PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan
kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).
Luka bakar berat dapat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang
relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. (Kairupan dkk,
2015).
Pada tahun 2016, insiden total terjadinya luka bakar diperkirakan sekitar
2,4 kasus dari berbagai negara yang berbeda di dunia. Menurut data WHO
2016, kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar setiap tahunnya.
emergensi, dan sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia (Febriyanto
dkk, 2016) .
(0,5%). Sedangkan prevalensi pada daerah Aceh ditemukan data pasien yang
mengalami luka bakar sebanyak (0,9%), dan lebih banyak kaum perempuan
yang mengalami luka bakar yaitu sebanyak (1,4%) dibandingkan dengan laki-
1
2
hidup seseorang, dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Luka
bakar masih merupakan tantangan bagi para tenaga kesehatan dan juga salah
pekerjaan dan ketidakpastian akan masa depan. Disamping itu pada beberapa
Negara pula, luka bakar masih merupakan masalah yang berat, perawatannya
serta waktu yang lama sehingga juga ikut berdampak mempengaruhi ekonomi
memicu suatu keadaan stress pasca trauma atau post traumatic stress disorder
fungsi, perawatan yang lama pada luka bakar sering membuat pasien putus
asa dan mengalami stress, gangguan seperti ini sering menjadi penyulit
terhadap kesembuhan optimal dari pasien luka bakar. Oleh karena itu pasien
ilmu serta sikap dan pemahaman dari orang-orang sekitar baik dari keluarga
maupun dari tenaga kesehatan sangat penting bagi support dan penguatan
Luka bakar merupakan luka yang unik karena luka tersebut meliputi
sejumlah besar jaringan mati yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka
waktu yang lama. Luka bakar paling sering terjadi di rumah dan paling
banyak ditemukan adalah luka bakar derajat II. Kelompok anak-anak dan luka
bakar akibat insiden kerja sering kali memerlukan perawatan pada fasilitas
khusus luka bakar. Oleh karena itu, perawatan luka bakar memegang peranan
Komplikasi pada pasien luka bakar adalah terkait dengan proses infeksi.
Luka bakar mempengaruhi fungsi kulit sebagai barrier utama dalam melawan
(Febriyanto, 2016).
kehidupan. Seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan
fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Pengurangan
harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius (Sitohang,
2019).
perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi
(Sitanggang, 2019).
bakar termasuk salah satu dari sekian banyak peran perawat. Perawat juga
juga menjadi prioritas dalam merawat pasien luka bakar. Dan kepekaan dalam
2017).
Operasi Luka Bakar Di BLUD RSU dr. Zainoel Abidin Banda Aceh”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan proposal karya tulis ilmiah ini semoga dapat bermanfaat
luka bakar.
3. Penulis
Hasil penulisan proposal karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
disebabkan oleh panas (api, cairan/lemak panas, uap panas), radiasi, listrik,
kimia. Luka bakar merupakan jenis trauma yang merusak dan merubah
berbagai sistem tubuh. Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap
(Rahayuningsih, 2012).
Luka bakar bisa merusak kulit yang berfungsi melindungi kita dari
kotoran dan infeksi. Jika banyak permukaan tubuh terbakar, hal ini bisa
2. Etiologi
7
8
Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak
paling sering yaitu luka bakar yang disebabkan karena terpajan dengan
suhu panas seperti terbakar api secara langsung atau terkena permukaan
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan
tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri,
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan dari
listrik ini biasanya lukanya lebih serius dari apa yang terlihat di
pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada
terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi
(Rahayuningsih, 2012).
derajat luka bakarnya, dan harus objektif. Patokan yang masih dipakai dan
diterima luas adalah mengikuti Rules of Nines dari Wallace. Luka bakar
yang terjadi pada daerah muka dan leher jauh lebih berbahaya daripada luka
luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi derajat I, II, III dan IV. Pada luka
kulit. Kulit akan tampak kemerahan, tidak ada bulla, sedikit oedem dan
nyeri, dan tidak akan menimbulkan jaringan parut setelah sembuh. Luka
kulit yang melibatkan semua epidermis dan sebagian dermis. Pada kulit
akan ada bulla, sedikit oedem, dan nyeri berat. Pada luka bakar derajat 3
(full thickness burn), kerusakan terjadi pada semua lapisan kulit dan ada
nekrosis. Lesi tampak putih dan kulit kehilangan sensasi rasa, dan akan
disebut charring injury. Pada luka bakar ini kulit tampak hitam seperti arang
subkutan begitu juga pada tulang akan gosong. Beratnya luka bakar
berdasarkan derajat dan luasnya kulit yang terkena dan dapat dikategorikan
menjadi 3 yaitu ringan, sedang dan berat. Disebut ringan jika terdapat luka
bakar derajat I seluas 20% atau derajat III seluas >10% atau mengenai
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat 3. Bila luas luka bakar
tubuh, namun jika lebih dari 20% resiko syok hipovolemik akan muncul
dengan tanda-tanda seperti gelisah, pucat, dingin, nadi lemah dan cepat,
serta penurunan tekanan darah dan produksi urin. Kulit manusia dapat
tidak jauh berbeda Panas yang mengenai tubuh tidak hanya mengakibatkan
kerusakan lokal tetapi memiliki efek systemic. Perubahan ini khusus terjadi
pada luka bakar dan umumnya tidak ditemui pada luka yang disebabkan
dan kebocoran plasma maksimal muncul dalam 8 jam pertama dan berlanjut
pada penderita luka bakar. Jumlah kehilangan cairan tergantung pada luas
12
luka bakar pada permukaan tubuh yang dihitung dengan aturan Wallace
rules of 9 pada orang dewasa dan Lund dan Browder grafik pada orang
dewasa dan anak-anak. Orang dewasa dengan luka bakar lebih dari 15% dan
pada anak-anak lebih dari 10% dapat terjadi hypovolemic shock jika
systemic tidak terjadi pada luka lainnya. Hanya terdapat reaksi lokal pada
dan edema. Hypovolemic shock yang terjadi pada trauma lain disebabkan
Obstruksi jalan nafas Hb tidak mampu Ekstravasasi cairan Risiko tinggi terhadap infeksi
mengikat O2 Gangguan rasa nyaman
Gangguan aktifitas
Tekanan onkotik
Gagal nafas Kerusakan integritas kulit
menurun
Hipoxia otak
Masalah : Jalan nafas
tidak efektif Tekanan cairan intravaskuler
Masalah :
Hipovolemia
Kerusakan volume cairan
Gangguan perfusi jaringan
Gangguan
sirkulasi
5. Pemeriksaan diagnostik
darah perifer lengkap, metabolik dasar, analisis gas darah, kadar mioglobin,
urinalisis dan profil faktor pembekuan. Sel darah putih biasanya meningkat
pada pasien luka bakar akibat respons terhadap kondisi akut yang terjadi
atau inflamasi.
6. Penatalaksanaan Medis
pada derajat, luas, dan lokasi luka bakarnya. Pada anak yang mengalami
luka bakar yang berat, evaluasi dan tata laksana awal harus diberikan secara
Managemen airway pada luka bakar penting dilakukan karena jika tidak
dilakukan Luka bakar ringan Luka bakar sedang Luka bakar berat dengan
dicermati adalah adanya cedera inhalasi, terutama jika luka bakar terjadi
pada ruang tertutup. Cedera inhalasi lebih jarang terjadi pada ruang terbuka
atau pada ruang dengan ventilasi baik. Hilangnya rambut-rambut wajah dan
intubasi. Stidor dapat dijumpai dalam beberapa jam pada pasien dengan
b. Circulation
segera dilakukan. Lokasi ideal akses pemberian cairan pada kulit yang tidak
akses pada vena perifer. Cairan Ringer laktat dan NaCl 0,9% tanpa glukosa
dapat diberikan pada 1-2 akses intravena. Kateter Foley digunakan untuk
c. Evaluasi lanjut
makanan. Evaluasi semua denyut nadi perifer dan dinding thoraks untuk
c. Luka bakar derjat II atau III pada wajah, telinga, mata, tangan, kaki, dan
genitalia/ perineum
d. Cedera inhalasi
f. Luka bakar dengan trauma, jika trauma lebih beresiko maka sebaiknya
a. Pengkajian
1) Identitas klien: selain nama klien, usia jenis kelamin agma suku
rentang gerak pada area yang sakit, gangguan masa otot, perubahan
tonus.
5) Eleminasi. Tanda: haluaran urin menurun/ tak ada selama fase darurat,
dan perubahan suhu, luka bakar ketebalan sedang derajat dua sangat
tergantung pada keutuhan ujung saraf, luka bakar derajat tiga dan
nyeri.
terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada, jalan nafas atau
20
mediator kimia.
dilakukan pula pemeriksaan fisik pada pasien dengan luka bakar, dimana
1) Pre operatif
a. B1 (Breath)
nafas dangkal dan cepat, ronchi (-), wheezing (-), perkusi sonor,
b. B2 (Blood)
21
normal, S1/S2 tunggal, perkusi pekak pada lapang paru kiri ICS 2-
c. B3 (Brain)
d. B4 (Bladdder)
distensi/retensi (-)
e. B5 (Bowel)
f. B6 (Bone)
Klien dengan luka bakar biasanya nampak kulit tidak utuh, letih
kekuatan otot
2) Intra operatif
3) Post Operatif
napas tambahan: apakah tidak ada obstruksi total, udara napas yang
dehidrasi.
b. Diagnosa keperawatan
2018).
Association for the Study of Pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat
(Herdman, 2018).
bakar
(Herdman, 2018).
bakar
c. Rencana keperawatan
No Rencana keperawatan
Diagnosa
NOC NIC
6. bantu pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas,
7. bantu pasien
untukmengembangka
n motivasi diri dan
penguatan.
d. Implementasi
intergritas kulit adalah menjaga kebersihan kulit sekitar luka agar tetap
30
yang baik yang di tandai dengan warna kulit yang sehat, suhu kulit dalam
batas normal, tekstur kulit lembab, intergritas kulit baik, dan tidak
luka ; Ukur luas luka yang sesuai. membersihkan dengan normal saline
insisi pada luka yang diperlukan. Memberikan salep yang sesuai dengan
e. Evaluasi
keperawatan adalah fase akhir dalam proses keperawatan (Potter & Perry,
2012).
adalah analisis ulang atas data yang subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau
ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada. P adalah perencanaan
atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon pasien yang
32
terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakat lanjut oleh perawat. (Dereja,
2011).
kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil
keperawatan baru.
33
BAB III
METODE PENULISAN
A. Pendekatan/Desain
Jenis penulisan proposal karya tulis ilmiah ini adalah deskriptif dalam
pasien. Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan pendekatan proses asuhan
B. Subjek
diagnosa medis luka bakar. Adapun kriteria subjek dalam penulisan karya ilmiah
ini adalah:
dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin sekitar bulan April
33
34
D. Prosedur Penulisan
Penulisan KTI diawali dengan usulan judul KTI. Setelah disetujui oleh
tim, maka selanjutnya penyusunan proposal KTI. Jika proposal KTI telah disetujui
oleh tim penguji, langkah selanjutnya adalah penyusunan laporan akhir KTI dan
Tekhnik dan instrumen pengumpulan data yang di butuhkan dalam penelitian ini
a. Wawancara
atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi pasien
dokumen asli. Dokumen asli tersebut berupa gambar, tabel atau daftar
F. Analisa Data
Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin, analisa data dilakukan dengan cara
konsep teori yang ada dan menghasilkan satu kesimpulan. Analisa data dalam
karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan
pada satu responden pasien luka bakar secara holistic dan komprehensif. Adapun
1. Data Primer
36
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Medical Record (MR) rumah sakit, wawancara
dengan keluarga pasien dan laporan status pasien. Informasi yang di peroleh
pemeriksaan darah lengkap dan terapi pengobatan yang digunakan untuk kasus
luka bakar.
37
BAB IV
Asuhan keperawatan pada pasien Post Operasi Luka Bakar dengan pendekatan
proses keperawatan, penulis laksanakan terhadap pasien Tn. A, umur 36 tahun, laki-laki,
status belum kawin, pendidikan SLTA/Sederajat dan pekerjaan sebagai pegawai swasta
yang dirawat di Ruang Rawat di RSUD dr. Zainoel Abidin Kota Banda Aceh. Asuhan
keperawatan diberikan selama 3 (tiga) hari dari tanggal 10 sampai 12 Februari 2020.
Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Post Operasi Luka Bakar
A. Hasil
1. Pengkajian
4 RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan Tn. A. Dari wawancara yang dilakukan
terhadap Tn. Adan keluarga, penulis mendapatkan data yang didapatkan meliputi pasien
mengatakan umurnya saat ini yaiitu 36 tahun dan berstatus belum kawin. Pekerjaan
pasien yaitu sebagai pegawai swasta dan saat ini pasien dan keluarganya tinggal di Desa
Cot Lambideng, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara. Pasien juga mengatakan
Penulis mendapatkan keluhan pasien dengan merasa tidak nyaman dengan nyeri
area post operasi luka bakar pada kedua tangan dan kepalanya, tampak luka terbalut
36
38
perban pada kedua tangan dan kepala, terasa pusing, dan kesulitan untuk bergerak.
Penulis melihat adanya luka basah post operasi luka bakar pada kedua tangan dan
kepalanya dengan luas luka bakar pasien 18% karena mengenai keseluruhan tangan
pasien kiri dan kanan dan pada bagian kepala pasien luas luka bakar sebesar 4,5%,
dengan skala nyeri pada pasien adalah 5, nyeri terasa terus menerus seperti ditusuk-
Dalam pengkajian riwayat kesehatan masa lalu pasien mengatakan tidak pernah
mengalami luka bakar sebelumnya, dan tidak ada penyakit lain yang menyertai. Dan
dalam pengkajian riwayat kesehatan keluarga penulis tidak menemukan adanya riwayat
luka bakar pada salah satu anggota keluarga pula. Namun pasien mengatakan bahwa
ayahnya adalah penderita hipertensi dengan riwayat perokok aktif. Penulis juga
Tn. MH
Ny. A
(62 Th)
(60 Th)
MN Tn. A NB MB
Keterangan
: Laki – laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah
: Meninggal
dengan keluarganya menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa Aceh. Pasien dan
menggunakan bahasa indonesia. Suara pasien dalam berkomunikasi cukup jelas dan
pasien tidak memiliki suatu gangguan yang berhubungan dengan komunikasi, pasien
juga dapat mengekspresikan apabila timbul nyeri. Pasien mengatakan tidak mengalami
dalam keaadan lemas, kesadaran composmentis yaitu keadaan seseorang sadar penuh
dan dapat menjawab pertanyaan tentang dirinya dan lingkungannya. Penulis juga
mendapatkan data vital sign denyut nadi 96 kali/menit, tekanan darah : 120/90 mmHg,
Pada pemeriksaan kepala pasien mengeluh terasa pusing terutama saat mau
berdiri. Penulis mendapatkan tidak ada keluhan pada mata, hidung, dan telinga. Pada
40
pemeriksaan mulut didapatkan mukosa bibir kering, keadaan gigi dan gusi bersih dan
Pada pengkajian pola tidur dan kebiasaan , penulis mendapatkan data selama
dirawat pasien akan tidur setelah pemberian obat siang dan malam dengan kapasitas
tidur yaitu 7 jam perhari. Pasien juga akan dibangunkan oleh keluarga saat masuknya
waktu shalat. Untuk kebiasaan pasien seperti makan, minum, membersihkan badan,
Pada pengkajian pola eliminasi penulis mendapatkan data bahwa pola buang air
kecil (BAK) pasien 3-4 kali dalam sehari, karakter urin berbau pesing, tidak ada
kesulitan atau nyeri saat pasien BAK, pasien juga tidak ada riwayat penyakit
ginjal/kandung kemih. Pasien mengatakan pola buang air besar (BAB) 1 kali dalam
sehari, karakter feses bewarna kuning dan konsistensi agak keras, tidak ada riwayat
perdarahan dan tidak ada penggunaan laxative, pasien juga mengatakan tidak
mengalami diare.
disediakan oleh rumah sakit dan pasien selalu menghabiskannya dalam satu porsi. Jenis
makanan yang dikonsumsi pasien yaitu makanan padat. Keluarga juga mengatakan
pasien juga ada makan seperti roti yang dibawakan oleh keluarga dan makanan yang
dibawakan oleh tamu yang datang untuk menjenguk. Pasien juga mengatakan minum air
Data dari pengkajian pada tahap personal hygine pasien terlihat bersih tempat
tidurnya namun badan pasien tampak kurang bersih, pada pemeliharaan mulut dan gigi
41
pasien terlihat bersih dan gigi pasien masih lengkap dan rapi, kuku pasien pendek dalam
haemoglobin darah pasien 10,8 g/dl, hematokrit 32%, eritrosit 3, 9 10³/mm³, leukosit 9,3
10³/mm³. Penulis tidak menemukan data pemeriksaan penunjang lainnya pada pasien,
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil data pengkajian tanggal 10 Januari 2021 yang penulis lakukan
pada Tn. A, penulis mengangkat 3 diagnosa keperawatan untuk Tn.A yaitu dianosa
pertama nyeri akut yang disebabkan oleh post operasi luka bakar pada kedua tangan dan
kepala. Data subjektif yang didapatkan adalah pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-
tusuk dan pusing dan data objektif wajah pasien tampak meringis, vital sign denyut
nadi 96 kali/menit, tekanan darah : 120/90 mmHg, pernafasan 24 kali/menit dan suhu
37,5ºC.
Diagnosa yang kedua yaitu kerusakan integritas kulit berhubungan dengan post
operasi luka bakar. Data subjektif yang didapat kan pasien mengatakan luka bakar pada
area kedua tangan dan kepalanya segera dioperasi dan data objektif tampak kepala dan
tangan terbalut perban, luas luka bakar pada kedua tangan 18% dan kepala 4,5%, wajah
tampak meringis, vital sign denyut nadi 96 kali/menit, tekanan darah : 120/90 mmHg,
Diagnosa yang ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik yang disebabkan oleh
nyeri. Data subjektif yang penulis temukan pasien mengatatakan sulit untuk
42
menggunakan kedua tangannya karena akan terasa sangat nyeri apabila digerakkan dan
pasien mengatakatan pusing, data objektif pasien tampak lemah dan dibantu keluarga
dalam pemenuhan aktivitasnya, vital sign denyut nadi 96 kali/menit, tekanan darah :
3. Intervensi Keperawatan
berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada
teori dapat ditegakkan pada tinjauan kasus karena rencana tindakan pada tinjauan
kasus disesuaikan dengan keluhan dan keadaan klien, untuk Tn.A yaitu : Untuk
diagnosa pertama nyeri akut disebabkan luka post operasi luka bakar di tandai
dengan pasien tampak meringis. Rencana tindakan yang dilakukan kepada klien yaitu
identifikasi respon nyeri non verbal, identifikasi faktor yang memperberat dan
Untuk diagnosa kedua kerusakan integritas kulit disebabkan luka post operasi
luka bakar. Rencana tindakan yang akan dilakukan kepada Tn. A yaitu monitor
lepaskan balutan dan plaster secara perlahan, bersihkan dengan NACL atau
pembersih nontoksik, bersihkan jaringan nekrotik, berikan salep yang sesuai dengan
luka/lesi, pasang balutan sesuai jenis luka, pertahankan teknik steril saat perawatan
43
luka, ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan drenase, jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam atau sesuai dengan kondisi pasien, jelaskan tanda dan gejala
infeksi.
luka post operasi di tandai dengan pasien nyeri saat bergerak. Rencana tindakan yang
akan dilakukan kepada Tn. A yaitu identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
pergerakan.
4. Implementasi Keperawatan
Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan tang telah disusun pada
dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan kepada pasien terlebih dahulu melakukan
pendekatan kepada pasien dan keluarga pasien agar tindakan yang akan diberikan
dapat disetujui pasien dan keluarga pasien, sehingga seluruh rencana tindakan asuhan
Untuk diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi luka
bakar di tandai dengan pasien tampak meringis, implementasi yang penulis lakukan
44
Untuk diagnosa kedua kerusakan integritas kulit disebabkan oleh post operasi
luka bakar, implementasi yang penulis lakukan kepada Tn. A yaitu monitor
melepaskan balutan dan plaster secara perlahan, membersihkan dengan NACL atau
sesuai dengan luka, memasang balutan sesuai jenis luka, mempertahankan teknik
steril saat perawatan luka, mengganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat,
menjadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai dengan kondisi pasien.
Untuk diagnosa ketiga hambatan mobilitas fisik disebabkan oleh nyeri luka
post operasi di tandai dengan pasien nyeri saat bergerak, implementasi yang penulis
gerak aktif dan pasif, menjelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur sebelum
fisioterapi untuk latihan fisik klien, menganjurkan membatasi gerak pada area
cedera.
45
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah nyeri akut pada kasus Tn. A dengan luka
bakar selama tiga hari diperoleh hasil: 1) pasien mengetahui penyebab nyeri; 2)
pasien belum mampu melakukan teknik nafas dalam; 3) pasien mengatakan nyeri
belum berkurang; dan 4) pasien sudah mengetahui skala nyeri dan tanda nyeri.
Hasil evaluasi ini menyimpulkan bahwa masalah nyeri akut pada Tn. A belum
dengan luka bakar selama tiga hari rawatan diperoleh hasil: 1) perfusi jaringan
mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit. Hasil evaluasi ini
menyimpulkan bahwa masalah kerusakan integritas kulit pada Tn. A sudah teratasi
Evaluasi terhadap masalah hambatan mobilitas fisik pada kasus Tn. A dengan
luka bakar selama tiga hari rawatan diperoleh hasil: 1) pasien belum mampu
melakukan aktivitas fisik seperti mandi; dan 2) pasien mengatakan nyeri berkurang
sedikit dan masih merasa lemah. Hasil evaluasi ini menyimpulkan bahwa masalah
hambatan mobilitas fisik pada Tn. A sudah teratasi sebahagian dan tindakan tetap
dilanjutkan.
B. Pembahasan
1. Pengkajian
46
Keluhan utama pada kasus Tn. A adalah nyeri pada bagian post operasi luka
bakar seperti ditusuk, pusing dan kerusakan integritas kulit. Pengkajian keluhan
saat ini juga diketahui bahwa nyeri semakin parah saat beraktivitas dengan skala 5.
Keluhan yang dialami oleh Tn. A ini sejalan dengan gejala dan tanda dari penyakit
luka bakar seperti yang dikemukakan oleh Anggowarsito (2014), yaitu manifestasi
klinis pada luka bakar sangat khas berupa keluhan nyeri, kerusakan yang terjadi di
permukaan kulit, kulit akan tampak kemerahan, tidak atau ada timbul bulla sesuai
derajat luka, oedem. Lebih lanjut Price A (2014) mengatakan bahwa berbagai
reaksi nyeri pada luka bakar tergantung pada derajat luka bakar seperti derajat
pertama secara ektren sensitive untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, dan pada
perubahan suhu, luka bakar ketebalan sedang derajat dua sangat nyeri, sementara
respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung
saraf.
Keluhan kerusakan integritas kulit pada kasus Tn. A dengan luka bakar
menurut Adibah dan Winasis (2014) disebabkan karena luka bakar bisa merusak
kulit yang berfungsi melindungi kita dari kotoran dan infeksi. Jika banyak
permukaan tubuh terbakar, hal ini bisa mengancam jiwa karena terjadi kerusakan
Selanjutnya pada kasus Tn. A dengan luka bakar juga adanya keluhan bahwa
nyeri yang timbul pada pasien post operasi luka bakar semakin parah saat
beraktivitas. Hal ini menurut Tiwari (2012) disebabkan karena pada pasien luka
47
bakar panas yang mengenai tubuh tidak hanya mengakibatkan kerusakan lokal
keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit, gangguan masa otot, dan
kondisi ini semakin parah untuk meningkatkan dan menimbulkan nyeri (Price A,
2014).
Pengkajian riwayat kesehatan masa lalu pada kasus Tn. A dengan luka bakar
diperoleh informasi bahwa pasien tidak memiliki riwayat luka bakar sebelumnya
dan tidak memiliki riwayat penyakit lain. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan
oleh Ariningrum dan Subandono (2018), yaitu terdapat hubungan yang positif
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga pada kasus Tn. A dengan luka bakar
diketahui bahwa tidak ada nggota keluarga yang mengalami riwayat luka bakar
namun ayahnya penderita hipertensi dan perokok aktif. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikatakan oleh Price A (2014) bahwa tidak terdapat korelasi kasus
Pengkajian pola kebiasaan sehari-hari pada kasus Tn. A dengan luka bakar
diketahui bahwa seluruh kebutuhan pasien selama sakit dan dirawat di bantu oleh
keluarga. Kondisi ini disebabkan karena Tn. A merasa keterbatasan gerak, dan
48
timbul nyeri pada area luka jika terlalu banyak aktivitas. Pernyataan yang sama
juga dikemukakan oleh Fatah (2019), yaitu klien dengan luka bakar biasanya
nampak kulit tidak utuh, letih dan lesu, klien nampak bedrest, mengalami
Pemeriksaan fisik khusus pada kasus Tn. A dengan luka bakar ditemukan
total luas luka bakar pasien pada kedua tangan 18% dan pada area kepala 4,5 % dan
saat ini area luka bakar pasien terbalut perban. Hasil pemeriksaan fisik ini sejalan
karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda.
Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab (etiologi) dan anatomi luka bakar.
kasus Tn. A dengan luka bakar sepenuhnya dibantu oleh keluarga. Hasil tersebut
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Doengoes. (2000), yaitu pada pasien
dengan luka bakar ditemukan adanya gejala pasien biasanya nampak kulit tidak
utuh, letih dan lesu, klien nampak bedrest, mengalami penurunan massa dan
kekuatan otot sehingga apabila seorang mengalami luka bakar akan sangat
mempengaruhi sistem muskuloskeletal dimana pula nyeri berat yang tiba – tiba atau
pada kasus Tn. A dengan luka bakar ditemukan kadar haemoglobin 10,8
49
haematokrit 32 dan eritrosit 3,9. Hal ini sejalan dengan teori sel darah putih
biasanya meningkat pada pasien luka bakar akibat respons terhadap kondisi akut
yang terjadi atau disebabkan oleh infeksi. Kadar hemoglobin dan hematokrit dapat
laboratorium darah lengkap pada pasien luka bakar sangat penting untuk dilakukan
(Rismala, 2014).
2. Diagnosa Keperawatan
Analisa data pada kasus Tn. A dengan luka bakar diperoleh diagnosa
mobilitas fisik. Ketiga diagnosa keperawatan ini sesuai dengan yang dikemukakan
Diagnosa keperawatan nyeri akut pada kasus Tn. A dengan luka bakar
muncul didukung dengan data 1) pasien mengeluh nyeri seperti ditusuk; 2) nyeri
semakin parah saat beraktivitas; 3) nyeri berada pada skala 5; 5) wajah meringis; 6)
Diagnosa keperawatan nyeri dada akut pada Tn. A ini sejalan dengan yang
emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau
for the Study of Pain); tiba-tiba atau lambat mulai dari intensitas apa saja dari
ringan ke berat dengan akhir yang diantisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi
50
nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu
makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri
dan diaforesis .
bakar didukung data, yaitu 1) pasien mengeluh nyeri seperti ditusuk; 2) nyeri
semakin parah saat beraktivitas; 3) nyeri berada pada skala 5; 5) wajah meringis; 6)
luasa area luka bakar pasien kedua tangan 18% dan kepala 4,5%; 10) area luka
bakar ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh NANDA International Nursing
Batasan karakteristik: nyeri akut, gangguan integritas kulit, kemerahan, area panas
dengan luka bakar didukung oleh data, yaitu 1) nyeri saat beraktivitas; 2) pasien
pasien terbaring lemah. Diagnosa keperawatan ini juga sesuai dengan NANDA
mendefinisikan hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan gerakan fisik atau satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah. Hal ini terjadi dikarenakan pasien
yang mengalami luka bakar biasanya akan ikut terganggu sistem neurologis serta
pasien atau pasien harus dibantu dalam pemenuhan kebutuhannya. Faktor ini
penurunan kendali otot, serta penurunan massa otot pasien. Karakteristik diagnosa
3. Intervensi Keperawatan
(NOC) dan Nursing Interventions Classification (NIC) yang dikutip dari Herdman
dan kamitsuru (2018). Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri akut
pada Tn. A dengan luka bakar disusun dengan tujuan sesuai NOC, yaitu 1) pain
Level; 2) pain control; dan 3) comfort level. Indikator yang ditetapkan juga
mengacu pada NOC, yaitu 1) mampu mengontrol nyeri; 2) melaporkan bahwa nyeri
mengatasi masalah nyeri akut pada Tn. A dengan luka bakar juga disusun
berdasarkan NIC (lampiran 4). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui
bahwa tujuan, indikator dan rencana tindakan keperawatan yang disusun dalam
52
kasus Tn. A dengan luka bakar untuk mengatasi masalah nyeri akut tidak berbeda
pada Tn. A dengan luka bakar disusun dengan tujuan sesuai NOC, yaitu 1)
pada NOC, yaitu 1) integritas kulit yang baik bisa dipertahankan 2) perfusi jaringan
penurunan curah jantung pada Tn. A dengan luka bakar juga disusun berdasarkan
NIC (lampiran 4). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa tujuan,
indikator dan rencana tindakan keperawatan yang disusun dalam kasus Tn. A
dengan luka bakar untuk mengatasi masalah kerusakan integritas kulit tidak
berbeda dengan yang dikemukakan secara teoritis dalam NOC dan NIC .
mobilitas fisik pada Tn. A dengan luka bakar disusun dengan tujuan sesuai NOC,
Indikator yang ditetapkan juga mengacu pada NOC, yaitu 1) berpartisipasi dalam
mengatasi masalah hambatan mobilitas fisik pada Tn. A dengan luka bakar juga
disusun berdasarkan NIC (lampiran 4). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
53
diketahui bahwa tujuan, indikator dan rencana tindakan keperawatan yang disusun
dalam kasus Tn. A dengan luka bakar untuk mengatasi masalah hambatan mobilitas
fisik tidak berbeda dengan yang dikemukakan secara teoritis dalam NOC ) dan NIC
4. Implementasi Keperawatan
penulis lakukan selama 3 hari sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
disusun. Seluruh masalah keperawatan yang muncul pada kasus Tn. A dengan luka
Adapun masalah keperawatan yang penulis berikan tindakan selama Tn. A dirawat
adalah: 1) nyeri akut; 2) kerusakan integritas kulit; dan 3) hambatan mobilitas fisik.
Tindakan keperawatan untuk masalah nyeri akut pada Tn. A dengan luka
bakar yang penulis lakukan, dari 10 tindakan yang direncanakan sesuai dengan
untuk mengurangi faktor presipitasi nyeri; 6) mengkaji tipe dan sumber nyeri; 7)
menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa tindakan keperawatan yang
diberikan dalam kasus Tn. A dengan luka bakar untuk mengatasi masalah nyeri
akut tidak berbeda dengan yang dikemukakan secara teoritis dalam NIC .
dengan luka bakar yang penulis lakukan, dari 5 tindakan yang direncanakan sesuai
luka agar tetap bersih dan kering 2) memobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
dua jam sekali 3) memonitor kulit akan adanya kemerahan 4) memonitor aktivitas
dan mobilisasi pasien 5) memonitor status nutrisi pasien. Berdasarkan hal tersebut,
maka dapat diketahui bahwa tindakan keperawatan yang diberikan dalam kasus Tn.
A dengan luka bakar untuk mengatasi masalah kerusakan integritas kulit tidak
dengan luka bakar yang penulis lakukan, terdapat 7 tindakan yang direncanakan
membantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social 4) membantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti
55
kursi roda 5) membantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang 6)
hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa tindakan keperawatan yang diberikan
dalam kasus Tn. A dengan luka bakar untuk mengatasi masalah hambatan mobilitas
fisik tidak berbeda dengan yang dikemukakan secara teoritis dalam NIC . Akan
tetapi karena faktor kelemahan pasien, tidak semua tindakan dapat diberikan.
5. Evaluasi Keperawatan
dengan luka bakar didasarkan pada kriteria yang ditetapkan oleh NOC dari
Herdman (2018). Evaluasi terhadap masalah nyeri akut pada kasus Tn. A dengan
luka bakar selama tiga hari rawatan diperoleh hasil: 1) pasien mengetahui penyebab
mengatakan nyeri belum berkurang; dan 4) pasien sudah mengetahui skala nyeri
dan tanda nyeri. Hasil evaluasi ini menyimpulkan bahwa masalah nyeri akut pada
dengan luka bakar selama tiga hari rawatan diperoleh hasil: 1) perfusi jaringan
mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit. Hasil evaluasi ini
56
menyimpulkan bahwa masalah kerusakan integritas kulit pada Tn. A sudah teratasi
Evaluasi terhadap masalah hambatan mobilitas fisik pada kasus Tn. A dengan
luka bakar selama tiga hari rawatan diperoleh hasil: 1) pasien belum mampu
melakukan aktivitas fisik seperti mandi; dan 2) pasien mengatakan nyeri berkurang
sedikit dan masih merasa lemah. Hasil evaluasi ini menyimpulkan bahwa masalah
hambatan mobilitas fisik pada Tn. A sudah teratasi sebahagian dan tindakan tetap
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian.
Hasil pengkajian pada kasus Tn. A dengan luka bakar ditemukan data adanya
nyeri seperti ditusuk dan luas luka bakar di kedua tangan 18% dan kepala 4,5%,
nyeri semakin parah saat beraktivitas, tidak ada riwayat penyakit lain, seluruh
2. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan prioritas pada kasus Tn. A dengan luka bakar yang
(2018), yaitu 1) nyeri akut; 2) kerusakan integritas kulit; dan 3) hambatan mobilitas
fisik.
3. Rencana Keperawatan.
4. Tindakan Keperawatan.
Tindakan keperawatan pada kasus Tn. A dengan luka bakar secara umum
dapat dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun. Akan
56
58
tetapi ada beberapa tindakan yang tidak dapat dilaksanakan karena faktor kondisi
5. Evaluasi
dilakukan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh Nursing Outcomes
B. Saran
perawatan pada pasien luka bakar, agar lebih memahami dalam proses perawatan
2. Rumah Sakit.
asuhan keperawatan pada pasien luka bakar, agar lebih baik perawat yang
3. Penulis.
keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien luka bakar sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh NANDA, NOC dan NIC.
50