Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN ISOLASI


SOSIAL DI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

Nama : Assa Farikha Filayati, S.Kep

NIM : 222311101081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2023
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi Sosial

2. TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan ketika individu atau kelompok mengalami
atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan
dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito,
2006:467). Suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain menyatakan sikap yang negatif ataupun mengancam juga disebut sebagai
isolasi sosial (Townsend, 1998). Pada pasien skizofrenia isolasi sosial adalah
bentuk gejala negatif yang digunakan untuk menghindar dari orang lain agar
pengalaman yang tidak menyenangkan dalam berhubungan dengan orang lain
tidak terulang lagi (Surtiningrum, 2011). Stuart & Laraia (2005) menyatakan
perilaku isolasi sosial sebagai perilaku yang sering muncul pada scizofrenia.

2.2 Rentang Respon

Rentang Respon Sosial

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme
Interdependen

Gambar 1. Rentang Respon Sosial (Stuart, 2006:275)

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah


dalam batasan norma yang masih diterima oleh norma sosial dan kebudayaan.
Respon adaptif meliputi menyendiri, otonomi, kebersamaan, interdependen.
Respon menyendiri (solitude) dibutuhkan oleh individu untuk merenungkan
apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan cara mengevaluasi diri
untuk menentukan langkah selanjutnya. Otonomi (autonomy) adalah respon
individu menentukan dan menyampaikan ide pikiran dan perasaan dalam
hubungan sosial. Kebersamaan (mutuality) adalah respon individu di dalam
hubungan interpersonal untuk saling memberi dan menerima. Interdependent
sebagai respon individu saling ada ketergantungan dalam hubungan sosial.
Terdapat beberapa repon dalam rentang antara adaptif dan maladaptif,
mencakup kesepian, menarik diri, dan ketergantungan. Kesepian (loneliness)
sebagai kondisi individu merasa sendiri, sepi, tidak adanya perhatian dengan
orang lain ataupun lingkungannya. Menarik diri (withdrawal) adalah tindakan
melepaskan diri dalam bentuk perhatian dan minat terhadap lingkungan sosial
secara langsung, bersifat sementara atau menetap. Respon saat individu gagal
mengembangkan atau mengembalikan fungsi kepercayaan diri disebut dengan
ketergantungan (dependent).
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
menyimpang dari batasan norma sosial dan kebudayaan setempat, meliputi
manipulasi, impulsif, dan narsisme. Manipulasi sebagai gangguan hubungan
sosial pada individu yang menganggap orang sebagai objek karena individu
tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam. Respon manipulasi
memiliki hubungan yang terpusat pada masalah pengendalian orang lain atau
cenderung berorientasi pada tujuan diri sendiri dan bukan orang lain. Impulsif
diindikasikan individu tidak mampu merencanakan sesuatu hal, tidak mampu
belajar dari pengalaman, penilaian buruk, individu tidak dapat diandalkan.
Narkisisme adalah respon merasa harga diri rapuh, berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian secara terus menerus, sikap egosentris, pencemburu,
dan marah jika individu lain tidak mendukung.

2.3 Perilaku yang Berhubungan dengan Isolasi Sosial


a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan
b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki
c. Tampak menyendiri dalam lingkungan atau ruangan
d. Tidak berkomunikasi dan menarik diri
e. Tidak melakukan kontak mata
f. Tampak sedih dan afek datar
g. Posisi meringkuk di tempat tidur dengan punggung menghadap ke pintu
h. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan
perkembangan usianya
i. Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain di dekatnya
j. Kurang aktivitas fisik dan verbal
k. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi
l. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya

2.4 Faktor Predisposisi dan Presipitasi


Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Setiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan mempengaruhi
respon sosial maladaptif. Sistem keluarga yang terganggu berperan dalam
perkembangan respon sosial maladaptif.
b. Faktor Biologis
Faktor genetik juga berperan dalam respon sosial maladaptif. Keterlibatan
neurotransmitter berperan dalam perkembangan gangguan ini. Selain itu
juga disebabkan disfungsi otak, rendahnya ambang rangsang dari sistem
limbik, dan tingkat serotonin akibat ada perubahan anatomi, fisiologi, dan
neurokimia pada sistem organ.
c. Faktor Sosiokultural
Faktor sosial budaya seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan,
pekerjaan, status dan pengalaman sosial, latar belakang budaya, agama,
keyakinan, serta kondisi politik. Isolasi sosial diakibatkan oleh transiensi;
norma yang tidak mendukung pada pendekatan terhadap orang lain; tidak
menghargai anggota masyarakat yang kurang produktif; sistem nilai yang
dianut berbeda dengan budaya mayoritas serta adanya harapan yang tidak
realistis terhadap hubungan.
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi meliputi peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres dan
mempengaruhi kemampuan berhubungan dengan orang lain sehingga timbul
kondisi ansietas. Adapun faktor presipitasi meliputi:
a. Stressor biologis
Stressor biologis berkaitan dengan adanya gangguan struktur dan fungsi
tubuh, serta sistem hormonal yang abnormal. Hal ini meliputi penyakit
infeksi dan kronis, kelainan struktur otak, interaksi neuroendokrin, dan
hormon, serta neurotransmitter.
b. Stressor psikologis
Respon sosial maladaptif sebagai hasil pengalaman negatif yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan emosi. Ansietas berat yang berkepanjangan,
terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinnya
menyebabkan gangguan berhubungan dengan orang lain.
c. Stressor sosiokultural
Stressor sosiokultural ditimbulkan oleh adanya penurunan stabilitas unit
keluarga ataupun kurang support system dan perpisahan dari orang yang
berarti. Stressor yang dapat mencetuskan perilaku isolasi sosial adalah
kondisi lingkungan yang bermusuhan, lingkungan penuh kritik, tekanan
tempat kerja atau sulit mendapat pekerjaan, kemiskinan, stigma yang ada
di lingkungan tempat tinggal (Stuart, 2006:280).
2.5 Clinical Pathway

Patofisiologis
Takut penolakan sekunder akibat: obesitas, kanker (kecacatan
karena pembedahan kepala/leher, bertahayul tentang orang
lain), kecacatan fisik (paraplegia, amputasi, artritis,
hemiplegia), kecacatan emosional (ansietas ekstrem, depresi,
paranoid, fobia, inkontinen (rasa malu, bau), penyakit menular
(AIDS, hepatitis), penyakit psikiatrik (scizhofrenia, gangguan
Gangguan
afektif bipolar, gangguan kepribadian)
persepsi

Situasional (Personal, Lingkungan)


1. Kematian orang terdekat Penilaian negatif pada
2. Perceraian diri sendiri, hilang
3. Penampilan cacat kepercayaan diri
4. Takut penolakan sekunder akibat: obesitas, hospitalisasi
atau penyakit terminal (proses kematian), sangat miskin,
pengangguran Gangguan konsep
5. Perpindahan ke budaya lain (misal bahasa yang tidak diri: harga diri
dikenal) rendah kronik
6. Riwayat ketidakpuasan hubungan sekunder akibat:
penyalahgunaan obat, penyalahgunaan alkohol, perilaku
tidak matang, perilaku sosial tidak dapat diterima, pikiran Isolasi sosial:
delusi menarik diri
7. Kehilangan cara transportasi biasanya

Maturasional
Anak-anak
1. Isolasi perlindungan atau penyakit menular
Lansia
1. Kehilangan kontak sosial biasanya

2.6 Penentuan Diagnosa


a. Batasan karakteristik (NANDA)
1) Tidak adanya dukungan dari orang yang penting (keluarga, teman, dan
kelompok)
2) Perilaku bermusuhan
3) Menarik diri
4) Tidak komunikatif
5) Menunjukkan perilaku tidak diterima oleh kelompok kultural dominan
6) Mencari kesendirian atau merasa diakui di dalam subkultur
7) Senang dengan pikirannya sendiri
8) Aktivitas berulang atau aktivitas yang kurang berarti
9) Kontak mata tidak ada
10) Aktivitas tidak sesuai dengan umur perkembangan
11) Keterbatasan mental/fisik/perubahan pada keadaan sejahtera
12) Sedih, afek tumpul
13) Mengekspresikan perasaan kesendirian
14) Mengekspresikan perasaan penolakan
15) Minat tidak sesuai dengan umur perkembangan
16) Tujuan hidup tidak ada atau tidak adekuat
17) Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
18) Ekspresi nilai sesuai dengan sub kultural tetapi tidak sesuai dengan
kelompok kultur dominan
19) Ekspresi peminatan tidak sesuai dengan umur perkembangan
20) Mengekspresikan perasaan berbeda dari yang lain
21) Tidak merasa aman di masyarakat (NANDA, 2005-2006:209)
b. Mayor
1) Mengekspresikan perasaan kesepian, penolakan
2) Keinginan untuk kontak lebih banyak dengan orang
3) Melaporkan ketidakamanan dalam situasi sosial
4) Menggambarkan kurang hubungan yang berarti (Carpenito, 2006:468)
c. Minor
1) Merasakan waktu berjalan lambat
2) Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan membuat keputusan
3) Perasaan tidak berguna
4) Perasaan penolakan
5) Kurang aktivitas (fisik atau verbal)
6) Tampak depresi, cemas, atau marah
7) Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain di dekatnya
8) Sedih, afek dangkal
9) Tidak komunikatif
10) Menarik diri
11) Kontak mata buruk
12) Larut dengan pikiran dan ingatan sendiri (Carpenito, 2006:468)

3. PERUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN


(Multi Axis Menurut NANDA)

Isolasi Sosial Inability


(AXIS 1) (AXIS 3)
Aktual Kronik
(AXIS 7) (AXIS 6)

Cerebral (N/A) Individual


(AXIS 4) (AXIS 2)
Adult
(AXIS 5)

4. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


4.1 Tujuan Keperawatan pada Pasien
1) Pasien dapat mengenal penyebab isolasi.
2) Pasien dapat mengenal manfaat dari berhubungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
3) Pasien dapat mengetahui cara berkenalan.
4) Pasien dapat mengingat atau mempelajari cara berkenalan.
4.2 Tindakan Keperawatan pada Pasien
1) Membina hubungan saling percaya
Bantu pasien mengenal penyebab isolasi. Perawat dapat melakukan hal
berikut:
a) Salam yang terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi,
ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan jelas tentang
topik, tempat, waktu, beri perhatian, dan penghargaan.
b) Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.
c) Diskusikan tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.
2) Bantu pasien mengenal manfaat berhubungan dan tidak berhubungan
dengan orang lain.
a) Kaji pengetahuan pasien tentang keuntungan memiliki teman.
b) Diskusikan bersama pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain.
c) Diskusikan bersama pasien terkait kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain.
d) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.
3) Ajarkan pasien cara berkenalan dan perawat melakukan hal ini:
a) Jelaskan pada pasien cara berkenalan dengan orang lain.
b) Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain.
c) Berikan kesempatan pasien mempraktikan cara berinteraksi dengan
orang lain yang dilakukan di hadapan perawat.
d) Bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman atau anggota
keluarga.
4) Ajarkan pasien mengingat/mempelajari cara berkenalan. Perawat dapat
melakukan hal berikut:
a) Lakukan interaksi sering dan singkat dengan pasien.
b) Tingkatkan interaksi secara bertahap.
c) Bila pasien mulai menunjukkan kemajuan, tingkatkan frekuensi dari
interaksi, dengan dua, tiga, empat orang, dst.
d) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan
oleh pasien.
e) Siap mendengarkan ekspresi pasien setelah berinteraksi dengan
orang lain.

4.3 Tujuan Keperawatan pada Keluarga


1) Keluarga dapat membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial.
2) Keluarga dapat membantu pasien mengenal manfaat berhubungan dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
3) Keluarga dapat memfasilitasi saat pasien belajar cara berkenalan.
4) Keluarga mampu menilai perubahan perkembangan kemampuan pasien.
4.4 Tindakan Keperawatan pada Keluarga
1) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2) Jelaskan pada keluarga tentang isolasi sosial yang dialami pasien.
3) Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial.
4) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah.
4.5 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok (TAK) untuk pasien isolasi sosial adalah upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah pada
hubungan sosial. TAKS pada pasien isolasi sosial dilakukan dengan tujuh
tahap antara lain:
1) Sesi 1 : TAKS : memperkenalkan diri
2) Sesi 2 : TAKS : berkenalan dengan anggota kelompok
3) Sesi 3 : TAKS : bercakap-cakap dengan anggota kelompok
4) Sesi 4 : TAKS : menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
5) Sesi 5 : TAKS : menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi
pada orang lain
6) Sesi 6 : TAKS : bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
7) Sesi 7 : TAKS : menyampaikan pendapat mengenai manfaat kegiatan
TAKS yang telah dilakukan
5. DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, L. J. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
2. Keliat, B. A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
3. Keliat dan Akemat. 2004. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta:
EGC.
4. NANDA. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika.
5. Stuart, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
6. Stuart & Laraia. 2005. Principles and Practice of Psyhiatric Nursing. (8th ed). St
Louis: Mosby Year.
7. Surtiningrum, A. 2011. Pengaruh Terapi Suportif Terhadap Kemampuan
Bersosialisasi pada Klien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Rumah Sakit Jiwa Daerah
Dr Amino Gondohutomo Semarang. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.
8. Townsend, M. C. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri: Pedoman untuk Pembuatan Rencana Perawatan. Alih bahasa Novi
Helena C. Daulima. 1998. Jakarta: EGC.
9. Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
DI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG
Oleh : Assa Farikha Filayati, S. Kep.

Pertemuan 1

Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien
a. Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
b. Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya
c. Klien merasa orang lain tidak selevel.
d. Klien tampak menyendiri
e. Klien terlihat mengurung diri
f. Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi social
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan
orang lain
d. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap
e. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain
f. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan social
g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
4. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang
lain.
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian

Strategi Pelaksanaan
Fase Orentasi
Salam Terapeutik:
“Selamat Pagi Bu! Perkenalkan nama saya Assa Farikha, biasa di panggil
Assa. Bagaimana keadaan ibu hari ini? Ibu terlihat segar.”
Evaluasi/validasi :
“Senang ya bisa berkenalan dengan ibu hari ini, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus agar ibu dapat
mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain?”
Kontrak:
“Dimana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah, di ruangan
ini saja kita berbincang-bincang. Berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-
bincang dengan saya? Bagaimana kalau 15 menit saja?

Fase Kerja
“Ibu, kalau boleh saya tau orang yang paling dekat dengan ibu siapa?
Menurut ibu apa keuntungann berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain? Kalau ibu tidak tahu saya akan memberitahukan
keuntungan dari berinteraksi dengan orang lain yaitu bapak punya banyak teman,
saling menolong, saling bercerita, dan tidak selalu sendirian. Sekarang saya akan
mengajarkan ibu berkenalan. Bagus, ibu dapat mempraktekkan apa yang saya
ajarkan tadi. Bagaiman kalau kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain di
masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?

Fase Terminasi
Evaluasi Subyektif :
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi? Coba ibu
ceritakan kembali keuntungan berinteraksi dan kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain?”
Evaluasi Obyektif :
“Nah, sekarang coba sebutkan lagi siapa nama saya? Bagus sekali. Mulai
sekarang kalau ketemu saya jangan lupa panggil saya dengan? Bagus.”
Tindak Lanjut :
“Tadi saya sudah menjelaskan keuntungan dan kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain dan cara berkenalan yang benar. Saya harap ibu dapat
mencobanya bagaimana berinteraksi dengan orang lain!“
Kontrak yang akan datang :
“Baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan berbincang-
bincang lagi tentang jadwal yang telah kita buat dan mempraktekkan cara
berkenalan dengan orang lain? Berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-
bincang dengan saya besok? Bagaimana kalau 15 menit saja? Dimana ibu mau
berbincang-bincang dengan saya besok? Ya sudah... bagaimana kalau besok kita
melakukannya di teras depan saja?”
Pertemuan 2
Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Klien mengatakan malas berinteraksi
b. Klien mengatakan cepat lelah kalau banyak jalan
c. Klien menyendiri di kamar
d. Klien tidak mau melakukan aktivitas di luar kamar
e. Klien tidak mau melakukan interaksi dengan yang lainnya
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
3. Tujuan
a. Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan denagn orang lain
b. Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan
dengan satu orang
c. Membenatu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang
lain sebagai salah satu kegiatan harian

Strategi Pelaksanaan
Fase Orentasi
“Selamat Pagi Bu! Masih ingat dengan saya? Benar ibu! saya perawat Assa .
Bagaimana perasaan ibu hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin saya
ajarkan?”
“Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan mempraktekkan
bagaimana cara berkenalan dengan satu. Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin,
kita akan melakukannya selama 15 menit, bagaimana menurut ibu? Kesepakatan
kita kemarin! Kita akan melakukannya di teras depan... apakah ibu setuju?”

Fase Kerja
“Sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba ibu perlihatkan kepada
saya bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat...ibu dapat
melakukannya dengan baik.Sekarang, mari kita melakukannya dengan satu orang
yang ibu belum kenal!! Bagus... ibu dapat mempraktekkan dengan baik dan sesuai
dengan apa yang saya ajarkan. Bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan
orang lain yang baru dikenal di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?

Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi? Siapa nama
orang yang ibu ajak berkenalan tadi? Klien terlihat berkenalan dengan orang yang
baru di kenalnya sebanyak 1 orang”
“Ibu, saat saya tidak ada ibu dapat melakukan hal seperti yang ibu lakukan
tadi dengan orang yang belum ibu kenal... kemudian ibu ingat nama yang pernah
ibu ajak kenalan atau bisa ibu catat di buku saat berkenalan.”
“Baiklah...pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan melakukan
interaksi/berkenalan dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih? Berapa lama
ibu punya waktu untuk interaksi dengan orang lain? Bagaimana kalau besok kita
melakukannya selama 15 menit? Dimana ibu bisa melakukannya besok? Ya
sudah...bagaimana kalau besok kita melakukannya di tempat ini lagi?...
selamat siang ibu!!!”
Pertemuan 3
Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Klien mengatakan sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
b. Klien mengatakan sudah mengajak beberapa untuk berkenalan
c. Klien tampak sudah mau keluar kamar
d. Klien dapat melakukan aktivitas di ruangan
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
3. Tujuan
a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih
b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien
b. Memberikan kesempatan pada klien berkenalan
c. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

Strategi Pelaksanaan
Fase Orentasi
“Selamat Pagi Bu! Masih ingat dengan saya? Benar ibu! saya perawat Assa .
Bagaimana perasaan ibu hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin ibu
lakukan?”
“Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini ibu akan melakukan interaksi
dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih pada orang yang tidak ibu kenal
atau orang baru...”
“Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya selama
15 menit... bagaimana menurut ibu? Kesepakatan kita kemarin!! Kita akan
melakukannya di teras... apakah ibu setuju?”
Fase Kerja
“Sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba ibu perlihatkan kepada
saya bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... ibu dapat
melakukannya dengan baik... sekarang, mari kita melakukannya dengan orang
lain yang ibu tidak kenal sebanyak 2 orang atau lebih!! Bagus... ibu dapat
mempraktekkan dengan baik dan mulai berkembang dalam berinteraksi dengan
orang lain. Bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain yang baru
dikenal di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?

Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi? Siapa-siapa
saja nama orang yang ibu ajak berkenalan tadi? Klien terlihat berkenalan dengan
orang yang baru di kenalnya sebanyak 3 orang”
“Nah..saat saya tidak ada, ibu dapat melakukannya hal seperti yang ibu
lakukan tadi dengan orang yang baru ibu kenal... kemudian ibu ingat nama yang
pernah ibu ajak kenalan atau bisa ibu catat di buku saat berkenalan.”
“Baiklah... pertemuan hari ini kita akhiri. Besok kita ulangi apa yang telah
kita pelajari dari kemarin ya bu.. apakah ibu bersedia? Berapa lama ibu mau
melakukannya? Bagaimana kalau besok kita melakukannya selama 15 menit?
Dimana ibu bisa melakukannya besok? Baiklah kita melakukannya di sini saja....
selamat siang ibu!!!”

Anda mungkin juga menyukai