Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN KASUS SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA TN.T DENGAN


DIAGNOSA MEDIS CA COLON DI RUANG INAP LANTAI TIGA RUMAH
SAKIT
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA.

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Anna Katria NIM


2019.NS.B.07.001
Ayu Nancyana NIM
2019.NS.B.07.003
Delfie Maroangi NIM
2019.NS.B.07.005
Eka Pionita NIM
2019.NS.B.07.007
Elsie Solaika NIM
2019.NS.B.07.009
Emelda Pertiwi NIM
2019.NS.B.07.011

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2019

1
LEMBAR PERSETUJUAN

2
LEMBAR PENGESAHAN

3
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya,
sehingga kelompok dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
“Asuhan Keperawatan Tn. T Dengan Diagnosa Medis CA Colon Di Ruang Inap
Lantai Tiga Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya”. Disusun guna
memenuhi salah satu tugas laporan asuhan keperawatan medikal bedah.
Selama penyelesaian asuhan keperawatan ini, kelompok banyak memperoleh
masukan berupa pengalaman, petunjuk-petunjuk, pengetahuan maupun ilmu yang
sangat berharga dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung,
sehingga laporan studi kasus ini dapat diselesaikan walaupun masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kelompok ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Akhmad Ja’far, S.Kep., Ns selaku kepala ruangan di IRNA 3 yang telah
menyediakan tempat bagi pelaksanaan praktik Mahasiswa (i) STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. DR.dr. Andriansyah Arifin.,MPH, selaku Ketua Yayasan dan seluruh pengurus
Yayasan Eka Harap Palangka Raya yang telah menyediakan sarana dan prasarana
dalam mengikuti pendidikan di STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. Selaku ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya
4. Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, selaku Ketua Proram Studi S1 Ners di STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
5. Henry Wiyono M.Kep., Ners, selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan dorongan dan masukan serta arahan dalam membimbing
menyelesaikan laporan studi kasus ini.
6. Seluruh dosen dan staf yang telah bersedia memberikan ilmu, bimbingan,
mendidik, dan membantu selama ini.
7. Kedua orang tua kami, yang selalu memberi dukungan dan doa, moral dan materil
untuk penulis, sehingga dapat menyelesaikan laporan studi kasus kasus ini dengan
sebaik-baiknya.
8. Keluarga Tn. T yang telah memberikan informasi dengan penuh keterbukaan.
9. Semua teman-teman jurusan Profesi S1 Ners dan semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun Studi Kasus ini.

4
Kelompok menyadari masih banyak kekurangan dalam menulis laporan ini.
Oleh karena itu kelompok berharap adanya masukan dari berbagai pihak untuk
perbaikan dimasa yang akan mendatang.
Semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat untuk pedoman dan
pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan yang diharapkan.

Surabaya, Oktober 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

5
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................... 3
BAB 2 Konsep Teori .............................................................................. 4
2.1 Pengertian CA Colon .................................................................. 4
2.2 Anatomi Fisiolgi ......................................................................... 4
2.3 Etiologi ....................................................................................... 5
2.4 Klasifikasi ................................................................................... 6
2.5 Patofisiologi ................................................................................ 7
2.6 Manifestasi Klinis ....................................................................... 10
2.7 Komplikasi ................................................................................. 10
2.8 Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 10
2.9 Penatalaksanaan .......................................................................... 11
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .................................................... 17
3.1 Pengkajian................................................................................... 17
3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 31
3.3 Rencana/Intervensi Keperawatan ............................................... 34
3.4 Implementasi .............................................................................. 36
3.5 Evaluasi ...................................................................................... 36
BAB 4 PEMBAHASAN ......................................................................... 43
4.1 Pengkajian................................................................................... 43
4.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 43
4.3 Rencana Keperawatan ................................................................ 44
4.4 Implementasi Perencanaan ......................................................... 44
4.5 Evaluasi....................................................................................... 45
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 46
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 46
5.2 Saran ........................................................................................... 46
5.2.1 Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi. ................. 46
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan .......................................................... 46
5.2.3 Bagi Tempat Penelitian............................................................. 46

6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker kolorektal merupakan penyakit kanker yang menepati urutan ketiga
terbesar di dunia dan penyebab kematian keempat terbanyak di dunia yang
disebabkan karena kanker (Siregar 2007:4). Kanker merupakan salah satu penyebab
kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2017 ini diprediksikan hampir 9 juta
orang meninggal diseluruh dunia dan akan terus meningkat hingga 13 juta orang per
tahun di 2030. Prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4 per 100 penduduk atau
sekitar 347.000 orang Penyebab terbesar akibat kanker setiap tahunnya antara lain
disebabkan oleh kanker paru, kanker payudara, kanker hati, dan kanker kolorektal.
(Kemenkes, 2017).

7
Kanker kolorektal di Indonesia merupakan jenis kanker ketiga terbanyak.
Menurut data GLOBOCAN tahun 2012, insiden kanker kolorektal di Indonesia
adalah 12,8 per 100.000 penduduk usia dewasa, dengan mortalitas 9,5% dari seluruh
kasus kanker (Dwi Mitra Sari, 2018). Tingginya kasus kanker kolorektal disebabkan
karena hampir setengah dari pasien terdiagnosis pada tahap lanjutan, sehingga
penanganan sulit dilakukan. Banyaknya penderita kanker kolorektal yang
terdiagnosis pada tahap lanjutan disebabkan karena pada tahap awal biasanya tidak
muncul gejala pada penderita. Menurut Jakarta Cancer Registry tahun 2012, kanker
kolorektal menempati urutan keempat untuk kanker yang menyerang wanita (3.15
per 100.000) dan menempati urutan kedua (4.13 per 100.000) untuk kanker yang
menyerang laki-laki. Kejadian dan tingkat kematian yang disebabkan oleh kanker
kolorektal meningkat seiring bertambahnya usia. Secara keseluruhan, 90% kasus
baru dan 94% kematian terjadi pada umur 50 tahun atau lebih. Angka insidens kanker
kolorektal 15 kali lebih tinggi pada umur 50 tahun ke atas daripada mereka yang
berumur 20-49 tahun (Gontar Alamsyah, 2007:4).
Terdapat beberapa faktor pemicu kanker kolorektal, secara garis besar dapat
dibagi dua, yakni faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat
dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin,
genetik, polip kolon dan riwayat individual penyakit kronis inflamatorik usus. Faktor
risiko yang dapat dimodifikasi adalah kurangnya aktivitas fisik, obesitas, asupan
makanan, merokok, konsumsi alkohol, dan diabetes melitus.

8
Usia merupakan faktor paling relevan yang mempengaruhi risiko karsinoma kolorektal
pada sebagian besar populasi. Hasil penelitian Seung Eun Lee tahun 2016 menyatakan
bahwa umur berisiko 1,7 kali terhadap kejadian kolorektal. Hal ini didukung oleh
penelitian Izzaty di RSUD Moewardi Surakarta tahun 2015 menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara usia terhadap kejadian kanker kolorektal. Perbedaan
antara wanita dan laki-laki dalam hal kadar hormon, aktivitas sehari-hari dan dalam
konsumsi makanan pun dianggap bisa menjadikan perbedaan faktor risiko untuk menjadi
kanker kolorektal. Penelitian di Semarang yang dilakukan Kurahmawati tahun 2012
menyatakan laki-laki mempunyai 3,641 kali menderita kanker kolorektal dibandingkan
perempuan. Hal ini didukung oleh penelitian Brenner yang menyebutkan bahwa prevalensi
karsinoma kolorektal dalam setiap kelompok umur, dua kali lebih tinggi pada laki-laki
dibandingkan pada wanita.
Obesitas dengan mobilitas minimum juga bermakna meningkatkan kanker yang
berhubungan dengan mortalitas, termasuk kanker kolorektal. Risiko kanker kolon
meningkat 15% pada orang dengan BMI > 27 kg/m2 dan risiko meningkat menjadi 33%
pada obesitas (BMI > 30 kg/m2) dibanding berat badan normal. Diabetes melitus
merupakan salah satu faktor risiko kanker kolorektal yang dapat dimodifikasi. Diabetes
melitus terkait dengan risiko kanker kolorektal berhubungan dengan resistensi insulin dan
hiperinsulinemia.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memberikan asuhan
secara menyeluruh, baik dalam hal fisiologi maupun psikologi. Dengan banyaknya luaran
yang muncul akibat Ca Colon, perawat diharapkan memberikan asuhan yang tepat guna
dan efisien pada penderita. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik dalam
memberikan asuhan keperawatan medikal bedah dengan diagnosa Ca Colon.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Tn. T
dengan Ca Colon di ruang rawat inap lantai 3 Universitas Airlangga Surabaya?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada
klien Tn. T dengan Ca Colon di ruang rawat inap lantai 3 Universitas Airlangga
Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengertian Ca Colon
2. Mengetahui anatomi fisiologis
3. Mengetahui etiologi dari Ca Colon
4. Mengetahui klasifikasi

9
5. Menguraikan bagaimana patofisiologis Ca Colon
6. Menyebutkan manifestasi klinis
7. Menyebutkan komplikasi
8. Menyebutkan pemeriksaan penunjang
9. Menyebutkan penatalaksanaan
10. Mampu memahami dan melaksanakan askep pada klien dengan cholelithiasis
mulai dari pengkajian sampai evaluasi
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang Asuhan Keperawatan
pada klien Tn. T dengan kelainan Ca Colon.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Studi kasus ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan terapan, khususnya berkaitan dengan melakukan asuhan keperawatan
klien Ca Colon.
1.4.2.2 Bagi Rumah Sakit
Studi kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak pelayanan rumah sakit
untuk bahan peningkatan kinerja perawat dalam rangka peningkatan kualitas
pelayanan asuhan keperawatan, khususnya dalam melakukan asuhan keperawatan
klien Ca Colon.
1.4.2.3 Bagi Penulis
Studi kasus ini diharapkan dapat dipakai sebagai pengalaman belajar dalam
menerapkan ilmu terutama ilmu studi kasus dengan cara melakukan penelusuran
secara langsung terhadap klien Ca Colon.

10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang
abnormal, bila hal ini terjadi di usus besar atau rectum maka disebut kanker kolorektal
(American Cancer Society, 2017).
American Cancer Society (ACA) tahun 2016, menjelaskan bahwa kanker
kolorektal adalah kanker yang dimulai di usus besar atau rektum. Kanker ini juga bisa
disebut kanker usus besar atau kanker rektum, tergantung tempat bermulanya. Kanker
usus besar dan kanker rektum sering dikelompokkan bersama karena memiliki banyak
kesamaan.
Hampir semua kanker usus besar adalah adenokarsinoma. Adenokarsinoma
adalah kanker sel yang melapisi kelenjar dan, dalam kasus kanker usus besar,
memmproduksi lendir (National Comprehensive Cancer Network, 2016) Awalnya
kanker kolorektal dapat muncul sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas,
menginvasi dan menghancurkan jaringan normal, dan meluas ke struktur sekitarnya
(Smeltzer, 2015).
2.2 Anatomi Fisiologi
Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks dan rektum. Kolon yng
membentuk sebagian usus besar tidak bergelung seperti usus halus dan terdiri dari tiga
bagain besar yaitu kolon asendens, kolon tranversum dan kolon desenden (Sherwood,
2011). Fungsi usus besar adalah menyerap air, vitamin dan elektrolit, eksresi mukus,
serta menyimpan feses dan kemudian mendorongnya keluar. Sebagian besar
pencernaan dan penyerapan telah dilakukan usus halus maka isi yang dialirkan ke
kolon hanya residu pendernaan yang tidak tercerna (misal selulosa), komponen
empedu yang tidak diserap serta cairan (Sherwood, 2011). Kolon menerima 700-1000
ml cairan usus halus namun hanya 150-200 ml yang dikeluarkan sebagai feses setiap
harinya.

Large Intestine
Transverse colon

Ascending colon
Descending
Small intestine colon
Ileocecal valve
Caecum
Appendix
Sigmoid colon
Rectum External anal sphincter
Internal anal sphincter
Anus Anal canal

11
2.3 Etiologi
Sebagian besar kanker kolon dimulai dari polip pada lapisan dalam usus besar atau
rektum Beberapa jenis polip dapat berubah menjadi kanker selama beberapa tahun,
namun tidak semua polip menjadi kanker. Kemungkinan berubah menjadi kanker
tergantung pada jenis polip. 2 jenis polip utama adalah:
1) Adenomatous polyps (adenoma): Polip ini kadang berubah menjadi kanker.
Karena itu, adenoma disebut kondisi pra-kanker.
2) Hyperplastic polyps dan inflammatory polyps: Polip ini lebih sering terjadi,
namun secara umum tidak bersifat pra-kanker.
Adapun faktor resiko dari kanker kolorektal berdasarkan National Cancer Institute
(2017) adalah :
1) Usia
Menurut ACA (2017), risiko kanker kolorektal meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Proporsi kasus yang di diagnosis pada individu yang berusia
dibawah 50 tahun meningkat dari 6 % pada tahun 1990 menjadi 11% pada tahun
2013. Sebagian besar (72%) pada kasus ini terjadi pada individu dengan usia di
atas 40 tahun.
2) Genetik
Hampir 30% pasien kanker kolorektal memiliki riwayat keluarga dengan penyakit
ini, sekitar 5% diantaranya disebabkan oleh kelainan genetic yang diwariskan.
Individu dengan riwayat keluarga tingkat pertama (orangtua, saudara kandung
atau anak) yang didiagnosis dengan kanker kolorektal memiliki risiko 2 sampai 4
kali dibandingkan mereka yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan penyakit
tersebut.
3) Riwayat menderita adenoma beresiko tinggi (polip kolorektal yang berukuran 1
sentimeter atau lebih besar atau memiliki sel yang terlihat abnormal di bawah
mikroskop).
4) Riwayat menderita kolitis ulserativa kronis atau penyakit Crohn selama 8 tahun
atau lebih. Penyakit Crohn juga sering disebut colitis granulomatosis atau colitis
transmural, merupakan peradangan di seluruh dinding granulomatois, sedangkan
colitis ulseratif secara primer adalah inflamasi yang terbatas di selaput lendir
kolon. Risiko terjadinya kanker kolon pada Crohn;s lebih besar.
5) Mengonsumsi alkohol
Konsumsi alkohol sedang dan berat (<12,5 gram perhari, sekitar satu minuman),
dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kolon. Dibandingkan dengan
seseorang yang tidak minum alcohol dan hanya mengonsumsi sesekali, seseorang

12
yang rata-rata mengonsumsi 2 sampai 3 minuman beralkohol per hari memiliki
risiko kanker 20% lebih tinggi, dan yang mengonsumsi lebih dari 3 minuman per
hari memiliki sekitar 40% peningkatan risiko.
6) Merokok
Badan Penelitian Kanker Internasional pada November 2009 melaporkan bahwa
merokok dapat menyebabkan kanker kolorektal. Kaitan terhadap rectum lebih
besar dibandingkan dengan kolon.
7) Gaya hidup (obesitas)
Obesitas dapat meningkatkan risiko kanker kolon yang lebih tinggi pada pria
dibandingkan wanita. Secara khusus seseorang dengan berat badan normal, pria
obesitas memiliki 50% risiko kanker kolon lebih tinggi dan kanker rectal 20%,
sedangkan wanita obesitas memiliki sekitar 20% peningkatan risiko kanker kolon
dan risiko kanker rectal 10%. Obesitas dapat berdampak negative pada kesehatan
metabolic yang merupakan fungsi utama dari semua proses biokimia didalam
tubuh. Studi terbaru menunjukkan bahwa kesehatan metabolik yang buruk
memiliki kaitan dengan kejadian kanker kolorektal.
2.4 Klasifikasi
Duke (Black & Hawks, 2014)
1) Stadium 0 (carcinoma in situ)
Kanker belum menembus membran basal dari mukosa kolon atau rektum.
2) Stadium I
Kanker telah menembus membran basal hingga lapisan kedua atau ketiga
(submukosa/ muskularis propria) dari lapisan dinding kolon/ rektum tetapi
belum menyebar keluar dari dinding kolon/rektum (Duke A).
3) Stadium II
Kanker telah menembus jaringan serosa dan menyebar keluar dari dinding
usus kolon/rektum dan ke jaringan sekitar tetapi belum menyebar pada
kelenjar getah bening (Duke B).
4) Stadium III
Kanker telah menyebar pada kelenjar getah bening terdekat tetapi belum pada
organ tubuh lainnya (Duke C).
5) Stadium IV
Kanker telah menyebar pada organ tubuh lainnya (Duke D).
6) Stadium TNM menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC)
Stadium T N M Duke
0 Tis N0 M0 -

13
I T1 N0 M0 A
T2 N0 M0
II A T3 N0 M0 B
II B T4 N0 M0
III A T1-T2 N1 M0 C
III B T3-T4 N1 M0
III C Any T N2 M0
IV Any T Any N M1 D
(Black & Hawks, 2014)
Keterangan
T : Tumor primer
Tx : Tumor primer tidak dapat di nilai
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : Carcinoma in situ, terbatas pada intraepitelial atau terjadi invasi pada
lamina propria
T1 : Tumor menyebar pada submukosa
T2 : Tumor menyebar pada muskularis propria
T3 : Tumor menyebar menembus muskularis propria ke dalam subserosa
atau ke dalam jaringan sekitar kolon atau rektum tapi belum mengenai
peritoneal.
T4 : Tumor menyebar pada organ tubuh lainnya atau menimbulkan
perforasi
peritoneum viseral.
N : Kelenjar getah bening regional/node
Nx : Penyebaran pada kelenjar getah bening tidak dapat di nilai
N0 : Tidak ada penyebaran pada kelenjar getah bening
N1 : Telah terjadi metastasis pada 1-3 kelenjar getah bening regional
N2 : Telah terjadi metastasis pada lebih dari 4 kelenjar getah bening
M : Metastasis
Mx : Metastasis tidak dapat di nilai
M0 : Tidak terdapat metastasis
M1 : Terdapat metastasis
2.5 Patofisiologi
Tumor dapat berupa massa polipod besar, yang tumbuh ke dalam lumen dan
dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular. Lesi anular lebih sering
terjadi pada bagian rektosigmoid, sedangkan polipoid atau lesi yang datar lebih sering
terdapat pada sekum dan kolon ascendens. Secar histolgis, hampir semua kanker usus

14
besar adalah adenokarsinoma (terdiri atas epitel kelenjar) dan dapat mensekresi mucus
yang jumlahnya berbeda-beda.
Tumor/kanker dapat menyebar (1) secara infiltrate langsung ke struktur yang
berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih. (2) melalui pembuluh limfe ke kelenjar
limfe perikolon dan mesokolon; (3) melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon
mengalirkan darah ke system portal. Prognosis relative baik bila lesi terbatas pada
mukosa dan sub mukosa pada saat reseksi dilakukan, dan jauh lebih jelek bila telah
terjadi metastasis ke kelenjar limfe.

15
WEB OF CAUTION (WOC)
Tumor recti dan kolon asendens
Definisi:
Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan
pertumbuhan sel yang abnormal, bila hal ini terjadi Ukuran massa dalam lumen
di usus besar atau rectum maka disebut kanker
kolorektal
Menembus dinding kolon dan jaringan
sekitarnya

Tanda dan gejala:


1) Anemia perdarahan Obstruksi usus halus
2) Perdarahan pada rectum
3) Nyeri abdomen
4) Perubahan kebiasaan defekasi Perdarahan saluran cerna
5) Obstruksi usus atau perforasi Distensi abdomen Mual atau muntah
Gangguan eliminasi bowel

Penatalaksanaan: Bunyi usus


Terapi kanker bergantung pada Anema
stadium penyakit dan komplikasi yang
terkait. Obstruksi ditangani dengan cairan Defekasi cair
IV dan pengisapan nasogastrik dan dengan Ansietas
terapi darah jika perdarahan cukup berat
Perubahan warna feses berat badan

Nyeri Akut Nyeri abdomen Perubahan nutrisi


kurang dari
Risiko ketidakseimbangan cairan kebutuhan
Diare
dan elektrolit

16
2.6 Manifestasi Klinis
Kanker kolon seringkali dapat dideteksi dengan prosedur skrining. Adapun
manifestasi klinis dari kanker kolon menurut (Network, 2016) adalah :
1) Anemia
2) Perdarahan pada rectum
3) Nyeri abdomen
4) Perubahan kebiasaan defekasi
5) Obstruksi usus atau perforasi.
Sementara (Smeltzer, 2015) menjelaskan manifestasi klinis dari kanker kolon
maupun kanker rektum yaitu :
1) Keluarnya darah di dalam atau pada feses
2) Penurunan berat badan dan keletihan
3) Lesi di sisi kanan kemungkinan disertai dengan nyeri abdomen yang tumpul dan
melena
4) Lesi sisi kiri dikaitkan dengan obstruksi (nyeri dan kram abdomen, penyempitan
ukuran feses, konstipasi dan distensi) dan darah berwarna merah terang di feses.
5) Lesi rectal dikaitkan dengan tenesmus (mengejan yang nyeri dan tidak efektif saat
defekasi), nyeri rectal, mengalami konstipasi dan diare secara bergantian, feses
berdarah
6) Tanda-tanda komplikasi : obstruksi usus parsial atau komplet, ekstensi tumor dan
ulserasi ke pembuluh darah sekitar (perforasi, pembentukan abses, peritonitis,
sepsis, atau syok)
7) Dalam banyak kasus, gejala tidak muncul sampai kanker kolorektal berada dalam
stadium lanjut.
2.7 Komplikasi
Komplikasi primer dihubungkan dengan kanker kolorektal, antara lain :
1) Obstruksi usus diikuti dengan penyempitan lumen akibat lesi
2) Perforasi dari dinding usus oleh tumor, diikuti kontaminasi organ peritoneal
3) Perluasan langsung ke organ-organ yang berdekatan
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Smeltzer (2015) mengemukakan pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk
diagnosis kanker kolorektum adalah :
1) Pemeriksaan abdomen dan rectal; pemeriksaan darah samar pada feses; barium
enema; proktosigmoidoskopi; dan kolonoskopi, biopsy, atau apusan sitology
2) Pemeriksaaan CEA (carsinoembryogenic antigen) adalah ditemukannya
glikoprotein di membran sel pada banyak jaringan, termasuk kanker kolorektal.

10
Pemeriksaan ini harus kembali normal dalam 48 jam sejak eksisi tumor (reliable
dalam memprediksi prognosis dan kekambuhan).
2.9 Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis
Terapi kanker bergantung pada stadium penyakit dan komplikasi yang
terkait. Obstruksi ditangani dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik dan
dengan terapi darah jika perdarahan cukup berat. Terapi suportif dan terapi
pelengkap (misalnya kemoterapi, terapi radiasi, imunoterapi) termasuk dalam
penatalaksanaan medis (Smeltzer, 2015).
2) Penatalaksanaan bedah
a. Pembedahan adalah terapi primer untuk sebagian besar kanker kolon dan
rectal; jenis pembedahan bergantung pada lokasi dan ukuran tumor, dan
dapat bersifat kuratif atau paliatif.
b. Kolonoskopi dilakukan pada kanker yang terbatas pada satu tempat.
Kolonoskopi adalah prosedur yang dilakukan untuk mengevaluasi bagian
dalam kolon.
c. Kolotomi laparoskopik dengan polipektomi meminimalkan luasnya
pembedahan yang diperlukan dalam beberapa kasus
d. Neodimium : laser ittrium-aluminium-garnet (Nd:YAG) efektif pada
beberapa lesi
e. Reseksi usus dengan anastomosis dan kemungkinan kolostomi atau
ileostomi sementara atau permanen (kurang dari sepertiga pasien) atau
pembuatan kantung/wadah koloanal (kantung J kolonik).

11
2.10 Pengkajian Keperawatan
1) Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, pendidikan, alamat,
diagnosa medis, tanggal MRS, tanggal pengkajian
2) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
(Menjelaskan keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat ini)
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
(Menjelaskan uraian kronologis sakit klien sekarang sampai klien dibawa
ke RS, ditambah dengan keluhan klien saat ini yang diuraikan dalam konsep
PQRST)
P : Palitatif /Provokatif
(Apakah yang menyebabkan gejala, apa yang dapat memperberat dan
menguranginya)
Q : Qualitatif /Quantitatif
(Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar, sejauhmana
merasakannya sekarang)
R : Region
(Dimana gejala terasa, apakah menyebar)
S : Skala
(Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala 1 s/d 10)
T : Time
(Kapan gejala mulai timbul, berapa sering gejala terasa, apakah tiba-tiba
atau bertahap)
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
(Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau
memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita klien saat ini.
Termasuk faktor predisposisi penyakit dan ada waktu proses sembuh)
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
(Mengidentifikasi apakah di keluarga klien ada riwayat penyakit turunan
atau riwayat penyakit menular).
5. Pola Aktivitas Sehari-hari
(Membandingkan pola aktifitas keseharian klien antara sebelum sakit dan saat
sakit, untuk mengidentifikasi apakah ada perubahan pola pemenuhan atau
tidak).

12
6. Pemeriksaan Fisik
(Fokus pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan tehnik
pemeriksaan yang digunakan Head to Toe yang diawali dengan observasi
keadaan umum klien. Dan menggunakan pedoman 4 langkah yaitu Inspeksi,
Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
7. Data Psikologis
(Berisi tentang status emosi klien, kecemasan, pola koping, gaya komunikasi,
dan konsep diri)
8. Data Sosial
(Berisi hubungan dan pola interaksi klien dalam keluarga dan masyarakat)
9. Data Spiritual
(Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap kesembuhan
penyakit, gangguan dalam melaksanakan ibadah)
10. Data Penunjang
(Berisi tentang semua prosedur diagnostik dan laporan laboratorium yang
dijalani klien, dituliskan hasil pemeriksaan dan nilai normal, dituliskan hanya
3 kali pemeriksaan terakhir secara berturut-turut. Bila hasilnya fluktuatif, buat
keterangan secara naratif)
11. Program dan Rencana Pengobatan
(Berisi tentang program pengobatan yang sedang dijalani dan yang akan
dijalani oleh klien)
2.11 Diagnosa Keperawatan
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor biologis, ketidakmampuan mencerna
makanan, kurang asupan makanan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi (infeksi)
3. Ansietas berhubungan dengan pembedahan yang akan dilakukan dan diagnosis
kanker
4. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi

13
2.12 Rencana/Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Definisi Setelah dilakukan 1. Monitor input dan output cairan
tindakan 2. Anjurkan pasien mendiskusikan kebutuhan
nutrisi
keperawatan makanan kepada ahli diet
selama 3x24 jam, 3. Monitor parameter fisiologi (tanda vital,
diharapkan status elektrolit), sesuai yang dibutuhkan
nutrisi membaik, 4. Monitor perubahan pernapasan dan jantung
dengan kriteria sebagai indikasi kelebihan cairan atau
hasil: dehidrasi.
1. porsi makan 5. Pantau berat harian dan gejala
yang
6. Menentukan riwayat dari jumlah dan jenis
dihabiskan
intake cairan dan kebiasaan eliminasi
2. Berat badan
7. Menetukan status nutrisi pasien dan
membaik
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
3. Indeks massa
nutrisi.
tubuh
8. Identifikasi alergi pasien pada makanan atau
meningkat
ketidakmampuan.
9. Menentukan pilihan makanan pasien.
10. menlengkapi pengkajian nutrisi pasien
11. Monitor proses makan/cairan dan hitung
intake kalori.
12. Menganjurkan makan makanan yang disukai
klien.
13. Berikan terapi cairan IV
2. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian lebih luas terkait nyeri
tindakan termasuk lokasi, karakteristik, onset/durasi,
berhubunga
keperawatan 3x24 frekuensi, kualitas, intensitas atau kehebatan
n dengan jam tingkat nyeri nyeri dan faktor presipitasi
menurun dan 2. Obervasi ketidaknyamanan nonverbal,
agen cedera
kontrol nyeri terutama pada ketidakmampuan dalam
biologi meningkat dengan berkomunikasi efektif
kriteria hasil : 3. Gunakan starategi komunikasi terapeutik
(infeksi)
- Keluhan nyeri untuk menyatakan pengalaman nyeri dan
berkurang menyatakan penerimaan sebagai respon
- Tidak ada pasien terhadap nyeri
ekspresi 4. Mengeksplor pengetahuan dan keyakinan
meringis pasien terhadap nyeri
- Skala nyeri 0-3 5. Evaluasi pengalaman nyeri sebelumnya baik
- TTV dalam riwayat individu atau keluarga tentang nyeri
batas normal kronik atau kecacatan yang diperoleh
- Pasien 6. Bantu pasien untuk mencari dan
melaporkan menyediakan dukungan
nyeri terkontrol 7. Menentukan pilihan analgesic
- kemampuan 8. Monitor tanda vita sebelum mmeberikan
menggunakan analgesic
teknik 9. Pilih dan implementasikan jenis tindakan
nonfarmakologi (mis., famakoogi, non farmakologi,
s meningkat interpensonal) untuk mengurangi nyeri

3. Ansietas Setelah dilakukan 1. Monitor TTV


tindakan 2. Instruksikan klien untuk menggunakan
berhubunga
keperawatan 3x24 metode mengurangi kecemasan ( seperti

14
n dengan jam diharapakan teknik nafas dalam, distraksi, visualisasi,
tingkat ansietas meditasi, relaksasi otot progressif,
pembedaha
menurun dengan mendengar music)
n yang akan kriteria hasil: 3. Jelaskan semua prosedur pada
1. Verbalisasi pasien/keluarga
dilakukan
kebingungan 4. Informasikan kepada klien atau orang
dan menurun terdekat kapan dan dimana tindakan akan
2. Verbalisasi dilakukan
diagnosis
kuatir akibat 5. Berikan kesempatan bagi klien untuk
kanker kondisi yang bertanya ataupun mendiskusikan
dihadapi perasaannya
menurun
3. perilaku
gelisah
menurun
4. Risiko Setelah dilakukan 1. dentifikasi kemungkinan penyebab
ketidakseim tindakan ketidakseimbangan elektrolit
bangan keperawatan 3x24 2. Monitor kadar elektrolit serum
elektrolit jam keseimbangan 3. monitor mual, muntah dan diare
Faktor elektrolit meningkat 4. monitor tanda dan gejala hiperkalemia/,
dengan kriteria hasil
risiko : nipokalsemia
:
- Diare - hasil elektrolit 5. Pantau adanya tanda dan gejala overhidrasi
- Kekuran dalam batas yang memburuk atau dehidrasi
gan normal 6. Timbang berat badan harian
volume
cairan
- Muntah

2.13 Implementasi

Pelaksanaan implementasi atau tindakan keperawatan merupakan langkah


keempat dari proses keperawatan. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada prinsipnya
dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan. Dalam melaksanakan tindakan
perawatan, selain melaksanakannya secara mandiri, harus adanya kerja sama dengan
tim kesehatan lainnya. Merupakan realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dan menilai data yang baru. Alasannya proses keperawatan
memiliki salah satu sifat yaitu fleksibilitas yang artinya urusan pelaksanaan proses
keperawatan dapat diubah sesuai dengan situasi dan kondisi pasien. Implementasi
merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
disusun di mana dalam pelaksanaan dilakukan secara mandiri maupun dalam bentuk
tim. Implementasi tindakan dibedakan menjadi tiga kategori yaitu: independent
(mandiri), interdependent (bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya: dokter, bidan,
tenaga analis, ahli gizi, apoteker, ahli kesehatan gigi, fisioterapi dan lainnya) dan
dependent (bekerja sesuai instruksi atau delegasi tugas dari dokter). Perawat juga harus
selalu mengingat prinsip 6S setiap melakukan tindakan, yaitu senyum, salam, sapa,
sopan santun, sabar dan syukur (Zaidin, 2011).

15
Melaksanakan tindakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana.
Pelaksanaannya mengacu pada rencana tindakan yang telah dirumuskan, selama
melaksanakan tindakan perawat menilai efektivitas tindakan keperawatan dan respon
pasien, juga mencatat dan melaporkan tindakan perawatan yang diberikan serta
mencatat reaksi pasien yang timbul. Implementasi merupakan pelaksanaan
perencanaan keperawatan oleh perawat dan pasien. Hal-hal yang harus diperhatikan
ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana
setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan
teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat,
keamanan fisik dan psikologis dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa
pencatatan dan pelaporan (Gaffar, 2011: 50).

2.15 Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah : Untuk menilai apakah tujuan dalam keperawatan
tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang. Untuk menilai apakah tujuan
tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak tercapai dapat dibuktikan dari prilaku
penderita. Dalam hal ini juga sebagai langkah koreksi terhadap rencana keperawatan
semula. Untuk mencapai rencana keperawatan berikutnya yang lebih relevan.

16
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. T
Umur : 22-02-1977 ( 42 tahun)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : klampis Semalang II/ 46-A
Tgl MRS : 21 Oktober 2019
Diagnosa Medis : Ca colon post laparatomi reseksi

3.2 RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN


1. Keluhan Utama
Pasien mengantakan mengatakan nyeri pada bekas operasi P: nyeri pada
bekas oprasi Q: Luka operasi terasa panas dan perih R: area jahitan di
perut S: skala nyeri 6 T: nyeri timbul hilang ,terutama saat bergerak
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Dua minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien menemukan benjolan di
area perut yang bertambah besar. Ia berobat ke Puskesmas dan diberikan
obat. Keluhan tidak berkurang dan pihak Puskesmas merujuk ke RSUA.
Pasien masuk dirawat di IRNA 3 dan dilakukan tindakan operasi
laparatomi reseksi pada tanggal 22/10/2019, pada saat operasi ditemukan
bahwa tumor menyebar/lengket ke kandung kemih dan dilakukan
pemasangan DJ stunt pada tanggal 29/10/19
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan tidak pernah sakit berat sebelumnya
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada memiliki penyakit riwayat penyakit menular
dan penyakit keturunan.

17
GENOGRAM KELUARGA:

Keterangan :
= Meninggal
= Laki-laki/Perempuan
= Pasien
= Hubungan
= Tinggal serumah

3.3 PEMERIKASAAN FISIK


1. Keadaan Umum :
Pasien tampak berbaring dengan posisi terlentang keadaan klien compos
mentis, terpasang kateter, terpasang infus NaCl 0,9% 21 tpm.Terdapat luka
post laparatomi di bagian abdomen dan terpasang drain di abdomen
sebelah kiri. Pasien tampak berhati-hati saat bergerak
2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
b. Ekspresi wajah : tampak meringis kadang-kadang,
terutama saat bergerak
c. Bentuk badan : Simetris
d. Cara berbaring/bergerak : pasien lurus terlentang
e. Berbicara : Lancar
f. Suasana hati : tidak tampak emosi yang berlebihan
g. Penampilan : Cukup Rapi
h. Fungsi kognitif :
 Orientasi waktu : Baik, Pasien dapat membedakan pagi,
siang dan malam
 Orientasi Orang : Baik, pasien dapat mengenal keluarga,
dokter dan perawat

18
 Orientasi Tempat : Baik, Pasien dapat mengetahui sekarang
berada di RS
i. Halusinasi :  Dengar/Akustic  Lihat/Visual  Lainnya (-)
j. Proses berpikir :  Blocking  Circumstansial  Flight oh ideas
 Lainnya (-)
k. Insight :  Baik  Mengingkari  Menyalahkan orang
lain
m. Mekanisme pertahanan diri :  Adaptif  Maladaptif
n. Keluhan lainnya : Tidak ada

3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36,4 0 C  Axilla  Rektal  Oral
b. Nadi/HR : 88 x/menit
c. Pernapasan/RR : 21 x/menit
d. Tekanan Darah/BP : 113/92 mmHg

4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : simetris
Kebiasaan merokok : merokok
 Batuk, sejak : tidak ada
 Batuk darah, sejak : tidak ada
Sputum, warna : tidak ada
 Sianosis
 Nyeri dada
 Dyspnoe nyeri dada  Orthopnoe Lainnya : tidak ada
 Sesak nafas  saat inspirasi Saat aktivitas  Saat istirahat
Type Pernafasan  Dada  Perut Dada dan
perut  Kusmaul  Cheyne-stokes  Biot
 Lainnya
Irama Pernafasan Teratur  Tidak teratur
Suara Nafas Vesikuler  Bronchovesikuler
 Bronchial  Trakeal
Suara Nafas tambahan  Wheezing  Ronchi kering
 Ronchi basah (rales)  Lainnya : tidak ada
Keluhan lainnya : tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

19
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
 Nyeri dada  Kram kaki  Pucat
 Pusing/sinkop  Clubing finger  Sianosis
 Sakit Kepala  Palpitasi  Pingsan
 Capillary refill  > 2 detik < 2 detik (lambat)
 Oedema :  Wajah  Ekstrimitas atas
 Anasarka  Ekstrimitas
bawah
 Asites, lingkar perut ……………………. cm
 Ictus Cordis  Terlihat  Tidak melihat
Vena jugularis  Tidak meningkat  Meningkat
Suara jantung  Normal : lup, dup
 Ada kelainan
Keluhan lainnya :
Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E : 4 (pasien dapat membuka mata spontan)
V : 5 (pasien dapat berorientasi dengan baik)
M : 6 (klien dapat mengikuti perintah)
Total Nilai GCS : 15 (Normal)
Kesadaran :  Compos Menthis  Somnolent 
Delirium
 Apatis  Soporus  Coma
Pupil :  Isokor  Anisokor
 Midriasis  Meiosis
Refleks Cahaya : Kanan  Positif  Negatif
 Kiri  Positif  Negatif
 Nyeri, lokasi (-)
 Vertigo  Gelisah  Aphasia 
Kesemutan
 Bingung  Disarthria  Kejang  Trernor
 Pelo

Uji Syaraf Kranial :

20
Nervus Kranial I : Olfaktorius (klien dapat membeakan bau-bauan
dengan baik)
Nervus Kranial II : Optikus (klien dapat melihat dengan baik tanpa
bantuan kacamata)
Nervus Kranial III : Okulomotor (refleks pupil baik)
Nervus Kranial IV : Troklearis (klien dapat menggerakkan bola mata ke
atas dan ke bawah)
Nervus Kranial V : Trigeminus (pasien dapat berkedip dengan baik)
Nervus Kranial VI : Abdusen (klien dapat menggerakkan bola mata ke
samping kiri dan kanan)
Nervus Kranial VII : Fasialis (klien dapat membedakan rasa dengan baik
(asin, manis, asin) )
Nervus Kranial VIII : Vestibular (klien dapat mendengar dengan baik)
Nervus Kranial IvX : Glosofaringeal (klien dapat menggerakkan lidah
dan ada reflek muntah)
Nervus Kranial X : Vagus (klien mampu bebrbicara dengan jelas)
Nervus Kranial XI : Assesorius (klien mampu menggerakkan bahu dan
kepala dengan baik)
Nervus Kranial XII : hipoglosus (klien mampu menggerakkan dengana
baik)

Uji Koordinasi :
Ekstrimitas Atas : Jari ke jari  Positif 
Negatif
Jari ke hidung  Positif 
Negatif
Ekstrimitas Bawah : Tumit ke jempul kaki  Positif 
Negatif
Uji Kestabilan Tubuh :  Positif  Negatif
Refleks :
Bisep :  Kanan +/-  Kiri +/-
Skala…………. Trisep :
 Kanan +/-  Kiri +/-
Skala…………. Brakioradialis :
Kanan +/-  Kiri +/-
Skala…………. Patella : 
Kanan +/-  Kiri +/- Skala…………. Akhiles :

21
 Kanan +/-  Kiri +/-
Skala…………. Refleks Babinski  Kanan
+/-  Kiri +/-
Refleks lainnya : tidak dikaji
Uji sensasi : tidak dikaji
Keluhan lainnya :
Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

7. ELIMINASI URI (BLADDER) :


Produksi Urine : ± 1000 ml 24 jam
Warna : kuning
Bau : khas amoniak
 Tidak ada masalah/lancer  Menetes 
Inkotinen
 Oliguri  Nyeri  Retensi
 Poliuri  Panas 
Hematuri
 Dysuri  Nocturi
 Kateter  Cystostomi
Keluhan Lainnya :
Nyeri pada area pemasangan kateter
Masalah Keperawatan :
Nyeri akut

8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :


Mulut dan Faring
Bibir : lembab
Gigi : lengkap
Gusi : normal, warna merah muda
Lidah : normal, warna merah muda
Mukosa : lembab
Tonsil : baik, tidak ada peradangan
Rectum : tidak dikaji
Haemoroid : tidak ada
BAB : 1 x/hr Warna : coklat Konsistensi : lembek

22
 Tidak ada masalah  Diare  Konstipasi  Kembung
 Feaces berdarah  Melena  Obat pencahar  Lavement

Bising usus : tidak terkaji


Nyeri tekan, lokasi : tidak terkaji
Benjolan, lokasi : tidak terkaji
Keluhan lainnya :
Nyeri pada luka operasi di perut
Masalah Keperawatan :
Nyeri

9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :


 Kemampuan pergerakan sendi  Bebas  Terbatas
 Parese, lokasi : -
 Paralise, lokasi : -
 Hemiparese, lokasi : -
 Krepitasi, lokasi : -
 Nyeri, lokasi : -
 Bengkak, lokasi : -
 Kekakuan, lokasi : -
 Flasiditas, lokasi : -
 Spastisitas, lokasi : -
 Ukuran otot  Simetris
 Atropi
 Hipertropi
 Kontraktur
 Malposisi
Uji kekuatan otot :  Ekstrimitas atas 5 5  Ekstrimitas bawah 5 5
 Deformitas tulang, lokasi : -
 Peradangan, lokasi: -
 Perlukaan, lokasi : regio abdomen,luka post laparatomi, terpasang NGT
drain produksi 250 cc
 Patah tulang, lokasi: -
Tulang belakang  Normal  Skoliosis
 Kifosis  Lordosis

23
10. KULIT-KULIT RAMBUT
Riwayat alergi  Obat
 Makanan Tidak ada riwayat alergi
 Kosametik
 Lainnya
Suhu kulit  Hangat  Panas  Dingin
Warna kulit  Normal  Sianosis/ biru
Ikterik/kuning
 Putih/ pucat  Coklat tua/hyperpigmentasi
Turgor  Baik  Cukup  Kurang
Tekstur  Halus  Kasar
Lesi :  Macula, lokasi
 Pustula, lokas :-
 Nodula, lokasi: -
 Vesikula, lokasi: -
 Papula, lokasi: -
 Ulcus, lokasi : -
Jaringan parut lokasi : tidak ada
Tekstur rambut : halus
Distribusi rambut : rapi
Bentuk kuku  Simetris  Irreguler
 Clubbing Finger Lainnya : -
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

11. SISTEM PENGINDERAAN :


a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan :  Berkurang  Kabur
Ganda  Buta/gelap
Gerakan bola mata :  Bergerak normal  Diam
 Bergerak spontan/nistagmus
Visus : Mata Kanan (VOD) :
Mata kiri (VOS) :
Selera  Normal/putih  Kuning/ikterus
 Merah/hifema
Konjunctiva  Merah muda  Pucat/anemic
Kornea  Bening  Keruh

24
Alat bantu  Kacamata  Lensa kontak
 Lainnya :-
Nyeri : tidak ada
Keluhan lain : tidak ada keluhan lain
b. Telinga / Pendengaran :
Fungsi pendengaran :  Berkurang  Berdengung  Tuli
c. Hidung / Penciuman:
Bentuk :  Simetris Asimetris
Lesi
Patensi
Obstruksi
Nyeri tekan sinus
Transluminasi
Cavum Nasal Warna merah muda
Integritas baik

Septum nasal  Deviasi  Perforasi  Peradarahan


 Sekresi, warna ………………………
 Polip  Kanan  Kiri  Kanan dan Kiri
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE


Massa  Ya  Tidak
Jaringan Parut  Ya  Tidak
Kelenjar Limfe  Teraba  Tidak teraba
Kelenjar Tyroid  Teraba  Tidak teraba
Mobilitas leher  Bebas  Terbatas

13. SISTEM REPRODUKSI


a. Reproduksi Pria
Kemerahan, Lokasi : Pasien mengatakan tidak ada kemerahan
Gatal-gatal, Lokasi : Pasien mengatakan tidak ada gatal

Gland Penis
Maetus Uretra

25
Discharge, warna
Srotum Tidak terkaji
Hernia
Kelainan
Keluhan lain
a. Reproduksi Wanita
Kemerahan, Lokasi .....................................................
Gatal-gatal, Lokasi ......................................................
Perdarahan ................................................................
Flour Albus .............................................................
Clitoris ......................................................................
Labis ...................................................................
Uretra ...................................................................
Kebersihan :  Baik  Cukup  Kurang
Kehamilan : ……………………………………
Tafsiran partus : ……………………………………
Keluhan
lain
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
Payudara :
 Simetris  Asimetris
 Sear  Lesi
 Pembengkakan  Nyeri tekan
Puting :  Menonjol  Datar  Lecet 
Mastitis
Warna areola
.................................................................................................................
ASI  Lancar  Sedikit  Tidak keluar
Keluhan lainnya tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada
.....................................................................................................................
3.4 POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :

26
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat pulang
kerumahnya dan klien mengetahui penyakitnya dan klien mengatakan
tetap akan menjalani pengobatan.
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 155 Cm
BB sekarang : Kg
BB Sebelum sakit : 68 Kg
Diet :
 Biasa  Cair  Saring  Lunak
Diet Khusus :
 Rendah garam  Rendah kalori TKTP
 Rendah Lemak  RendahPurin  Lainnya……….
 Mual
 Muntah
Kesukaran menelan  Ya  Tidak
Rasa haus
Keluhan lainnya: tidak ada keluhan lainnya
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x1 hari 3x1 hari
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Jenis Makanan Nasi lembek, lauk pauk, Nasi, lauk pauk, sayur,
sayur, buah buah
Jenis Minuman Air putih Air putih
Jumlah minuman/cc/24 ± 600 cc ± 400 cc
jam
Kebiasaan makan Mengikuti menu di rumah Kurang makan
sakit makanan berserat
Keluhan/masalah - -

3. Pola istirahat dan tidur


Sebelum sakit : Tidur siang : ± 1 jam
Tidur malam : ± 8 jam
Sesudah sakit :Tidur siang : ± 2 jam
Tidur malam : ± 8 jam
4. Kognitif :
Klien mengetahui kondisi kesehatannya dan menerima penyakit yang dideritanya
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran ) :

27
Gambaran diri: pasien mengetahui dirinya laki-laki
Peran diri : pasien adalah seorang kepala keluarga
Ideal diri : pasien berharap cepat sembuh dari penyakitnya
Harga diri : klien merasa tidak malu dengan penyakitnya

6. Aktivitas Sehari-hari
ADL pasien dibantu keluarga, pasien mengatakan takut untuk bergerak karena
terasa nyeri dan ada selang di bagian perutnya.Pasien tampak enggan bergerak
dan selalu berbaring
Masalah Keperawatan : resiko perlambatan pemulihan pasca bedah
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien mengatakan jika ada masalah ataupun sedang menghadapi masalah, pasien
menceritakan ke istri.
8. Nilai-Pola Keyakinan
Pasien mengatakan tidak ada masalah tindakan medis yang bertentangan dengan
keyakinan pasien

3.5 SOSIAL - SPIRITUAL


1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien berkomunikasi dengan baik terhadap dokter, perawat, keluarga, maupun
orang disekitarnya
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa dan Indonesia
3. Hubungan dengan keluarga :
Hubungan pasien dan keluarga tampak harmonis
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Pasien selama dirawat mennunjukkan sikap yang kooperatif
5. Orang berarti/terdekat :
Orang yang berarti bagi pasien adalah keluarganya
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Selama dirawat pasien hanya berbaring dan istirahat. Jika sehat pasien
menghabiskan waktu dengan keluarga dan bekerja.
7. Kegiatan beribadah :
Selama dirawat paien hanya beribadah di atas tempat tidur sesuai keyakinan

28
3.6 DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATURIUM, PENUNJANG
LAINNYA)
Laboratorium
No Parameter Hasil Nilai rujukan Satuan
1 Hemaglobin 11,6 13,2-17,3 g/dl
2 Leukosit 11,01 6, 0-12,0 10^3/ul
3 Eritrosit 3,94 4, 4-5, 9 10^3/ ul
4 Hematokrit 34,2 40-52 %
5 Trombosit 363 80-100 10^3/ul

3.7 PENATALAKSANAAN MEDIS


Terapi yang diberikan: Rabu, 19 Maret 2019

No Nama obat Dosis Rute Indikasi


1 Ceftriaxone (drip 2x1gr IV 1. Obat antibiotic yang digunakan untuk
dalam NaCl 0,9%) bermacam-macam infeksi bakteri
2 Omeperazole 2x40 mg IV 2. Mengurangi produksi asam lambung,
mencegah dan mengobati gangguan
pencernaan atau nyeri uluh hati.
3 Asam Tranexamat 3x500mg IV 3. Mencegah perdarahan
4 Antrain 3x1gr IV 4. Digunakan untuk mengurangi nyeri
dari skala nyeri ringan,sedang sampai
berat.

Palangkaraya, 30 Oktober 2019


Yang Mengkaji.

( Kelompok 1 )

29
ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS: Agen pencedera fisik Nyeri Akut
(D.0077)
P: nyeri pada bekas (Insisi pembedahan)
operasi
Q: Luka operasi terasa Stimulus
panas dan perih
R: area jahitan di perut persepsi
S: skala nyeri 6
T: nyeri timbul Nyeri Akut
hilang,terutama saat
bergerak
DO:
- Pasien tampak meringis
dan berhati-hati saat
bergerak
- Tampak luka post
laparatomi di bagian
abdomen dan drain NGT
di bagian kiri abdomen
- TTV:
TD: 112/92 mmHg
N : 88 x/ menit
S: 36, 4 ºC
RR: 21 x/ menit
SPo2: 97%

DS :

30
pasien mengatakan takut Leukositosis, mobilitas Resiko perlambatan
untuk bergerak karena terasa fisik kurang, prosedur pemulihan pascabedah
nyeri dan ada selang di invasif (D.0147)
bagian perutnya
DO : Perlambatan
- ADL dibantu keluarga penyembuhan luka
- Pasien tampak enggan
bergerak dan selalu Resiko perlambatan
berbaring pemulihan pasca bedah
- Tampak balutan luka
post laparatomi
- Terpasang drain NGT,
produksi 250 cc
- Leukosit 10.010
TTV:
TD: 112/92 mmHg
N : 88 x/ menit
S: 36, 4 ºC
RR: 21 x/ menit
SPo2: 97%

PRIORITAS MASALAH

31
1. Nyeri Akut b.b Agen Cedera fisik dd :
P: nyeri pada bekas operasi
Q: Luka operasi terasa panas dan perih
R: area jahitan di perut
S: skala nyeri 6
T: nyeri timbul hilang,terutama saat bergerak
- Pasien tampak meringis dan berhati-hati saat bergerak
- Tampak luka post laparatomi di bagian abdomen dan drain NGT di bagian kiri
abdomen
- TTV:TD: 112/92 mmHg, N : 88 x/ menit, S: 36, 4 ºC, RR: 21 x/ menit
SPo2: 97%
2. Resiko perlambatan pemulihan pascabedah bd mobilitas fisik kurang,
leukositosis, prosedur invasif dd
pasien mengatakan takut untuk bergerak karena terasa nyeri dan ada selang di
bagian perutnya
- ADL dibantu keluarga
- Pasien tampak enggan bergerak dan selalu berbaring
- Tampak balutan luka post laparatomi
- Terpasang drain NGT, produksi 250 cc
- Leukosit 10.010
TTV:TD: 112/92 mmHg, N : 88 x/ menit, S: 36, 4 ºC, RR: 21 x/ menit, SPo2: 97%

32
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. T

RuangRawat : IRNA 3

Diagnosa Tujuan (Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan hasil)
Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Dengan
tindakan faktor yang mengetahui
keperawatan 3x24 memperberat dan faktor yang
jam tingkat nyeri memperingan mempengaruhi
menurun dan kontrol nyeri nyeri diharapkan
nyeri meningkat 2. Identifikasi skala manajemen
dengan kriteria hasil nyeri secara nyeri lebih
: berkala efektif
- Keluhan nyeri 2. Untuk
berkurang 3. Berikan teknik mengetahui
- Tidak ada nonfarmakologis menurun atau
ekspresi meringis untuk meningkatnya
- Skala nyeri 0-3 mengurangi nyeri intensitas dan
- TTV dalam batas 4. Berikan posisi kualitas nyeri
normal yang nyaman 3. Meningkatkan
- Pasien 5. Dukung keluarga rasa nyaman dan
melaporkan nyeri terlibat dalam mengalihkan
terkontrol perawatan persepsi nyeri
- kemampuan
menggunakan 6. Ajarkan latihan 4. Meningkatkan
teknik pernapasan rasa nyaman
nonfarmakologis 5. Dukungan aktif
meningkat 7. Ajarkan teknik keluarga dapat
distraksi meningkatkan
rasa aman dan
8. Kolaborasi dalam nyaman
pemberian 6. Mengalihkan
analgetik/ perhatian dari
antinyeri persepsi nyeri
7. Mengalihkan
perhatian dari
Setelah dilakukan persepsi nyeri
tindakan 8. Meredakan nyeri
keperawatan 3x24 1. Monitor tingkst secara
jam pemulihan kemandirian farmakologis
pasca bedah 2. Monitor
meningkat dengan karakteristik luka
kriteria hasil :
- Mobilitas 3. Monitor tanda-
meningkat tanda infeksi dan 1. Menilai tingkat
- Kemampuan vital sign kemandirian
perawatan diri 4. Monitor kualitas 2. Untuk memantau
meningkat dan kuantitas tanda infeksi luka
- Tidak ditemukan drain operasi
tanda-tanda 5. Dampingi dalam
infeksi pada area melakukan

33
luka operasi dan perawatan diri 3. Untuk
area pemasangan sampai mandiri mengetahui
alat invasif 6. Fasilitasi terjadinya infeksi
- Produksi kemandirian, 4. Untuk
drainase minimal bantu jika tidak mengetahui tanda
Tanda-tanda vital mampu infeksi
dalam batas melakukan
normal perawatn diri 5. Meningkatkan
7. Cuci tangan rasa aman pasien
sebelum dan saat melakukan
sesudah kontak aktivitas
dengan pasien
dan lingkungan 6. Memenuhi
pasien kebutuhan
8. Ganti balutan perawatan diri
luka sesuai selama
kebutuhan kemandirian
9. Anjurkan belum terpenuhi
melakukan 7. Mengurangi
perawatan diri resiko infeksi
secara konsisten akibat kontak
sesuai
kemampuan 8. Mencegah
10. Jelaskan tanda- berkembangnya
tanda infeksi dan mikroorganisme
ajarkan cara-cara patogen
mengenalinya 9. Meningkatkan
11. Ajarkan cara kemandirian
mencuci tangan
12. Kolaborasi
pemberian 10. Mengetahui
antibiotik tanda infeksi
lebih awal
11. Mencegah
penularan infeksi
melalui kontak
12. Penatalaksanaan
secara
farmakologis

34
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Rabu, 1. Mengkaji skala nyeri dan monitor TTV S : Pasien mengatakan nyeri berkurang,
30 Oktober 2019 klien skala nyeri 5
Jam 18.00 Wib 2. Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri O : - Pasien tampak tenang, sesekali
3. Memberikan posisi yang nyaman meringis saat bergerak
4. Mengajarkan latihan teknik pernapasan - Pasien tampat sangat berhati-hati
dan teknik distraksi Kelompok 1
saat bergerak
5. Memberikan injeksi Antrain 1 gr IV
sesuai advis dokter - TD : 124/79 mmHg
- N : 78 X/menit
- RR : 20 X/menit
Masalah belum teratasi
A:

35
P: - Identifikasi skala nyeri berkala
- Ajarkan kembali latihan pernapasan
dan teknik distraksi
- Kolaborasi pemberian analgetik

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Rabu 1. Memonitor tingkat kemandirian S : Pasien mengatakan tidak berani
30 Oktober 2019 2. Memonitor kualitas produksi drain bergerak karena nyeri
Jam 18.00 Wib 3. Mencuci tangan 5 moment 6 langkah O : - Pasien tampak berbaring
4. Mengukur vital sign - ADL dibantu keluarga
6. Memberikan injeksi Asam - Produksi drain 250 ml
Traneksamat dan Ceftriaxone 1 gr drip - Balutan luka post operasi bersih Kelompok 1
dalam 100 cc NaCl 0,9% - TD : 124/79 mmHg
7. Membantu pasien perawatan diri: - N : 78 X/menit
berpakaian - RR : 20 X/menit
- S : 36,6 x/menit

36
A : Masalah belum teratasi

P: - Monitor tingkat kemandirian,


karakteristik luka, tanda-tanda
infeksi dan vital sign
- Monitor kualitas dan kuantitas
produksi drain
- Dampingi dalam melakukan
perawatan diri
- Ganti balutan sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian antibiotik dan
antiperdarahan

37
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Kamis, 1. Mengkaji skala nyeri dan monitor TTV S : - Pasien mengatakan nyeri berkurang,
31 Oktober 2019 klien skala nyeri 4
Jam 15.00 Wib 2. Memberikan posisi yang nyaman
3. Mengajarkan kembali latihan O : - Pasien tampak tenang,
pernapasan dan teknik distraksi - Pasien dapat miring kiri-kanan dengan
4. Memberikan injeksi Antrain 1 gr IV mandiri dengan berhati-hati
sesuai advis dokter Kelompok 1
- TD : 122/75 mmHg
- N : 76 X/menit
- RR : 22 X/menit

A: Masalah belum teratasi

P : - Identifikasi skala nyeri berkala


- Ajarkan kembali latihan pernapasan
dan teknik distraksi
- Kolaborasi pemberian analgetik

38
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Kamis 1. Memonitor tingkat kemandirian S : Pasien mengatakan tidak berani
31 Oktober 2019 2. Memonitor produksi drain bergerak karena nyeri
Jam 18.00 Wib 3. Mencuci tangan 5 moment 6 langkah
4. Mengukur vital sign O : - Pasien tampak berbaring dan dapat
5. Memberikan injeksi Asam miring kiri-kanan dengan mandiri
Traneksamat dan Ceftriaxone 1 gr - ADL dibantu keluarga
drip dalam 100 cc NaCl 0,9% - Produksi drain 50 ml
6. Membantu pasien perawatan diri: - luka post laparatomi bagian bawah Kelompok 1
mengganti popok tampak mengeluarkan cairan bening
7. Mengganti balutan luka kemerahan
- TD : 119/78 mmHg
- N : 80 X/menit
- RR : 20 X/menit
- S : 36,6 x/menit

A : Masalah belum teratasi


P : - Monitor tingkat kemandirian,
karakteristik luka, tanda-tanda infeksi
dan vital sign
- Monitor kualitas dan kuantitas
produksi drain
- Dampingi dalam melakukan
perawatan diri
- Ganti balutan sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian antibiotik dan
antiperdarahan

39
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Jumat, 1. Mengkaji skala nyeri dan monitor S : - Pasien mengatakan nyeri berkurang,
1 November TTV klien skala nyeri 2 dan dapat melakukan
2019 2. Memberikan posisi yang nyaman latihan pernapasan saat nyeri datang
Jam 15.00 Wib 3. Mengevaluasi kemampuan pasien
mengontrol nyeri O : - Pasien tampak tenang,
4. Memberikan injeksi Antrain 1 gr IV - Pasien tampak duduk di tempat tidur
sesuai advis dokter - TD : 122/75 mmHg Kelompok 1
- N : 76 X/menit
- RR : 22 X/menit

A: Masalah belum teratasi

P : - Identifikasi skala nyeri berkala


- Ajarkan kembali latihan pernapasan
dan teknik distraksi
- Kolaborasi pemberian analgetik

40
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Jumat 1. Memonitor tingkat kemandirian S : Pasien mengatakan tidak berani
1 November 2. Memonitor produksi drain bergerak karena nyeri
2019 3. Mencuci tangan 5 moment 6 langkah
Jam 18.00 Wib 4. Mengukur vital sign O : - Pasien tampak berbaring dan dapat
5. Memberikan injeksi Asam miring kiri-kanan dengan mandiri
Traneksamat dan Ceftriaxone 1 gr - ADL dibantu keluarga Kelompok 1
drip dalam 100 cc NaCl 0,9% - Produksi drain 50 ml
6. Melepas kateter urine - TD : 119/78 mmHg
- N : 80 X/menit
- RR : 20 X/menit
- S : 36,6 x/menit

A : Masalah belum teratasi


P : - Monitor tingkat kemandirian,
karakteristik luka, tanda-tanda infeksi
dan vital sign
- Monitor kualitas dan kuantitas
produksi drain
- Dampingi dalam melakukan
perawatan diri
- Ganti balutan sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian antibiotik dan
antiperdarahan

41
BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab ini merupakan pembahasan dari asuhan keperawatan pada pasien dengan
Ca Colon Post Laparatomi di IRNA 3 RS Universitas Airlangga Surabaya. Dalam bab
ini . penulis akan membahas meliputi segi pengkajian, diagnosa, perencanaan
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan mengenai kasus
yang penulis angkat.

4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan, proses sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber, mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan. Data Fokus adalah data tentang perubahan atau respon klien terhadap
kesehatan dan masalah kesehatan dan hal-hal yang mencakup tindakan yang
dilaksanakan kepada klien (Ginting, 2019).
Pada pasien post operasi laparatomi perubahan posisi akan menyebabkan nyeri
akut yang dapat mengaktifkan sistem syaraf simpatis melalui pelepasan Corticotropin
Releasing Factoroleh hipatalamus. Sebagai akibatnya adalah kadar epinefrin dan
norepinefrin dalam tubuh menjadi meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan
denyut jantung serta tekanan darah, memicu ketidakseimbagnan suplai oksigen dengan
kebutuhan dan penyembuhan luka yang kurang baik (Urden, Stay, & Lough, 2010
dalam Noviana, 2017).
Pada kasus Tn T, data fokus pengkajian didapatkan berupa pada pengkajian
eliminasi ditemukan data nyeri pada luka operasi dan terdapat luka operasi post
laparatomi. Pada pengkajian aktivitas ditemukan pasien takut untuk bergerak katrena
nyeri. Hasil laboratorium menunjukkan leukositosis.
Luka insisi operasi menjadi stimulus yang dapat menimbulkan persepsi nyeri,
sehingga pada umumnya keluhan utama pada pasien dengan luka operasi adalah nyeri.
Pengalaman terhadap nyeri menimbulkan kecemasan pada pasien, pergerakan memicu
meningkatnya persepsi terhadap nyeri. Cemas akan munculnya rasa nyeri
menimbulkan keengganan pasien untuk bergerak agar terbebas dari rasa nyeri
sehingga pola aktivitas terganggu.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang gangguan status kesehatan baik
aktual maupun potensial. Secara implisit dalam diagnosa ini terdapat pernyataan
tentang respon klien yang secara legal dan berdasarkan ilmu perawat (Ginting, 2019).
Menurut SDKI (2016), nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan. Pada pasien post operasi laparatomi perubahan posisi akan menyebabkan
nyeri akut yang dapat mengaktifkan sistem syaraf simpatis melalui pelepasan
Corticotropin Releasing Factoroleh hipatalamus. Sebagai akibatnya adalah kadar
epinefrin dan norepinefrin dalam tubuh menjadi meningkat. Hal ini menyebabkan
peningkatan denyut jantung serta tekanan darah, memicu ketidakseimbagnan suplai
oksigen dengan kebutuhan dan penyembuhan luka yang kurang baik (Urden, Stay, &
Lough, 2010 dalam Noviana, 2017).

42
Pada kasus yang diangkat penulis, ditegakkan 2 diagnosa keperawatan yaitu Nyeri
Akut dan Resiko Perlambatan Pemulihan Paska Operasi. Diagnosa defisit nutrisi dan
ketidakseimbangan cairan tidak ditegakkan.
Penegakan diagnosa keperawatan nyeri akut pada kasus Tn T berdasarkan keluhan
utama yaitu nyeri pada luka operasi, masalah keperawatan ini didukung dengan data
objektif berupa ekspresi meringis dan klien berhati-hati saat bergerak. Diagnosa
keperawatan resiko perlambatan pemulihan paska operasi meliputi aktivitas, mobilitas
dan penyembuhan luka. Gangguan mobilitas, terdapatnya luka insisi dan leukositosis
dapat beresiko menurunkan kemampuan pasien untuk pulih kembali. Sirkulasi yang
kurang baik dan adanya luka insisi sebagai jalan masuk kuman-kuman patogen dapat
menjadi faktor resiko luka post operasi dapat terinfeksi dan menyebabkan pemulihan
menjadi tertunda.
4.3 Rencana Keperawatan
Tahap perencanaan melibatkan serangkaian tahap dimana perawat dan pasien
menyusun prioritas, menulis tujuan dan hasil yang diharapkan, dan menulis rencana
tindakan guna menyelesaikan masalah klien (Ginting, 2019).
Menurut SLKI (2016), perencanaan keperawatan untuk masalah nyeri akut
bertujuan untuk menurunkan tingkat nyeri. Intervensi utama yang diberikan berupa
manajemen nyeri, pemberian analgesik serta beberapa intervensi pendukung.
Sedangkan untuk masalah resiko perlambatan pemulihan paska bedah bertujuan luaran
utama pemulihan paska bedah meningkat. Intervensi utama yang diberikan berupa
dukungan mobilisasi, edukasi manajemen nyeri, edukasi nutrisi, manajemen nutrisi
dan pencegahan perdarahan.
Sesuai dengan acuan yang digunakan, penulis menggunakan SLKI (2016) dan
SIKI (2016) sebagai acuan untuk membuat perencanaan keperawatan. Pada masalah
nyeri akut, penulis menetapkan luaran tingkat nyeri menurun dengan intervensi
manajemen nyeri baik secara nonfarmakologis dan secara farmakologis, intervensi
sendiri meliputi observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi. Pada masalah resiko
perlambatan pemulihan paska bedah, penulis menetapkan luaran pemulihan paska
bedah meningkat dengan intervensi berupa dukungan mobilisasi, pencegahan
perdarahan dan pemberian obat yang meliputi observasi, terapeutik, edukasi dan
kolaborasi.
4.4 Implementasi perencanaan
Pemilihan intervensi keperawatan merupakan proses yang kompleks dan
membutuhkan pemikiran kritis. Konteks pemberian asuhan bagi tiap klien dan
berbagai intervensi tersebut membutuhkan pendekatan pengambilan keputusan dalam
tiap situasi klinis. Persiapan proses implementasi akan memastikan asuhan
keperawatan yang efisien, aman, dan efektif. Lima kegiatan persiapan tersebut adalah
pengkajian ulang, meninjau dan merevisi rencana asuhan keperawatan yang ada,
mengorganisasi sumber daya dan pemberian asuhan, mengantisipasi dan mencegah
komplikasi, serta mengimplementasikan intervensi keperawatan. (Potter&Perry,
2011).
Implementasi yang diberikan kepada Tn T untuk diagnosa Nyeri Akut berupa
manajemen nyeri nonfarmakologis berupa observasi, pengaturan posisi, latihan
pernapasan dan teknik distraksi serta secara farmakologis yaitu pemberian analgetik
Antrain 1 gram intravena. Untuk diagnosa resiko perlambatan pemulihan paska bedah
dilakukan implementasi observasi, dukungan kemandirian, pencegahan infeksi dan
kolaborasi antibiotik Ceftriaxone 1 gram dan Asam Tranexamat 500 mg.

43
Implementasi yang diberikan pada kasus Tn T disesuaikan dengan intervensi yang
telah ditentukan sebelumnya. Akan tetapi tidak semua intervensi yang telah disusun
diimplementasikan. Intervensi yang diimplementasikan disesuaikan dengan kondisi
pasien pada saat dilakukan implementasi. Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka
dilanjutkan dengan melakukan rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum
diterapkan pada klien terlebih dahulu melakukan pendekatan pada klien dan keluarga
klien agar tindakan yang akan diberikan dapat disetujui klien dan keluarga klien,
sehingga seluruh rencana tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan masalahyang
dihadapi klien.

4.5 Evaluasi
Proses evaluasi yang menentukan efektivitas asuhan keperawatan meliputi 5
unsur, yaitu mengidentifikasikan kriteria dan standar evaluasim mengumpulmdata
untuk mengumpulkan data untuk menentukan apakah kriteria dan standar telah
dipenuhi, menginepretasi dan meringkas data, mengdokumentasikan temuan dan
setiap pertimbangan klinis dan menghentikan, meneruskan, atau merevisi rencana
keperawatan (Potter&Perry, 2011).
Dari evaluasi pada masalah keperawatan nyeri didapatkan pasien mengatakan
nyeri berkurang, skala nyeri 5, pasien tampak tenang, sesekali meringis saat bergerak,
pasien tampat sangat berhati-hati saat bergerak,tekanan darah 124/79 mmHg, nadi 78
x/menit, RR 20 x/menit. Evaluasi pada masalah keperawatan resiko perlambatan
pemulihan paska bedah didapatkan data bahwa Pasien mengatakan tidak berani
bergerak karena nyeri pasien tampak berbaring, ADL dibantu keluarga, produksi drain
250 ml balutan luka post operasi bersih, tekanan darah 124/79 mmHg, nadi 78
X/menit, respirasi 20 X/menit, suhu 36,6 x/menit. Kedua masalah keperawatan
tersebut belum dapat teratasi sehingga masih direncanakan beberapa intervensi untuk
diimplementasikan kembali.
Proses evaluasi dilakukan untuk menentukan apakah hasil yang diharapkan telah
terpenuhi. Evaluasi dilakukan secara berkelanjutan untuk mengetahui perkembangan
dari masalah keperawatan yang dialami pasien. Dengan mengetahui hasil evaluasi
maka dapat ditentukan rencana keperawatan selanjutnya dan bila diperlukan dapat
dilakukan revisi intervensi keperawatan.

44
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Asuhan Keperawatan kepada Tn. T di Ruang IRNA 3 dengan
kasus CA Colon yang dilakukan oleh kelompok maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa kanker kolorektal merupakan penyakit kanker yang menepati urutan ketiga
terbesar di dunia dan penyebab kematian keempat terbanyak di dunia yang disebabkan
karena kanker. Terdapat beberapa faktor pemicu kanker kolorektal, secara garis besar
dapat dibagi dua, yakni faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat
dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin,
genetik, polip kolon dan riwayat individual penyakit kronis inflamatorik usus.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Tekhnologi (IPTEK)
Saran bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi diharapkan dapat
menjadi sumber informasi dan referensi, serta memberikan informasi dan masukan
dalam meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan kasus CA Colon.
5.2.2 Bagi Instusi Pendidikan
Saran untuk institusi Pendidikan dari hasil asuhan keperawatan dengan kasus
CA Colon ini dapat dimanfaatkan dengan baik, memberikan wawasan bagi
pembacanya.
5.2.3 Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber-sumber informasi bagi
tempat penelitian. Meningkatkan pelayanan kesehatan, serta memberikan informasi
yang menunjang kepada keberhasilan pengobatan pada penderita CA Colon.

45
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2016. About Colorectal Cancer. Retrieved November 1,


2019 from American Cancer Society:

American Cancer Society. 2017. Colorectal Cancer. Facts & Figures 2017-2019.
Atlanta: American Cancer Society.

Ali, Zaidin.2011. Pengantar Keperawatan Keluarga, Jakarta: EGC.


Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Douchterman, J. M., & Wagner, C. M. 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore: Elsevier.

Gaffar, V. 2011. Pengaruh Strategi Postioning Museum Terhadap Kunjungan Wisata


Edukasi di Kota Bandung. Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal ,
15.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. 2015. NANDA International Inc. Nursing Diagnoses
: Definitions & Classifications 2015-2017. Jakarta: EGC.

Institute, N. C. 2017. Colorectal Cancer. Retrieved May 13, 2017, from National
Cancer Institute: https://www.cancer.gov/types/colorectal/patient/rectal-
treatment-pdq

Kesehatan, D. 2005. Pharmaceutical care untuk penyakit tuberkulosis.

Kesehatan, I. K. 2015. Tuberkulosis (TB) paru. Informasi Kedokteran dan Kesehatan.

Meidania, M. 2015. Penatalaksanaan fisioterapi pada tuberkulosis paru di rumah sakit


paru ario wirawan salatiga.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classifications (NOC). Singapore: Elsevier.

Network, N. C. (2016). Colon Cancer. Washington: National Comprehensive Cancer


Network.

Smeltzer, S. C. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta:


EGC.

Society, A. C. (2016, October 15). About Colorectal Cancer. Retrieved May 14, 2017,
from American Cancer Society: https://www.cancer.org/cancer/colon-rectal-
cancer/about/what-is-colorectal-cancer.html

Society, A. C. (2017). Colorectal Cancer. Facts & Figures 2017-2019. Atlanta:


American Cancer Society.

Sprita, Y. (2015). Lembaran informasi tentang HIV dan AIDS untuk orang yang hidup
dengan HIV. Jakarta: Yayasan Sprita.

Werdhani, R. A. (2015). Patofisiologi, diagnosis, dan klasifikasi tuberkulosis.

46
47

Anda mungkin juga menyukai