LUKA BAKAR
Dosen Pembimbing :
Andikawati,S.Kep.,Ns. M.Kep
PRODI S1 KEPERAWATAN
2018
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar”. Makalah ini diajukan untuk melengkapi
tugas mata kuliah Keperawatan Keperawatan Medikal Bedah III. Shalawat dan salam semoga
tercurah pula kepada Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................I
DAFTAR ISI..............................................................................................................II
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar belakang...................................................................................................1
2.1 Rumusan masalah.............................................................................................2
3.1 Tujuan...............................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN TEORI........................................................................................4
2.1 Definisi luka bakar............................................................................................3
2.2 Etiologi luka bakar............................................................................................3
2.3 Patofisiologi luka bakar....................................................................................5
2.4 Manisfestasi klinis luka bakar...........................................................................6
2.5 Penatalaksaan luka bakar..................................................................................9
2.6 Health education luka bakar............................................................................12
2.7 Asuhan keperawatan luka bakar.....................................................................13
BAB 3 APLIKASI KASUS.......................................................................................20
3.1 Pengkajian.......................................................................................................20
3.2 Diagnosa..........................................................................................................23
3.3 Intervensi.........................................................................................................24
3.4 Implementasi dan evaluasi..............................................................................27
BAB 4 PEMBAHASAN JURNAL...........................................................................29
4.1 Ulasan Judul....................................................................................................29
4.2 Pembahasan Jurnal..........................................................................................29
BAB 5 PENUTUP.....................................................................................................32
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................32
5.2 Penutup...........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
keamanan diri sendiri dan juga akan dapatt berpengaruh dengan menurunnya angka
kematian akibat luka bakar
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi luka balar
1.3.2 Mengetahui etiologi luka bakar
1.3.3 Mengetahui patofisiologi luka bakar
1.3.4 Mengetahui manifestasi klinis luka bakar
1.3.5 Mengetahui bagaimana penatalaksaan pada pasien luka bakar
1.3.6 Mengetahui bagaimana HE untuk pasien luka bakar
1.3.7 Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien luka bakar
5
BAB 2
TINJUAN TEORI
Luka bakar kimia disebabkan oleh kontak kulit langsung dengan asam,
agens alkali (basa), atau senyawa organik lebih dari 25.000 produk yang
ditemukan dirumah atau tempat kerja dapat menyebabkan luka bakar kimia.
Bakan kimia merusak protein jaringan sehingga menyebabkan nekrosis. Luka
bakar yang disebabkan oleh alkali (seperti cairan alkali) lebih sulit dinetralkan
6
dibandingkan luka Bakar yang disebabkan oleh asam. Luka bakar tersebut
juga cenderung mengelami penetrasi yang lebih dalam dengan luka bakar yang
sama lebih berat dibandingkan dari asam. Luka bakar senyawa organik, seperti
akibat hasil sulingan minyak tanah mengakibatkan kerusakan kutan melalui
kerja pelarut lemak dan juga dapat menyebabkan gagal ginjal dan hati jika
diserap.
7
tersebut menghambat upaya pernafasan kontak dan menyebabkan henti napas.
Kontraksi juga menyebkan individu mematikan sumber daya listrik (seperti
kebel listrik) sehingga meningkatkan durasi kontak dengan sumber. Arus
searah, seperti pada cedera akibat tersambar petir, memjankan tubuh ke
voltase yang tinggi selama periode waktu seketika itu juga. Cedera voltase
tinggi ( tersambar petir) biasanya menimbulkan pintu masuk dan keluar luka.
Efek aliran listrik, suatu fenomena unik pada cedera akibat tersambar petir,
sebenarnya menyelamatkan pasien dari kematian. Hal ini tampak pada contoh
ketika arus listrik mengalir pada permukaan kulit yang lembab. Henti jantung-
paru adalah penyebab kematian yang paling umum akibat tersambar petir.
8
serta dermis sehingga terjadi cedera derajat- tiga ( fullthickness injury ). Pajanan
selama 15 menit dengan air panas yang suhunya sebesar 56,10C mengakibatkan
cedera full-thickness yang serupa. Suhu yang kurang dari 440C dapat ditoleransi
dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor
inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum,
gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar
bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan
ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar
menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan
hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme. (Musliha, 2010)
9
4) Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit
normal
10
Gambar 2. Luka bakar derajat II (dalam)
11
4) Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat
dan luasnya luka.
5) Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
2.4.2.2 Luka bakar moderat
1) Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-
anak
2) Luka bakar fullthickness lebih dari 10%
3) Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum
2.4.2.3 Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak
(1992) adalah :
1) Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari
10% pada anak-anak
2) Luka bakar fullthickness kurang dari 2%
3) Tidak terdapat luka bakar didaerah wajah, tangan,dan kaki
4) Luka tidak sirkumfer
5) Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
12
c. Kaji kelancaran jalan napas korban, beri bantuan pernapasan (life support)
dan oksigen jika diperlukan.
d. Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang bersuhu
20 oC (suhu air yang terlalu rendah akan menyebabkan hipotermia) selama
15-20 menit segera setelah terjadinya luka bakar (jika tidak ada masalah
pada jalan napas korban).
e. jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban dengan air
sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan zat kimia dari tubuh korban.
f. Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar dan cedera
lain yang menyertai luka bakar.
g. Segera bawa penderita ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut
(tutup tubuh korban dengan kain/kasa yang bersih selama perjalanan ke
rumah sakit).
2.5.2 Penanganan pertama luka bakar di unit gawat darurat
a. Penilaian keadaan umum klien. Perhatikan A: Airway (jalan napas); B:
Breathing (pernapasan); C: Circulation (sirkulasi).
b. Penilaian luas dan kedalaman luka bakar.
c. Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara (kemungkinan klien mengalami
trauma inhalasi).
d. Kaji adanya edema saluran pernapasan (mungkin klien perlu dilakukan
intubasi atau trakheostomi).
e. Kaji adanya faktor-faktor lain yang memperberat luka bakar seperti adanya
fraktur, riwayat penyakit sebelumnya (seperti diabetes, hipertensi, gagal
ginjal, dll) dan penyebab luka bakar karena tegangan listrik (sulit diketahui
secara akurat tingkat kedalamannya).
f. Pasang infus (IV line). Jika luka bakar > 20% derajat II/III biasanya
dipasang CVP (kolaborasi dengan dokter).
g. Pasang kateter urine.
h. Pasang nasogastrik tube (NGT) jika diperlukan.
i. Beri terapi cairan intra vena (kolaborasi dengan dokter). Biasanya
diberikan sesuai formula Parkland yaitu 4 ml/kg BB/ % luka bakar pada 24
jam pertama. Pada 8 jam I diberikan ½ dari kebutuhan cairan dan pada 16
jam II diberikan sisanya (disesuaikan dengan produksi urine tiap jam
13
j. Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan . pada klien yang mengalami trauma
inhalasi/gangguan sistem pernapasan dapat dilakukan nebulisasi dengan
obat bronkodilator
k. Periksa lab darah.
l. Berikan suntikan ATS/Toxoid
m. Perawatan luka
n. Pemberian obat-obatan (kkolaborasi dengan dokter); analgetik, antibiotik
dll.
o. Mobilisasi secara dini (range of motion).
p. Pengaturan posisi.
14
17) Observasi letak tube (ETT) setiap shift.
18) Observasi terhadap aspirasi cairan lambung.
19) Periksa lab darah: elektrtolit, ureum/creatinin, AGD, protein (albumin),
gula darah (kolaborasi dengan dokter).
20) Perawatan luka bakar sesuai protokol rumah sakit.
21) Pemberian medikasi sesuai dengan petunjuk dokter.
2.5.4 Penanganan klien luka bakar di unit perawatan luka bakar
a. Klien luka bakar memerlukan waktu perawatan yang lama karena proses
penyembuhan luka yang lama terlebih pada klien dengan luka bakar yang
luas dan dalam.
b. Tindakan perawatan yang utama dalam merawat klien di unit luka bakar
yaitu perawatan luka, pengaturan posisi, pemenuhan kebutuhan nutrisi
yang adekuat, pencegahan komplikasi dan rehabilitasi.
c. Perawatan luka bakar ada dua yaitu perawatan terbuka dan perawatan
tertutup. Perawatan terbuka yaitu perawatan tanpa menggunakan balutan
setelah diberi obat topikal. Perawatan tertutup dengan menggunakan
balutan gaas steril setelah diberikan obat topikal atau tulle yang
mengandung chlorhexidine 0,05%, gaas lembab (moist) dengan NaCl
0,9% dan gaas kering. Penggunaan obat topikal disesuaikan dengan
kedalaman luka bakar. Luka bakar grade II superficial menggunakan
chlorampenicol zalf mata, sedangkan luka bakar grade II dalam dan grade
III menggunakan SSD.
2.5.5 Hal-hal yang perlu diketahui dalam perawatan luka bakar:
a. Anatomi dan fisiologi kulit.
b. Pathofisiologi luka bakar.
c. Prinsip-prinsip penyembuhan luka.
d. Prinsip-prinsip pengontrolan infeksi (Universal precaution: teknik cuci
tangan bersih, penggunaan handschoen, masker, topi, baju steril; teknik
bersih dan aseptik).
e. Faktor-faktor penyebab infeksi.
f. Cara mengatasi nyeri.
g. Selain hal-hal di atas, perlu juga diperhatikan teknik memandikan pasien
luka bakar.
15
2.6 Health Education luka bakar
Pencegahan tetap menjadi tujuan utama. Denngan meningkatkan perhatian
masyarakat terhadap promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, profesi
keperawatan sekarang berda dalam posisi yang baik utuk berkolaborasi dengan
disiplin lain guna mengembangkan inisiatif untuk mengurangi jumlah cedera luka
bakar. Misalnya, sebagai advokat pasien, perawat dapat memperingatkan pemimpin
politik tenntang kebutuhan untuk mengeluarkan undang-undang yang tepat dapat
berpusat pada keselamatan di tempat kerja (mis., kebutuhan alarm asap dan sistem
penyiram), dijalan raya (mis, peraturan tentang transportasi cairan yang mudah
terbakar), dan di rumah (mis, kebutuhan untuk alat keselamatan pada pemanas air
ddan tungku kayu, dan pada rokok yang paadam sendiri). Sebagai pendidik, perawat
dapat menyusun rencana penyuluhan untuk keluarga dan komunitas guna
meningkaatkan kesadaran akan masalah. Sebagai peneliti perawat dapat menyelidiki
kondisi yang memungkinkan terjadinya cedera luka bakar dan menyarankan metode
untuk mengurangi prevalensinya. Dengan bekerja ssama sebagai pembuat kebijakan
layanan kesehatan dan pemimpin komunitas, perawat dapat iku serta dalam upaya
untuk mengurangi jumlah kasus luka bakar tahunan.
2.7 Asuhan Keperawatan Luka Bakar
2.7.1 Pengkajian
2.7.1.1 Aktifitas/istirahat:Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan
rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
2.7.1.2 Sirkulasi:Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT):
hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang
cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih
dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok
listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
2.7.1.3 Integritas ego:Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan,
kecacatan. Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal,
menarik diri, marah.
2.7.1.4 Eliminasi:Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat;
warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi
cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada
16
luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
2.7.1.4 Makanan/cairan:Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia;
mual/muntah.
2.7.1.5 Neurosensori:Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi;
afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera
ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan
retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran
timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf
2.7.1.6 Nyeri/kenyamanan:Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat
pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara
dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat
nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua
tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
2.7.1.7 Pernafasan:Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel
karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan
sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas
pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii
(obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi
nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan
nafas dalam (ronkhi).
2.7.1.8 Keamanan:Tanda:
a. Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti
selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler
pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan
pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung
sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
b. Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn
dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar.
Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah;
lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar
nasal.
17
c. Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit
mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak
halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera
secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan
kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
d. Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di
bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka
aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada
proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan
pakaian terbakar.
e. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor,
kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).
2.7.1.9 Pemeriksaan diagnostik:
a. LED: mengkaji hemokonsentrasi.
b. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia.
Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan
dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan
henti jantung.
c. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
d. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
e. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
f. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
g. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun
pada luka bakar masif.
h. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
18
19
2.7.3 Intervensi
20
mempertahankan berat
badan jauh dari linen
temapat tidur terhadap luka
dan menuurnkan pemajanan
ujung saraf pada aliran
udara.
4. Menghilangkan tekanan
pada tonjolan tulang
dependen. Dukungan
adekuat pada luka bakar
selama gerakan membantu
meinimalkan
ketidaknyamaan.
Kerusakan integritas Tujuan : setelah dilakukan 1. Kaji/catat ukuran, warna, 1. Memberikan informasi
kulit b/d kerusakan tindakan keperawatan selama kedalaman luka, perhatikan dasar tentang kebutuhan
permukaan kulit 1x24 jam diharapkan kerusakan jaringan nekrotik dan kondisi penanaman kulit dan
sekunder destruksi integritas kulit yang terjadi pada sekitar luka. kemungkinan petunjuk
lapisan kulit. klien dapat sembuh: 2. Lakukan perawatan luka bakar tentang sirkulasi pada aera
yang tepat dan tindakan kontrol graft.
Kriteria hasil:
infeksi. 2. Menyiapkan jaringan untuk
1. Mencapai penyembuhan
3. Pertahankan penutupan luka sesuai penanaman dan menurunkan
tepat waktu pada area luka
indikasi. resiko infeksi/kegagalan
21
bakar 4. Tinggikan area graft bila kulit.
mungkin/tepat. Pertahankan posisi 3. Kain nilon/membran silikon
yang diinginkan dan imobilisasi mengandung kolagen
area bila diindikasikan. porcine peptida yang
5. Pertahankan balutan diatas area melekat pada permukaan
graft baru dan/atau sisi donor luka sampai lepasnya atau
sesuai indikasi. mengelupas secara spontan
6. Cuci sisi dengan sabun ringan, kulit repitelisasi
cuci, dan minyaki dengan krim, 4. Menurunkan pembengkakan
beberapa waktu dalam sehari, /membatasi resiko
setelah balutan dilepas dan pemisahan graft. Gerakan
penyembuhan selesai. jaringan dibawah graft dapat
7. Lakukan program kolaborasi : mengubah posisi yang
mempengaruhi
- Siapkan / bantu prosedur bedah/balutan
penyembuhan optimal.
biologis.
5. Area mungkin ditutupi oleh
bahan dengan permukaan
tembus pandang tak reaktif.
6. Kulit graft baru dan sisi
donor yang sembuh
memerlukan perawatan
khusus untuk
22
mempertahankan
kelenturan.
7. Graft kulit diambil dari kulit
orang itu sendiri/orang lain
untuk penutupan sementara
pada luka bakar luas sampai
kulit orang itu siap ditanam.
23
BAB 3
APLIKASI KASUS
Contoh kasus
Seorang pasien bernama Tn. S berusia 27 tahun dengan BB 60 kg datang ke RSUA jam 11.00
pagi karena terkena ledakan tabung gas. Kejadian pasien terluka bakar pada jam 08.00.
Daerah luka bakar terjadi pada sebagian besar dada klien yang meliputi dada dan daerah
abdomen ( Nilai : 18%). Keluhan utama klien saat datang ke RSUA merintih kesakitan.
Klien juga mengeluhkan sesak, batuk-batuk, serta klien merasa lemas. Sebelum kerumah
sakit klien berobat kedokter umum. Pemeriksaan TTV TD: 100/70 mmHg, Nadi: 110x/mnt,
S: 36,8oC, RR: 29x/menit, TB: 165 cm, BB: 60 kg
3.1 Pengkajian
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal masuk : 31 Maret 2018
Usia : 27 tahun
Status perkawinan : Menikah
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan : Tamat SMP
3.1.1 RIWAYAT KEPERAWATAN:
3.1.1.1 Keluhan Utama: Klien merintih kesakitan pada daerah dada karena luka bakar 3
jam sebelum MRS.
3.1.1.2 Riwayat Penyakit Sekarang: 3 jam sebelum masuk RSUA, Tn. S menderita luka
bakar karena terkena ledakan tabung gas elpiji . Tn. S tidak memiliki riwayat
Diabetes dan hipertensi. Kesadaran composmentis, TD: 100/70 mmHg, Nadi:
110x/mnt, S: 36,8oC, RR: 29x/menit, TB: 165 cm, BB: 60 kg
3.1.1.3 Riwayat Penyakit Dahulu: Tn.S mengatakan belum pernah mempunyai riwayat
masuk rumah sakit/operasi di RS sebelumnya. Riwayat Diabetes Melitus tidak ada
dan Hipertensi tidak ada.
3.1.1.4 Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada riwayat DM, hipertensi, asma, TBC
24
3.1.2 PEMERIKSAAN FISIK:
3.1.2.1 Status Generalis
KeadaanUmum : Tampak sakitberat
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 110x/mnt, reguler
Suhu : 36,8oC
Pernapasan : 29x/menit
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 60 kg
3.1.2.2 Kelenjar Getah Bening
Submandibula : tidak teraba
Leher : tidak teraba
Supraklavikula : tidak teraba
Ketiak : tidak teraba
Lipat paha : tidak teraba
3.1.2.3 Kepala
Ekspresi wajah : menyeringai, menahan sakit
Rambut : hitam
Simetri muka : simetris
3.1.2.4 Leher
Tekanan vena Jugularis (JVP) : 2-5 cmH2O
Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe : tidak taraba membesar
3.1.2.5 Dada
Bentuk : simetris
Pembuluh darah : tidak tampak
Retraksi sela Iga : (-)
3.1.2.6 Perut
Inspeksi : datar, tidak ada ascites
3.1.2.7 Punggung
Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian dada (18%). Warnanya merah,
keabu-abuan, sedikit tampak cairan
25
3.1.3 ANALISA DATA
DO:
1. Ekspresi pasien
meringis
2. Gelisah
3. Luka pada dada dan
perut
3. DS : Pasien mengatakan Ledakan gas intregitas kulit
mengalami luka bakar
akibat ledakan GAS
Luka bakar
DO : luka bakar yang
terjadi pada pasien
didaerah dada dan perut Kerusakan kulit
sekitar 18%
3.2 Diagnosa Keperawatan
26
3.2.1 Defisit volume cairan b.d banyaknya penguapan/cairan tubuh yang keluar
3.2.2 Nyeri akut b.d luka bakar pada daerah dada dan abdomen
3.2.3 Integritas kulis b.d akibat luka bakar
27
3.3 Intervensi Keperawatan
28
3. Integritas kulis Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1. Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka,
waktu 1 x 24 jam pemulihan integritas kulit perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar
Kretia hasil luka.
1. Integritas kulit 2. Lakukan perawatan luka bakar yang tepat dan
2. Penebalan kulit tindakan kontrol infeksi.
3. Eritema 3. Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi.
4. Jaringan parut 4. Tinggikan area graft bila mungkin/tepat.
Pertahankan posisi yang diinginkan dan
imobilisasi area bila diindikasikan.
5. Pertahankan balutan diatas area graft baru
dan/atau sisi donor sesuai indikasi.
6. Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan minyaki
dengan krim, beberapa waktu dalam sehari,
setelah balutan dilepas dan penyembuhan selesai.
7. Lakukan program kolaborasi: Siapkan/ bantu
prosedur bedah/balutan biologis.
29
3.4 Implementasi dan evaluasi
30
4. Menggunakan pendekatan multi
disiplin untuk manajemen nyeri,
sesuai
Respon:respon pasien baik dan
mengikuti perintah perawat
Integritas kulit 20/09/2018 1. Mengkaji/catat ukuran, warna, S: Klien mengatakan lukanya sudah mulai
13.00-14.00 kedalaman luka, perhatikan jaringan kering
nekrotik dan kondisi sekitar luka. O: Turgor kulit baik, klien tampak lebih
2. Melakukan perawatan luka bakar rileks,
yang tepat dan tindakan kontrol A: Masalah teratasi
infeksi.
P: Intervensi dihentikan
3. Mempertahankan penutupan luka
sesuai indikasi.
4. Meninggikan area graft bila
mungkin/tepat. Pertahankan posisi
yang diinginkan dan imobilisasi area
bila diindikasikan.
5. Mempertahankan balutan diatas area
graft baru dan/atau sisi donor sesuai
indikasi.
6. Mencuci sisi dengan sabun ringan,
cuci, dan minyaki dengan krim,
31
beberapa waktu dalam sehari, setelah
balutan dilepas dan penyembuhan
selesai.
7. melakukan program kolaborasi:
Siapkan/ bantu prosedur
bedah/balutan biologis.
Respon: respon pasien baik
32
BAB 4
PEMBAHASAN JURNAL
4.1 Ulasan Jurnal
Judul : Manajemen luka bakar dalam perawatan intensif dan akut
Penulis : Gabby Rowley-Conwy Staf perawat, Burn Unit, King
Abdulaziz Kota Medis, Riyadh, Arab Saudi. Surat menyurat ke:
rowleyconwyga@ngha.med.sa
Tahun : 2013
4.2 Pembahasan Jurnal
4.2.1 Latar Belakang: Pasien dengan luka bakar utama memerlukan perawatan
spesialis di pusat-pusat luka bakar, dengan mempertimbangkan respon
sistemik kompleks untuk luka bakar, menghindari komplikasi, perawatan
luka spesialis dan manajemen multidisiplin mendukung. Kadang-kadang,
pasien ini dapat dikelola dalam pengaturan lainnya, seperti departemen
darurat atau unit perawatan intensif umum dan daerah bangsal, misalnya
setelah ledakan atau bencana besar. Oleh karena itu, perawat umum
memerlukan pemahaman tentang kebutuhan yang kompleks pasien, dan
harus menyadari perkembangan terbaru dalam perawatan luka bakar dan
up-to-date bukti untuk memastikan praktek terbaik.
4.2.2 Metode: penilaian yang akurat dari kedalaman luka pada masuk adalah
penting untuk membimbing manajemen luka, dan penilaian ulang
diperlukan untuk memastikan perawatan luka yang tepat (Papini 2004).
luka bakar dapat diklasifikasikan sesuai dengan kedalaman luka (kotak 1),
dan manajemen akan berbeda-beda. jackson (1953) mengidentifikasi zona
yang berbeda dari luka bakar, yang menggambarkan bagaimana luka
seperti mengembangkan dan dapat memperdalam selama 48 jam pertama
setelah cedera
4.2.3 Hasil: Perawatan pernapasan cedera paru-paru dapat disebabkan oleh
cedera inhalasi atau respon sistemik ke luka bakar (ansermino dan
Hemsley 2004). jika pasien tidak diintubasi sebelum transfer ke pusat luka
bakar, pengamatan dari dekat diperlukan untuk mengidentifikasi risiko
apapun untuk jalan napas sebagai akibat dari edema, dan intubasi yang
cepat mungkin diperlukan (asosiasi bakar Inggris (BBA) 2004).
33
Perawatan kardiovaskular yang memadai, tepat waktu resusitasi cairan
sangat penting untuk menghindari kejutan bakar yang disebabkan oleh
hipovolemia dan dihasilkan dari kebocoran kapiler plasma dari sistem
intravaskular (Williams 2008a). dengan tidak adanya resusitasi cairan yang
memadai, tubuh mengkompensasi dengan mengurangi suplai darah ke
perut, kulit dan ginjal, menyebabkan hipoperfusi dan pendalaman luka
bakar.
Perawatan ginjal gagal ginjal akut mungkin hasil dari resusitasi cairan
yang tidak memadai dan hipoperfusi ginjal berikutnya, atau mungkin
terjadi kemudian sebagai akibat dari sepsis (ansermino dan Hemsley
2004). Pasien yang telah menderita cedera listrik tegangan tinggi juga
berisiko nekrosis tubular akut, sebagai molekul mioglobin besar
dibebaskan setelah cedera seperti itu dapat merusak tubulus ginjal halus
(Williams 2008b). Hemodialisis atau terapi penggantian ginjal terus
menerus mungkin diperlukan dan masukan nefrologi dini sangat
membantu.
Analgesia Nyeri akibat luka bakar akut dapat diklasifikasikan sebagai
nyeri prosedural dan nyeri latar belakang (Connor-ballard 2009a). nyeri
prosedural adalah nyeri jangka pendek biasanya parah yang disebabkan
oleh manipulasi luka bakar, seperti perubahan rias, debridement dan
pencangkokan kulit, dan terapi okupasi atau fisioterapi (musim panas et al
2007). nyeri latar belakang adalah jangka fisioterapi (musim panas et al
2007). nyeri latar belakang adalah jangka fisioterapi (musim panas et al
2007). nyeri latar belakang adalah jangka panjang konstan,, ringan sampai
sedang sakit intensitas, yang hadir ketika pasien sedang beristirahat.
Manajemen eritema Pasien dengan eritema yang luas kadang-kadang
dimasukkan ke pusat luka bakar, baik dengan cedera inhalasi bersamaan,
tapi minimal luka bakar kulit, atau untuk manajemen nyeri jangka pendek.
eritema tidak memerlukan dressing seperti kulit tidak rusak, tapi aplikasi
biasa dari krim emolien non-wangi atau salep dapat membantu untuk
mengurangi rasa sakit (Honari 2004).
Perawatan Luka penilaian yang akurat dari kedalaman luka pada masuk
adalah penting untuk membimbing manajemen luka, dan penilaian ulang
diperlukan untuk memastikan perawatan luka yang tepat (Papini 2004).
34
luka bakar dapat diklasifikasikan sesuai dengan kedalaman luka (kotak 1),
dan manajemen akan berbeda-beda. jackson (1953) mengidentifikasi zona
yang berbeda dari luka bakar, yang menggambarkan bagaimana luka
seperti mengembangkan dan dapat memperdalam selama 48 jam pertama
setelah cedera.
Manajemen luka bakar parsial-ketebalan Parsial-ketebalan luka bakar
biasanya tidak memerlukan intervensi bedah, namun parsial-ketebalan
yang mendalam luka bakar yang belum sembuh dalam waktu 21 hari harus
dinilai ulang dan mungkin memerlukan pembedahan untuk menghindari
jaringan parut yang signifikan (Papini 2004). manajemen blister tetap
menjadi isu perdebatan dalam perawatan luka bakar, namun blister
deroofing memastikan luka yang dapat dinilai dengan baik dan
memungkinkan kontak dari saus, dan setiap antimikroba, dengan
permukaan luka (Rowley-Conwy 2012).
Manajemen luka bakar ketebalan penuh awal eksisi bedah dari eschar
dari luka bakar ketebalan penuh, diikuti oleh penerapan split atau kulit
lembaran cangkok, dianjurkan (Papini 2004, Kowalske 2011). eksisi awal
dan pencangkokan kulit telah terbukti mengurangi tingkat kematian dan
infeksi, dan meningkatkan hasil fungsional dan kosmetik.
Perawatan psikososial intervensi psikologis yang kompleks tidak
diperlukan selama fase akut dari manajemen, sebagai kelangsungan hidup
pasien adalah prioritas. Namun, penjelasan yang jelas harus digunakan
oleh pengasuh menunjukkan arah pasien dan menjelaskan prosedur
(Wiechman dan Patterson 2004). penilaian psikologis dan psikiatris
intensif dan pengobatan mungkin diperlukan setelah pasien mampu
berkomunikasi dan memahami implikasi dari luka bakar, dan rujukan tepat
waktu untuk layanan ini sangat penting (Wiechman dan Patterson 2004).
4.2.4 Kesimpulan: tingkat kelangsungan hidup pasien dengan luka bakar utama
telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir sebagai akibat dari
manajemen perawatan intensif lebih baik dan perkembangan teknik bedah.
membakar perawatan yang kompleks dan ada banyak daerah di mana bukti
tampaknya bertentangan atau memerlukan studi lebih lanjut. Namun, terus
berubah daerah ini memberikan kesempatan bagi pengembangan praktek
dan peningkatan pera
35
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
Luka bakar dapat tejadi pada setiap orang dengan berbagai faktor penyebab
seperti :panas, sengatan listrik, zat kimia, maupun radiasi. Penderita luka bakar
memerluakn penanganan yang serius secara holistik/ menyeluruh dari berbagai
aspek dan disiplin ilmu. Pada penderita luka bakar yang luas dan dalam
memerluakn perawatan luka bakar yang lama dan mahal serta mempunyai efek
resiko kematian yang tinggi.
Dampak luka bakar bagi penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik,
psikis dan sosial bagi pasien dan juga keluarganya.Perawat sebagai tim yang
paling banyal berhubungan dengan asien dituntut untuk terus meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya sehingga mampu merawat pasien luka bakar
secara komprehensif dan optimal.
5.2 Saran
Adapun saran dari penulis yakni, pembaca dapat memahami dan mengerti tentang
luka bakar, tingkat luka bakar, tindakan perawatan pada luka bakar dan dapat
bermanfaaat dan berguna bagi pembaca dan masyarakat umumnya.
36
DAFTAR ISI
Dewi, Yulia Ratna Sintia. 2013. Luka Bakar : Konsep Umum Dan Investigasi Berbasis Klinis
Luka Antemortem Dan Postmortem. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Digiulo, Mary. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 1. Yogyakarta : Rapha Publishing.
Hidayat
Hurst, Marlene. Dkk. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. (Vol 2), Alih Bahasa Oleh Devi
Yulia, Sari Isneini. EGC. Jakarta
Nanda Internasional 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2015-2017 (Edisi
10). EGC. Jakarta.
Bullechek, Gloria M., Dkk. Edisi Keenam Nursing Intervensions Classification (NIC)
37