LUKA BAKAR
Oleh:
Pembimbing:
dr. Frank Bietra Buchari, Sp.BP-RE(K)
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Luka Bakar”. Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Program Pendidikan Profesi Dokter di
Departemen Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing, dr. Frank Bietra Buchari, Sp.BP-RE(K), yang telah meluangkan
waktunya dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan makalah ini
sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan laporan kasus selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan.....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................2
2.1 Definisi Luka Bakar...................................................................................2
2.2 Etiologi Luka Bakar...................................................................................2
2.3 Klasifikasi Luka Bakar..............................................................................3
2.4 Patofisiologi Luka Bakar...........................................................................6
2.5 Berat dan Luas Luka Bakar.......................................................................8
2.6 Mekanisme Penyembuhan Luka................................................................9
2.7 Tatalaksana Luka Bakar.............................................................................12
2.8 Komplikasi.................................................................................................23
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
DAFTAR GAMBAR
Nomor Hal
2.1 Klasifikasi Luka Bakar....................................................................................2
2.2 Luka Bakr superficial Dermal.........................................................................4
2.3 Luka Bakar Mid dermal..................................................................................4
2.4 Luka Bakar full Thickness..............................................................................5
2.5 Manifestasi Klinis Luka Bakar........................................................................6
2.6 Tiga zona pada luka bakar oleh Jackson.........................................................7
2.7 Perubahan sistemik pada luka berat................................................................8
2.8 Rule of nine.....................................................................................................9
2.9 Mekanisme penyembuhan luka.....................................................................12
2.10 Primary and secondary survey trauma..........................................................12
2
BAB I
PENDAHULUAN
Penanganan dari luka bakar akan berbeda berdasarkan penyebab dan juga
derajat keparahannya. Perawatan pasien dengan luka bakar bersifat intensif.
Tujuan penanganan luka bakar adalah untuk memperbaiki jaringan yang rusak
sebaik mungkin dan meningkatkan kualitas hidup pasien.1
1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan refarat ini adalah:
1.3 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
Beberapa penyebab luka bakar yang dapat menyebabkan kerusakan
jaringan terbagi menjadi berikut:6,7,8,9
Luka Bakar Termal
Jenis luka bakar ini meskipun cukup jarang, tetapi dapat menyebabkan
kerusakan jaringan yang bersifat full-thickness. Terjadi karena adanya
kontak kulit dengan zat asam atau basa kuat, paling sering alkaline, atau
terkena paparan berlebihan dari zat yang digunakan sehari-hari di rumah
seperti zat pembersih.7,8
Luka Bakar Radiasi
Pada luka bakar listrik biasanya dpaat dibagikan kedalam trauma dengan
voltase tinggi atau rendah. Luka bakar listrik biasanya menyebabkan
luka bakar derajat 3. Dan meskipun kadang bisa hanya menimbulkan
luka superfisial ringan, dapat menyebabkan luak jaringan dalam yang
berat hingga gagal organ.10
2
A. Luka Bakar Superfisial / Luka Bakar Derajat I
Luka bakar derajat I hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh
dalam 5-7 hari. Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau
hipersensitifitas setempat dan tidak ada bulla. Contoh luka bakar derajat I seperti
akibat tersengat matahari. Luka dapat sembuh tanpa bekas. Karena tidak
berbahaya, luka bakar derajat I tidak memerlukan pemberian cairan intravena11.
B. Luka Bakar Partial Thickness/ Luka Bakar Derajat II
Luka bakar derajat II kedalaman luka mencapai lapisan dermis. Tetapi
masih ada elemen epitel vital yang menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi.
Elemen epitel tersebut terdiri dari sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar
keringat dan pangkal rambut. Luka dapat sembuh sendiri dalam 2-3 minggu 11.
Gejala yang timbul adalah kemerahan / campuran, epidermis rusak, nyeri, sensitif
terhadap udara, bengkak, permukaan basah dan berair serta terdapat gelembung
atau bulla berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh darah karena
permeabilitas dindingnya meninggi. Luka bakar derajat II sering diakibatkan oleh
cairan panas dan ledakan.12 Luka bakar derajat II dibedakan menjadi 2:
A. Derajat IIA (Superficial partial thickness burn)
Luka bakar mid-dermal adalah luka bakar yang terletak diantara luka bakar
superficial dermal dan deep dermal. Pada luka bakar mid-dermal jumlah sel epitel
yang bertahan untuk proses re-epitelisasi sangat sedikit dikarenakan luka bakar
yang agak dalam sehingga penyembuhan luka bakar secara spontan tidak selalu
terjadi. Capillary refilling pada pasien dengan luka bakar kedalaman ini biasanya
berkurang dan edema jaringan serta bula akan muncul. Warna luka bakar pada
kedalaman ini berwarna merah muda agak gelap, namun tidak segelap pada pasien
luka bakar deep dermal. Sensasi juga berkurang, namun rasa nyeri tetap ada . 13
4
Eskar merupakan jaringan nekrosis akibat denaturasi protein jaringan kulit. Kulit
tampak pucat abu-abu gelap atau hitam, dengan permukaan lebih rendah dari jaringan
sekeliling yang masih sehat, tidak ada bulla dan tidak terasa
nyeri.11
Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas 46oC.
Luasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan lamanya kontak.
Luka bakar menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan
peningkatan suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi
kehilangan cairan, dan viskositas plasma meningkat dengan resultan
pembentukan mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat menyebabkan hipovolemi
dan syok, tergantung banyaknya cairan yang hilang dan respon terhadap
resusitasi. Luka bakar juga menyebabkan peningkatan laju metabolik dan energi
metabolisme.16
1. Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya
meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas Estimasi luas
luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak tangan
individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung
pada pasien dengan derajat luka II atau III.17
2. Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa
Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung,
pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan,
paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing
9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir
luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.17
luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada
beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:17
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan
kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil.
Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal
rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.
2.6 Mekanisme Penyembuhan Luka
Seluruh proses penyembuhan luka dapat terlihat sebagai suatu kaskade
yang dibentuk oleh berbagai regulasi feedback dan feed-forward yang dibawa oleh
sinyal dari jaringan luka itu sendiri, lingkungan sekitar luka, dan intervensi kondisi
penanganan luka. Penyembuhan luka biasanya dibahas dalam fase yang saling
tumpang tindih, yaitu hemostasis dan inflamasi, proliferasi (granulasi,
vaskularisasi, dan penetupan luka) dan remodelling (dapat berlangsung dari
beberapa minggu hingga tahun dan mencakup deposisi kolagen, akuisisi kekuatan
regangan luka, dan penggantian komponen matriks ekstraselular. Dalam hal ini,
maka fase penyembuhan luka disusun oleh tiga fase.18,19
a. Fase Inflamasi
1. Primary Survey
a. Airway management dengan kontrol tulang belakang
servikal
b. Breathing dan ventilation dengan pemberian oksigen
c. Circulaton dengan kontrol perdarahan dan pasang akses
intravena
d. Disability dengan menilai AVPU dan pupil
e. Exposure dengan kontrol lingkungan dan estimasi
TBSA/ luas luka bakar.
2. Secandary Survey
Merupakan pemeriksaan menyeluruh mulai dari kepala
sampai kaki. Pemeriksaan dilaksanakan setelah kondisi
mengancam nyawa diyakini tidak ada atau telah diatasi.
Tujuan akhirnya adalah menegakkan diagnosis yang tepat.11
a. Riwayat penyakit
Informasi yang harus didapatkan mengenai riwayat
penyakit yang diderita pasien sebelum terjadi trauma:
A (Allergies) : Riwayat alergi
M (Medication) : Obat-obat yang dkonsumsi
P (Past Illness) : Penyakit sebelumterjadi
trauma
Tujuan :
c) Dilakukan hemostasis
b. Fasciotomi
4. Dokumentasi
5. Re-evaluasi.
a. Re-evaluasi Primary survey, khususnya untuk:
1) Gangguan pernapasan
2) Insufisiensi sirkulasi perifer
3) Gangguan neurologis
4) Kecukupan resusitasi cairan
5) Penilaian radiologi
6) Pencatatan warna urin untuk deteksi
haemochromogen
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Hemoglobin / hematokrit
2) Ureum / kreatinin
3) Elektrolit
4) Urin mikroskopik
5) Analisis gas darah
6) Karboksihemoglobin
7) Kadar gula darah
Kriteria Rujukan
Adapun kriteria rujukan pada pasien luka bakar yaitu.2
Gambar 2.11 Kriteria Rujukan oleh EMSB Course oleh ANZBA.
2.7.2 Tatalaksana Setelah 24 Jam Pertama
1) Maintenance Cairan
Untuk maintenance cairan pada orang dewasa dapat menggunakan
rumus berikut.
Rumus maintenance dewasa (Post resusitasi fase akut 24 jam pertama):
(1500xTBSA) + [(25+%LB) xTBSA]
Untuk pasien anak dengan prinsip yang sama menggunakan Formula
Parkland + Cairan rumatan: 3-4 ml x kgBB x %TBSA dan ditambah
rumus maintenance cairan mengandung NaCl dengan Na+ 1-2
mEq/kgBB/24 jam dan glukosa 4-5 mg/kgBB/menit (untuk neonatus
glukosa dapat diberikan hingga 8 mg/kgBB/menit). Rumus maintenance
anak (post resusitasi fase akut 24 jam pertama) yaitu sebagai berikut.
100 ml/kgBB untuk 10 kg pertama
2) Kebutuhan Nutrisi
Pasien luka bakar memerlukan kebutuhan nutrisi (makro dan
mikronutrien) yang adekuat, karena mengalami perubahan dan
peningkatan metabolisme (hipermetabolik), serta peningkatan
kehilangan nitrogen yang tinggi (pemecahan protein 80-90%). Apabila
asupan nutrisi pasien ini tidak terpenuhi, maka akan meningkatkan risiko
malnutrisi pada pasien, gangguan penyembuhan luka, disfungsi berbagai
organ, peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan kematian.
4) Kontrol Infeksi
Jaringan luka yang nonviabel serta mengalami nekrosis akan
menyebabkan terbentuknya suatu fokus infeksi, sehingga dapat
menyebabkan respon inflamasi yang berlebihan dan menghambat
penyembuhan luka. Untuk menstimulasi penyembuhan luka dan
mengendalikan biofilm, maka dilakukan tindakan berupa debridement.
Terdapat berbagai jenis debridement, diantaranya sebagai berikut.15,16
Debridement Pembedahan: Dilakukan dengan menggunakan pisau
bedah dan gunting bedah di kamar operasi. Debridement jenis ini
dapat membuang biofilm dan menghilangkan fokal infeksi, bahkan
hingga mencapai jaringan yang lebih dalam.
Debridement Konservatif: Dilakukan dengan prosedur aseptik
dengan kuret steril, pisau bedah, dan gunting. Debridement jenis ini
hanya membuang biofilm di daerah superfisial
Debridement Autolitik: Debridement yang dilakukan secara selektif
dan lambat, serta terjadi secara alamiah dengan menggunakan
kombinasi balutan luka sementara dan agen topikal, seperti
cadexomer iodine, madu, balutan luka dengan lapisan fiber gel, dan
poliheksametilen biguanida (PHMB). Namun metode ini jarang
digunakan karena memiliki waktu penyembuhan yang lambat dan
menyebabkan nyeri yang membutuhkan pemberian analgesik.
5) Rehabilitasi
Luka bakar dapat mencetuskan berbagai masalah seperti nyeri,
keterbatasan lingkup gerak sendi, atrofi, kelemahan otot, kontraktur,
perubahan penampilan, gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari,
gangguan ambulasi, parut hipertrofik, dan masalah psikososial, yang
apabila tidak tertangani dengan baik akan mengakibatkan disabilitas.
Tatalaksana kedokteran fisik dan rehabilitasi bertujuan untuk mencapai
pemulihan fungsional semaksimal mungkin, mencegah disabilitas
sekunder dan alih fungsi atau adaptasi fungsi pada disabilitas permanen.
Tatalaksana rehabilitasi pada pasien luka bakar meliputi tatalaksana
rehabilitasi pada luka bakar fase akut, fase subakut, dan fase kronik.
Pada luka bakar fase akut bertujuan untuk mengurangi risiko
komplikasi, mencegah terjadinya deformitas, dan mempercepat proses
penyembuhan. Rehabilitasi luka bakar fase akut meliputi :
1. Pengaturan posisi (Positioning)
Pengaturan posisi yang sesuai merupakan terapi lini pertama dan
sejauh ini merupakan cara terbaik untuk menghindari kontraktur.
Pengaturan posisi harus disertai dengan latihan lingkup gerak sendi
yang sesuai, sebab posisi yang dipertahankan terlalu lama juga akan
menimbulkan berkurangnya lingkup gerak sendi dan timbulnya
kontraktur.
KESIMPULAN
1. Jeschke MG, van Baar ME, Choudhry MA, Chung KK, Gibran NS,
Logsetty SJNRDP. Burn injury. 2020;6(1):1-25.
2. Smolle C, Cambiaso-Daniel J, Forbes AA, Wurzer P, Hundeshagen G,
Branski LK, et al. Recent trends in burn epidemiology worldwide: a
systematic review. 2017;43(2):249-57.
3. Greenhalgh DGJNEJoM. Management of burns. 2019;380(24):2349-59.
4. Siregar FH. Profil Pasien Luka Bakar Rawat Inap di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan 2010–2013. 2015.
5. Wang Y, Beekman J, Hew J, Jackson S, Issler-Fisher AC, Parungao R,
et al. Burn injury: challenges and advances in burn wound healing,
infection, pain and scarring. 2018;123:3-17.
6. Nygaard RM, Endorf FWJJoBC, Research. Frostbite vs burns:
Increased cost of care and use of hospital resources. 2018;39(5):676-9.
7. Sjökvist O, Smolle C, Jensson D, Huss FJS, Burns, Healing. A full-
thickness chemical burn to the hand using formic acid-based anti-wart
treatment: a case report and literature review. 2020;6:2059513119897888.
8. Choi BM, Myung YJJoKBS. Detergent Solution-induced Alkaline
Burn of Hand: A Case Report and Review of Literature. 2017;20(1):9-
11.
9. Rahayu TJPMPP. Penatalaksanaan luka bakar (combustio). 2012;8.
10. Shih JG, Shahrokhi S, Jeschke MGJJoBC, Research. Review of adult
electrical burn injury outcomes worldwide: an analysis of low-voltage
vs high-voltage electrical injury. 2017;38(1):e293-e8.
11. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/555/2019 Tentan
Pedoman Nasional Pelyanan Kedokteran Tata Laksana Luka Bakar.
2019
12. American College of Surgeon. Advanced Trauma Life Support. 8th ed:
2008.
13. Wim DJ. Luka, Trauma, Syok, Bencana dalam : Buku Ajar Ilmu
Bedah. EGC. Jakarta. hal 81-91.
14. Jeschke M, van Baar M, Choudhry M, Chung K, Gibran N, Logsetty S.
Burn injury. Nature Reviews Disease Primers. 2020;6(1).
15. Hettiaratchy S, Dziewulski P. ABC of burns: pathophysiology and
types of burns. BMJ. 2004 Jun 12;328(7453):1427-9. doi:
10.1136/bmj.328.7453.1427. Erratum in: BMJ. 2004 Jul 17;329(7458):148.
PMID: 15191982; PMCID: PMC421790.
16. Mehmet H, Ebru SA, Hamdi K. Fluid Management in Major Burn
Injuries. Indian J Plast Surg. 2010: S29-S36