Luka
Dosen : Musmulyadi S.Kp.,M.Kes.,CWCCA
Oleh :
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Karena atas ridho dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan
judul Asuhan Keperawatan Pada Luka Bakar Karena Api.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang penulis miliki. Namun berkat bantuan,
bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurnanya. Untuk
itu, penulis dengan terbuka mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi
penyusun.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Luka Bakar Luka bakar merupakan salah satu jenis luka yang terjadi akibat paparan panas,
karena terbakar api, Luka Bakar semburan air panas, atau karena paparan zat kimia asam basa,
akibat paparan matahari dalam waktu yang lama, atau bahkan bisa juga terjadi karena akibat
tegangan listrik. Kadang dapat mengenai jaringan yang lebih dalam seperti otot, tulang dan
pembuluh darah. Luka bakar dapat ditangani dengan pertolongan pertama. Kejadian luka bakar
cukup sering dan jika tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan terjadinya jaringan parut
pada kulit. Dapat berakibat kecacatan dan gangguan fungsi anggota tubuh (Dewi, 2013).
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi
kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini
mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan (Nursaid
2013).
Data World Health Organitation (WHO) dalam (Arian, 2014) luka bakar menyebabkan
195.000 kematian/tahun hingga tahun 2013 diseluruh dunia terutama dinegara miskin dan
berkembang. Luka bakar yang tidak menyebabkan kematian pun ternyata menimbulkan kecacatan
pada penderitanya. Wanita di ASEAN memiliki tingkat terkena luka bakar lebih tinggi dari wilayah
lainnya, dimana 27% nya berkontribusi menyebabkan kematian diseluruh dunia, dan hampir
70% nya merupakan penyebab kematian di Asia Tenggara.
The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data- data statistik dari berbagai
pusat luka bakar di seluruh Amerika Serikat mencatat bahwa sebagian besar pasien (75%)
merupakan korban dari perbuatan mereka sendiri. Tersiram air mendidih pada anak-anak yang
baru belajar berjalan, bermain-main dengan korek api pada usia anak sekolah, cedera karena arus
listrik pada remaja laki-laki, penggunaan obat bius, alkohol serta sigaret pada orang dewasa
semuanya ini turut memberikan kontribusi pada angka statistik tersebut (Hermana, 2014).
Prevalensi penderita luka bakar di Provinsi Aceh tidak diketahui secara pasti namun pada
sebuah Rumah Sakit ternama di Provinsi Aceh, RSUD Zainal Abidin Banda Aceh pada tahun 2012
terdapat 71% penderita dengan luka bakar yang berjenis kelamin laki-laki sedangkan pada
perempuan hanya 28,6%, persentase tersebut menunjukkan bahwa pria lebih banyak menderita
luka bakar bila dibandingkan dengan wanita, hasil penelitian yang didapatkan data bahwa pasien
luka bakar yang disebabkan oleh api sebesar 57,1% dan yang disebabkan oleh tegangan listrik
42,9%. (Medina 2012).
Peran perawat sebagai Promotif, Preventif, Kuratif, dan Rehabilitatif diharapkan mampu
melakukan perawatan pada klien luka bakar baik biologis maupun psikis klien, dan salah satu
fungsi perawat sebagai konselor diharapkan mampu membantu permasalahan klien. Perawat dapat
memberikan dorongan dan motivasi kepada klien kearah pemecahan masalah. Dukungan perawat
diharapkan akan dapat meningkatkan rasa percaya diri pada klien, sehingga klien mampu
menerima keadaan tubuhnya sesuai dengan kondisi yang terjadi (Arian, 2014).
1.3 Tujuan
Luka bakar adalah luka yang dapat timbul akibat kulit terpajan ke suhu tinggi, syok listrik,
atau bahan kimia (Corwin, 2001).
Luka oleh karena kontak dengan agen bersuhu tinggi, seperti api, air panas, listrik, bahan
kimia radiasi, suhu sangat rendah ( Mansyoor, dkk, 2000).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Yefta Moenadjat,
2003).
Cedera kulit oleh karena perpindahan energi dari sumber panas ke kulit (Effendi, 1999;
Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut Wijaya (2013. Hal. 108) penyebab terjadinya luka bakar adalah sebagai berikut :
Agen pecendera dapat berupa api, air panas, atau kontak dengan objek panas, luka bakar api
berhubungan dengan asap /cedera inhalasi (cedera terbakar, kontak dan kobaran api).
Cedera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik dirumah merupakan insiden tertinggi pada anak-
anak yang masih kecil, yang sering memasukan benda konduktif kedalam colokan listrik dan
menggigil atau menghisap kabel listrik yang tersambung. Terjadi dari tife/voltase aliran yang
menghasilkan proporsi panas untuk tahanan dan mengirimkan jalan sedikit tahanan (contoh saraf
memberikan tahanan kecil dan tulang merupakan tahanan terbesar) Dasar cedera menjadi lebih
berat dari cedera yang terlihat.
Terjadi dari tife/kandungan agen pencedera, serta konsentrasi dan suhu agen.
4) Luka Bakar Radiasi
Luka bakar bila terpapar pada bahn radioaktif dosis tinggi.
Luka bakar yang hanya mengenai kulit dangkal dikenal sebagai luka bakar superficial atau
luka bakar tingkat pertama. Ketika kerusakan menembus ke beberapa lapisan lebih jauh, maka
disebut luka bakar dengan ketebalan parsial atau luka bakar tingkat dua. Luka bakar dengan
kerusakan ketebalan penuh atau cedera maluas keseluruh lapisan kulit, maka disebut luka bakar
derajat tiga. Seangkan luka bakar derajat empat melibatkan cedera pada jaringan yang lebih dalam,
seperti otot atau tulang.
Luka bakar yang dikarenakan suhu yang panas akan menyebabkan kehilangan dan
kerusakan protein sehingga menimbulkan kerusakan sel dan jaringan kulit. Kerusakan sekunder
kulit oleh panas dapat berupa gangguan sensasi kulit, penurunan kemampuan untuk mencegah
kehilangan air melalui penguapan dan mengendalikan suhu tubuh, gangguan membran sel yang
menyebabkan sel kehilangan akan elektrolit seperti kalium, natrium, dan ion lainnya.
Pada luka bakar yang luas akan timbul respon inflamasi yang signifikan dan menyebabkan
peningkatan kebocoran cairan dari kapiler, sehingga jaringan akan mengalami edema pada tahap
berikutnya. Lambat laun, kebocoran cairan ini dapat menyebabkan kehilanga volume darah dan
kehilangan plasma yang signifikan, memuat darah lebih pekat dan memperburuk aliran darah ke
organ seperti ginjal dan saluran pencernaan. Jika tidak mendapatkan pertolongan segera, maka
dapat menyebabkan gagal ginjal.
Kebanyaakan luka bakar superficial akan sembuh tanpa masalah. Luka bakar sederhana
dapat dikelola dalam perawatan primer namun luka bakar yang kompleks harus ditangani secara
komprehensif dan memerlukan tenaga spesialis melalui pendekatan multidisiplin yang terampil
demi hasil klinis yang memuaskan (Suriadi, 2015, hal. 146).
Menurut Majid (2013, hal 35) Berat ringannya luka bakar tergantung pada jumlah jaringan yang
terkena dan kedalaman luka bakar :
Merupakan luka bakar yang pal;ing ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah, nyeri, sangat
sensitive terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak. Jika ditekan, daerah yang terbakar
akan memutih dan belum terbentuk bulat
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa berwarna putih dan lembut atau
berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa
menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan
rambut/bulu ditempat tersebut mudah dicabut dari akarnya. Jika disentuh, tida timbul rasa nyeri
karena ujung saraf pada kulit telah mengalami kerusakan akibat luka bakar, maka cairan akan
merembes dari pembuluh darah dan menyebabkan pembengkakan. Pada luka bakar yang luas,
kahilangan sejumlah besar cairan karena perembesan tersebut bisa menyebabkan terjadinya syok.
Tekanan darah rendah sehingga darah yang mengalir ke otak dan organ lainnya sedikit.
Luka bakar juga dapat diklasifikasikan berdasarkan luasnya luka bakar, yaitu dengan
menghitung seberapa luas luka bakar tersebut. Beberapa ahli membuat suatu metode untuk
menentukan luasnya luka bakar. Beberapa metode yang digunakan untuk menentukan luas luka
bakar diantaranya adalah metode rule of nine. Ukuran luka bakar dapat ditentukan dengan
menggunakan metode tersebut. Untuk mengetahui ukuran luka bakar ditentukan dengan
menghitung prosestase dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari perhitungan
bervariasi menurut metode yang digunakan dan pengalaman seseorang dalam menentukan luas
luka bakar.
Rumus Rule of Nine atau Rule of Wallace pada orang dewasa adalah sebagai berikut:
Kepala : 9%
Lengan masing-masing 9% : 18%
Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
Tungkai masing-masing 18% : 36%
Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
Sedangkan rumus Rule of Nine atau Rule of Wallace pada anak anak yaitu :
Total : 100%
2.1.5 Penatalaksanaan
Pertolongan Perama
Pertolongan pertama bisa dilakukan untuk mengobati luka bakar ringan. Hal ini dilakukan agar
kerusakan kulit yang terjadi tidak bertambah. Berikut ini adalah beberapa cara sederhana yang bisa
dilakukan:
Jika terjadi melepuh pada kulit akibat luka bakar, hindari upaya untuk memecahnya sendiri karena
berisiko membuat luka terinfeksi.
Terdapat beberapa kondisi lain yang juga membutuhkan pertolongan medis secepatnya, jika:
Kelompok yang rentan yaitu wanita hamil, lansia, balita, penderita cedera lain yang
membutuhkan penanganan, orang yang tubuhnya akan mengalami syok, penderita gangguan
sistem kekebalan tubuh dan penderita penyakit kronis seperti diabetes juga sebaiknya
memeriksakan diri ke dokter jika mengalami luka bakar.
Bagi yang mengalami luka bakar karena panas matahari, waspadai terhadap terjadinya
sengatan panas. Sengatan panas yang tidak diatasi dengan cepat bisa merusak otak, jantung, dan
ginjal. Jika penanganan ditunda, kondisi akan memburuk dengan cepat dan bahkan bisa
menyebabkan kematian.
Jika mencurigai terjadi kelelahan karena panas matahari, segera pindahkan penderita ke tempat
teduh. Pastikan minum banyak air untuk menghindari dehidrasi, dan longgarkan pakaian mereka.
Penderita disarankan untuk menyiram tubuh dengan air dingin untuk menurunkan suhu pada
bagian kulit yang terbakar. Penderita seharusnya segera membaik. Jika tidak segera membaik,
segera bawa ke rumah sakit terdekat sebelum mereka mengalami sengatan panas.
Pengobatan di Rumah Sakit
Pengobatan yang dilakukan tergantung pada tingkat keparahan luka bakar. Berikut ini adalah
beberapa langkah pengobatan yang dilakukan dalam menangani luka bakar:
Obat penghilang rasa sakit. Luka bakar terkadang bisa sangat menyakitkan. Terkadang
morfin diperlukan untuk mengatasi rasa sakit yang terjadi.
Perawatan berbasis air. Dokter mungkin akan melakukan terapi ultasound kabut air untuk
merangsang dan membersihkan jaringan yang rusak.
Antibiotik. Jika terjadi infeksi akibat luka bakar yang diderita, antibiotik mungkin
diperlukan untuk mengatasi infeksi yang terjadi. Antibiotik bisa diberikan melalui infus.
Perban, yang berfungsi menciptakan kondisi lembap untuk mencegah infeksi dan
membantu penyembuhan luka bakar.
Cairan infus. Dokter biasanya akan memberikan cairan infus secara berkelanjutan pada
pasien dengan luka bakar. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan juga
kegagalan fungsi organ tubuh manusia.
Krim dan salep luka bakar. Ini akan mempercepat penyembuhan, mencegah infeksi,
menjaga kelembapan luka, dan mengurangi nyeri.
Suntikan tetanus. Suntikan ini mungkin akan disarankan dokter sebagai langkah
pencegahan.
Berikut ini adalah langkah pembedahan dan prosedur lain untuk menangani luka bakar, yaitu:
Membuang koreng di sekitar luka bakar, agar tidak menghambat aliran darah.
Selang makanan, masuk melewati hidung ke perut untuk menyalurkan nutrisi ke tubuh
penderita.
Pencangkokan kulitpada bagian yang terbakar dengan menggunakan kulit dari bagian
tubuh lain atau kulit dari mayat atau babi.
Operasi plastik. Dokter bedah plastik bisa memperbaiki penampilan kulit yang terbakar.
Persendian yang terbakar hingga tidak berfungsi sempurna juga bisa ditingkatkan
fleksibilitasnya oleh dokter bedah.
Alat bantu pernapasan. Jika wajah atau leher yang terbakar, tenggorokan beresiko
mengalami pembengkakan sehingga penderita kesulitan bernapas. Dokter akan
memasukkan selang pernapasan untuk mengalirkan oksigen ke paru-paru.
Setelah operasi luka bakar, sebaiknya Anda menghindari sinar matahari langsung mengenai luka
bakar yang terjadi. Pajanan langsung sinar matahari terhadap luka bakar bisa mengakibatkan kulit
melepuh.
Penatalaksanaan pada pasien luka bakar menurut Grace, (2007, hal. 87) ialah sebagai berikut :
2.1.6 Pencegahan
Luka bakar bisa dihindari tergantung kepada penanganan di tempat yang berbeda-beda. Selalu
pertimbangkan keamanan lingkungan dan keselamatan orang-orang di sekitarnya. Waspadailah
benda-benda yang berpotensi melukai mereka yang tidak menyadari keberadaannya.
Berikut ini adalah beberapa hal sederhana yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya luka
bakar:
Jangan pernah meninggalkan kompor yang menyala tanpa dijaga dan jauhkan cairan panas
dari jangkauan anak-anak.
Gunakan pelindung tangan ketika memasak dan mengambil makanan dari oven.
Gunakan alat setrika di meja yang tinggi dan jangan lupa mematikan alat setrika ketika
sudah selesai menggunakannya.
Periksa suhu air hangat sebelum digunakan untuk memandikan bayi karena kulit mereka
lebih tipis dibandingkan dengan kulit orang dewasa.
Hindari merokok di dalam rumah atau gedung.
Jauhkan bahan kimia, korek api, lilin, atau bahan yang mudah terbakar lainnya dari
jangkauan anak-anak.
Siapkan alat pemadam api darurat di rumah.
2.2 Asuhan Keperawatan Luka Bakar Karena Api
a. Pengkajian
Menurut Wijaya (2013, hal. 118) adapun pengkajian keperawatan pada klien dengan luka
bakar adalah adalah sebagai berikut :
1. Identitas pasien: Resiko luka bakar setiap umur berbeda : anak dibawah 2 tahun dan diatas
60 tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebih rentan terkena
infeksi.
2. Riwayat kesehatan sekarang meliputi : sumber kecelakaan, sumber panas atau penyebab
yang berbahaya, gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi, faktor yang
mungkin berpengaruh seperti alkohol, oabt-obatan. Keadaan luka fisik disekitar luka bakar,
peristiwa yang terjadi saat luka sampai ke rumah sakit. Beberapa keadaan lain yang
memperberat luka bakar.
3. Riwayat kesehatan dahulu : penting untuk menentukan apakah pasien mempunyai penyakti
yang merubah kemampuan untuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya pertahanan
terhadap infeksi (seperti DM, gagal jantung, sirosis hepatis, gangguan pernapasan).
4. Pemeriksaan fisik dan psikososial
5. Aktivitas/istirahat : Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
6. Sirkulasi: Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum
dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka
bakar).
7. Integritas ego: Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda:
ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
8. Eliminasi: Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising
usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres
penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
9. Makanan/cairan: Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah
10. Neurosensori: Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku;
penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok
listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik);
ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
11. Nyeri/kenyamanan: Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar
ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
12. Pernafasan: Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin
terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi
sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema
paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
Menurut Wijaya (2013, hal. 120) diagnosa keperawatan pada klien dengan luka bakar
adalah adalah sebagai berikut :
a. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui
rute abnormal : status hypermetabolik.
b. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial, edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher,
kompresi jalan nafas thorak dan dada.
c. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom
kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan
perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat, penurunan Hb,
penekanan respons inflamasi.
e. Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema, manipulasi
jaringan cidera.
f. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan luka bakar
g. Kerusakan integritas kulit berhubungan destruksi lapisan kulit.
h. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis, kecacatan dan nyeri.
c. Perencanaan
Diagnosa Intervensi
Keperawatan
Resiko tinggi 1. Awasi tanda vital, CVP. Perhatikan kapiler dan kekuatan
kekurangan volume nadi perifer. Awasi pengeluaran urine dan berat jenisnya.
cairan berhubungan Observasi warna urine dan hemates sesuai indikasi.
2. Timbang berat badan setiap hari
dengan Kehilangan
3. Ukur lingkar ekstremitas yang terbakar tiap hari sesuai
cairan melalui rute indikasi
abnormal : status 4. Pasang/ pertahankan ukuran kateter IV.
hypermetabolik. 5. Berikan obat sesuai idikasi : Diuretika contohnya
Manitol (Osmitrol), Kalium, Antasida
Tujuan : Pasien dapat 6. Pantau: Tanda- tanda vital setiap jam selama periode
mendemostrasikan darurat, setiap 2 jam selama periode akut, dan setiap 4
jam selama periode rehabilitasi.
status cairan dan
biokimia membaik.
Kriteria Hasil:
Resiko infeksi 1. Pantau: Penampilan luka bakar (area luka bakar, sisi
berhubungan dengan donor dan status balutan di atas sisi tandur bial tandur
Pertahanan primer kulit dilakukan) setiap 8 jam. Pantau: Suhu setiap 4 jam.
Pantau: Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali
tidak adekuat;
makan.
kerusakan 2. Bersihkan area luka bakar setiap hari dan lepaskan
perlinduingan kulit; jaringan nekrotik (debridemen) sesuai indikasi.
jaringan traumatik. 3. Lepaskan krim lama dari luka sebelum pemberian krim
Pertahanan sekunder baru. Gunakan sarung tangan steril dan beriakn krim
tidak adekuat; antibiotika topikal yang diresepkan pada area luka bakar
dengan ujung jari. Berikan krim secara menyeluruh di
penurunan Hb,
atas luka.
penekanan respons 4. Mulai rujukan pada ahli diet, beriakn protein tinggi, diet
inflamasi. tinggi kalori. Berikan suplemen nutrisi seperti ensure
atau sustacal dengan atau antara makan bila masukan
Tujuan : Pasien bebas makanan kurang dari 50%. Anjurkan NPT atau makanan
dari infeksi. enteral bial pasien tak dapat makan per oral.
5. Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau
Kriteria evaluasi: tak
penyimapngan dari hasil yang diharapkan.
ada demam,
pembentukan jaringan
granulasi baik.
Gangguan citra tubuh 1. Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal
(penampilan peran) pasien tentang tubuhnya.
berhubungan dengan 2. Kaji harapan pasien tentang gambaran tubuh.
krisis, kecacatan dan 3. Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif, dan akui
realitas adanya perhatian terhadap perawatan, kemajuan
nyeri. dan prognosis.
4. Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi,
jaga privasi dan martabat pasien.
Tujuan : pasien 5. Faktor yang mengidentifikasikan adanya gangguan
memiliki persepsi yang persepsi pada citra tubuh.
positif terhadap 6. Mungkin realita saat ini berbeda dengan yang diharapkan
pasien sehingga pasien tidak menyukai keadaan fisiknya.
penampilan dan fungsi
7. meningkatkan perasaan berarti, memudahkan saran
tubuh.
koping, mengurangi kecemasan.
Menurut Carpenito (2009. Hal 57). komponen implementasi dalam proses keperawatan
mencakup penerapan ketrampilan yang diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi
keperawatan. Ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi biasanya
berfokus pada: Melakukan aktivitas untuk klien atau membantu klien. Melakukan pengkajian
keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau memantau status masalah yang telah
ada Memberi pendidikan kesehatan untuk membantu klien mendapatkan pengetahuan yang baru
tentang kesehatannya atau penatalaksanaan gangguan. Membantu klien membuat keptusan tentang
layanan kesehatannya sendiri. Berkonsultasi dan membuat rujukan pada profesi kesehatan lainnya
untuk mendapatkan pengarahan yang tepat. Memberi tindakan yang spesifik untuk
menghilangkan, mengurangi, atau menyelesaikan masalah kesehatan. Membantu klien melakukan
aktivitasnya sendiri. Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali pilihan
yang tersedia.
Menurut Asmadi (2008. Hal 178) Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan
atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara bersinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan
tercapainya tujuan dan criteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika
sebalinya, kajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditunjukkan untuk :Melihat dan
menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Menetukan apakah tujuan keperawatan telah
tercapai atau belum. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatab belum tercapai.
Sementara itu kriteria evaluasi yang diharapkan pada klien dengan luka bakar menurut (Wijaya
(2013, hal. 122) sebagaiman diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan adalah sebagai
berikut :
a. Bunyi nafas vesikuler, Respiratory Rate dalam batas normal, bebas dispnoe/cyanosis
b. Tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, elektrolit serum dalam batas normal,
haluaran urine di atas 30 ml/jam.
c. Respiratory Rate 12-24 x/mnt, warna kulit normal, GDA dalam renatng normal, bunyi
nafas bersih, tak ada kesulitan bernafas.
d. Tak ada demam, pembentukan jaringan granulasi baik.
e. Pasien menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh
rileks.
f. warna kulit normal, menyangkal kebas dan kesemutan, nadi perifer dapat diraba.
g. Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.
h. Pasien melaporkan kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadapkemungkinan
lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegahkehilangan cairan tubuh,
membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi
vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera
kulit yang sebagian besar dapat dicegah
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang beratmemperlihatkan
morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cederaoleh sebab lain .Biaya yang dibutuhkan
juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab lukabakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak
langsung ), juga karena pajanan suhutinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau
akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
3.2 Saran
Diharapkan seorang Perawat agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan dan
ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat melakuan penanganan luka bakar dengan cepat dan
tepat. Meskipun penulis penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
dengan senang hati mendapatkan saran-saran yang membangun demi perbaikan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
https://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/09/12/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-
luka-bakar-combustio/
http://nursecarea.blogspot.co.id/2012/11/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan.html
https://sekedarperawat.blogspot.co.id/2016/12/makalah-luka-bakar.html