Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN KEPADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR

OLEH :

1.SRIYANTI MONA

2. ERNESTO L.WILLA

3. MARIA FERNANDO MISSA

4.FITRI MANU

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Askep dengan judul “Asuhan Keperawatan LUKA
BAKAR ” ini dapat diselesaikan. . Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan ini nantinya
dapat menjadi askep yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
laporan ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak khususnya kepada pembimbing yang telah membimbing dalam membuat
laporan ini.

Kupang ,29 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................................i

Daftar Isi .....................................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan ......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................2


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................3
1.3 Tujuan ...................................................................................................................................4
a. Tujuan Umum .................................................................................................................5
b. Tujuan Khusus ................................................................................................................5

Bab II Konsep Teori ....................................................................................................................5

2.1 Definisi Luka Bakar...............................................................................................................7

2.2 Etiologi ..................................................................................................................................8

2.3 Klasifikasi .............................................................................................................................9

2.4 Patofisiologi .........................................................................................................................11

2.5 Patway ..................................................................................................................................16

2.6 Manifestasi Klinis.................................................................................................................17

2.7 Penatalaksanaan ...................................................................................................................20

2.8 Komplikasi ...........................................................................................................................24

Bab III Asuhan Keperawatan .....................................................................................................25

3.1 Pengkajian ............................................................................................................................26

3.2 Diagnosa ...............................................................................................................................27

3.3 Intervensi ..............................................................................................................................28


3.4 Implementasi ........................................................................................................................29

3.5 Evaluasi.................................................................................................................................30

Bab IV Penutup .........................................................................................................................31

4.1 Kesimpulan ..........................................................................................................................32

4.2 Saran .....................................................................................................................................33

Daftar Pustaka.............................................................................................................................34
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka bakar merupakan luka yang di sebabkan oleh terpajannya kulit dengan api,suhu
tinggi ,listrik ,radiasi maupun bahan kimia sehingga membuat integritas kulit menjadi
terganggu atau rusak .kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika
setiap tahunnya .dari kelompok ini ,200.000 orang memerlukan penanganan rawat jalan
dan 100.000 orang dirawat dirumah sakit .sekitar 12.000 orang meninggal setiap
tahunnya akibat luka dan cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar .(Data
dari departemen kesehatan RI)
Lebih separuh dari dari kasus luka bakar yang dirawat dirumah sakit seharusnya dapat
dicegah .berdasarkan data dari departemen kesehatan RI ,Pravelensi luka bakar di
Indonesia adalah 2,2%.menurut tim pusbankes di Indonesia angka kejadian luka bakar
cukup tinggi ,lebih dari 250 jiwa per tahun meninggal akibat luka bakar .dikarenakan
jumlah anak-anak cukup tinggi di Indonesia serta ketidakpercayaan anak-anak untuk
menghindari terjadinya kebakaran,maka usia anak-anak menyumbang kematian tertinggi
akibat luka bakar .di Nusa Tenggara Timur ,di RSUDprof Dr., W.Z Yohanis kupang
khususnya ruang asoka ditahun 2018 terdapat 3 pasien luka bakar dan di 2019 dari
januari sampai tanggal 27 mei baru terdapat dengan 1 pasien dengan luka bekar.(Tim
Pusbankes )
Perwatan luka bakar memerlukan waktu yang lama ,kadang perlu operasi yang
berulang kali dan meskipun sembuh bisa menimbulkan kecacatan yang menetap. Sehinga
penanganan luka bakar sebaiknya dikelolah oleh tim trauma yang terdiri dari tim spesialis
yang bedah. Komplikasi yang sering terjadi pada pasien luka bakar adalah syok,
kekurangan volume cairan dan elektrolit, hypermetabolisme, infeksi, masalah 2
pernapasan akut dan juga kematian. Pada luka bakar yang luas dapat juga bterjadi
kecacatan dan depresi.( (Potter & Perry, 2018 ).
1.2 .RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu defenisi luka bakar


2. Apa penyebab terjadinya luka bakar
3. Klasifikasi luka bakar
4. Manafestasi klinis luka bakar
5. Patofisiologi luka bakar
6. Patway luka bakar
7. Penatalaksanaan luka bakar
8. Komplikasi luka bakar

1.3 .TUJUAN

a. Tujuan umum

Agar mahasiswa mampu menegetahui lebih luas tentang luka bakar

b. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui apa itu luka bakar
2. Utuk mengetahui apa penyebab terjadinya luka bakar
3. Untuk mengetahui klasifikasi luka bakar
4. Untuk mengetahui manafestasi klinis luka bakar
5. Untuk menegetahui patofisiologi luka bakar
6. Untuk menegetahui patway luka bakar
7. Unuk mengetahui penatalaksanaan luka bakar
8. Untuk menegetahui komplikasi luka bakar
BAB II

KONSEP TEORI

2.1 Definisi Luka Bakar

Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang
berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu, serta merupakan suatu
jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan
khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut (Potter & Perry, 2018 ).

2 .2 ETIOLOGI

Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak
langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga. Selain itu luka bakar juga disebabkan oleh ledakan, aliran listrik, api, zat kimia,
uap panas, minyak panas, dan pajanan suhu tinggi dari matahari.

.( Smeltzer, 2018)Maxwell dan Silverstein(2018) menemukan Ada lima mekanisme


timbulnya luka bakar, yaitu :

a. Api : kontak dengan kobaran api.


b. Luka bakar cair : kontak dengan air mendidih, uap panas, dan minyak panas.
c. Luka bakar kimia : asam akan menimbulkan panas ketika kontak dengan jaringan
organik.
d. Luka bakar listrik : tidak terlalu sering terjadi di Indonesia. Bisa timbul dari
sambaran petir lipun sumber rjadi di dalam tubuh.
e. Luka bakar kontak : kontak langsung dengan obyek panas, misalnya dengan
wajan panas atau knalpot sepeda motor. Hal ini sangat sering terjadi di Indonesia.
2 .3 KLASIFIKASI LUKA BAKAR

Berdasarkan Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan (2012-2014 ) berat


ringannya luka bakar maka dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Luka bakar berat (major burn)
 Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun.
 Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama.
 Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum.
 Adanya cedera inhalasi tanpa memperhitungkan luas luka bakar.
 Luka bakar listrik tegangan tinggi.
 Disertai trauma lainnya.
 Pasien-pasien dengan resiko tinggi
b. Luka bakar sedang (moderate burn)
 Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang
dari 10 %.
 Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun,
dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %.
 Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai
muka, tangan, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar ringan (minor burn)
 Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa.
 Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut.
 Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki,
dan perineum.

Luka bakar juga dapat dibagi berdasarkan kedalaman lukanya. Kedalaman luka bakar
ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya pajanan suhu tinggi, adekuasi resusitasi, dan adanya
infeksi pada luka. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga
memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu
domba (wol). Bahan sintetis seperti nilon dan dakron, selain mudah terbakar juga mudah
meleleh oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat kedalaman luka
bakar. Klasifikasi luka bakar menurut kedalamannya, yaitu:

 Pembagian Zona Kerusakan Jaringan

a. Zona koagulasi
Daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat
pengaruh panas.

b. Zona statis
Daerah yang berada lansgsung di luar zona koagulasi. Di daerah ini terjadi
kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trobosit dan leukosit,
sehingga terjadi gangguan perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan
permeabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama
12-24 jam pasca cedera, dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan. (Joene
M ,Glorida N 2014 )

c. Zona hiperemi
Daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa
banyak melibatkan reaksi seluler. Untuk membantu mempermudah penilaian
dalam memberikan terapi dan perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan
penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka serta waktu penyembuhannya,
yakni :

Kedalaman Bagian Gejala Penampilan Perjalanan


dan Kulit yang Luka Kesembuhan
Penyebab terkena
Luka bakar

Derajat Satu Epidermis Kesemutan Memerah; menjadi Kesembuhan


(Superfisial) Hiperestesia putih ketika lengkap
Tersengat (supersensitivitas) ditekan dalam waktu
matahari akibat iritasi dari Minimal atau satu minggu
Terkena api saraf sensorik tanpa edema, tidak Pengelupasan
dengan Rasa nyeri dijumpai bullae kulit
intensitas mereda jika
rendah didinginka
Kulit kemerahan - tidak ditemukan bula - terasa nyeri
Gambar 2: Luka bakar derajat I

Derajat Dua Epiderm Nyeri Melepuh; dasar luka Kesembuhan dalam


(Partial is dan Hiperestesia berbintik-bintik merah; waktu dua hingga tiga
Thickness) bagian Sensitif epidermis retak; permukaan minggu
Tersiram air dermis terhadap udara luka basah Pembentuka parut dan
mendidih yang dingin Edema, dijumpia adanya depigmentasi
Terbakar bullae Infeksi dapat
oleh nyala mengubahnya menjadi
api. derajat tiga
Tampak bula – Dasar luka kemerahan (derajat IIA) – Dasar luka pucat keputihan
(derajat IIB) – Nyeri hebat terutama pada derajat IIA
Gambar 3: Luka bakar derajat II

Derajat IIa Kerusakan Gejala luka Penampilan luka bakar derajat II Penyembuhan terj
(superfici mengenai bakar derajat secara spontan dal
al) bagian II waktu 10-14 hari, tan
superfisial operasi penamba
dari kulit (skin graft).
dermis.
Organ-
organ kulit
seperti
folikel
rambut,
kelenjar
keringat,
kelenjar
sebasea
masih utuh
Derajat IIb Kerusakan Gejala luka Penampilan luka bakar derajat II Penyembuhan terj
(deep) mengenai bakar derajat lebih lama, tergantu
hampir II biji epitel yang tersi
seluruh Biasanya penyembuh
bagian terjadi dalam wa
dermis. lebih dari satu bul
Organ- Bahkan perlu deng
organ kulit operasi penamba
seperti kulit (skin graft).
folikel Luka bakar derajat II dalam
rambut,
kelenjar
keringat,
kelenjar
sebasea
sebagian
besar
masih utuh

Derajat Epidermis, Tidak terasa Kering, luka bakar berwarna putih Penyembuhan terj
tiga (Full keseluruha nyeri, syok, seperti bahan kulit atau gosong, lama karena tidak a
Thickness n dermis hematuria dan kulit retak dengan bagian lemak proses epitelis
) dan kemungkinan yang tampak, edema spontan dari dasar luk
Terbakar kadang- hemolisis, Pembentukan es
nyala api kadang kemungkinan (koagulasi protein pa
Terkena jaringan terdapat luka epidermis dan derm
cairan subkutan masuk dan diperlukan
mendidih keluar (pada pencangkokan,
dalam luka bakar pembentukan parut d
waktu listrik) hilangnya kontour se
yang fungsi kulit, hilangn
lkama satu jari tangan a
Tersengat ekstremitas bisa terjad
arus listrik

Gambar luka bakar derajat 3

Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, kemungkinan morbiditas, dan mortalitasnya
meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar
dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat untuk
menentukan luas luka bakar, yaitu:
 Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak
tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung
pada pasien dengan derajat luka II atau III.
 Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa

Pada dewasa digunakan’The Rule of Nines’ yang dikembangkan oleh Wallace (1940),
dimana setiap anggota badan dihitung berdasarkan kelipatan sembilan ini, yaitu:kepala 9%,
tubuh bagian depan 18%, tubuh bagian belakang 18%, ekstremitas atas 18%, ekstremitas
bawah kanan 18%, ekstremitas bawah kiri 18%, organ genital 1%.
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh
lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas
permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-
15-20 untuk anak.

Korban harus dibawa ke gawat darurat apabila:derajat 1 dengan luas luka lebih dari 15%,
derajat 2 lebih dari 10%, derajat 3 lebih dari 2%, derajat 4, mengenai wajah, alat kelamin,
persendian, tangan, kaki, luka bakar dengan komplikasi patah tulang, gangguan jalan nafas,
luka bakar akibat tegangan listrik, terjadi pada anak anak dan manula.
2 .4 PATOFISIOLOGI

Kulit manusia memiliki banyak fungsi, antara lain menghindari terjadinya kehilangan
cairan. Apabila terjadi luka bakar, maka kulit akan mengalami denaturasi protein,
sehingga kehilangan fungsinya. Semakin banyak kulit yang hilang, semakin berat
kehilangan cairan (Basic Trauma Life Support, 2014).

Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga air,


klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat
berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock (syok
hipovolemik) menurut Smeltzer (2014), merupakan komplikasi yang sering terjadi
dengan manisfestasi sistemik tubuh seperti:

a) Respon Kardiovaskuler
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah
terlihat dengan jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume
vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah.
Keadaan ini merupakan awitan syok luka bakar. Sebagai respon, sistem saraf simpatik
akan melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer (vasokontriksi) dan
frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan
curah jantung.
b) Respon Renalis
Ginjal berfungsi untuk menyaring darah jadi dengan menurunnya volume intravaskuler
maka aliran darah ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan
bisa berakibat gagal ginjal.
c) Respon Gastro Intestinal
Ada dua komplikasi gastrointestinal yang potensial, yaitu ileus paralitik (tidak adanya
peristaltik usus) dan ulkus curling. Berkurangnya peristaltik usus dan bising usus
merupakan manifestasi ileus paralitik yang terjadi akibat luka bakar. Distensi lambung
dan nausea dapat mengakibatkan vomitus kecuali jika segera dilakukan dekompresi
lambung (dengan pemasangan sonde lambung). Perdarahan lambung yang terjadi
sekunder akibat stres fisiologik yang masif dapat ditandai oleh darah dalam feses atau
vomitus yang berdarah. Semua tanda ini menunjukkan erosi lambung atau duodenum
(ulkus curling).
d) Respon Imunologi
Pertahanan imunologik tubuh sangat berubah akibat luka bakar. Sebagian basis mekanik,
kulit sebagai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk. Terjadinya gangguan
integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk ke dalam luka.
e) Respon Pulmoner
Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali
lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme dan respon lokal. Cedera pulmoner
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu cedera saluran napas atas terjadi
akibat panas langsung, cedera inhalasi di bawah glotis terjadi akibat menghirup produk
pembakaran yang tidak sempurna atau gas berbahaya seperti karbon monoksida, sulfur
oksida, nitrogen oksida, senyawa aldehid, sianida, amonia, klorin, fosgen, benzena, dan
halogen. Komplikasi pulmoner yang dapat terjadi akibat cedera inhalasi mencakup
kegagalan akut respirasi dan ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome) (Smeltzer).
2 .5 Patway

Bahan Kimia Termis Radiasi Listrik/petir

Luka Bakar

Arus Listrik
Penguapan meningkat Dilaktasi permabilitas
Radiasi Bahan Jaringan Traumatik
kapiler menurun
Kimia

Kontak dengan Pembuluh darah Kerusakan pertahanan


Pembentukan edema
permukaan kulit meningkat primer

Eritma ringan sampai Respon Penurunan Ambang


Respon Imonologi
berat Kardiovaskuler batas Nyeri

Blister (melepuh ) Pertahanan primer Mk.Nyeri Akut


Edema
tidak adekuat
D.0077

Mk.gangguan integritas Cairan intravaskuler Mk.Resiko Infeksi


kulit/jaringan menurun
D.0142
D.OO129
MK.Kekurangan
Volume Cairan

D.0036
2 .6 MANIFESTASI KLINIS

Asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar (combustion )Rosfanty 2013 :

a. Superficial burn (derajat I), dengan ciri-ciri sbb:


 Luka hanya mengenai lapisan epidermis.
 Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat).
 Kulit memucat bila ditekan.
 Edema minimal.
 Tidak ada blister.(Melepuh )kantung kecil di lapisan kulit yang berisi cairan tubuh
(limfa ,serum ,plasma ,dan nanah )
 Kulit hangat/kering.
 Nyeri dan berkurang dengan pendinginan.
 Discomfort berakhir kira-kira dalam waktu 48 jam.
 Dapat sembuh spontan dalam 3-7 hari.
b. Partial thickness (derajat II), dengan ciri sbb.:
Dikelompokan menjadi 2, yaitu superpicial partial thickness dan deep partial
thickness.

 Luka tampak mengenai epidermis dan dermis.


 Luka tampak merah sampai pink.
 Terbentuk blister
 Edema
 Nyeri
 Sensitif terhadap udara dingin
 Penyembuhan luka : pada superficial partial thickness penyembuhannya14 - 21 hari,
pada deep partial thickness penyembuhannya 21 - 28 hari (penyembuhan bervariasi
tergantung dari kedalaman luka dan ada tidaknya infeksi).
c. Full thickness (derajat III)
 Luka tampak mengenai semua lapisan kulit, lemak subkutan dan dapat juga mengenai
permukaan otot, dan persarafan, dan pembuluh darah.
 Luka tampak bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan coklat atau hitam.
 Tanpa ada blister.
 Permukaan luka kering dengan tektur kasar/keras.
 Edema.
 Sedikit nyeri atau bahkan tidak ada rasa nyeri.
 Tidak mungkin terjadi penyembuhan luka secara spontan.
 Memerlukan skin graft.
 Dapat terjadi scar hipertropik dan kontraktur jika tidak dilakukan tindakan preventif.
d. Fourth degree (derajat IV)
 Luka mengenai semua lapisan kulit, otot dan tulang.
 Kulit tampak seperti arang, gosong, dan meninggalkan sisa kehitaman bekas bakaran.

2 .7 PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR

Secara sistematik dapat dilakukan 6c: clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering,
dan comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah
clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan

 Clothing: singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang
menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
 Cooling: Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir
selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada
anak dan orang tua). Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar.
Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin)
sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi. Jangan
pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi)
sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia. Untuk luka bakar
karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak
selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan
terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.
 Cleaning: Pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit.
Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan
risiko infeksi berkurang.
 Chemoprophylaxis: Pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam
dari superficial partial thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan
infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada
wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi
kurang dari 2 bulan
 Covering: Penutupan luka bakar dengan kasa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka
bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya.
Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi
pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan
berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan
meningkatkan risiko infeksi.
 Comforting: Dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri, berupa
 Paracetamol dan codein (PO-per oral) 20-30mg/kg
 Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
 Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg
(Rosfanty, 2009)

Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC yaitu

 Airway and breathing


Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black sputum),
gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah
orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke
dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka.
Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.

 Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk
perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas
luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan
merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui
penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana
terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang
mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang
banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang
dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ
tubuh. Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal
Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan
pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari
Parkland : 3-4 cc/kgBB/%TBSA + cairan rumatan (maintenance per 24 jam). Cairan rumatan
adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-20kg) dan 1cc/kgBB
untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula parkland (3-4cc/kgBB/%TBSA) diberikan
setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam berikutnya.
Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin yaitu
1cc/kgBB/jam (Rosfanty, 2013 ).

Menurut Grace dan Borley (2016) penatalaksanaan penting untuk luka bakar dibagi menjadi
tiga penangananan:

a. Penanganan luka bakar umum


1) Mulai resusitasi (ABC, buat jalur intravena, berikan O2).
2) Nilai ukuran luka bakar (aturan 9 dari wallen).
b. Penanganan luka bakar berat (luka bakar > 20% pada orang dewasa dan > 10%
pada anak)

1. Pantau nadi, TD, suhu, keluaran urin. Berikan analgesia adekuat melalui IV.
Pertimbangkan selang nasogastrik (nasogastric tube, NGT), berikan profilaksis tetanus.

2. Berikan cairan melalui IV berdasarkan formula Muir-Barclay: % luka bakar x berat


badan dalam Kg/2 = satu aliquot cairan. Berikan 6 aliquot cairan selama 36 jam pertama
dengan urutan 4, 4, 4, 6, 6, 12 jam dari waktu terjadinya luka bakar. Biasanya
menggunakan larutan koloid, albumin atau plasma.
3. Pertimbangkan untuk merujuk ke pusat luka bakar.
4. Luka bakar ringan (luka bakar < 20% pada orang dewasa dan < 10% pada
anak).

 Pemberian pengurang rasa nyeri harus adekuat. Pada anak-anak dapat membutuhkan
morfin sebelum penilaian luka bakar dan pembalutan awal.
 Pada luka bakar mengenai anggota gerak atas disarankan imobilisasi denga balut dan
bidai
 Pemeriksaan status tetanus pasien
 Pembalutan tertutup disarankan untuk luka bakar partial thickness. Cairan yang
keluar dari luka bakar menentukan frekuensi penggantian balutan
Gelembung cairan (blister) memiliki fungsi untuk proteksi dan mengurangi rasa sakit
bila tetap dibiarkan utuh selama beberapa hari. Jika gelembung cairan kecil, tidak
berada di dekat sendi dan tidak menghalangi pembalutan maka dapat tidak perlu
dipecahkan. Gelembung cairan yang besar dan yang meliputi daerah persendian harus
dipecah dan dibersihkan. Gelembung cairan yang berubah menjadi opak/keruh setelah
beberapa hari menandakan proses infeksi sehingga perlu untuk dibuka dan dibalut.

d.Tatalaksana luka bakar superfisial / dangkal

Dapat dibiarkan terbuka. Pada bayi yang menunjukakan kecenderungan terbentuknya


gelembung cairan atau penggarukan dapat ditutup perban untuk proteksi.

e. Tatalaksana luka bakar sebagian (partial thicknes)


 Dilakukan pembersihan luka dan sekelilingnya dengan salin (larutan yang
mengandung garam steril). Jika luka kotor dapat dibersihkan dengan clorhexidine
0,1% lalu dengan salin.
 Luka bakar superfisial partial thickness dapat ditutup dengan kasa yang tidak
menempel lalu dibalut atau di plester.
 Luka bakar deep partial thickness dilakukan penutupan dengan kasa yang tidak
lengket dan diberikan antimikroba krim silverdiazin
Follow up

Bila luka bakar dangkal tidak menyembuh dalam 7-10 hari, atau menunjukkan tanda-
tanda terinfeksi atau ternyata lebih dalam maka rujukan sebaiknya dilakukan.
Kemungkinan timbulnya jaringan parut yang berlebihan (scar hipertrofik) harus
dipikirkan apabila dalam waktu 3 minggu luka bakar belum juga menyembuh.

3. Terapi Pengantian Cairan


Kebutuhan cairan yang diproyeksikan dalan 24 jam pertama dihitung berdasarkan luas
luka bakar. Resusitasi cairan yang adekuat menghasilkan sedikit penurunan volume darah
selama 24 jam pertama pasca luka bakar dan mengembalikan kadar plasma pada nilai
yang normal pada akhir periode 48 jam. Beberapa rumus telah dikembangkan untuk
memperbaiki kehilangan cairan berdasarkan estimasi persentase luas permukaan tubuh
yang terbakar dan berat badan pasien.
 Rumus Konsesus

Lartutan ringer laktat (atau larutan saline seimbang lainnya): 2-4 ml x kg berat
badan x % luas luka bakar. Separuh diberikan dalam 8 jam pertama: sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya.

 Rumus Evans

1. Koloid : 1ml x kg berat badan x % luas luka bakar


2. Elektrolit (Salin) : 1ml x kg berat badan x % luas luka bakar
3. Glukosa (5%dalam air) : 2000 ml untuk kehilangan insensible
Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh diberikan dalam 8 jam
pertama: separuh sisanya dalam 16 jam berikutnya

Hari 2 : separuh dari cairan elektrolit dan kolid yang diberikan pada hari
sebelumnya: seluruh penggantian cairan insesibel Maksimum 10.000 ml
selama 24 jam. Luka bakar derajat dua dan tiga yang melebihi 50% luas
permukaan tubuh dhitung berdasarkan 50% luas permukaan tubuh.
 Rumus Brooke Army

1. Koliod : 0,5ml x kg berat badan x % luas luka bakar


2. Elektrolit (RL) : 1,5 ml x kg berat badan x % luas luka bakar
3. Glukosa (5%dalam air): 2000 ml untuk kehilangan insensible
Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertam: separuh sisanya dalam 16 jam
berikutnya

Hari 2 : separuh dari cairan kolid: separuh dari cairan elektrolit: seluruh
penggantian cairan insesibel

Luka bakar derajat dua dan tiga yang melebihi 50% luas permukaan tubuh
dhitungberdasarkan 50% luas permukaan tubuh

 Rumus Parkland/Baxter
Larutan Ringer Laktat: 4 ml kg berat badan x % luas luka bakar

Hari 1 : Separuh diberikan dalam 8 jam pertama: separuh sisanya dalam 16 jam
berikutnya

Hari 2 : Bervariasi. Ditambahkan koloid

 Larutan Salin Hipertonik


Larutan pekat natrium klorida (NaCl) dan laktat dengan konsentrasi 250-
300mEq natrium perliter yang diberikan pada kecepatan yang cukup untuk
mempertahankan volume keluaran urine yang diinginkan. Jangan meningkatkan
kecepatan intfus selama 8 jam pertama pasca luka bakar. Kadar natrium serum
harus dipantau ketat.

Tujuan: meningkatkan kadar natrium serum dan osmolalitas untuk


mengurangi edema dan mencegah komplikasi paru.

2.8 KOMPLIKASI
 Syok hipovolemik
Syok hipovolemik adalah ketidakmampuan jantung memasok darah yang cukup
ke tubuh akibat adanya kekurangan volume darah. Kekurangan darah ini
umumnya dipicu oleh pendarahan luar (akibat cedera atau luka benda tajam), dan
pendarahan dalam (akibat infeksi pada saluran pencernaan).(poter &perry 2018).
 Kekurangan cairan dan elektrolit
Gangguan elektrolit adalah kondisi ketika kadar elektrolit di dalam tubuh tidak
seimbang, bisa terlalu tinggi atau terlalu rendah. Ketidakseimbangan kadar
elektrolit ini dapat menimbulkan berbagai gejala, mulai dari mual, diare, hingga
kram otot.
 Hypermetabolisme
Hipermetabolisme merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan kecepatan
aktivitas metabolisme  dalam tubuh yang ditandai dengan peningkatan angka
metabolisme basal (AMB) atau basal metabolic rate (BMR).BMR sendiri
merupakan kebutuhan kalori yang tubuh Anda butuhkan untuk melakukan
aktivitas basalnya. Misalnya saat Anda tidak melakukan aktivitas apapun misal
saat tidur tubuh akan tetap melakukan aktivitasnya seperti memompa jantung,
bernafas, mencerna makanan, mempertahankan suhu tubuh.
 Infeksi
Infeksi merupakan kondisi dimana ada mikroorganisme atau benda asing masuk
ke dalam tubuh dan menimbulkan penyakit tertentu. Mikroorganisme ini banyak
macamnya, mulai dari virus, bakteri, kuman, jamur, dan juga parasit. Infeksi
bersifat menular, dan dapat ditularkan lewat banyak cara bahkan seringkali tanpa
disadari.
 Gagal ginjal akut
Acute kidney injury (AKI) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
Gangguan Ginjal Akut, adalah episode gagal ginjal atau kerusakan ginjal yang
terjadi secara mendadak, dapat terjadi dalam beberapa jam atau beberapa hari.
 Masalah pernapasan akut; injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia bakteri,
edema.
 Injury inhalasi Trauma inhalasi merupakan cedera saluran napas yang sering
menjadi penyebab kematian korban kebakaran. Kondisi ini umumnya dialami
oleh orang yang terjebak dalam kebakaran di ruang tertutup. Asap kebakaran
dalam jumlah besar masuk ke dalam saluran napas, memicu iritasi dan
peradangan di saluran pernapasan.
 Aspirasi gastrik adalah Gastric lavage merupakan prosedur pengosongan
lambung untuk membuang zat-zat beracun dari sistem pencernaan. Prosedur ini
dahulu umum dilakukan sebagai cara mengatasi keracunan atau overdosis obat di
wilayah dengan fasilitas kesehatan yang terbatas.
 Pneumonia bakteri
Pneumonia aspirasi adalah infeksi dan peradangan pada paru-paru akibat
masuknya benda asing ke dalam paru-paru, seperti air liur, muntahan, minuman,
atau makanan. Gejala yang sering muncul akibat pneumonia aspirasi adalah batuk
berdahak, sesak napas, dan nyeri dada.
 Edema kondisi medis berupa membengkaknya bagian tubuh tertentu karena
terdapat penumpukan cairan berlebih. Beberapa bagian tubuh yang sering kali
mengalami kondisi edema adalah lengan, perut, wajah, dan kaki. Edema dapat
menimbulkan komplikasi tertentu bila pembengkakan tidak kunjung mereda,
seperti kesulitan bergerak, otot kaku dan tegang, infeksi pada area tubuh yang
membengkak serta terhambatnya peredaran darah
 Paru dan emboli
Suatu kondisi di mana satu atau lebih arteri di paru-paru menjadi terhalang oleh
gumpalan darah. Sering kali, emboli paru disebabkan oleh pembekuan darah yang
berasal dari kaki atau bagian lain dari tubuh (trombosis vena dalam), namun
jarang terjadi. Gejala berupa sesak napas, nyeri dada, dan batuk. Penanganan yang
tepat untuk memecah gumpalan sangat mengurangi risiko kematian. Kondisi ini
dapat dilakukan dengan pengencer darah dan obat-obatan atau prosedur. Stoking
kompresi dan aktivitas fisik dapat membantu mencegah proses penggumpalan
sedari awal.
 Sepsis pada luka
Sepsis adalah disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh
disregulasi respon tubuh terhadap infeksi. Sepsis adalah penyebab utama kematian
yaitu sekitar 50-60% dari total kasus luka bakar.
 Ilius paralitik
Ileus paralitik adalah gangguan pergerakan usus akibat kelumpuhan otot usus.
Terganggunya pergerakan usus membuat makanan tidak dapat dicerna, sehingga
terjadi penyumbatan di usus.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian Keperawatan

a) Pengkajian Luas Luka Bakar


Metode Rule of Nine’s
Gambar 4: Pengkajian Rule of Nine’s
Sistem ini menggunakan prosentase kelipatan sembilan terhadap luas permukaan tubuh.
- Adult: kepala = 9 %, tangan kanan-kiri = 18%, dada dan perut = 18%, genetalia = 1%,
kaki kanan-kiri = 36%, dan punggung = 18%
- Child: kepala = 18%, tangan kanan-kiri = 18% , dada dan perut = 18%, kaki kanan-kiri =
28%, dan punggung = 18%
- Infant: kepala = 18%, tangan kanan-kiri =18%, dada dan perut = 18%, kaki kanan-kiri =
28%, dan punggung = 18%

b) Pengkajian Awal
Pengkajian ini dibuat dengan cepat selama pertemuan pertama dengan pasien yang
meliputi ABC (Airway, Breathing, dan Circulation)
 Airway
-Data subjektif
Pasien mengeluh sesak, pasien mengeluh nyeri .
Data objektif
terdengar suara krekels dan stridor , terdapat edema pada laring
 Breathing
-Data subjektif
Pasien mengeluh sesak.
-Data objektif
terdapat adanya gerakan otot bantu nafas , RR lebih dari 20 kali permenit,
nampak pernafasan cuping hidung
 Circulation
-Data subjektif
pasien mengeluh pusing
-Data objektif
nadi klien meningkat > 100 x permenit.
c) Pengkajian Berdasarkan 6B
 Breathing
- Data subjektif
pasien mengatakan susah untuk bernafas.
- Data objektif
Pasien telihat sesak (RR> 20 x/menit), pernafasan cuping hidung,
menggunakan otot bantu pernafasan
 Blood
- Data subjektif
Klien mengeluh pusing .
- Data objektif
Nadi klien meningkat > 100 x permenit , hematokrit meningkat , leukosit
meningkat , trombosit menurun.
 Brain
- Data subjektif
Pasien merasa pusing, pasien mengeluh nyeri kepala.
- Data objektif
Pasien mungkin disorientasi.
 Bladder
- Data subjektif
Pasien mengatakan sedikit kencing
- Data objektif
Haluaran urin menurun.
 Bowel
- Data subjektif
Pasien mengeluh susah BAB .
- Data objektif
Pasien mungkin mengalami penurunan berat badan dan konstipasi.
 Bone
- Data subjektif
Pasien mengeluh letih dan pegal-pegal.
- Data objektif

3.2DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan(D.0036) berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif (evaporasi melalui luka bakar) ditandai dengan pasien
mengeluh haus, wajah pasien tampak pucat, adanya penurunan turgor
kulit, penurunan haluaran urin (< 0,5-1cc/kgBB/jam), peningkatan
frekuensi nadi (> 100 x/menit), dan adanya luka bakar pada kulit pasien
2. Nyeri akut (D.0077)berhubungan dengan agen cedera fisik (luka bakar dan
luka post operasi skin graft) ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri pada
luka bakar
3. Risiko infeksi(D.0142) berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat; kerusakan perlindungan kulit; jaringan traumatik, pertahanan
sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
4. Gangguan integritas kulit /jaringan (D.0129)berhubungan dengan suhu
ekstrem (air panas) ditandai dengan kerusakan pada lapisan kulit,
gangguan pada permukaan kulit.

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

No . Diagnosa (sdki) Slki Siki


1. Kekurangan Setelah dilakukan Manajemen cairan :
volume cairan intervensi Observasi
berhubungan keperawatan selama -monitor status hidrasi (mis.frekuensi
dengan kehilangan 2x24 jam diharapkan nadi,kekuatan nadi ,akral ,pengisian
cairan aktif keseimbangan cairan
kapiler ,kelembaban mukosa ,turgor
(evaporasi melalui membaik dengan
kulit,tekanan darah )
luka bakar) kriteria hasil :
-monitor berat badan harian
ditandai dengan 1.asupan cairan
- monitor berat badan sebelum dan
pasien mengeluh meningkat (5)
sesudah dialisis
haus, wajah pasien 2.kelembaban
-monitor hasil pemeriksaan
tampak pucat, membran mukosa
laboratorium (mis :
adanya penurunan meningkat (5)
hematokrit ,Na,K,CL,berat jenis urin
turgor kulit, 3.asupan makanan
BUN )
penurunan haluaran meningkat (5)
-Monitor status hemadinamik
urin (< 4.edema menurun
(mis :MAP ,CVP,PAP,PCWP ,Jika
0,5-1cc/kgBB/jam), (5)
tersedia )
peningkatan 5.denyut nadi radial
Terapeutik
frekuensi nadi (> membaik (5)
-catat intake-output dan hitung balans
100 x/menit), dan
cairan 24 jam
adanya luka bakar
-berikan asupan cairan ,sesuai
pada kulit pasien
kebutuhan
-berikan cairan intravena ,jika perlu
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian diuretik,jika
perlu

2. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


berhubungan intervensi Observasi
dengan agen cedera keperawatan selama -identifikasi skala nyeri
fisik (luka bakar 2x24 jam diharapkan -identifikasi
dan luka post tingkat nyeri lokasi ,karakteristik ,durasi ,frekuensi
operasi skin graft) menurun dengan ,kualitas ,intensitas nyeri .
ditandai dengan -identifikasi faktor yang memperberat
Pasien mengeluh kriteria hasil :
dan memperingan nyeri
nyeri pada luka 1 .keluhan nyeri
Terapeutik
bakar yang terletak menurun (5)
-berikan teknik nonfarmakologis
di kedua lengan 2.gelisah menurun
untuk mengurangi rasa nyeri
atas sehingga susah (5)
-kontrol lingkungan yang
untuk digerakkan, 3.meringgis menurun
memperberat rasa nyeri
dan nyeri pada luka (5)
-fasilitas istirahat dan tidur
post skin graft, 4.kesulitan tidur
Edukasi
nyeri skala 7 dari menurun (5)
-jelaskan penyebab ,periode dan
0-10 5.nafsu makan
pemicu nyeri
membaik (5)
-jelaskan strategi meredakan nyeri
-anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
Kolaborasi
-kolaborasi
-kolaborasi pemberian obat (jika
perlu)
3. Gangguan Setelah di lakukan Perawatan integritas kulit
integritas kulit b.d intervensi Observasi
kerusakan jaringan keperawatan selama -identifikasi penyebab integritas kulit
atau lapisan kulit 2x24 jam diharapkan Terapeutik
integritas -ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
kulit/jaringan baring
meningkat dengan -gunakan produk berbahan pertolium
kriteria hasil : atau minyak pada kulit kering
-perfusi jaringan -hindari produk berbahan dasar
meningkat (5) alkohol pada kulit
-kerusakan jaringan Edukasi
menurun (5) -anjurkan menggunakan pelembab
-kerusakan lapisan
kulit menurun (5) (mis .lotion ,serum )
-nyeri menurun (5) -anjurkan minum air yang cukup
-suhu kulit membaik -anjurkan menghindari terpapar suhu
(5) ekstrim
-perdarahan menurun
(5)
-hematoma menurun
(5)

4. Risikoinfeksi Setelah di lakukan Pencegahan infeksi


berhubungan intervensi Observasi
dengan pertahanan keperawatan selama -monitor tanda dan gejala infeksi
primer 2x24 jam diharapkan local dan sistematik
tidakadekuat; resiko infeksi Terapeutik
kerusakan menurun dengan -batasi jumlah pengunjung
perlindungan kulit; kriteria hasil : -berikan perawatan kulit pada area
jaringan traumatik, -Nafsu makan edema
pertahanan meningkat (5) -cuci tangan sebelum sesudah kontak
sekunder tidak -kemerahan menurun dengan pasien dan lingkungan pasien
adekuat; penurunan (5) -pertahankan teknik aseptic pada
Hb, penekanan -nyeri menurun (5) pasien beresiko tinggi
respons inflamasi. -cairan berbau busuk Edukasi
menurun (5) -jelaskan tanda dan gejala infeksi
-kadar sel darah putih -ajarkan cara mencuci tangan dengan
membaik (5) benar
- ajarkan memeriksa kondisi luka
-anjurkan meningkat asupan nutrisi
-anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian obat

3.4 Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pengetahuan dan perwujudan dan rencana


keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2018). Implementasi
keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat maupun
tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan
serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien sebelumnya disusun dalam rencana
keperawatan (Nursalam, 2018).

3.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk


menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung,
2018).
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Luka adalah rusaknya struktu r dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang
berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu, serta merupakan suatu
jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan
khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut (Potter & Perry, 2018 ).

4.2 Saran

Yang kami harapkan dari penulisan ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi
kita semua terutama bagi mahasiswa jurusan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2007. Luka Bakar, (online), , diakses 7 Juli 2018)

Anonim. 2009. Luka Bakar, (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Luka_bakar, diakses 7 Juli


2013).

Anonim. 2009. Askep Combustio (Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka
Bakar/Combustio. (online) (http://nursingbegin.com/askep-combustio/, diakses 7 Juli 2013).

Arixs. 2008. Simulasi Rutin di RSUP Sanglah, (online), (http://www.cybertokoh.com/, diakses 7


Juli 2013)

Dochterman, Joanne M., Gloria N. Bulecheck. 2004. Nursing Interventions Classifications (NIC)
Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.

Doenges, M E. 200. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.

NANDA International. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta:EGC
Moorhead, Sue, Marion Jhonson, Meridean L. Mass, dan Elizabeth Swanson. 2008. Nursing
Outcomes Classifications (NOC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.

Prasetyo, Budi. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Luka Bakar (combustio),
(online), (http://nurse-community.socialgo.com/, diakses 7 Juli 2013)

Rosfanty. 2009. Luka Bakar. (online) (http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/03/luka-


bakar.html, diakses 7 Juli 2013).

Smeltzer, S.C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8. Vol 3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai