Anda di halaman 1dari 5

2.

4 Patofisiologi

Pada bentuk toksoplasmosis akut baik kongenital maupun didapat, perubahan


histologis dapat terjadi pada hampir semua jaringan. Pada bentuk kongenital,
perubahan terutama terjadi pada sistem saraf pusat, retina, dan koroid. Selama infeksi
laten, Toxoplasma di jaringan dapat ditemui sebagai kista dengan sedikit atau tanpa
reaksi jaringan. Pada infeksi akut, di intraseluler, dan di daerah nekrosis, takizoit
ekstraseluer mungkin juga dapat ditemukan. Daerah nekrosis yang menyeluruh atau
mikroskopis terdapat pada banyak jaringan, terutama jantung, paru, otot skelet, hati,
dan limpa. Daerah kalsifikasi terjadi dalam otak penderita pada toksoplasmosis
kongenital. Sebagai tambahan, vaskulitis periakuaduktus dan periventrikuler, dan
nekrosis dengan pengelupasan jaringan otak yang dapat menyebabkan obstruksi
akuaduktus Sylvii atau foramen Monroe dan sehingga dapat terjadi hidrosefalus.
Obstruksi akuaduktus Sylvii dapat juga terjadi sesudah masa perinatal.
Pada toksoplasmosis akut yang didapat, dapat terjadi limfadenopati sebagai
perubahan limfonodi khas yang meliputi hiperplasia folikuler reaktif dengan kluster
histiosit epitelioid tidak teratur, yang melampaui dan mengaburkan batas pusat
germinativum. Juga terjadi distensi sinus setempat dengan sel monosit. Pemeriksaan
plasenta neonatus yang terinfeksi dapat menunjukkan radang kronis dan kista.
Takizoit dapat dilihat dengan pewarnaan Wright atau Giemsa, tetapi paling baik
ditunjukkan dengan teknik imunoperoksidase. Pewarnaan kista jaringan baik dengan
Acid'Schift periodik (ASP) dan perak seperti juga dengan teknik imunoperoksidase.
(nelson)

2.5 Patogenesis
Toksoplasmosis merupakan infeksi protozoa yang disebabkan oleh
Toxoplasma gondii dengan hospes definitif kucing dan hospes perantara manusia.
Infeksi ini dapat mengenai anak maupun orang dewasa. Manusia dapat terinfeksi
oleh T. gondii dengan berbagai cara. Pada toksoplasmosis kongenital, transmisi
toksoplasma ke janin terjadi melalui plasenta bila ibunya mendapat infeksi primer
waktu hamil. Bila ibu mendapat infeksi selama kehamilan, organisme dapat
menyebar secara hematogen ke plasenta. Bila hal ini terjadi, infeksi dapat ditularkan
pada janin secara parenteral atau selama persalinan pervaginam. Jika infeksi didapat
oleh ibu pada trimester pertama dan tidak diobati, sekitar 17 % janin akan terinfeksi,
dan manifestasi pada bayi biasanya lebih berat. Jika infeksi didapat oleh ibu pada
trimester ketiga dan tidak diobati, sekitar 65 % janin akan terinfeksi dan
manifestasinya ringan atau tidak tampak pada saat lahir.
Pada toksoplasmosis akuista, infeksi dapat terjadi bila memakan daging
mentah atau kurang matang ketika daging tersebut mengandung kista atau trofozoit T.
gondii. Tercemarnya alat-alat untuk masak dan tangan oleh bentuk infektif parasit ini
pada waktu pengolahan makanan merupakan sumber lain untuk penyebaran T. gondii
atau pada anak-anak yang suka bermain di tanah, atau ibu yang gemar berkebun
dimana tangannya tertempel ookista yang berasal dari tanah. (nelson) Transmisi lain
yang pernah dilaporkan adalah penularan melalui transfusi darah dari donor yang
menderita toksoplasmosis asimtomatis, baik packed red cell, suspensi granulosit atau
darah segar. (buku infeksi tropis)
Perkembangan parasit dalam usus kucing menghasilkan ookista yang
dikeluarkan bersama tinja. Ookista menjadi matang dan infektif dalam waktu 3-5 hari
di tanah. Ookista yang matang dapat hidup setahun di dalam tanah yang lembab dan
panas, yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Ookista yang matang bila
tertelan tikus, burung, babi, kambing, atau hewan lainnya atau manusia yang
merupakan hospes perantara, dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Bila organisme
tertelan, bradizoit terlepas dari kista atau sporozoit dari ookista, dan organisme
kemudian masuk ke sel saluran pencernaan. Mereka memperbanyak diri, sel menjadi
pecah, dan menginfeksi sel yang berdekatan. Organisme dapat berpindah melalui
vasa limfatika dan menyebar secara hematogen ke seluruh tubuh. Takizoit
berproliferasi, menghasilkan fokus nekrotik yang dikelilingi oleh reaksi seluler.
Pada perkembangan respons imun normal (humoral dan seluler), takizoit
dapat menghilang dari.jaringan. Pada individu dengan imunodefisiensi dan beberapa
penderita yang tampak secara imunologis normal, infeksi akut dapat berkembang
menjadi manifestasi yang mungkin mernatikan seperti pneumonitis, miokarditis, atau
ensefalitis nekrotikan. Kista terbentuk paling cepat 7 hari sesudah infeksi dan
menetap sepanjang umur hospes. Dengan jumlah sedikit atau banyak dapat
menimbulkan respons radang dan dapat menyebabkan penyakit berulang pada
penderita dengan gangguan imun.

Gambar 2.2 Cara Penularan Toksoplasmosis

2.6 Diagnosis

Diagnosis akut ditegakkan bila ditemukan parasit dalam darah atau cairan
tubuh, ditemukan kista dalam plasenta atau jaringan lain pada neonates, adanya
antigen atau dan organisme dalam potongan preparat jaringan atau cairan tubuh,
didapatkannya antigen dalam serum dan cairan tubuh atau tes serologik yang positif.
Tetapi oleh karena tehnik isolasi tidak selamanya dapat dikerjakan, maka di bawah ini
akan dibicarakan beberapa pemeriksaan penunjang ysng dapat membantu diagnosis.

1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Cairan serebrospinal
Cairan serebrospinal bewarna santokrom, terdapat pleositosis
mononuclear, peningkatan kadar protein. Bila ditemukan IgM dalam
cairan serebrospinal berarti infeksi masih aktif.
b. Gambaran darah tepi
Baik leukopenia maupun leukositosis dapat terjadi pada toksoplasmosis.
Pada fase awal infeksi, dapat ditemukan limfositosis dan monositosis.
Trombositopenia dapat menimbulkan petekie dan ekimosis, merupakan
tanda penting untuk diagnosis. Eosinofilia juga sering terjadi, dapat
mencapat 30% dari jumlah leukosit.
2. Pemeriksaan Histologis
Bila ditemukan takizoit dalam jaringan (misal pada biopsy otak, aspirasi sum
sum tulang) atau cairan tubuh maka dapat ditegakkan diagnosis. Parasit ini
akan terlihat dengan pewarnaan khusus(fluorescent antibody technique atau
peroxidase antiperoxidase technique). Sedangkan jika dalam jaringan
ditemukan kista, belum memastikan adanya infeksi akut. Pada biopsi kelenjar
getah bening pada toksoplasmosis akuisita, didapatkan gambaran kista
dikelilingi baik oleh jaringan sehat ataupun daerah nekrosis. Gambaran ini
tidak khas kecuali ditemukan parasite dalam jaringan.
3. Pemeriksaan Serologik
Merupakan pemeriksaan yang penting untuk membantu diagnosis. Pada tes ini
dapat diukur titer zan anti IgM dan IgG . Zat anti IgM dideteksi pada 2
minggu setelah infeksi, mencapai puncak dalam waktu 1 bulan, kemudian
menurun dan tidak dapat terdeteksi setelah 6-9 bulan kemudian. Sedangkan
zat anti IgG mencapat konsentrasi tertinggi pada 1-2 bulan setelah infeksi,
titer tertinggi dapat ditemukan selama berbulan bahkan setahun atau lebih,
kemudian menurun, dapat ditemukan seumur hidup dengan titer rendah.
Dijumpainya serokonversi atau kenaikan 4 kali titer zat anti IgG (serum kedua
di ambil 2-4 minggu dari pemeriksaan serum pertama) , diduga telah infeksi
yang baru terjadi.Untuk tes serologi sebaiknya diambil dari ibu dan bayi
secara bersamaan. Pada bayi diambil dari darah tali pusat dan darah tepi.
Diagnosis toksoplasmosis kongenital ditegakkan bila dapat diteksi IgM
spesifik atau IgG Spesifik yang menetap setelah IgG ibu menghilang.
4. Foto kepala
Pada foto kepala didapatkan kalsifikasi multiple diameter 1-3 mm menyebar
di daerah periventricular, oksipitoparietal, dan temporal atau berbentuk linier
pada basal ganglia
5. EEG
Tampak aktivitas yang menurun, fokal, focus iritatif, paroksismalitas umum
atau normal
6. CT Scan dan USG Kepala
Pada CT Scan kepala, kalsifikasi intraserebral akan lebih jelas terlihat. Lokasi
biasanya periventricular atau tersebar, kadang kadang terlihat kalsifikasi di
ganglia basalis. CT Scan kepala dapat dipergunakan untuk menilai luas
kerusakan jaringan otak. Bila ubun ubun besar masih terbuka, kalsifikasi dan
kerusakan jaringan otak dapat dilihat pada pemeriksaan USG.
(buku Infeksi tropis)

Anda mungkin juga menyukai