Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Kulit atau sistem integumen adalah organ tubuh yang paling luas.
Komposisi kulit mempunyai berat 1/6 dari total berat badan. Integumen
merupakan barier pelindung terhadap organisme penyebab penyakit; organ
sensori untuk nyeri, suhu dan sentuhan; serta dapat mensintesis vitamin D.
Cedera pada integumen beresiko terhadap keselamatan tubuh dan merangsang
respon penyumbuhan yang kompleks. Pengetahuan tentang pola normal
penyembuhan luka dapat membantu perawat mengenali berbagai perubahan
yang memerlukan intervensi. Luka bakar merupakan salah satu jenis luka
yang membutuhkan perhatian serius dari perawat (Potter dan Perry, 2005).
Setiap individu memiliki resiko mengalami luka bakar dengan tingkat
keparahan yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena tingginya interaksi
manusia dengan penyebab luka bakar (panas tinggi). Luka bakar merupakan
bentuk traumatis dengan luka yang unik dan dapat menimbulkan jaringan mati
(eskar) yang menetap pada lokasi dalam jangka waktu lama. Penyebab luka ini
misalkan terbakar api, terkena benda-benda panas, air panas, minyak yang
panas, ledakan, bahan kimia (asam kuat atau basa kuat), listrik dan radioaktif.
Akibat luka bakar tersebut, tubuh kehilangan barier perlindungan terhadap
infeksi, hilangnya cairan tubuh, berkurangnya pengontrolan temperatur, dan
rusaknya kelenjar keringat dan sebasea (Rospa, 2009).

Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat
setiap tahunnya. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penanganan
rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12.000 orang
meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang
berhubungan dengan luka bakar. Satu juta hari kerja hilang setiap tahunnya
karena luka bakar. Lebih dari separuh kasus-kasus luka bakar yang dirawat di
rumah sakit seharusnya dapat dicegah. Perawat dapat memerankan peran
sebagai pendidik dalam pencegahan dan penatalaksanaan pasien luka bakar
(Brunner dan Suddarth, 2002).
The National Institute Of Burn Medicine yang mengumpulkan datadata statistik dari berbagai pusat luka bakar di seluruh Amerika Serikat
mencatat bahwa sebagian besar pasien (75%) merupakan korban perbuatan
mereka sendiri. Cobb, Maxwell dan Silverstain (1992), menemukan bahwa
sekitar 13% pasien luka bakar yang dirawat di rumah sakit atau pun anggota
keluarganya sudah pernah dirawat sebelumnya karena luka bakar. Perawat
harus

berperan dalam

memutuskan

mata

rantai

ini

(Brunner dan

Suddarth, 2002).
Menurut Mansjoer (2008), prognosis dan penanganan luka bakar
tergantung pada kedalaman dan luasnya permukaan luka bakar; dan
penanganan sejak awal hingga penyembuhan. Faktor letak daerah yang
terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan
prognosis luka bakar, misalnya luka bakar pada daerah perineum, ketiak,
leher, dan tangan sulit dalam perawatannya. Untuk mencegah prognosis

memburuk, maka perawat harus menyusun suatu asuhan keperawatan yang


mampu mengatasi setiap diagnosis keperawatan yang muncul baik yang
bersifat aktual maupun potensial.
Pengetahuan perawat terhadap penanganan luka bakar merupakan hal
yang sangat diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan untuk menangani
setiap diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien luka bakar. Perawat
membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses
penyembuhan. Pada proses penyembuhan luka bakar, perawat bertanggung
jawab untuk melakukan perawatan luka secara intensif, mengkompensasi
kekurangan volume cairan yang timbul, mengatasi nyeri, serta mengurangi
ansietas klien (Rospa, 2009).
Menurut data di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu (2011), terdapat
15 orang pasien luka bakar yang dirawat selama tahun 2010, dan selama tahun
2011 ini baru terdapat satu orang pasien luka bakar yang dirawat. Jumlah ini
relatif sedikit, sehingga ada kemungkinan perawat tidak memiliki pengetahuan
dan pengalaman yang memadai tentang perawatan luka bakar, atau hanya
terdapat segelintir perawat saja yang memiliki pengalaman dalam penanganan
luka bakar. Observasi peneliti selama melakukan praktek di Ruangan Garuda
dan Kenari, memperlihatkan bahwa hanya ada beberapa orang perawat saja
yang melakukan peranannya sebagai pemberi perawatan dan pendidik dalam
merawat pasien luka bakar.

Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2008), membedakan


adanya 3 area atau domain prilaku yaitu kognitif (pengetahuan), afektif dan
psikomotor. Menurut Nursalam (2009), kualitas sumber daya keperawatan
ditentukan oleh tingkat pendidikannya, untuk itu pendidikan keperawatan
perlu dilaksanakan secara terpadu. Benner (1984) dalam Potter dan Perry
(2005) menuliskan pula bahwa tingkat kompetensi perawat untuk memahami
konteks dari situasi klinis hanya datang dari pengalaman. Pengalaman dapat
menambah dan memperkaya pengetahuan yang sebelumnya telah diperoleh
dari proses pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk
mengangkat judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
Perawat Tentang Perawatan Luka Bakar di Ruangan Garuda dan Kenari RSU
Anutapura Palu.
B.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor
apakah yang mempengaruhi tingkat pengetahuan perawat tentang perawatan
luka bakar di Ruangan Garuda dan Kenari RSU Anutapura Palu?"

C.

Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan perawat tentang perawatan luka bakar di Ruangan Garuda
dan Kenari RSU Anutapura Palu.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap pengetahuan
perawat tentang perawatan luka bakar di Ruangan Garuda dan Kenari
RSU Anutapura Palu.
b. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja terhadap pengetahuan
perawat tentang perawatan luka bakar di Ruangan Garuda dan Kenari
RSU Anutapura Palu.
D.

Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit.
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi terhadap
pengetahuan perawat di Ruangan Garuda dan Kenari tentang perawatan
luka bakar.
2. Bagi Institusi
Bagi institusi diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi
pengetahuan dan sebagai bahan perbandingan dengan peneliti lain.
3. Bagi Peneliti
Bagi peneliti merupakan sumber untuk menambah khazanah
pengetahuan, wawasan dan pengalaman agar dapat menjadi seorang
perawat profesional.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN


PERAWAT TENTANG PERAWATAN LUKA BAKAR DI
RUANGAN GARUDA DAN KENARI
RSU ANUTAPURA PALU

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar
Ahli Madya Keperawatan

Disusun oleh:

MOHAMAD NUR SY. IMPONGO

NIM: 09408089

YAYASAN PENDIDIKAN JUSTITIA KELUARGA BESAR


PEMUDA JUSTITIA SULAWESI TENGAH
AKADEMI KEPERAWATAN JUSTITIA PALU
2011
6

Anda mungkin juga menyukai