Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI


PADA KASUS LUKA BAKAR

KELOMPOK :
1. NADHILA DEVI (201802073)
2. NAZALA BRILIAN .M (201802074)
3. NIDA AMALIASARI (201802075)
4. NURUL UMI AFIFAH (201802076)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA
MADIUN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat serta kehendak-Nya lah kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas
makalah ini tepat pada waktunya. Pembuatan tugas makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Teori Pada Kasus Luka Bakar” bertujuan sebagai tugas semester 5 tahun
pelajaran 2020/2021.

Berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan .

Kami menyampaikan terimakasih kepada :

1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Ibu Adhin Al Khasanah., S. Kep., Ns., M. Kes. sebagai pembimbing mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III, yang memberikan pengarahan bimbingan kepada
kami dalam menyusun tugas makalah ini.
3. Dan kepada kelompok kami yang telah bersedia bekerja sama dalam membuat dan
menyusun tugas makalah ini.

Kami menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang masih perlu banyak belajar dalam
pengetahuan dan dalam penulisan karya tulis, menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang positif agar karya tulis kami menjadi lebih baik dan berguna di masa
yang akan datang. Harapan kami, mudah-mudahan ini dapat memberikan banyak manfaat
dan berguna bagi pembacanya.

Madiun, 20 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................4
C. TUJUAN...................................................................................................................................5
D. MANFAAT...............................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.............................................................................................................................6
A. DEFINISI.................................................................................................................................6
B. ETIOLOGI...............................................................................................................................6
C. KLASIFIKASI.........................................................................................................................7
D. FASE-FASE LUKA BAKAR..................................................................................................7
E. ANATOMI FISIOLOGI KULIT............................................................................................8
F. TANDA GEJALA....................................................................................................................9
G. PATOFISIOLOGI.............................................................................................................10
H. PATHWAY........................................................................................................................11
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG..........................................................................................12
J. PENATA LAKSANAAN.......................................................................................................13
BAB III...............................................................................................................................................14
ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................................14
A. PENGKAJIAN.......................................................................................................................14
B. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL........................................................................18
C. PERENCANAAN..................................................................................................................18
BAB IV...............................................................................................................................................32
PENUTUP..........................................................................................................................................32
A. KESIMPULAN......................................................................................................................32
B. SARAN...................................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................33
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Luka bakar adalah cedera yang terjadi akibat pajanan terhadap panas, bahan
kimia, radiasi, atau arus listrik. Pemindahan energi dari sumber panas ketubuh
manusia menyebabkan urutan kejadian fisiologis sehingga pada kasus yang paling
berat menyebabkan destruksi jaringan ireversibel. Rentang keparahan luka bakar
mulai dari kehilangan minor segmen kecil lapisan terluar kulit sampai cedera komplek
yang melibatkan semua sistem tubuh. Terapi bervariasi dari aplikasi sederhana agens
antiseptic topical di klinik rawat jalan hingga pendekatan tim antar disiplin,
multisystem, dan invasive dilingkungan aseptic pusat penanganan luka bakar.
Diperkirakan bahwa 500.000 milyar cidera luka bakar yang memerlukan
intervensi medis terjadi setiap tahun di Amerika Serikat, dan dari jumlah tersebut,
sekitar 40.000 memerlukan hospitalisasi dengan perkiraan sekitar 4.000 cedera luka
bakar mengakibatkan kematian (American burn Association [ABA],2007).
Rumah merupakan tempat paling umum terjadinya luka bakar terkait
kebakaran (43%). Kebakaran rumah menyebabkan 92,5% dari semua kematian terkait
kebakaran. Sebagian besar kebakaran tempat tinggal disebabkan oleh memasak yang
tidak di awasi, yang disebabkan oleh minyak yang mudah terbakar, lemari, penutup
dinding, gorden, dan kantong kertas atau plastic. Bahkan termasuk sigaret, cerutu, dan
rokok, juga merupakan penyebab utama kematian akibat kebakaran rumah. Samoah,
Kasur, dan perabot yang dilapisi dengan kain pelapis merupakan bahan yang sering
terbakar dirumah

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari luka bakar ?
2. Bagaimana etiologi dari luka bakar?
3. Bagaimana klasifikasi dari luka bakar?
4. Bagaimana fase-fase dari luka bakar?
5. Bagaimana anatomi fisiologi kulit?
6. Bagaimana tanda gejala dari luka bakar?
7. Bagaimana patofisiologi dari luka bakar?
8. Bagaimana pathway dari luka bakar?
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari luka bakar?
10. Bagaimana penatalaksanaan dari luka bakar?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari luka bakar.
2. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari luka bakar.
3. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi dari luka bakar.
4. Untuk mengetahui bagaimana fase-fase dari luka bakar.
5. Untuk mengetahui bagaimana anatomi fisiologi kulit.
6. Unrtuk mengetahui tanda gejala dari luka bakar.
7. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari luka bakar.
8. Untuk mengetahui pathway dari luka bakar.
9. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang dari luka bakar.
10. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari luka bakar.

D. MANFAAT
Dapat mengetahui dan menjelaskan apa itu luka bakar serta bagaimana cara
menanganinya dan asuhan keperawatannya. Serta dapat menerapkannya di
lingkungan rumah sakit maupun masyarakat sebagai upaya pencegahan penyakit.
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas arus listrik, bahan
kimia, dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luka
bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel tubuh, semua
sistem dapat terganggu, terutama sistem kardiovaskuler (Rahayuningsih, 2012).
Luka bakar bisa merusak kulit yang berfungsi melindungi kita dari kotoran
dan infeksi. Jika banyak permukaan tubuh terbakar, hal ini bisa mengancam jiwa
karena terjadi kerusakan pembuluh darah, ketidakseimbangan elektrolit dan suhu
tubuh, gangguan pernafasan serta fungsi saraf (Adibah dan Winasis 2014).
Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat trauma
panas, elektrik, kimia dan radiasi (Smith, 1998).
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas, kimia atau
radio aktif (Wong, 2003).
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh.
Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi dan radiasi elektro magnetic.
(Effendi. C, 1999).
Jadi luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh panas,
kimia, elektrik maupun radiasi.

B. ETIOLOGI
1. Luka Bakar Termal
Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak
dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.penyebab paling sering
yaitu luka bakar yang disebabkan karena terpajan dengan suhu panas seperti
terbakar api secara langsung atau terkena permukaan logam yang panas
(Fitriana,2014).
2. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia
ini.luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-
zatpembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai
zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer.
(Rahayuningsih, 2012)
3. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan dari
energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi
oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai
mengenai tubuh (Rahayuningsih,2012). Luka bakar listrik ini biasanya lukanya
lebih serius dari apa yang terlihat dipermukaan tubuh (Fitriana, 2014).
4. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif.
Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada
industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia
kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga
merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi (Rahayuningsih, 2012)

C. KLASIFIKASI
Menurut Mansjoer Arif, 2000 luka bakar diklasifikasikan menjadi :
1. Berat / kritis bila :
a. Derajat 2 dengan luas lebih dari 25%
b. Derajat 3 dengan luas lebih dari 10% atau terdapat dimuka, kaki dan tangan
c. Luka bakar disertai trauma jalan napas atau jaringan lunak luas, atau fraktus
d. Luka bakar akibat listrik
2. Sedang bila :
a. Derajat 2 dengan luas 15-25%
b. Derajat 3 dengan luas kurang dari 10%, kecuali muka, kaki dan tangan
3. Ringan bila :
a. Derajat 2 dengan luas kurang dari 15%
b. Derajat 3 kurang dari 2%
4. Perhitungan luas luka bakar “rule of nine”
a. Kepala dan leher : 9%
b. Ekstremitas atas kanan : 9%
c. Ekstremitas atas kiri : 9%
d. Paha dan betis kaki : 4x 9% (kiri dan kanan)
e. Dada, perut, punggung, bokong : 4 x 9%
f. Perineum dan genitalia : 1%

D. FASE-FASE LUKA BAKAR


Fase Luka Bakar :
1. Fase Akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gagguan airway tidak hanya dapat terjadi
segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi
saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera
inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut
sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal
yang berdampak sistemik.

2. Fase Sub Akut


Fase sub akut berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi
adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan:
a. Proses inflamasi dan infeksi.
b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau
tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ-organ
fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme
3. Fase Lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini
adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur.

E. ANATOMI FISIOLOGI KULIT


Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan
melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan
kelenjar mukosa.

Kulit terdiri dari 3 lapis :


1. Epidermis, merupakan lapisan yang terluar dengan ketebalan sekitar 0,1m pada
kelompak mata 0,3 pada telapak tangan dan telapak kaki. Lapisan eksternal dari
sel-sel epitel bertingkat ini terdiri atas keratinosik.
2. Dermis, merupakan lapisan kedua dari kulit batas dengan epidermis dilapisi oleh
membran basalis dan disebelah bawah berbatasan dengan subkutis. Dermis terdiri
dari 2 lapisan bagian atas papilaris, bagian bawah retikularis.
3. Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel lemak dan diantara gerombolan ini
berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat
dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan
lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap-tidap
tempat

Fungsi kulit adalah :


1. Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian tubuh gangguan fisis atau mekanis,
misalnya terhadap gesekan tarikan gangguan kimiawi yang terdapat menimbulkan
iritasi seperti lisol, karbol dan asam kuat.
2. Proteksi rangsangan kimia, dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang
impermiabel terhadap berbagai zat kimia dan air. Lapisan keasamaan kulit yang
melindungi kontak zat kimia dan kulit.
3. Sungsi absorbsi, kulit yang tidak mudah menyerap air, larutan dan benda pada
tetapi cairan yang mudah menguap dan mudah diserap begitu juga yang larut
dalam lemak.
4. Fungsi kulit sebagai pengatur panas. Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi
perubahan suhu lingkungan.
5. Fungsi ekskresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna
lagi. Atau zat sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, Urea, asam urat dan
amonia.
6. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik didemis dan
subkotis. Respon terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis,
terhadap dingin diperankan oleh dermis, perabaan diperankan oleh papila dermis
dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Selaput saraf
sensorik lebih banyak jumlahnya didaerah yang erotik.
7. Fungsi pembentukan figmen, sel membentuk figmen (melanosit) terletak pada
lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf
8. Fungsi keratinisasi dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan
9. Fungsi pembentukan vitamin D dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan
pertolongan sinar matahari. Kulit adalah organ yang paling luas permukaannya
yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai perlindungan
tubuh terhadap bahaya bahan kimia. Kulit merupakan indikator bagi seseorang
untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit.
Misalnya menjadi pucat, kekuning-kuningan, kemerah-merahan atau suhu kulit
meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau
gangguan kulit karena penyakit tertentu. Kulit terdiri atas tiga lapisan yaitu
epidermis, dermis dan jaringan sub kutan. Epidermis merupakan lapisan yang
terluar dengan ketebalan 0,2 mm. jaringan subkutan dan hipodermis adalah lapisan
kulit yang terdalam. (Syaifuddin, AMK, tahun 2006, hal 310)

F. TANDA GEJALA
Menurut Wong and Whaley’s 2003, tanda dan gejala pada luka bakar adalah :
1. Grade I
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan, nyeri
sekali, sembuh dalam 3 - 7 hari dan tidak ada jaringan parut.
2. Grade II
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian dalam),
terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedem sub kutan
(adanya penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah, mengkilap, sangat
nyeri, sembuh dalam 21 - 28 hari tergantung komplikasi infeksi.
3. Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputih-
putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan mati)
atau hitam keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong juga termasuk
jaringan mati), tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri (perlu
skin graf).
G. PATOFISIOLOGI
Panas tidak hanya merusak kulit secara lokal tetapi memiliki banyak efek
umum pada tubuh. Perubahan ini khusus untuk luka bakar dan umumnya tidak
mengalami pada luka yang disebabkan oleh cedera lainnya (Vartak A, 2010).
Ada peningkatan dalam permeabilitas kapiler karena efek panas dan
kerusakan. Hal ini menyebabkan plasma bocor keluar dari kapiler ke interstitial. Hasil
dari peningkatan permeabilitas kapiler dan kebocoran plasma berlanjut sampai 48 jam
dan maksimum 8 jam pertama. Dalam 48 jam baik permeabilitas kapiler kembali
menjadi normal atau trombosis dan tidak lebih bagian dari sirkulasi. Hilangnya
plasma ini adalah penyebab syok hipovolemik pada luka bakar.

Berikut ini adalah penyebab dari kehilangan darah pada luka bakar :

1. Sel darah merah yang hilang dalam pembuluh dasar kulit terbakar pada fase akut.
Oleh karena itu, lebih dalam luka bakar lebih banyak kehilangan darah. Darah
akan ditransfusikan setelah 48 jam kecuali dinyatakan seperti pada anemia yang
sudah ada atau kehilangan darah secara keseluruhan karena penyebab lainnya.
2. Masa hidup sirkulasi sel darah merah berkurang karena dengan efek langsung
dari panas dan mereka hemolyse diawal. Luka bakar yang luas juga menyebabkan
sumsum tulang depresi yang mengarah ke anemia.
3. Pada tahap kronis luka bakar, kehilangan darah dari granulasi luka dan infeksi
bertanggung jawab untuk anemia. Tidak seperti kebanyakan luka lain, luka bakar
biasanya steril pada saat cedera. Panas menjadi agen penyebab, juga membunuh
semua mikroorganisme pada permukaan. Itu hanya setelah minggu pertama luka
bakar yang luka permukaan ini cenderung terinfeksi, sehingga membuat sepsis
sebagai penyebab utama kematian diluka bakar. Di luka lain misalnya, luka gigit,
luka tusuk dan luka lecet yang terkontaminasi pada saat diderita jarang penyebab
sepsis sistemik.
H. PATHWAY
Panas, Kimia, Radiasi, Listrik

Luka Bakar

Kerusakan Jaringan (Epidermis, Dermis)

Kerusakan Kapiler

Gangguan Merangsang Syaraf Permeabilitas Takut Bergerak Port the entry


Integritas Kulit Perifer Meningkat mikroorganisme
Pergerakan Terbatas
Resiko Tinggi
Takut Bergerak Alarm Nyeri Cairan Merembes Infeksi
Cairan
Jaringan Sub. Kutan Gangguan Mobilitas
Merembes Ke
Gangguan Rasa Aman Fisik
Interstisial
Nyaman : Nyeri Vesikulasi
Oedema
Vesikel Pecah Dalam
Penurunan Volume Darah Keadaan Luas
Yang Bersirkulasi
Kebutuhan O2
Luka Terbuka, Kulit
Penurunan Curah Meningkat
Terkelupas
Jantung
Peningkatan Katabolisme
Penguapan Yang dan Katabolisme
Gangguan Perfusi Jaringan Berlebihan
Gangguan Nutrisi Kurang
Dehidrasi Dari Kebutuhan

Defisit Volume
Cairan
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar yaitu :
1. Laboratorium
a. Hitung darah lengkap :
Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang
banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasi adanya cedera,
pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan
sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang
diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
b. Leukosit :
Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
c. GDA (Gas Darah Arteri) :
Untuk mengetahui adanya kecurigaan cedera inhalasi. Penurunan
tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2)
mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
d. Elektrolit Serum :
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun
karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
e. Natrium Urin :
Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang
dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
f. Alkali Fosfat :
Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan
interstisial atau gangguan pompa, natrium.
g. Glukosa Serum :
Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
h. Albumin Serum :
Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
i. BUN atau Kreatinin :
Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi
kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
j. Loop aliran volume :
Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya
cedera.
k. EKG :
Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
l. Fotografi luka bakar :
Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
J. PENATA LAKSANAAN
1. Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien
dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain
mencakup penanganan awal (ditempat kejadian) tindakan yang dilakukan dalam
pelaksanaan pasien luka bakar antara lain tetapi cairan, terapi nutrisi, fisioterapi
dan psikiatri.
2. Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lagi sesegera mungkin,
pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit
yang vital dan elemen didalamnya dan pembatasan pembentukan jaringan parut.
3. Pada saat kejadian, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauhkan korban
dari sumber trauma. Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air pada
trauma bahan kimia, siram kulit dengan air mengalir.
4. Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas, pernapasan dan sirkulasi,
yaitu:
a. Periksa jalan nafas
b. Bila dijumpai obstruksi jalan nafas, buka jalan nafas dengan pembersihan
jalan nafas (suction) bila perlu lakukan trakeostomi atau intubasi.
c. Berikan oksigen
d. Pasang infus dengan cairan RL untuk mengatasi syok
e. Pasang pipa lambung/NGT untuk mengosongkan lambung selama ada
ileus parahtik.
f. Pasang kateter untuk memantau urine
g. Pasang pemantau tekanan vena sentral (central venous pressure / CVP)
untuk pemanfaatan sirkulasi darah
h. Periksa cedera yang terjadi diseluruh tubuh secara sistematis untuk
menentukan adanya cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar.
i. Berikan analgesik-analgesik yang efektif adalah morfin atau petidin,
diberikan secara intravena.
j. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil pencucian luka dilakukan
dengan melakukan debridement dengan menggunakan cairan steril yang
mengandung larutan antiseptik.
k. Berikan antibiotik topikal pasca pencucian luka dengan tujuan untuk
mencegah dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka.
l. Balut luka dengan menggunakan kassa gulung kering dan steril.
Berikan serum anti tetanus / toksoid. (Arief Manjoer, tahun 2000, hal
368).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, Pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan klien luka bakar adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri
dapat disebabkan karena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri
harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul
beberapa jam/hari setelah klien mengalami luka bakar dan disebabkan karena
pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian
atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Kaji tentang sumber kecelakaan, sumber panas atau penyebab yang berbahaya,
gambaran bagaimana luka bakar terjadi, faktor yang mungkin berpengaruh
seperti alcohol dan obat-obatan, keadaan fisik disekitar luka bakar, peristiwa
yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit, dan beberapa keadaan yang
dapat memperberat kondisi luka bakar.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
Kaji apakah pasien memiliki penyakit yang merubah kemampuan untuk
memenuhi keseimbangan cairan dan daya pertahanan terhadap infeksi seperti ;
DM, gagal jantung, sirosis hepatitis, gangguan pernafasan
4. Riwayat Psikososial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang
disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan.
Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang lama sehingga
mengganggu klien dalam melakukan aktivitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa
cemas, dan takut.
a. Bernafas
Pada klien yang terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi). Yang dikaji adalah serak; batuk mengi; partikel karbon dalam
sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera
inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar
lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laryngeal); bunyi nafas : gemericik (oedema paru);
stridor (oedema laryngeal); secret jalan napas dalam (ronkhi).
b. Makan dan Minum
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi
perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan kebutuhan
nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah.

c. Eliminasi
Haluaran urine menurun / taka da selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam;
diuresis ( setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi );
penurunan bising usus / taka da; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih
besar dari 20% sebagai stress penurunan motolitas/ peristaltic gastrik.
d. Gerak dan Aktivitas
Penurunan kekuatan, tahanan,; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit
; gangguan massa otot perubahan tonus
e. Istirahat dan Tidur
Pola tidur akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh kondisi klien dan
akan mempengaruhi proses penyembuhan.
f. Pengaturan Suhu
Klien dengan luka bakar mengalami penurunan suhu pada beberapa jam
pertama pasca luka bakar, kemudian sebagian besar periode luka bakar akan
mengalami hipertermia karena hipermetabolisme meskipun tanpa adanya
infeksi.
g. Kebersihan Diri
Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan karena klien tidak
dapat melakukan sendiri.
h. Rasa Aman
Kulit umum : destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungna dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area
kulit tak terbakar mungkin dingin/ lembab, pucat, dengan pengisian kapiler
lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan
cairan / status syok.
1) Cedera api : terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan
variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior; oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
2) Cedera kimia : tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit
mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh;
ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam
dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut
sampai 72 jam setelah cedera.
3) Cedera listrik : cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk /
keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh
tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur / dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot
tetanik sehubungan dengan syok listrik)

i. Rasa Nyaman
Berbagai nyeri ; contoh luka bakar derajat I secara eksteren sensitive untuk
disentuh; ditekan; Gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat II sangat nyeri; sementara respon pada luka bakar ketebalan
derajat II tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat III tidak
nyeri.
j. Sosial
Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Sehingga klien
mengalami ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
k. Rekreasi
Mengetahui cara klien untuk mengatasi stress yang dialami.
l. Prestasi
Mempengaruhi pemahaman klien terhadap sakitnya.
m. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki oleh klien akan mempengaruhi respon klien
terhadap penyakitnya.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor, mengeluh panas, sakit,
dan gelisah, sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka
bakar mencapai derajat cukup berat.
b. TTV
Tekanan darah menurun, nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga
tanda tidak adekuatnya pengambilan darah pada 48 jam pertama.
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut setelah terkena luka bakar,
adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar.
2) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi, adanya
benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata
yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar.
3) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu
hidung yang rontok.
4) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena
intake cairan kurang.
5) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan
serumen.

6) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
kompensasi untuk mengatasi kekurangan cairan.
d. Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama pernapasan, ireguler, ekspansi dada tidak
maksimal, vocal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru,
auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi.
e. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada
area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
f. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakan tempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber
infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
g. Musculoskeletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
musculoskeletal, kekuatan otot menurun karena nyeri.
h. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun
bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat
(syok neurogenik)
i. Pemeriksaan kulit
1) Luas luka bakar
Untuk menentukan luas luka bakar dapat digunakan salah satu metode
yang ada, yaitu metode “rule of nine” atau metode “lund and browder”.
2) Kedalaman luka bakar
Kedalaman luka bakar dapat dikelompokkan menjadi 4 macam, yaitu luka
bakar derajat I, derajat II, derajat II, dan IV.
3) Lokasi/area luka
Luka bakar yang mengenai tembpat-tempat tertentu memerlukan perhatian
khusus, oleh karena akibatnya yang dapat menimbulkan berbagai masalah.
Seperti, jika luka bakar mengenai daerah wajah, leher dan dada dapat
mengganggu jalan napas dan akspansi dada yang diantaranya disebabkan
karena edema pada laring. Sedangkan jika mengenai ekstremitas maka
dapat menyebabkan penurunan sirkulasi ke daerah ekstremitas karena
terbentuknya edema dan jaringan scar. Oleh karena itu pengkajian
terhadap jalan napas (airway) dan pernafasan (breathing) serta sirkulasi
(circulation) sangat diperlukan. Luka bakar yang mengenai mata dapat
menyebabkan terjadinya laserasi kornea, kerusakan retina dan
menurunnya tajam penglihatan.

6. Pemeriksaan penunjang
a. LED: mengkaji hemokonsentrasi.
b. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam
pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
c. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
d. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
e. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
f. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
g. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka
bakar masif.
h. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

B. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (kerusakan
integritas kulit).
2. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolism.
3. Gangguan integritas kulit b.d faktor mekanis
4. Nyeri b.d agen pencedera fisik (terbakar).
5. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot.
6. Hipovolemia b.d evaporasi

C. PERENCANAAN
Setelah pengumpulan data, mengelompokkan dan menentukan diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul, maka tahapan selanjutnya adalah menentukan
prioritas, tujuan dan rencana tindakkan keperawatan.
DIAGNOSA 1
Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (kerusakan
integritas kulit)

INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI
O ( TUJUAN & KRITERIA HASIL )
1. Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan Pencegahan Infeksi
pertahanan tubuh primer (kerusakan Observasi
integritas kulit) - Monitor tanda dan gejala
Tujuan : setelah dilakukan tindakan infeksi local dan sistemik
keperawatan selama 3x 24 jam Terapeutik
diharapkan resiko infeksi menurun. - Batasi jumlah pengunjung
Kriteria hasil : - Berikan perawatan kulit pada
1. Kemerahan menurun area edema
2. Nyeri menurun - Cuci tangan sebelum dan
3. Bengkak menurun sesudah kontak dengan
4. Kultur area luka membaik pasien dan lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik
pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi emberian nutrisi,
jika perlu

DIAGNOSA 2
Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolism.

INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI
O ( TUJUAN & KRITERIA HASIL )
2. Defisit nutrisi b.d peningkatan Manajemen Nutrisi
kebutuhan metabolism Obsevasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam - Identifikasi status nutrisi
asupan nutrisi membaik - Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
Kriteria Hasil :
- Identifikasi makanan yang
1. Porsi makan yang dihabiskan disukai
meningkat - Identifikasi kebutuhan kalori
2. Nyeri abdomen mneurun dan jenis nutrient
3. Berat badan membaik - Identifikasi perlunya
penggunaan selang nasogastrik
4. IMT membaik
- Monitor asupan makanan
5. Nafsu makan membaik - Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik

- Lakukan oral hygiene sebelum


makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis. Piramida makanan)
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan,
jika perlu
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasigastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi

- Anjurkan posisi duduk, jika


mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian medikasi


sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

DIAGNOSA 3
Gangguan integritas kulit b.d faktor mekanis

INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI
O ( TUJUAN & KRITERIA HASIL )
3. Gangguan integritas kulit b.d faktor Perawatan luka bakar
mekanis Observasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan - Identifikasi penyebab luka
keperawatan selama 3x24 jam bakar
diharapkan integritas kulit dan - Identifikasi durasi terkena
jaringan meningkat luka bakar dan riwayat
Kriteria Hasil : penanganan luka sebelumnya
1. Kerusakan jaringan menurun - Monitor kondisi luka
2. Kerusakan lapisan kulit Terapeutik
menurun - Gunakan teknik aseptic
3. Nyeri menurun selama merawat luka
4. Kemerahan menurun - Lepaskan balutan lama
5. Suhu kulit membaik dengan menghindari nyeri
6. Sensasi membaik dan perdarahan.
- Rendam dengan air steril jika
balutan lengket pada luka
- Bersihkan luka dengan
cairan steril
- Lakukan terapi relaksasi
untuk mengurangi nyeri
- Jadwalkan frekuensi
perawatan luka berdasarkan
ada tau tidaknya infeksi,
jumlah eksudat dan jenis
balutan yang di gunakan
- Gunakan modern dressing
sesuai dengan kondisi luka
- Gunakan diet dengan kalori
30-50 kkal/kgBB/hari dan
protein 1,25-1,5 g/kgBB/hari
- Berikan suplemen vitamin
dan mineral sesuai indikasi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur
debrimentt jika perlu
- Kolaborasi pemberian
antibiotic jika perlu

DIAGNOSA 4
Nyeri b.d agen pencedera fisik (terbakar)

INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI
O ( TUJUAN & KRITERIA HASIL )
4. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik Manajemen Nyeri
(terbakar) Observasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
- Identifikasi lokasi,
keperawatan dengan segeera di
harapkan nyeri segera teratasi karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan
1. Keluhan nyeri menurun
intensitas nyeri
2. Sikap protektif menurun
3. Gelisah menurun - Identifikasi skala nyeri
4. Kesulitan tidur - Identifikasi respon nyeri non
5. Frekuensi nadi membaik
verbal
- Identifikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah di
berikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgesic
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgeik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu.
DIAGNOSA 5
Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot

INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI
O ( TUJUAN & KRITERIA HASIL )
5. Gangguan mobilitas fisik b.d Dukungan Mobilisasi
penurunan kekuatan otot Observasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan - Identifikasi adanya nyeri
keperawatan 3 x 24 jam, masalah atau keluhan fisik lainnya
dapat teratasi Sebagian - Identifikasi toleransi fisik
Kriteria Hasil : melakukan pergerakan
1. Pergerakan ekstremitas - Monitor frekuensi jantung
meningkat dan tekanan darah sebelum
2. Kekuatan otot meningkat memulai mobilisasi
3. Rentang gerak (ROM) - Monitor kondisi umum
meningkat selama melakukan mobilisasi
4. Nyeri berkurang Terapeutik
5. Kaku sendi berkurang - Fasilitasi aktivitas mobilisasi
6. Gerakan terbatas berkurang dengan alat bantu
7. Kelemahan fisik berkurang - Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan

DIAGNOSA 6
Hipovolemia b.d evaporasi

INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI
O ( TUJUAN & KRITERIA HASIL )
6. Hipovolemia b.d evaporasi Manajemen Hipovolemia
Tujuan : setelah dilakukan timdakan Observasi
keperawatan selama 1x24 jamdi - Periksa tanda dan gejala
harapkan status cairan membaik hipovolemia (misalnya
Kriteria Hasil : frekuensi nadi meningkat,
1. Kekuatan nadi meningkat nadi teraba lemah, tekanan
2. Turgor kulit meningkat darah menurun, tekanan nadi
3. Output urine meningkat menyempit , turgor kulit
4. Tanda tanda vital membaik kering, volume urin
menurun, hematocrit
meningkat, haus , dan lemah)
- Monitor intake dan output
cairan
Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified
trendelenburgh
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak
asuapan cairan oral
- Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan
IV isotonis
- Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis
- Kolaborasi pemberian cairan
koloid
- Kolaborasi pemberian
produk darah
KASUS LUKA BAKAR
Tn D 30 th dirawat di ruang Melati dengan keluhan utama nyeri pada daerah luka
bakar, terdapat luka di ekstermitas atas kanan dan kiri dari siku sampai jari-jari, dan kedua
ekstermitas bawah dari lutut sampai jari-jari dan luka pada wajah (Rule of nine 40%). Klien
mendapat luka bakar saat sedang bekerja di dalam ruangan klien sedang mengelem karpet
dilantai. Klien berfikir untuk memindahkan lampu yang berada diatas kaleng lem. Saat dia
memegang lampu tiba-tiba terjadi konsleting dan keluar percikan api, percikan api mengenai
kaleng lem dan merambat ke semua karpet yang sudah dilem dilantai. Saat klien ingin
menghindar dari percikan api, tiba-tiba klien terpleset dan jatuh, akhirnya pada ekstremitas
atas dan bawah dan wajah mengalami luka bakar

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil : kesadaran : compos mentis, ekspresi


wajah :cemas tanda-tanda vital : BB : 75 KG TD 120/80 mmHg, N : 89, RR : 20x/menit,
S :37°C, Skala Nyeri :4 bertamba parah saat ganti balutan. kulit : luka bakar ekstermitas atas
dan bawah tidak tampak epidermis, tampak jaringan baru (jaringan tumbuh dengan baik),
terdapat eritema pada luka bakar. kuku : tampak kotor dan panjang wajah : tampak luka bakar
diwajah (4,5%), warna tampak kemerahan, telinga : daun telingan kanan teekena luka bakar,
warna merah muda hidung : tampak luka bakar, warna merah muda mulut dan bibir : mukosa
bibir kering, tekstur kasar/pecah-pecahklien mengatakan lemas, Tugor kulit kering. Klien
mengatakan sering merasa haus meskipun sudah minum air.
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Agen pencedera fisik Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri pada daerah
luka bakar
DO :
TTV :
-TD : 120/80 mmHg
-N : 89
-RR : 20x/menit
-S :37°C,
Sifat sifat nyeri
P : nyeri akibat trauma luka bakar
Q : Nyeri terasa panas
R : terdapat luka di ekstermitas atas
kanan dan kiri dari siku sampai jari-
jari, dan kedua ekstermitas bawah
dari lutut sampai jari-jari dan luka
pada wajah
S : Skala nyeri 4
T : Bertambah parah saat ganti
balutan. kulit
2. DS : Evaporasi Hipovolemia
Pasien mengatakan sering merasa
haus
DO :
N : 89 x/menit
S : 37 °C
Turgor kulit kering
Membrane mukosa kering

3. DS : Factor mekanis Gangguan inegritas


Pasien mengatakan nyeru pada kulit
daerah luka.
DO :
-terdapat eritema pada luka bakar.
-kuku : tampak kotor dan panjang
-wajah : tampak luka bakar diwajah
(4,5%), warna tampak kemerahan,
-telinga : daun telingan kanan
teekena luka bakar, warna merah
muda
-hidung : tampak luka bakar, warna
merah muda mulut dan bibir
-mukosa bibir kering, tekstur
kasar/pecah-pecah

INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI
( TUJUAN & KRITERIA HASIL )
1. Nyeri akut b.d agen pencedera Manajemen Nyeri
kimiawi d.d mengeluh nyeri Observasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
keperawatan dengan segeera di durasi, frekuensi, kualitas dan
harapkan nyeri segera teratasi intensitas nyeri
Kriteria Hasil : - Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Sikap protektif menurun - Identifikasi factor yang
3. Gelisah menurun memperberat dan memperingan
4. Kesulitan tidur nyeri
5. Frekuensi nadi membaik - Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah di
berikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgesic
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgeik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesic,
jika perlu.
2. Hipovolemia b.d evaporasi d.d Manajemen Hipovolemia
mengeluh haus Observasi
Tujuan : setelah dilakukan timdakan - Periksa tanda dan gejala
keperawatan selama 1x24 jamdi hipovolemia (misalnya frekuensi
harapkan status cairan membaik nadi meningkat, nadi teraba lemah,
Kriteria Hasil : tekanan darah menurun, tekanan
5. Kekuatan nadi meningkat nadi menyempit , turgor kulit
6. Turgor kulit meningkat kering, volume urin menurun,
7. Output urine meningkat hematocrit meningkat, haus , dan
8. Tanda tanda vital membaik lemah)
- Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified
trendelenburgh
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asuapan
cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis
- Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis
- Kolaborasi pemberian cairan koloid
- Kolaborasi pemberian produk darah
3. Gangguan integritas kulit b.d factor Perawatan luka bakar
mekanis d.d kerusakan lapisan kulit Observasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan - Identifikasi penyebab luka bakar
keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi durasi terkena luka
diharapkan integritas kulit dan bakar dan riwayat penanganan luka
jaringan meningkat sebelumnya
Kriteria Hasil : - Monitor kondisi luka
7. Kerusakan jaringan menurun Terapeutik
8. Kerusakan lapisan kulit - Gunakan teknik aseptic selama
menurun merawat luka

9. Nyeri menurun ( skala nyeri 2 ) - Lepaskan balutan lama dengan

10. Kemerahan menurun menghindari nyeri dan perdarahan.


- Rendam dengan air steril jika
11. Suhu kulit membaik
balutan lengket pada luka
12. Sensasi membaik
- Bersihkan luka dengan cairan steril
- Lakukan terapi relaksasi untuk
mengurangi nyeri
- Jadwalkan frekuensi perawatan luka
berdasarkan ada tau tidaknya
infeksi, jumlah eksudat dan jenis
balutan yang di gunakan
- Gunakan modern dressing sesuai
dengan kondisi luka
- Gunakan diet dengan kalori 30-50
kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-1,5
g/kgBB/hari
- Berikan suplemen vitamin dan
mineral sesuai indikasi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur debrimentt jika
perlu
- Kolaborasi pemberian antibiotic
jika perlu
BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas arus listrik, bahan
kimia, dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Jika
banyak permukaan tubuh terbakar, hal ini bisa mengancam jiwa karena terjadi
kerusakan pembuluh darah, ketidakseimbangan elektrolit dan suhu tubuh, gangguan
pernafasan serta fungsi saraf .
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke
tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi dan radiasi elektro
magnetic. .

B. SARAN
Dalam menangani korban luka bakar harus memegang prinsip steril dan sesuai
medis,tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu
kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda maupun anak anak
diharapkan selalu waspada dan hati-hati setiap kali melakukam kegiatan dan aktivitas
terutama dalam hal hal memicu luka bakar
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia..edu/18946766/LAPORAN_PENDAHULUAN_Luka_Bakar
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtp.tunimus-gdl-zaenulmuar-5268-2-bab2.pdf
https://www.scribd.com/doc/273230687/LP--Luka-Bakar
https://www.slideshare.net/BudiSutaryanto/askep-luka--bakar-asli
https://www.scribd.com/doc/295472451/Asuhan-Keperawatan--Luka-Bakar
https://www.academia.edu/29950808/Makalah._Luka_Bakar

Anda mungkin juga menyukai