Anda di halaman 1dari 32

Case Report Session

LUKA BAKAR LISTRIK

Oleh:

Rizkha Nadha HP 1840312308


Imam Surkani 1840312451
Siti Aisya Sakinah 1840312298
Annisa Badriyah 1840312629
Fadhilla Annisa Efendi 1840312436
Muhammad Fadhel 1840312618
Ayu Wulandari Utami 1840312440

Preseptor:

Dr. dr. Rika Susanti, Sp.F

BAGIAN KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur atas kehadirat Allah S.W.T
dan shalawat beserta salam untuk Nabi Muhammad S.A.W, berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Case Report Session dengan
judul “Luka Bakar Listrik”. Makalah ini diajukan untuk melengkapi tugas
kepaniteraan klinik pada Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
preseptor Dr. dr. Rika Susanti, Sp.F yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan makalah ini. Akhir kata, penulis memohon maaf apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu, penulis menerima kritik dan
saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakan makalah ini.

Padang, 24 Februari 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar .............................................................................................. 1
Daftar Isi ......................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 3
1.2 Tujuan Penulisan .............................................................................. 4
1.3 Metode Penulisan.............................................................................. 4
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................ 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi ............................................................................................. 5
2.2 Epidemiologi..................................................................................... 5
2.3 Etiologi ............................................................................................. 6
2.4 Patofisiologi ...................................................................................... 6
2.5 Klasifikasi ......................................................................................... 8
2.6 Penyebab Kematian akibat Luka Bakar ............................................ 12
2.7 Penentuan Intravitalitas .................................................................... 13
2.8 Keadaan Umum yang Ditemukan ..................................................... 16
2.9 Penentuan Identitas Korban .............................................................. 18
2.10Tatalaksana ...................................................................................... 18
BAB 3 ILUSTRASI KASUS
3.1 Identitas................................................................. .......................... 21
3.2 Kronologis Kejadian......................................................... ............... 21
3.3 Hasil Pemeriksaan.............................................................. ............. 22
BAB 4 PEMBAHASAN.............................................................. ................... 24
DAFTAR KEPUSTAKAAN ......................................................................... 27

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka bakar adalah suatu kerusakan integritas pada kulit ataukerusakan
jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,radiasi dan arus
listrik. Berat dan ringannya luka bakar tergantung padajumlah area permukaan
tubuh, derajat kedalaman dan lokasi luka bakar yangterjadi. Luka bakar
merupakan trauma yang berdampakpaling berat terhadap fisik maupun psikologis,
dan mengakibatkanpenderitaan sepanjang hidup seseorang, dengan angka
mortalitas danmorbiditas yang tinggi.1
Luka bakar adalah penyebab utama keempat trauma dan penyebabpaling
umum kecacatan dan kematian di seluruh dunia,dan merupakan penyebab
kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok umur. Laki-laki
cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada
orang tua atau lanjut usia.Ardabili, dkk. melaporkan bahwa insiden total luka
bakar telah terjadidiperkirakan sekitar 2,4 juta kasus di berbagai negara yang
berbeda, 650.000 dan 75.000 di antaranya memerlukan perawatan segera dan
rawat inap.2
Berdasarkan aspek medikolegal, seorang dokter harus melakukan
pemeriksaanterhadap korban yang mengalami luka bakar, baik yang masih hidup
maupun yang telah mati. Indikasi untuk melakukan pembunuhan dengan
mempersulit identifikasi korban melalui luka bakar juga memiliki prevalensi yang
cukup tinggi (90%). Oleh karena itu, diperlukan suatu keahlian khusus untuk
membedakan apakah luka bakar terjadi saat masih hidup (antemortem) atau saat
sudah mati (postmortem) untuk menutupi penyebab kematian sebenarnya.3
Penentuan derajat luka untukkepentingan visum et repertum pada kasus
luka bakar dilakukan dengan menilai: kedalaman luka bakar, luas luka bakar, hasil
pemeriksaan penunjang, dan trauma yang menyertai luka bakar. Hasil penilaian
tiap faktor di atas kemudian dikaji untuk dibandingkan dengan delik yang ada
pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).4 Oleh karena itu

3
diperlukansuatu literatur khusus untuk membahas tentang luka bakar dalam
keilmuan kedokteran forensik.

1.2 Tujuan Penulisan


Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk memahami teori tentang luka
bakar dan kaitannya dengan kasus yang dialami oleh korban.

1.3 Metode Penulisan


Metode yang dipakai dalam penulisan laporan kasus ini adalah tinjauan
kepustakaan yang merujuk pada berbagai literatur.

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman
bagipenulis dan pembaca tentang lukabakar.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Luka bakar merupakan cedera dan atau kerusakan terhadap jaringan yang
disebabkan oleh kontak dengan sumber yang memiliki suhu tinggi, seperti
terbakar api, matahari, listrik, terpajan uap dan cairan panas, maupun bahan
kimia.1Secara umum,luka bakar disebabkan oleh energi panas atau bahan kimia
atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek baik memanaskan maupun
mendinginkan. Kerusakan yang terjadi tergantung dari tinggi suhu, lama kontak,
dan luas kontak.2

2.2 Epidemiologi

Menurut the National Institutes of General Medical Sciences, terdapat


sekitar 1,1 juta luka bakar per tahun yang membutuhkan perawatan medis di
Amerika Serikat. Sekitar 50.000 diantararanya memerlukan rawat inap dan sekitar
4.500 meninggal. Ketahanan hidup setelah cedera luka bakar telah meningkat
pesat selama abad ke-20. Perbaikan resusitasi, pengenalan agen antimikroba
topikal dan, yang lebih penting, praktek eksisi dini luka bakar memberikan
kontribusi terhadap hasil yang lebih baik.Namun, cedera ini tetap dapat
mengancam jiwa. Angka mortalitas penderita luka bakar di Indonesia masih
cukup tinggi, yaitu 27,6% (2012) di RSCM dan 26,41% (2012) di RS Dr.
Soetomo.3
Kelompok terbesar dengan kasus luka bakar adalah anak-anak kelompok
usia dibawah 6 tahun bahkan sebagian besar berusia kurang dari 2 tahun. Puncak
insiden kedua adalah luka bakar akibat kerja yaitu pada usia 25-35 tahun.
Kendatipun jumlah pasien lanjut usia dengan luka bakar cukup kecil, tetapi
kelompok ini sering kali memerlukan perawatan pada fasilitas khusus luka bakar.
Dalam tahun tahun terakhir ini daya tahan hidup dimana penderita dapat kembali
pada keadaan sebelum cedera pada penderita lanjut usia mengalami perbaikan
yang lebih cepat dibandingkan dengan populasi umum luka bakar lainnya.4

5
2.3 Etiologi

Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah: 5


a. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn)
Biasanya disebabkan oleh isebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan
api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industriataupun bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga. Konsentrasi zat kimia, lamanya
kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena
zat kimia ini.
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi
paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika
intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Berat ringannya
luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang
elektrik itu sampai mengenai tubuh.
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe injury ini sering
disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam
dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama
juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi.

2.4 Patofisiologi
Pajanan panas yang menyentuh permukaan kulit mengakibatkan kerusakan
pembuluh darah kapiler kulit dan peningkatan permeabilitasnya. Peningkatan
permeabilitas ini mengakibatkan edema jaringan dan pengurangan cairan
intravaskular. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
akibat penguapan yang berlebihan di derajat 1, penumpukan cairan pada bula di
luka bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat 3.

6
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya masih terkompensasi oleh
keseimbangan cairan tubuh, namun jika lebih dari 20% resiko syok hipovolemik
akan muncul dengan tanda-tanda seperti gelisah, pucat, dingin, nadi lemah dan
cepat, serta penurunan tekanan darah dan produksi urin.6
Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar
tergantung pada luasluka bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns),
respon tubuh bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami injuri.
Sedangkan pada luka bakar yang lebih luas misalnya 25 % dari total permukaan
tubuh (TBSA : total body surface area) atau lebih besar, maka respon tubuh
terhadap injuri dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan luasnya injuri.
Segera setelah luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (katekolamin,
histamin, serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalmi
injuri. Substansi-substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler
sehingga plasma merembes ke dalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara
langsung mengenai pembuluh akan lebih meningkatkan permeabilitas kapiler.
Injuri yang langsung mengenai memberan sel menyebabkan sodium masuk dan
potassium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan menimbulkan tingginya
tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan intraseluler dan
interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut menyebabkan kekurangan volume
cairan intravaskuler. Luka bakar yang luas menyebabkan edema tubuh general
baik pada area yang mengalami luka maupun jaringan yang tidak mengalami luka
bakar dan terjadi penurunan sirkulasi volume darah intravaskuler. Denyut jantung
meningkat sebagai respon terhadap pelepasan katekolamin dan terjadinya
hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya cardiac output.7
Pada korban yang mengalami luka bakar biasanya disertai dengan
kerusakan pulmoner, yang ditandai dengan cedera inhalasi, berikut adalah
klasifikasinya: cedera saluran napas atas, cedera inhalasi dibawah glotis, yang
mencakup keracunan karbon monoksida dan defek restriktif. Selain itum Fungsi
sistem imun juga mengalami depresi. Depresi pada aktivitas limfosit, suatu
penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas komplemen dan
perubahan/gangguan pada fungsi neutrofil dan makrofag dapat terjadi pada klien

7
yang mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-perubahan ini meningkatkan
resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien.7
2.5 Klasifikasi
Luka Bakar dapat di klasifikasikan berdasarkan kedalaman luka bakar
atauberdasarkan luas luka bakar. Terdapat kriteria dari World Health
Association(WHO) dan American Burn Association (ABA). WHO
mengklasifikasikanluka bakar berdasarkan kedalaman jaringan yang mengalami
kerusakan,yaitu terbagi menjadi:8

a. Luka bakar derajat I (Superficial Thickness)

Luka bakar derajat I disebut juga luka bakar superfisial. Kerusakan yang terjadi
pada luka bakar derajat I terbatas pada epidermis superfisial sehingga juga disebut
epidermal burn. Kulit tampak kering dan hiperemis atau eritema, tidak dijumpai
adanya bula, dan terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensoris mengalami iritasi.
Pada hari keempat akan terjadi deskuamasi epitel (peeling) dan luka sembuh
spontan dalam 5-10 hari.

b. Luka bakar derajat II dangkal (Partial Thickness-superficial)

Kerusakan pada luka bakar derajat II dangkal mencapai bagian superfisial dari
dermis. Organ-organ kulit di dermis, seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan
kelenjar sebasea masih utuh. Pada luka bakar derajat II dangkal dijumpai bula
yang muncul beberapa jam setelah luka, dasar luka berwarna merah atau pucat,
terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensoris mengalami iritasi, dan nyeri yang
dirasakan lebih berat dibanding nyeri pada luka bakar derajat I. Penyembuhan
terjadi secara spontan dalam 3 minggu.

c. Luka bakar derajat II dalam (Partial Thickness-deep)

Kerusakan pada luka bakar derajat II dalam hampir mengenai seluruh bagian
dermis. Organ-organ kulit di dermis, seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan
kelenjar sebasea sebagian masih utuh. Pada luka bakar derajat II dalam dijumpai
bula, dasar luka berwarna merah atau putih tergantung variasi dari vaskularisasi

8
pembuluh darah, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensoris mengalami iritasi.
Penyembuhan terjadi lebih lama, yaitu sekitar 3-9 minggu.

d. Luka bakar derajat III (Full Thickness)

Kerusakan pada luka bakar derajat III meliputi seluruh lapisan dermis.
Kerusakan yang timbul bersifat permanen. Pada luka bakar derajat III tidak
dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna putih dan pucat, tidak terasa nyeri
karena ujung-ujung saraf sensorik sudah hancur, dan terjadi koagulasi protein
pada epidermis dan dermis yang disebut dengan eskar. Penyembuhan terjadi lebih
lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka.

e. Luka bakar derajat IV

Luka bakar derajat IV disebut juga dengan charring injury. Pada luka bakar
derajat IV, kulit tampak berwarna hitam seperti arang karena terbakarnya
jaringan. Kerusakan yang terjadi meliputi seluruh kulit, jaringan subkutan, dan
tulang.

Gambar 1. Derajat Luka Bakar berdasarkan kedalaman luka


Kemudian berdasarkan luas luka bakar, dibawah ini adalah kriteriamenurut
American Burn Association:9

1. Luka Bakar Ringan (Minor)

• Luka bakar dengan luas permukaan <15%/10% pada anak - anakdaerah


permukaantubuh (Body Surface Area/BSA), kulittampak agak menonjol

9
• Luka dengan seluruh ketebalan kulit dengan luas permukaan<2% daerah
permukaantubuh (BSA) tetapi luka tidak mengenaidaerah wajah, mata, telinga
atau perineum)

2. Luka Bakar Sedang (Moderate)

• Luka yang mengenai sebagian ketebalan kulit di bawah 15-20%daerah


permukaan tubuh (BSA) atau 10-20% pada anak – anak

• Luka yang mengenai seluruh ketebalan kulit 2-10% daerahpermukaan tubuh


(BSA) tetapi luka tidak mengenai daerahwajah, mata, telinga atau perineum)

3. Luka Bakar Berat (Major)

• Luka yang mengenai sebagian ketebalan kulit lebih dari 25%daerah permukaan
tubuh (BSA) atau 20% pada anak – anak.

• Luka yang mengenai seluruh ketebalan kulit lebih dari 10%daerah permukaan
tubuh (BSA)

• Semua luka bakar yang mengenai daerah wajah, mata, telingaatau perineum

• Luka bakar karena sengatan listrik

• Luka bakar inhalasi

• Luka bakar yang disebabkan oleh trauma jaringan berat

• Semua pasien dengan resiko buruk

Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi (1)
rule of nine, (2) Lund and Browder, dan (3) hand palm. Ukuran luka bakar dapat
ditentukan dengan menggunakan salah satu dari metode tersebut. Ukuran luka
bakar ditentukan dengan presentase dari permukaan tubuh yang terkena luka
bakar. Akurasi dari perhitungan bervariasi menurut metode yang digunakan dan
pengalaman seseorang dalam menentukan luas luka bakar. Dasar dari metode ini
adalah bahwa tubuh di bagi kedalam bagian-bagian anatomik, dimana setiap
bagian mewakili 9 % kecuali daerah genitalia 1 %.Metode Rules of Nine ini
berlaku pada anak-anakdengan sedikit perbedaan.Pada metode Lund and Browder
merupakan modifikasi dari persentasi bagian-bagian tubuh menurut usia, yang

10
dapat memberikan perhitungan yang lebih akurat tentang luas luka bakar .Selain
dari kedua metode tersebut di atas, dapat juga digunakan cara lainnya yaitu
mengunakan metode hand palm. Metode ini adalah cara menentukan luas atau
persentasi luka bakar dengan menggunakan telapak tangan. Satu telapak tangan
mewakili 1 % dari permukaan tubuh yang mengalami luka bakar.

Gambar 2. Metode menghitung luas bakar


Pada anak-anak, Bagan menurut Lund dan Browder membagi lebih akurat
tetapi untuk di hafal agak sukar. Oleh karenanya orang membuat modifikasi saja
dari “Rule of Nine”, modifikasi ini bermacam-macam namun yang dipilih di sini
adalah yang mirip dengan bagan dari Lund dan Browder. Ditekankan disini umur
patokan adalah 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.

11
189 18 91 18 918 169 181418 916 149 181818 914

Umur 15 thn umur 5 thn umur 0-


1 thn

Gambar 3: Modifikasi Rule Of Nine untuk anak

Antara umur 15 tahun dan 5 tahun, untuk tiap tahun, tiap tungkai berselisih
0,2%. Antara umur 5 tahun dan 1 tahun, untuk tiap tungkai berselisih 0,4%.10

2.6 Penyebab Kematian Akibat Luka Bakar (Manner of Death)


1. Keracunan Zat Karbon Monoksida
Kebanyakan kematian pada luka bakar biasanya terjadi pada kebakaran
yang hebat. CO poisoning merupakan aspek yang penting dari penyebab
kematian pada luka bakar, biasanya korban menjadi tidak sadar dan meninggal
sebelum api membakarnya, ini dapat menjawab pertanyaan mengapa korban
tidak melarikan diri pada waktu terjadi kebakaran. Sehingga dalam
menentukan penyebab dari kematian, maka luas dan derajat luka bakar serta
saturasi darah yang mengandung CO harus dinilai. Gas CO ini dibentuk dari
pembakaran yang tidak sempurna misalnya kayu yang terbakar, kertas, kain
katun, batu bara yang terbakar akan menghasilkan gas CO. CO dalam darah
merupakan indikator yang paling berharga yang dapat menunjukkan bahwa
korban masih hidup pada waktu terjadi kebakaran. Oleh karena gas ini hanya
dapat masuk melalui absorbsi pada paru-paru.7

12
2. Menghirup asap pembakaran (SmokeInhalation)
Pada banyak kasus kematian, dimana cedera panas pada badan tidak sesuai
dengan penyebab kematian maka dikatakan penyebab kematian adalah smoke
inhalation. Asap yang berasal dari kebakaran terutama alat-alat rumah tangga
seperti furniture, cat, kayu, pernis, karpet dan komponen-komponen yang secara
struktural terdiri polystyrene, polyurethane, polyvinyl dan material-material
plastik lainnya dikatakan merupakan gas yang sangat toksik bila dihisap dan
potensial dalam menyebabkan kematian. 7
3. Luka bakar itu sendiri
Secara general dapat dikatakan bahwa luka bakar seluas 30 – 50 % dapat
menyebabkan kematian. Pada orang tua dapat meninggal dengan presentasi yang
jauh lebih rendah dari ini, sedangkan pada anak-anak biasanya lebih resisten.
Selain oleh derajat dan luas luka bakar prognosis juga dipengaruhi oleh lokasi
daerah yang terbakar, keadaan kesehatan korban pada waktu terbakar. Luka bakar
pada daerah perineum, ketiak, leher, dan tangan dikatakan sulit dalam
perawatannya, oleh karena mudah mengalami kontraktur. 7
4. Paparan panas yang berlebih
Environmental hypertermia dapat menjadi sangat fatal dan bisa menyebabkan
kematian. Bila tubuh terpapar gas panas, air panas atau ledakan panas dapat
menyebabkan syok yang disertai kolaps kardiovaskuler yang mematikan.7

2.7 Penentuan Intravitalitas Luka Bakar


a. Jelaga dalam saluran nafas
Pada kebakaran rumah atau gedung dimana rumah atau gedung beserta isi
perabotannya juga terbakar seperti bahan-bahan yang terbuat dari kayu, plastik
akan menghasilkan asap yang berwarna hitam dalam jumlah yang banyak. Akibat
dari inhalasi ini korban akan menghirup partikel karbon dalam asap yang
berwarna hitam. Sebagai tanda dari inhalasi aktif antemortem, maka partikel-
partikel jelaga ini dapat masuk kedalam saluran nafas melalui mulut yang terbuka,
mewarnai lidah, dan faring, glottis , vocal cord , trakea bahkan bronkiolus
terminalis. Sehingga, secara histologi ditemukan jelaga yang terletak pada
brokiolus terminalis merupakan bukti yang absolut dari fungsi respirasi. Sering

13
pula dijumpai adanya jelaga dalam mukosa lambung, ini juga merupakan bukti
bahwa korban masih hidup pada wakrtu terdapat asap pada peristiwa kebakaran.
Karbon ini biasanya bercampur dengan mukus yang melekat pada trakea dan
dinding bronkus oleh karena iritasi panas pada mukosa. Ditekankan sekali lagi
bahwa ini lebih nyata bila kebakaran terjadi didalam gedung dari pada di dalam
rumah.
b. Saturasi COHB dalam darah
CO dalam darah merupakan indikator yang paling berharga yang dapat
menunjukkan bahwa korban masih hidup pada waktu terjadi kebakaran. Oleh
karena gas ini hanya dapat masuk melalui absorbsi pada paru-paru.
Akan tetapi bila pada darah korban tidak ditemukan adanya saturasi
COHB maka tidak berarti korban mati sebelum terjadi kebakaran. Pada nyala api
yang terjadi secara cepat, terutama kerosene dan benzene, maka level
karbonmonoksida lebih rendah atau bahkan negatif dari pada kebakaran yang
terjadi secara perlahan-lahan dengan akses oksigen yang terbatas seperti pada
kebakaran gedung.
Satu lagi yang harus disadari bahwa kadar saturasi CO dalam darah
tergantung beberapa faktor termasuk konsentrasi CO yang terinhalasi dari udara,
lamanya eksposur, rata-rata dan kedalaman respiration rate dan kandungan Hb
dalam darah. Kondisi-kondisi ini akan mempengaruhi peningkatan atau
penurunan rata-rata absorbsi CO. sebagai contoh api yangmenyala dalam ruangan
tertutup, akumulasi CO dalam udara akan cepat meningkat sampai konsentrasi
yang tinggi, sehingga diharapkan absorbsi CO dari korban akan meningkat secara
bermakna.
Pada otopsi biasanya relatif mudah untuk menentukan korban yang
meninggal pada keracuan CO dengan melihat warna lebam mayat yang berupa
cherry red pada kulit, otot, darah dan organ-organ interna, akan tetapi pada orang
yang anemik atau mempunyai kelainan darah warna cherry red ini menjadi sulit
dikenali. Warna cherry red ini juga dapat disebabkan oleh keracuan sianida atau
bila tubuh terpapar pada suhu dingin untuk waktu yang lama.

14
c. Reaksi jaringan
Tidak mudah untuk membedakan luka bakar yang akut yang terjadi
antemortem dan postmortem. Pemeriksaan mikroskopik luka bakar tidak banyak
menolong kecuali bila korban dapat bertahan hidup cukup lama sampai terjadi
respon respon radang. Kurangnya respon tidak merupakan indikasi bahwa luka
bakar terjadi postmortem. Pemeriksaan slide secara mikroskopis dari korban luka
bakar derajat tiga yang meninggal tiga hari kemudian tidak ditemukan reaksi
radang, ini diperkirakan oleh karena panas menyebabkan trombosis dari pembuluh
darah pada lapisan dermis sehinggga sel-sel radang tidak dapat mencapai area
luka bakar dan tidak menyebabkan reaksi radang. Blister juga bukan merupakan
indikasi bahwa korban masih hidup pada waktu terjadi kebakaran, oleh karena
blister ini dapat terjadi secara postmortem. Blister yang terjadi postmortem
berwarna kuning pucat, kecuali pada kulit yang hangus terbakar. Agak jarang
dengan dasar merah atau areola yang eritem, walaupun ini bukan merupakan
tanda pasti. Secara tradisionil banyak penulis mengatakan bahwa untuk dapat
membedakan blister yang terjadi antemortem dengan blister yang terjadi
postmortem adalah dengan menganalisa protein dan chlorida dari cairan itu.
Blister yang dibentuk pada antemortem dikatakan mengandung lebih banyak
protein dan chlorida, tetapi inipun tidak merupakan angka yang absolut.

d. Pendarahan subendokardial ventrikel kiri jantung


Perdarahan subendokardial pada ventrikel kiri dapat terjadi oleh karena
efek panas. Akan tetapi perdarahan ini bukan sesuatu yang spesifik karena dapat
disebabkan oleh berbagai mekanisme kematian. Pada korban kebakaran
perdarahan ini merupakan indikasi bahwa sirkulasi aktif sedang berjalan ketika
tereksposur oleh panas tinggi yang tidak dapat ditolerasi oleh tubuh dan ini
merupakan bukti bahwa korban masih hidup saat terjadi kebakaran. 11

15
2.8 Keadaan Umum yang Ditemukan pada Mayat dengan Luka Bakar
Pada kebakaran yang hebat, apakah di dalam gedung atau yang terjadi
pada kecelakaan mobil yang terbakar, sering terlihat bahwa keadaan tubuh
korban yang terbakar sering tidak mencerminkan kondisi saat matinya. Berikut
keadaan umum yang ditemukan pada mayat dengan lukabakar.
a. Skin split
Kontraksi dari jaringan ikat yang terbakar menyebabkan terbelahnya kulit
dari epidermis dan korium yang sering menyebabkan artefak yang menyerupai
luka sayat dan sering disalahartikan sebagai kekerasan tajam. Artefak postmortem
ini dapat mudah dibedakan dengan kekerasan tajam antemortem oleh karena tidak
adanya perdarahan dan lokasinya yang bervariasi disembarang tempat. Kadang-
kadang dapat terlihat pembuluh darah yang intak yang menyilang pada kulit yang
terbelah.
b. Abdominal wall destruction
Kebakaran partial dari dinding abdomen bagian depan akan menyebabkan
keluarnya sebagian dari jaringan usus melalui defek yang terjadi ini. Biasanya ini
terjadi tanpa perdarahan, apakah perdarahan yang terletak diluar atau didalam
rongga abdomen.

16
c. Skull fractures
Bila kepala terpapar cukup lama dengan panas dapat menyebabkan
pembentukan uap didalam rongga kepala yang lama kelamaan akan
mengakibatkan kenaikan tekanan intrakranial yang dapat menyebabkan
terpisahnya sutura-sutura dari tulang tengkorak. Pada luka bakar yang hebat dan
kepala sudah menjadi arang atau hangus terbakar dapat terlihat artefak fraktur
tulang tengkorak yang berupa fraktur linear. Disini tidak penah diikuti oleh
kontusio serebri, subdural atau subarachnoid.
d. Pseudo epidural hemorrhage
Keadaan umum yang biasanya terdapat pada korban yang hangus terbakar
dan kepala yang sudah menjadi arang adalah pseudo epidural hemorrhage atau
epidural hematom postmortem. Untuk membedakan dengan epidural hematom
antemortem tidak sulit oleh karena pseudo epidural hematom biasanya berwarna
coklat, mempunyai bentukan seperti honey comb appearance, rapuh tipis dan
secara tipikal terletak pada daerah frontal, parietal, temporal dan beberapa kasus
dapat meluas sampai ke oksipital.
e. Non-cranial fractures
Artefak berupa fraktur pada tulang-tulang ekstremitas juga sering
ditemukan pada korban yang mengalami karbonisasi oleh karena tereksposur
terlalu lama dengan api dan asap. Tulang – tulang yangterbakar mempunyai warna
abu-abu keputihan dan sering menunjukan fraktur kortikal pada permukaannya.
Tulang ini biasanya hancur bila dipegang sehingga memudahkan trauma
postmortem pada waktu transportasi ke kamar mayatatau selama usaha
memadamkan api. Mayat sering dibawa tanpa tangan dan kaki, dan mereka sudah
tidak dikenali lagi di TKP karena sudah mengalami fragmentasi.
f. Pugilistic Posture
Pada mayat yang hangus terbakar, tubuh akan mengambil posisi
“pugilistic”. Koagulasi dari otot-otot oleh karena panas akan menyebabkan
kontraksi serabut otot otot fleksor dan mengakibatkan ekstremitas atas mengambil
sikap seperti posisi seorang boxer dengan tangan terangkat didepannya, paha dan
lutut yang juga fleksi sebagian atau seluruhnya. Posisi “pugilistic” ini tidak
berhubungan apakah individu itu terbakar pada waktu hidup atau sesudah

17
kematian. “pugilistic” attitude atau heat rigor ini akan hilang bersama dengan
timbulnya pembusukan.12

2.9 Identifikasi Korban Luka Bakar


Identifikasi merupakan proses untuk mencari tahu, meneliti suatu hal yang
kabur, tidak jelas, atau tidak diketahui agar menjadi jelas identitas atau asal
usulnya. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan
membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang, dengan cara :
- Pemeriksaan sidik Jari
Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan sidik jari pada jenazah
dengan sidik jari antemortem. Pemeriksaan sidik jari hingga saat ini merupakan
pemeriksaan yang diakui paling tepat ketepatannya untuk menentukan identitas
seseorang.
- Pemeriksaan Gigi
Pemeriksaan gigi meliputi pencatatn gigi (odontogram) dan rahang yang
dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar X
danpencetakan gigi-rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk,
susunan, tambalan, protesa gigi yang khas sehingga dapat dilakukan identifikasi
dengan cara membandingkan data temuan dengan data antemortem.
- Pemeriksaan DNA
Identifikasi dengan pemeriksaan DNA merupakan upaya untuk
membandingkan profil korban dengan DNA pembanding, sehingga didapatkan
hasil DNA yang cocok atau tidak cocok.

2.10 Tatalaksana
Pada pasien luka bakar, penolong harus melakukan evaluasi dan tindakan
life saving mengatasi masalah ABC (airway, breathing, dan circulation). Kalau
diperlukan, segera lakukan intubasi endotrakea dan pasang infus di daerah yang
tidak terkena luka bakar minimal dengan jarum no.16. Bila terdapat eskar
melingkar dada disertai distres pernapasan, segera lakukan eskaratomi sesuai garis
eskaratomi di dada yaitu di sepanjang lengkungan dan sedikit di depan linea
aksilaris anterior. Lepaskan pakaian dan perhiasan yang terbakar sambil

18
melakukan anamnesis dengan cepat perihal mekanisme terbakar: apakah
terkurung di suatu ruangan, ledakan, tersengat listrik, terkena bahan kimia, waktu
dan lama kejadian, serta trauma lain terkait kejadian. Sebisanya diperoleh
informasi sekilas mengenai ada tidaknya penyakit penyerta seperli jantung,
hipertensi, diabetes, gangguan ginjal, atau obat yang sedang dipaksi. Jika luka
bakar disebabkan oleh asam atau basa kuat, segera guyur dengan air sebanyak-
banyaknya secara terus-menerus setidaknya selama 20 menit.
Indikasi melakukan intubasi segera adalah adanya distres pernapasan,
riwayat cedera inhalasi misalnya terkurung dalam ruangan terbakar atau terkena
ledakan, terlihat wajah, alis, dan bulu hidung hangus, adanya arang atau sputum
kehitaman, stridor, dan eritema atau pembengkakan pada orofaring dengan
inspeksi langsung.13
Setelah tindakan penyelamatan primer selesai, lakukan penilaian luas dan
kedalaman luka bakar. Jika terdapat kriteria untuk merujuk ke unit luka bakar dan
pasien untuk sementara sudah stabil, lakukan koordinasi dengan dokter di pusat
luka bakar dan rujuk pasien dengan lampiran catatan hasil pemeriksaan yang
dianggap penting oleh dokter pengirim maupun penerima rujukan. Luka dapat
ditutup sementara dengan pembalut yang ideal yaitu polyvinyl chloride sheeting
(clingfilm), untuk melindungi luka, mengurangi kehilangan panas dan menahan
evaporasi, dan agar tidak mengganggu tampilan luka. Hal ini akan membantu tim
unit luka bakar nantinya yang akan mengevaluasi luka dengan lebih akurat. Jika
tidak terdapat film transparan, karena luka bakar derajat 2 terasa nyeri bahkan bila
terkena aliran udara ruangan di atas luka, penutupan luka dengan kain/kasa steril
akan mengurangi nyeri, lalu selimuti pasien agar tetap hangat.
Berikan irnunisasi tetanus sesuai dengan riwayat status imunisasi tetanus.
Analgesik dan sedatif tidak perlu diberikan mengingat penderita luka bakar berat
sering menjadi gelisah lebih karena hipoksemia dan hipovolemia bukan karena
nyeri. Pemberian oksigen dan cairan akan menghasilkan respons yang lebih
memuaskan dibandingkan dengan pemberian analgesik narkotik yang malahan
dapat mengaburkan tanda terjadinya hipoksemia atau hipovolemia.
Secara sistematik dapat dilakukan 6 C : clothing, cooling, cleaning,
chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk

19
pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru
selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan
 Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan
pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai
pada fase cleaning.
 Cooling : Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan
air mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu dibawah
normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif sampai dengan 3 jam
setelah kejadian luka bakar. Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar
efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri)
untuk luka yang terlokalisasi. Jangan pergunakan es karena es menyebabkan
pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat
derajat luka dan risiko hipotermia. Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka
bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit
atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih
dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.
 Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi
rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan
akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.
 Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka
yang lebih dalam dari superficial partial-thickness (dapat dilihat pada table 4
jadwal pemberian antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk
penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak
boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru
lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang dari 2 bulan
 Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan
derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau
bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan
untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit
akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya,
menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.
 Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.14

20
BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas pasien

Nama : Ardiwan Mendrova

JenisKelamin : Laki-laki

Umur : 34 tahun

Alamat : Padang

3.2 Kronologis Kejadian

Makalah ini membahas sebuah kasus laki laki usia 34 tahun yang

merupakan korban luka bakar . Menurut keterangan korban, korban sedang

bekerja memperbaiki pintu dengan menggunakan alat pengelasan. Tiba-tiba, dari

atas plafon, jatuh ampas yang mengandung minyak dan mengenai alat pengelasan,

sehingga menyembur api ke arah korban terutama mengenai wajah, telinga, dan

lengan. Setelah kejadian, pasien tetap sadar. Kejadian terjadi di tempat kerja

korban pada tanggal delapan belas Februari dua ribu sembilan belas pukul tujuh

belas Waktu Indonesia bagian Barat. Korban dibawa ke Rumah Sakit Semen

Padang dan dilakukan pembersihan dan perawatan luka. Kemudian korban

dipulangkan. Karena luka korban bertambah parah, korban dibawa ke Rumah

Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang pada tanggal sembilan belas Februari

dua ribu sembilan belas pukul sembilan belas menit Waktu Indonesia bagian

Barat.

21
3.3 Hasil Pemeriksaan

 Korban datang dalam keadaan sadar, dan keadaan umum sakit sedang

 Pada korban ditemukan:

1. Pada pelipis kanan hingga dahi kanan, empat koma lima

sentimeter dari garis pertengahan depan, empat sentimeter dari

batas tumbuh rambut depan, terdapat luka berupa kulit berwarna

coklat kehitaman , berukuran dua belas sentimeter kali tiga koma

lima sentimeter.

2. Pada telinga kanan hingga ke leher kanan, tujuh sentimeter dari

garis pertengahan depan, satu sentimeter dari liang telinga kanan

terdapat luka berupa kulit berwarna coklat kehitaman dengan

gelembung berisi cairan berwarna bening, disertai jaringan kulit

berwarna putih kemerahan, meliputi daerah seluas dua belas

sentimeter kali lima sentimeter.

3. Pada telinga kiri hingga leher kiri, tujuh sentimeter dari garis

pertengahan depan , satu sentimeter dari liang telinga, terdapat luka

berupa kulit yang berwarna merah kehitaman dengan gelembung

berisi cairan berwarna bening seluas lima koma lima sentimeter

kali tiga koma lima sentimeter.

4. Pada wajah tepat pada garis pertengahan depan, delapan sentimeter

dari batas tumbuh rambut depan, mulai dari pipi kanan hingga pipi

kiri, terdapat luka berupa kulit berwarna coklat kehitaman, meliputi

area seluas enam belas sentimeter kali enam koma tujuh

sentimeter.

22
5. Mulai dari lengan atas kanan, satu sentimeter dari siku, melewati

seluruh sisi lengan bawah, punggung tangan, telapak tangan hingga

ujung jari, terdapat luka berupa kulit yang mengelupas bewarna

putih kemerahan, dikelilingi oleh kulit ari disekitarnya bewarna

kehitaman, disertai gelembung berisi cairan jernih seluas tiga puluh

lima sentimeter kali enam sentimeter.

6. Mulai dari lipat siku kiri, melewati seluruh sisi lengan bawah,

punggung tangan, telapak tangan hingga ujung jari, terdapat luka

berupa kulit yang mengelupas bewarna putih kemerahan,

dikelilingi oleh kulit ari disekitarnya berwarna kehitaman, disertai

gelembung berisi cairan jernih berukuran seluas tiga puluh tiga

sentimeter kali enam sentimeter.

Terhadap korban dilakukan pemberian obat-obatan, pembersihan dan

perawatan luka. Korban dirawat di bangsal bedah Rumah Sakit Umum Pusat

Dr. M. Djamil Padang.

23
BAB 4
PEMBAHASAN

Dilaporkan kasus, visum et repertum tertanggal 19 Februari 2019,


terhadap korban dengan identitas:
Nama : Ardiawan Mendrova
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 34 tahun
Alamat : Padang
Berdasarkan hasil anamnesis terhadap korban, korban sedang bekerja
memperbaiki pintu dengan menggunakan alat pengelasan. Tiba-tiba, dari atas
plafon, jatuh ampas yang mengandung minyak dan mengenai alat pengelasan,
sehingga menyembur api ke arah korban terutama mengenai wajah, telinga, dan
lengan. Setelah kejadian, pasien tetap sadar. Kejadian terjadi di tempat kerja
korban pada tanggal delapan belas Februari dua ribu sembilan belas pukul tujuh
belas nol nol Waktu Indonesia bagian Barat. Korban dibawa ke Rumah Sakit
Semen Padang dan dilakukan pembersihan dan perawatan luka kemudian korban
dipulangkan. Karena luka korban bertambah parah, korban dibawa ke Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang pada tanggal sembilan belas Februari
dua ribu sembilan belas pukul sembilan belas nol nol menit Waktu Indonesia
bagian Barat.
Pada pemeriksaan ditemukanPada pelipis kanan hinggadahi kanan, 4,5 cm
dari garis pertengahan depan, 4 cm dari batas tumbuh rambut depan,terdapat luka
berupa kulit berwarna coklat kehitaman , berukuran 12 cm x3,5sentimeter, Pada
telinga kanan hingga ke leher kanan7 cm dari garis pertengahan depan, 1 cm dari
liang telinga kanan terdapat luka berupa kulit berwarna coklat kehitaman dengan
gelembung berisi cairan berwarna bening, disertai jaringan kulit berwarna putih
kemerahan, meliputi daerah seluas 12 cm x5 cm, Pada telinga kiri hingga leher
kiri, 7 cm dari garis pertengahan depan , 1 cm dari liang telinga, terdapat luka

24
berupa kulit yang berwarna merah kehitaman dengan gelembung berisi cairan
berwarna bening seluas 5,5 cmx 3,5 cm, Pada wajah tepat pada garis pertengahan
depan, 8 cm dari batas tumbuh rambut depan, mulai dari pipi kanan hingga pipi
kiri, terdapat luka berupa kulit berwarna coklat kehitaman, meliputi area seluas 16
cm x 7 cm, Pada lengan bawah kanan hingga seluruh tangan kanan, terdapat luka
berupa kulit yang mengelupas bewarna putih kemerahan, dikelilingi oleh kulit ari
disekitarnya bewarna kehitaman, disertai gelembung berisi cairan jernih meliputi
area seluas 6 %, Pada lengan bawah kiri hingga seluruh tangan kiri, terdapat luka
berupa kulit yang mengelupas bewarna putih kemerahan, dikelilingi oleh kulit ari
disekitarnya berwarna kehitaman, disertai gelembung berisi cairan jernih
berukuran seluas 5 %.
Menurut teori, berdasarkan kedalamannya, luka tersebut merupakan luka
bakar derajat II yang dalam (deep partial thickness) yang mempunyai ciri-ciri
mengenai epidermis dan dermis, luka tampak merah sampai pink, terbentuk
blister/ vesikel, edema, nyeri, sensitif terhadap udara dingin, dan sembuh dalam
21-28 hari.
Luas permukaan tubuh yang terbakar dihitung mengunakan tehnik rule of
nine,didapatkan luas luka bakar sebesar 16%. Kedalaman luka bakar meliputi
derajat II. Sehingga dapat ditentukan derajat luka bakar pada korban, yaitu luka
bakar derajat sedang. Menurut teori, indikasi luka bakarsedang dengan kriteria lua
bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak, luka
bakar fullthickness kurang dari 10%, tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka,
mata, telinga, kaki, dan perineum.
Luka bakar dibagi dalam berbagai kategori yang disesuaikan dengan
derajatnya. Ini membantu dalam aspek medikolegal luka yang diatur dalam pasal
352 KUHP yang menjelaskan tentang luka ringan yang diasosiasikan dengan
penganiyaan ringan. Sedangkan bila ia mengalami luka sedang akan diasosiasikan
dengan pasal 351 (1) atau 353 (1) KUHP tergantung pada ada atau tidaknya
rencana. Korban dengan luka berat dapat diasosiasikan dengan pasal 351 (1), 353
(2), 354 (1), atau 355 (1) KUHP tergantung pada niat dan ada atau tidaknya
rencana.

25
Pada kesimpulan kasus ini, derajat luka korban ditetapkan sebagai luka
derajat sedang(moderate burn). Sehingga luka yang dialami korban termasuk luka
sedang dimana sesuai pada pasal 351 KUHP, adalah luka yang menimbulkan
penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan, jabatan/pencaharian untuk
sementara waktu.

Berdasarkan hasil anamnesis, sumber api berasal dari mesin pengelas yang
terkena Ampas mengandung minyak saat korban sedang melakukan pekerjaannya.
Jika dilihat dari segi hukum pidana, berdasarkan pasal 188 KUHP :

“Barang siapa karena kesalahan (kealpaan) menyebabkan kebakaran,


ledakan atau banjir, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, jika karena perbuatan itu
timbul bahaya umum bagi barang, jika karena perbuatan itu timbul
bahaya bagi nyawa orang lain, atau jika karena perbuatan itu
mengakibatkan orang mati.”

Kelalaian adalah suatu perbuatan yang tidak disengaja,dan kelalaian ini pula yang
sering menimbulkan kejadian kebakaran yang menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian harta benda yang besar dan hampir pada setiap peristiwa kebakaran besar
yang terjadi di kota-kota besar yang padat penduduknya, terjadi karena faktor
kelalaian.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Moenajat Yefta. Luka Bakar Pengetahuan Klinis Praktis. Edisi Revisi.


Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2003.
2. Ardabili, dkk. Evaluation of the Effects of Patient-Selected Music Therapy on
the Sleep Quality and Pain Intensity of Burn Patients. Medical-Surgical
Nursing Journal, 5(2):27-34, 2016.
3. Dewi YRS. Luka bakar: konsep umum dan investigasi berbasis klinis luka
antemortem dan postmortem. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana; 2013.
4. Kristanto EG, Kalangi SJR. Penentuan derajat luka dalam visum et repertum
pada kasus luka bakar. Jurnal Biomedik (JBM), Vol 5(3): 27-30. 2013.
5. Brunner dan Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner dan Suddart. 8th ed. Vol.3. Jakarta: EGC
6. DiMaio J, DiMaio D. Fire Deaths. In: DiMaio J, DiMaio D (eds). Forensic
Pathology. 2nd ed. New York: CRC press LLC;2001. p. 1-21
7. Basebeth Keren DR.SPF.DFM. Kematian Karena Luka Bakar. Available at :
http://deathduetofire.blogspot.com . Acceseed at January 11, 2011.
8. Dix J. Thermal Injuries. In: Dix J (ed). Color Atlas of Forensic Pathology.
New York: CRC Press LLC;2000. P. 116-124
9. Hudspith J, Rayatt S. (2004). First aid and treatment of minor burns. ABC of
burns. BMJ
10. Moenadjat, Yefta. (2003). Luka Bakar : Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
11. Budiyanto A, et all. (1997). Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : SMF Foresik
Fakultas Kedokteran universitas Indonesia.
12. Anonim. Luka Bakar. Available at : http://wikipedia.com. Acceseed at
January 11, 2011.

27
13. Anonim. Severity of burns. Available at :
http://www.burnexperts.com/burnseverity.htm. Acceseed at January 11, 2011.
14. Benson A, Dickson WA, Boyce DE. ABC of Wound Healing : Burns. BMJ
2006;332:755.

28
Lampiran

29
30
31

Anda mungkin juga menyukai