai

dengan gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi, takipnea, dan

demam.

4. Infeksi Sistem pertahanan tubuh rusak apa bila terjadi trauma pada

jaringan. Pada trauma, infeksi dimulai pada kulit dan masuk kedalam.

Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena

pengguanaan bahan lain dalam pembedahan.

5. Avaskuler Nekrosis AVN terjadi karena aliran darah ke tulang

terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang yang diawali dengan

adanya volkam’s ischemis.

6. Shock Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.

b. Komplikasi Dalam Waktu Lama Berdasarkaan komplikasi dalam waktu

lama yang dapat terjadi pada fraktur, antara lain (Brunner dan

Suddarth,2020).

1. Delayed union Delayed union merupakan kegagalan fraktur

berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk

menyambung. Ini dikarenakan untuk menurunnya suplai darah ke

tulang
14

2. Nonunion Kegagalan tulang berkonsolidasi dan memproduksi

sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Ditandai

dengan ada adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang

membentuk sendi palsu atau pseudoartrosis. Ini juga disebabkan karena

menurunnya suplai darah ke tulang.

3. Malunion Penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat

kekuatan dan perubahan bentuk. Maunion dilakukan dengan

pembedahan

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Proses keperawatan dalam mengumpulkan informasi atau data tentang

klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah, kebutuhan

kesehatan, dan keperawatan klien, baik fisik, mental, social dan

lingkungan.

a. Identitas

Nama, umur, jenis kelamin, suku, agama, tempat tinggal,

pekerjaan, dan pendidikan. Pada umumnya fraktur terjadi pada laki-laki

dengan usia 20 ± 40 tahun rentan terjadi fraktur.Pada penderita fraktur,

umur menjadi pengaruh dalam proses penyembuhan fraktur, akan

semakin lama karena saat usia tua tulang tidak bergenerasi lagi.

Pekerjaan juga menjadi pengaruh utama pada fraktur mengingat fraktur

paling sering disebabkan karena kecelakaan.


15

b. Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus post operative

fracture adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut terjadi karena pemasangan

traksi / tindakan pembedahan.

c. Riwayat penyakit sekarang

Pada klien fraktur / patah tulang nyeri dapat disebabkan karena

tindakan pembedahan. Untuk memperoleh pengkajin yang lengkap

tentang rasa nyeri klien yaitu dengan pengkajian PQRST:

1) Provoking Incident : Faktor nyeri yaitu akibat tindakan

pembedahan.

2) Quality of Pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau

digambarkan klien. Apakah nyerinya seperti terbakar, berdenyut

atau menusuk.

3) Region : Apakah nyeri menjalar atau menyebar, dan seberapa jauh

penyebarannya, dan samapi dimana rasa sakit terjadi.

4) Severity ( Scale) of Pain : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan

klien, dapat di ukur dengan menggunakan skala nyeri 1- 10 yaitu :

Tipe nyeri :

10 : Nyeri sangat berat

7-9 : Tipe nyeri berat 4-6 : Tipe nyeri sedang

1-3 : Tipe nyeri ringan

Skala intesitas nyeri

0 : Tidak ada nyeri


16

1 : Nyeri seperti gatal, tersetrum atau nyut ± nyutan

2 : Nyeri seperti melilit atau terpukul

3 : Nyeri seperti perih atau mules

4 : Nyeri seperti kram dan kaku

5 : Nyeri seperti tertekan atau bergerak

6 : Nyeri seperti terbakar atau ditusuk

7, 8, 9 : Sangat nyeri tetapi dapat dikontrol oleh klien dengan

aktifitas yang bisa dilakukan.

10 : Sangat dan tidak dapat di kontrol oleh klien

(Saduran dari Fundamental of Nursing, Sudiharto).

5) Time : kapan nyeri itu timbul, dan berapa lama nyeri berlangsung,

apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.

d. Riwayat penyakit dahulu

Pada klien fraktur / patah tulang dapat disebabkan oleh trauma atau

kecelakaan, degeneratif dan patologi. Pernah mengalami kejadian patah

tulang atau tidak sebelumnya dan ada atau tidaknya klien megalami

pembedahan perbaikan dan pernah menderita osteoporosis sebelumnya.

e. Riwayat penyakit keluarga Pada keluarga klien ada atau tidak yang

menderita osteoporosis Arthritis dan tuberkolosis atau penyakit lain

yang sifatnya menurun dan menular.

f. Pemeriksaan fisik

Berdasarkan B1 - B6
17

1) B1 (Breathing)

 Inspeksi : Tidak ada perubahan yang menonjol seperti bentuk

dada ada tidaknya sesak nafas, pernafasan cuping hidung, dan

pengembangan paru antara kanan dan kiri simetris.

 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, gerakan vokal fremitus antara

kanan dan kiri sama. Perkusi : Bunyi paru resonan

 Auskultasi : Suara nafas vesikuler tidak ada suara tambahan

seperti whezzing atau ronchi

2) B2 (Blood)

 Inspeksi : Kulit dan membran mukosa pucat.

 Palpasi : Tidak ada peningkatan frekuensi dan irama denyut

nadi, tidak ada peningkatan JVP, CRT menurun >3detik

 Perkusi : Bunyi jantung pekak

 Auskultasi : Tekanan darah normal atau hipertensi (kadang

terlihat sebagai respon nyeri), bunyi jantung 1 dan II terdengar

lupdup tidak ada suara tambahan seperti mur mur atau gallop.

3) B3 (Brain)

 Inspeksi : Mengkaji kesadaran dengan nilai GCS, tidak ada

kejang, tidak ada kelainan nervus cranialis.

 Palpasi : Tidak ada nyeri kepala


18

4) B4 (Bladder)

 Inspeksi : Pada miksi klien tidak mengalami gangguan, warna

urin jernih, buang air kecil 3-4 x/hari.

 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih

5) B5 (Bowel)

 Inspeksi : Keadaan mulut bersih, mukosa lembab, keadaan

abdomen normal tidak asites.

 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan atau massa pada abdomen.

 Perkusi : Normal suara tympani

 Auskultasi : Peristaltik normal

6) B6 (Musculoskeletal)

 Inspeksi : Aktivitas dan latihan mengalami perubahan atau

gangguan dari post operative closed fracture humerus sinistra

sehingga kebutuhan perluh dibantu baik oleh perawat atau

keluarga, misalnya kebutuhan sehari-hari, mandi, BAB, BAK

dilakukan diatas tempat tidur. Pada area luka beresiko tinggi

terhadap infeksi, sehingga tampak diperban atau dibalut. Tidak

ada perubahan yang menonjol pada sistem integumen seperti

warna kulit, adanya jaringan parut atau lesi, adanya perdarahan,

adanya pembengkakan, tekstur kulit kasar dan suhu kulit hangat

serta kulit kotor.

 Palpasi : Adanya nyeri, kekuatan otot pada area fraktur

mengalami perubahan akibat kerusakan rangka neuromuscular,


19

mengalami deformitas pada daerah trauma, ROM menurun yaitu

mengkaji dengan skala ROM :

a) Skala 0 : Paralisis total

b) Skala 1 : Tidak ada gerakan, teraba atau terlihat adanya

kontraksi otot.

c) Skala 2 : Gerakan otot penuh menantang gravitasi dengan

sokongan.

d) Skala 3 : Gerakan normal menentang gravitasi

e) Skala 4 : Gerakan normal menentang gravitasi dengan sedikit

tahanan.

f) Skala 5 : Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan

tahanan penuh.

7) B7 (Penginderaan)

 Inspeksi : Pada mata terdapat gangguan seperti konjungtiva

anemis (jika terjadi perdarahan), pergerakan bola mata

normal pupil isokor.

8) B8 (Endokrin)

 Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada

pembesaran kelenjar parotis.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan, post operative closed

fracture humerus sinistra


20

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan suplai

darah ke jaringan menurun.

c. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka post operative

closed fracture humerus sinistra

d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neuromuscular, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi) (Nurarif, 2015).

3. Intervensi Keperawatan

N Nanda Noc Nic


o
1. Nyeri akut  pain level  lakuka pengkajian nyeri secara
berhubungan  pain kontrol komprehensif termasuk lokasi,
dengan trauma  comfort level karateristik, durasi, frekuensi,
jaringan, post kualitas dan fakor presipitasi.
operative closed Kriteria hasil ;  Observasi reaksi nonverbal dari
fracture  pasien mampu ketidaknyamanan
humerus mengontrol nyeri  Gunakan komunikasi terapeutik
sinistra  melaporkan bahwa untuk mengetahui pengalaman
nyeri berkurang nyeri pasien.
dengan  Ajarkan tehnik relaksasi kepada
menggunakan pasien
manajemen nyeri  Kolaborasi pemberian analgetik
untuk mengurangi nyeri.
2. Ketidakefektifa  Circulation status  monitor adanya daerah tertentu
n perfusi  Tissue perfusion : yang hanya peka
jaringan perifer cerebral terhadap panas/dingin/tajam/tu
berhubungan Kriteria hasil mpul
dengan suplai Mendemonstrasikan  batasi gerakan pada
darah ke status sirkulasi yang di kepala,leher dan punggung
jaringan tandai dengan :
menurun.
 Tekanan systole dan
diastole dalam
rentang yang di
harapkan
 Tidak ada
ortostatikhipertensi
21

Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif
yang ditandai dengan :
 berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai
dengankemampuan
 menunjukan
perhatian,konsentrasi,
dan orientasi"
 menunjukan fungsi
sensori motori
cranialyang utuh;
tingkat kesadaran
membaik,tidak ada
gerakangerakan
involunter

3. Kerusakan  Tissue integrity ;skin  jaga kebersihan kulit agar


Integritas kulit and mucous tetapkering dan bersih
berhubungan  Membranes  Anjurkan pasien
dengan luka  hemodyalis akses menggunakan pakaian yang
post operative longgar
closed fracture Kriteria hasil ;  monitor akti.itas dan
humerus  integritas kulit mobilisasi pasien
sinistra yang baik  ganti balutan, bersihkan
bisadipertahankan areasekitar jahitan atau
(sensasi, elastisitas, staples ,menggunakan lidi kecil
temperatur, hidrasi, 
pigmentasi) tidak ada
luka/lesi
 menunjukan pemaham
an dalam proses
perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya
cidera ulang

4. Hambatan  Joint movement :  Monitor vital sign sebelum /


mobilitas fisik active sesudah latihan dan lihat respon
berhubungan  Mobility level pasien saat latihan
dengan  Self care : ADL  Kaji kemampuan pasien dalam
kerusakan  Transfer performance mobilisasi
rangka  Dampingi dan bantu pasien saat
neuromuscular, kriteria hasil: mobilisasi dan bantupenuhi
nyeri, terapi  Pasien meningkat kebutuhan
22

restriktif dalam aktivitas fisik  Berikan alat bantu jika klien


(imobilisasi)  Mengerti tujuan dari memerlukan.
peningkatan
mobilisasi
 Memverbalisasi
perasaan dalam
meningkakan
kekuatan dalam
kemampuan berpindah

4. Implemenasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana

keperawatan oleh perawat dan pasien. Implementasi keperawatan adalah

pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun

pada tahap perencanaan (Zahroh, 2021). Implementasi keperawatan

merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah

perawat menyusun rencana keperawatan. Tindakan dilakukan sesuai

dengan yang telah direncanakan, mencakup kegiatan mandiri dan

kolaborasi. Dengan rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan

diagnosis yang tepat, intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan dan

hasil yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status

kesehatan klien (Mayori, 2018)

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan

intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang

telah diberikan. Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus

dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan


23

bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau

menghentikan rencana keperawatan (Zahroh, 2021).


DIAGNOSA KEPERAWAAN

No DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


1 DS: Trauma jaringan Nyeri akut berhubungan
Klien mengeluh nyeri pada post operative dengan trauma jaringan,
luka bekas operasi, nyeri post operative closed
seperti tersayat-sayat pada fracture humerus sinistra
lengan tangan kiri, skala nyeri
yang dirasa 7, nyeri semakin
bertambah saat melakukan
perubahan posisi.

DO:
 K/u cukup
 Kesadaran composmentis,
GCS 4- 5-6
 TTV.TD: 110/80mmHg
S:36,5°C, N: 80x/menit.
RR:20x/menit. Ekspresi
wajah : menyeringai 4).
Nyeri (+) skala 7 5). Fraktur
(+) humerus sinistraLuka
bekas operasi (+) terbalut
kasa steril dan dibebat,
belum pernah di buka.

24
25

2 DS: aliran darah ketidakefektifan perfusi


 Pasien mengatakan badanya melambat
lemas jaringan perifer

berhubungan dengan
DO:
 CRT kembali 4 detik suplai darah ke jaringan
 Anemis
 Tingka kesadaran menurun.
komposmenis

3 DS: kerusakan rangka Hambatan mobilitas fisik


 Klien mengatakan kaku neuromuscular, berhubungan dengan
disertai nyeri pada lengan nyeri, terapi kerusakan rangka
atas tangan kiri saat restriktif neuromuscular, nyeri,
melakukan perubahan (imobilisasi). terapi restriktif
posisi. (imobilisasi)

DO:
 K/u cukup
 Fraktur (+) humerus sinistra
Luka bekas operasi (+) pada
lengan tangan kiri
 Klien tidak mampu
melakukan aktivitas secara
mandiri.
 ROM pada tangan kiri
terbatas
 Klien tampak menyeringai
saat melakukan perubahan
posisi (mika/miki)

RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN


26

No Nanda Noc Nic


1. Nyeri akut  pain level  lakuka pengkajian nyeri secara
berhubungan  pain kontrol komprehensif termasuk lokasi,
dengan trauma  comfort level karateristik, durasi, frekuensi,
jaringan, post kualitas dan fakor presipitasi.
operative closed Kriteria hasil ;  Observasi reaksi nonverbal dari
fracture  pasien mampu ketidaknyamanan
humerus sinistra mengontrol nyeri  Gunakan komunikasi terapeutik
 melaporkan bahwa untuk mengetahui pengalaman
nyeri berkurang nyeri pasien.
dengan menggunakan  Ajarkan tehnik relaksasi kepada
manajemen nyeri pasien
 Kolaborasi pemberian analgetik
untuk mengurangi nyeri.
2. Ketidakefektifa  Circulation status  monitor adanya daerah tertentu
n perfusi  Tissue perfusion : yang hanya peka
jaringan perifer cerebral terhadap panas/dingin/tajam/tum
berhubungan Kriteria hasil pul
dengan suplai Mendemonstrasikan  batasi gerakan pada kepala,leher
darah ke status sirkulasi yang di dan punggung
jaringan tandai dengan :
menurun.
 Tekanan systole dan
diastole dalam rentang
yang di harapkan
 Tidak ada
ortostatikhipertensi

Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif
yang ditandai dengan :
 berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai
dengankemampuan
 menunjukan
perhatian,konsentrasi,
dan orientasi"
 menunjukan fungsi
sensori motori
cranialyang utuh;
tingkat kesadaran
membaik,tidak ada
gerakangerakan
involunter
27

3. Hambatan  Joint movement :  Monitor vital sign sebelum /


mobilitas fisik active sesudah latihan dan lihat respon
berhubungan  Mobility level pasien saat latihan
dengan  Self care : ADL  Kaji kemampuan pasien dalam
kerusakan  Transfer performance mobilisasi
rangka  Dampingi dan bantu pasien saat
neuromuscular, kriteria hasil: mobilisasi dan bantupenuhi
nyeri, terapi  Pasien meningkat kebutuhan
restriktif dalam aktivitas fisik  Berikan alat bantu jika klien
(imobilisasi)  Mengerti tujuan dari memerlukan.
peningkatan mobilisasi
 Memverbalisasi
perasaan dalam
meningkakan kekuatan
dalam kemampuan
berpindah

CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN

No Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


Jam
1. Nyeri akut hari 1  lakuka pengkajian nyeri S:
berhubungan secara komprehensif pasien mengaakan nyeri tangan kiri
senin
dengan termasuk lokasi,
trauma 15.00 karateristik, durasi, O:
jaringan, post frekuensi, kualitas dan  K/u sedang
operative fakor presipitasi.
closed  Kesadaran composmentis, GCS
 Observasi reaksi
fracture nonverbal dari 4- 5-6
humerus ketidaknyamanan
sinistra  TTV.TD: 160/80 mmHg
 Gunakan komunikasi
terapeutik untuk T: 36,5°C,
mengetahui pengalaman
HR: 90x/menit.
nyeri pasien.
 Ajarkan tehnik relaksasi RR:20x/menit.
kepada pasien
HB: 5, 1 gr/dl
 Kolaborasi pemberian
analgetik untuk
mengurangi nyeri. A : Nyeri akut
28

P: Intervensi dilanjukan
 Kaji skala nyeri
 Ajakan relaksasi nafas dalam
 Atur posisi pasien
 Panau hasil lab

2. Ketidakefektif hari 1  monitor adanya daerah S:


an perfusi tertentu yang hanya peka  Pasien mengatakan badanya
senin
jaringan terhadap panas/dingin/taj lemas
perifer 15.00 am/tumpul
berhubungan  batasi gerakan pada
dengan suplai kepala,leher dan O:
darah ke punggung  CRT kembali 4 detik
jaringan  Anemis
menurun.  Tingka kesadaran komposmenis

A : gangguan perfusi jaringan

P: Intervensi dilanjukan
 Panau hasil lab

3. Hambatan hari 1  Monitor vital sign S:


mobilitas fisik sebelum / sesudah latihan  Klien mengatakan kaku disertai
senin
berhubungan dan lihat respon pasien nyeri pada lengan atas tangan kiri
dengan 15.00 saat latihan saat melakukan perubahan posisi.
kerusakan  Kaji kemampuan pasien DO:
rangka dalam mobilisasi  K/u cukup
neuromuscula  Dampingi dan bantu  Fraktur (+) humerus sinistra Luka
r, nyeri, terapi pasien saat mobilisasi dan bekas operasi (+) pada lengan
restriktif bantupenuhi kebutuhan tangan kiri
(imobilisasi)  Berikan alat bantu jika  Klien tidak mampu melakukan
klien memerlukan. aktivitas secara mandiri.
 ROM pada tangan kiri terbatas

A : hambatan mobilias fisik

P: Intervensi dilanjukan
29

 Bantu pasien untuk melakukan


aktivitas fisik

No Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


Jam
1. Nyeri akut hari 2  lakuka pengkajian nyeri S:
berhubungan secara komprehensif pasien mengaakan nyeri tangan kiri
selasa
dengan termasuk lokasi,
trauma 10.00 karateristik, durasi, O:
jaringan, post frekuensi, kualitas dan  K/u sedang
operative fakor presipitasi.
closed  Kesadaran composmentis, GCS
 Observasi reaksi
fracture nonverbal dari 4- 5-6
humerus ketidaknyamanan
sinistra  TTV.TD: 160/80 mmHg
 Gunakan komunikasi
terapeutik untuk T: 36,5°C,
mengetahui pengalaman
HR: 90x/menit.
nyeri pasien.
 Ajarkan tehnik relaksasi RR:20x/menit.
kepada pasien
HB: 5, 1 gr/dl
 Kolaborasi pemberian
analgetik untuk
mengurangi nyeri. A : Nyeri berkurang
P: Intervensi dilanjukan
 Kaji skala nyeri
 Ajakan relaksasi nafas dalam
 Atur posisi pasien
 Panau hasil lab

2. Ketidakefektif hari 2  monitor adanya daerah S:


an perfusi tertentu yang hanya peka  Pasien mengatakan badanya
selasa
jaringan terhadap panas/dingin/taj lemas
perifer 10.00 am/tumpul
berhubungan  batasi gerakan pada
dengan suplai kepala,leher dan O:
darah ke punggung  CRT kembali 4 detik
jaringan  Anemis
menurun.
30

 Tingka kesadaran komposmenis

A : masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjukan
 Panau hasil lab

3. Hambatan hari 2  Monitor vital sign S:


mobilitas fisik sebelum / sesudah latihan  Klien mengatakan kaku disertai
selasa
berhubungan dan lihat respon pasien nyeri pada lengan atas tangan kiri
dengan 10.00 saat latihan saat melakukan perubahan posisi.
kerusakan  Kaji kemampuan pasien DO:
rangka dalam mobilisasi  K/u cukup
neuromuscula  Dampingi dan bantu  Fraktur (+) humerus sinistra Luka
r, nyeri, terapi pasien saat mobilisasi dan bekas operasi (+) pada lengan
restriktif bantupenuhi kebutuhan tangan kiri
(imobilisasi)  Berikan alat bantu jika  Klien tidak mampu melakukan
klien memerlukan. aktivitas secara mandiri.
 ROM pada tangan kiri terbatas

A : masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjukan
 Bantu pasien untuk melakukan
aktivitas fisik

No Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


31

Jam
1. Nyeri akut hari 3  lakuka pengkajian nyeri S:
berhubungan secara komprehensif pasien mengaakan nyeri tangan kiri
rabu
dengan termasuk lokasi,
trauma 20.00 karateristik, durasi, O:
jaringan, post frekuensi, kualitas dan  K/u sedang
operative fakor presipitasi.
closed  Kesadaran composmentis, GCS
 Observasi reaksi
fracture nonverbal dari 4- 5-6
humerus ketidaknyamanan
sinistra  TTV.TD: 160/80 mmHg
 Gunakan komunikasi
terapeutik untuk T: 36,5°C,
mengetahui pengalaman
HR: 90x/menit.
nyeri pasien.
 Ajarkan tehnik relaksasi RR:20x/menit.
kepada pasien
HB: 5, 1 gr/dl
 Kolaborasi pemberian
analgetik untuk
mengurangi nyeri. A : masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dihentikan

2. Ketidakefektif hari 3  monitor adanya daerah S:


an perfusi tertentu yang hanya peka  Pasien mengatakan badanya
rabu
jaringan terhadap panas/dingin/taj lemas
perifer 20.00 am/tumpul
berhubungan  batasi gerakan pada
dengan suplai kepala,leher dan O:
darah ke punggung  Tingka kesadaran komposmenis
jaringan
menurun. A : masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

3. Hambatan hari 3  Monitor vital sign S:


mobilitas fisik sebelum / sesudah latihan  Klien mengatakan kaku disertai
rabu
berhubungan dan lihat respon pasien nyeri pada lengan atas tangan kiri
dengan 20.00 saat latihan saat melakukan perubahan posisi.
kerusakan  Kaji kemampuan pasien DO:
rangka dalam mobilisasi  K/u cukup
neuromuscula  Dampingi dan bantu  Fraktur (+) humerus sinistra Luka
32

r, nyeri, terapi pasien saat mobilisasi dan bekas operasi (+) pada lengan
restriktif bantupenuhi kebutuhan tangan kiri
(imobilisasi)  Berikan alat bantu jika  Klien tidak mampu melakukan
klien memerlukan. aktivitas secara mandiri.
 ROM pada tangan kiri terbatas

A : masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai