Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN LUKA

BAKAR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat Dosen

Disusun oleh :

Arihta C.0105.20.
Desi C.0105.20.
Dirga C.0105.20.
Isni C.0105.20.
Neneng C.0105.20.
Rieza C.0105.20.
Rully C.0105.20.
Siti Hafsah C.0105.20.188

PROGRAM TRANSFER UMUM S1 KEPERAWATAN SEKOLAH

TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR

TAHUN AJAR 2020 - 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,

karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan

Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien Luka Bakar”

Kami berterima kasih kepada Ns. Emy Salmiyah., MM selaku dosen mata kuliah

“Keperawatan Gawat Darurat”.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan

serta pengetahuan kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat

kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran

dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami untuk di masa yang akan datang,

mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang

yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang

kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di

masa depan.

Cimahi, 16 November 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari aktifitas
manusia dalam rumah tangga, industri, trafic accident, maupun bencana alam. Luka bakar
ialah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang
menghasilkan panas (api, air panas, listrik) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat,
basa kuat).
Luka bakar merupakan gangguan pada kontinuitas lapisan epitel kulit atau mukosa
yang disebabkan oleh faktor mekanis atau termal. Luka bakar adalah kerusakan pada kulit
akibat panas yang disebabkan oleh agen radiasi, radioaktif, listrik, api, air dan berbagai
bahan kimia. Luka bakar sering disebabkan oleh kecelakaan domestik dan paling sering
ditemukan pada derajat II.
Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka yang lainnya
karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada
tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Dengan cepat luka bakar akan didiami oleh
bakteri pathogen, mengalami eksudat dengan perembesan sejumlah besar air, protein serta
elektrolit, dan seringkali diperlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh yang lain untuk
menghasilkan penutupan luka yang permanen.
Luka bakar memiliki angka mortalitas dan morbiditas yang timggi. Luka bakar
derajat berat sering disertai dengan trauma lain yang membutuhkan pendekatan multidisiplin
yang tepat. Beberapa penelitian melihat usia, jenis kelamin, luas luka bakar, adanya trauma
inhalasi untuk memprediksi angka mortalitas setelah luka bakar derajat berat, selain itu
diketahui bahwa sepsis, trauma inhalasi, dan kegagalan multi-organ merupakan penyebab
kematian terbesar pada pasien luka bakar. Komorbid terbesar adalah kelainan respirasi, baik
akibat trauma inhalasi, gagal napas, dan trauma pada paru – paru. Komorbid kedua adalah
syok dan sepsis.
Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk
mengalami luka bakar. Kaum remaja laki-laki dan pria dalam usia kerja juga lebih sering
menderita luka bakar dari pada yang diperkirakan lewat representasinya dalam total
populasi. Sebagian besar luka bakar terjadi di rumah. Memasak, memanaskan dan
menggunakan alat-alat listrik merupakan pekerjaan yang lazimnya terlihat dalam kejadian
ini. Kecelakaan industry juga menyebabkan banyak kejadian luka bakar.Sehingga sangat
perlu adanya penanganan atau pertolongan pertama pada luka bakar yang benar.
Pertolongan pertama adalah penanganan yang diberikan saat kejadian atau bencana
terjadi di tempat kejadian, sedangkan tujuan dari pertolongan pertama adalah
menyelamatkan kehidupan, mencegah kesakitan makin parah, dan meningkatkan pemulihan.
Namun ada kebiasaan masyarakat yang kurang tepat, jika terjadi luka bakar banyak orang
yang memberikan pertolongan pertama pada kasus luka bakar. Dengan mengoleskan pasta
gigi, mentega, kecap, minyak, dan masih banyak lagi anggapan dan kepercayaan seseorang
yang selama ini diyakini di masyarakat. Hingga kini masih banyak masyarakat yang percaya
dengan hal tesebut. Seharusnya pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah sesegera
mungkin mendinginkan area yang terkena dengan air sejuk yang mengalir selama minimal
20 menit. Hal ini untuk mengurangi bengkak yang dapat terjadi dan mempercepat proses
penyembuhan di kemudian harinya. Tidak perlu menggunakan air yang terlalu dingin atau
menggunakan es batu karena hal tersebut justru akan merusak jaringan kulit lebih dalam.
Berdasarkan catatan WHO luka bakar menyebabkan 195.000 kematian/tahun di
seluruh dunia terutama di negara miskin dan berkembang. Luka bakar yang tidak
menyebabkan kematian pun ternyata menimbulkan kecacatan pada penderitanya. Wanita di
ASEAN memiliki tingkat terkena luka bakar lebih tinggi dari wilayah lainnya, dimana 27%
nya berkontribusi menyebabkan kematian di seluruh dunia, dan hampir 70% nya
merupakan penyebab kematian di Asia Tenggara.
Luka bakar terutama terjadi di rumah dan di tempat kerja yang seharusnya bias
dicegah sebelum terjadi (Kristanto, 2005). The National Institute of Burn Medicine yang
mengumpulkan data-data statistic dari berbagai pusat luka bakar di seluruh AS mencatat
bahwa sebagian besar pasien (75%) merupakan korban dari 3 perbuatan mereka sendiri.
Tersiram air mendidih pada anak-anak yang baru belajar berjalan, bermain-main dengan
korek api pada usia anak sekolah, cedera karena arus listrik pada remaja laki-laki,
penggunaan obat bius, alcohol serta sigaret pada orang dewasa semuanya itu memberikan
kontribusi pada angka ststistik tersebut.
Sedangkan di Indonesia kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar setiap
tahunya. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan
100.000 pasien dirawat dirumah sakit. Bila ditinjau Rumah Sakit Pertamina sebagai salah
satu rumah sakit yang memiliki fasilitas perawatan khusus Unit Luka Bakar, menerima
antara 33 sampai dengan 53 penderita (rata-rata 40 penderita /tahun). Dari jumlah tersebut
yang termasuk dalam kategori Luka Bakar Berat adalah berkisar 21%. Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) Depkes RI melaporkan bahwa prevalensi luka bakar di Jawa Barat
adalah sebesar 2,7% dari semua jenis cedera, angka ini ternyata lebih tinggi dari prevalensi
rata-rata Indonesia sebesar 2,2%. 5 Derajat keparahan dan luas luka bakar bisa bervariasi.
Melihat latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar.

B. Tujuan Penulisan

Adapun Tujuan Umum dan Tujuan Khusus pada Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

pada Pasien Luka Bakar yaitu:

1. Tujuan Umum
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka tujuan dari penulisan ini adalah
untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan proses asuhan keperawatan gawat
darurat pada pasien dengan Luka Bakar dengan professional serta memberikan
gambaran hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh penulis. Dengan
menggunakan metode proses keperawatan yang dimulai dari tahap pengkajian,
perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, implementasi,
evaluasi dan pendokumentasian.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan ini adalah untuk memberikan informasi gambaran hasil
pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Luka Bakar dengan pendekatan
proses keperawatan secara komperhensif, meliputi :
a. Melakukan pengkajian keperawatan/pengumpulan data pada pasien dengan Luka
Bakar
b. Menentukan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan Luka Bakar.
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan Luka
Bakar.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Pendidikan
Asuhan keperawatan medikal bedah dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
proses pembelajaran dan perkembangan ilmu keperawatan gawat darurat khususnya
pada pasien Luka Bakar.
2. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Diharapkan dapat memberikan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada pasien
dengan Luka Bakar.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Luka bakar (combustio) adalah kehilangan jaringan yang di sebabkan kontak dengan sumber

panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya

kerusakan kulit, tetapi juga pempengaruhi seluruh system tubuh. ( Brunner& suddarth, 2014).

Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan jaringan disebabkan

kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi (misalnya api, air panas, bahan kimia,

listrik, dan radiasi) atau suhu yang sangat rendah. Saat terjadi kontak dengan sumber panas (atau

penyebab lainnya). Berlangsung reaksi kimiawi yang menguras energi dari jaringan sehingga sel

tereduksi dan mengalami kerusakan. (Moenadjat 2014).

Luka bakar adalah kerusakan lapisan kulit yang disebabkan oleh benda panas, termasuk api,

air panas, dan uap panas. Rusaknya kulit akibat luka bakar membuat penderitanya rentan mengalami

infeksi, karena kulit merupakan lapisan pertahanan awal tubuh untuk melawan infeksi.

B. Etiologi

Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun

tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.

Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan

luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:
1. Flame (paparan api)
Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan menyebabkan
cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu
baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan
serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan
berupa cedera kontak. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan
benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami
kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti
solder besi atau peralatan masak.

2. Scalds (air panas)


Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu
kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat
kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka
umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat.
Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas
dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan.

3. Uap Panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap panas
menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap
bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke
saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi

jalan nafas akibat edema.

5. Aliran listrik

Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.

Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan

percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.

6. Zat kimia (asam atau basa)

7. Radiasi

C. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang muncul pada kulit tergantung dari seberapa dalam kerusakan

lapisan kulit. Di bawah ini adalah penjelasan mengenai gejala luka bakar sesuai

tingkatannya.

1. Luka bakar derajat 1

a. Kulit menjadi merah dan bengkak.

b. Terasa nyeri.

c. Kulit menjadi kering setelah luka bakar sembuh.

2. Luka bakar derajat 2

a. Kulit bengkak dan berwarna merah, atau berwarna putih dengan bercak

merah.

b. Terdapat luka lepuh.

c. Seiring waktu, luka lepuh pecah dan terbentuk jaringan tebal dan lunak,

seperti keropeng, di sekitar luka.

d. Terdapat jaringan parut pada luka bakar yang dalam.

3. Luka bakar derajat 3

a. Kulit yang terbakar berwarna hitam, coklat, atau putih


b. Kulit menjadi timbul atau terasa kasar dan keras.
c. Tidak ada luka lepuh.
d. Luka bakar ini merusak saraf sehingga bisa membuat kulit menjadi mati rasa.
D. Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasinya, terdapat 4 klasifikasi luka bakar yang harus diketahui dan difahami,
yaitu:

1. Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Penyebabnya


a. Luka bakar berdasarkan penyebab ada 6 klasifikasi, yaitu :
1. Luka bakar karena api
2. Luka bakar karena air panas
3. Luka bakar karena bahan kimia
4. Luka bakar karena listrik
5. Luka bakar karena radiasi
6. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)

2. Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Kedalaman Lukanya


a. Luka bakar berdasarkan kedalaman luka ada 5 klasifikasi, yaitu :
1. Luka Bakar Derajat I
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam proses
penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat pertama tampak
sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung gelembung yang
ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan
dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis.

Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh
dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak
sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat.

Luka derajat pertama akan sembuh tanpa bekas.

2. Luka Bakar Derajat II


Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa
reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka
berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit
normal, nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II
ada 2 :
a. Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis,
apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh. Luka sembuh dalam waktu 10-14 hari.
b. Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian
masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises
kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih
dari satu bulan.
3. Luka Bakar Derajat III.
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih
dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat,
kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi
protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri.
Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.

3. Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Tingkat Keseriusan Lukanya


American Burn Association menggolongkan luka bakar berdasarkan tingkat

keseriusan luka dalam 3 kategori :

a. Luka Bakar Minor/ Ringan


1. Luka bakar derajat I
2. Luka bakar derajat II seluas < 15%
3. Luka bakar derajat III seluas < 2%
b. Luka Bakar Moderat
1. Luka bakar derajat II seluas 10 – 15%
2. Luka bakar derajat III seluas 5 - 10%
c. Luka Bakar Mayor
1. Luka bakar derajat II seluas >20%
2. Luka bakar derajat II yang mengenai wajah, tangan, kaki, alat kelamin
atau persendian sekitar ketiak
3. Luka bakar derajat III seluas >10%
4. Luka bakar akibat listrik dengan tegangan >1000 volt
5. Luka bakar dengan komplikasi patah tulang, kerusakan luas, atau
gangguan jalan napas
4. Luas luka bakar
Luas luka bakar dihitung berdasarkan presentase seluruh luas
permukaan tubuh. Untuk menentukan luas luka bakar pada orang dewasa
dapat menggunakan metode Rule of Nine. Dasar dari perhitungan ini adalah
dengan membagi tubuh ke dalam bagian-bagian anatomi, yang setiap bagian
tersebut mencerminkan luas 9% dari luas permukaan tubuh atau kelipatan dari
9% dengan total 100%.

a. Kepala: 9%
b. Ekstremitas atas kanan: 9%
c. Ekstremitas atas kiri: 9%
d. Dada: 9%
e. Perut: 9%
f. Punggung: 18%
g. Perineum: 1%
h. Ekstremitas bawah kanan: 18%
i. Ekstremitas bawah kiri: 18%
E. Patofisiologi

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah :

1. Hitung Darah Lengkap : Peningkatan Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi


sehubungan dengan perpindahan cairan. Hematokrit dan sel darah merah terjadi sehubungan
dengan kerusakan oleh panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi.
3. Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cedera inhalasi.
4. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cedera jaringan, hipokalemia
terjadi bila diuresis.
5. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan.
6. Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan.
7. EKG : Tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar.
8. Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.

G. Penatalaksaan Klinis
1. Medis
Pertolongan pertama
a. Penderita dijauhkan dari sumber trauma dan bila masih ada api padamkan dengan air
dan menutup dengan kain basah, bila zat kimia maka dianjurkan untuk membilas
dengan air mengalir, untuk listrik harus dilakukan pemutusan aliran listrik.
b. Mengurangi rasa nyeri dengan cara :

 Mendinginkan luka

 Obat-obatan analgetik
 Memberikan posisi yang benar dengan meletakkan luka yang lebih tinggi

 Menjaga jalan nafas

 Mencegah infeksi : Luka yang terjadi ditutup dengan kain bersih atau steril.

 Tindakan di instalasi gawat darurat

Penderita yang dirawat dirumah sakit adalah :


o Luka bakar grade II kurang dari 2 %
o Luka mengenai muka, ekstrimitas dan perineum
o Luka bakar grade III lebih dari 2 %
o Luka bakar pada anak-anak grade I lebih ari 10 %
o Luka bakar akibat listrik tegangan tinggi
o Luka bakar disertai trauma jalan nafas
o Luka bakar dengan penyakit lain

H. Penanganan Pertama Luka Bakar


1. Pastikan “ Air way dan breathing “ sudah optimal.
a. Pemberian cairan. Ada beberapa formula :
1. Formula Baxter
Hanya memakai cairan RL dengan jumlah luas luka bakar X BB ( dalam Kg ) + 4 CC,
diberikan ½ : 8 jam pertama dan ½ nya : 16 jam berikutnya, untuk hari kedua
tergantung keadaan.
2. Formula Evans
Cairan yang diberikan adalah :
a. Elektrolit dosis : 1 CC X BB Kg X % luka bakar
b. Koloid dosis : 1 CC X BB X % luka bakar

c. Dosis 2000 CC dewasa dan 1000 CC untuk anak.

Semua dijumlahkan dan diberikan ½ nya dalam 8 jam pertama dan sisanya 16

jam berikutnya. Untuk hari kedua tergantung keadaan, elektrolit disini Evans

menggunakan Nacl 0,9 %.

3. Formula Brook

a. Elektrolit : ½ CC X BB Kg X % luka bakar (biasanya RL )

b. Koloid : ½ CC X BB X % luka bakar

c. Dextros : Dewasa 2000 CC dan untuk anak 1000 CC

Semua diberikan ½ nya dalam 8 jam pertama dan sisanya 16 jam berikutnya.

4. Pencegahan tetanus dengan pemberian ATS atau toxoid

Anda mungkin juga menyukai