Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA THERMAL

(LUKA BAKAR)

Oleh Kelompok 4 :

1. Anggi Permata Putri : 2014201010


2. M. Deno Apriadi : 2014201024
3. Rinna Destia : 2014201009
4. Ulfa Kartika Sari : 2014201030

Dosen Pengampu : Ns. Panzilion, S. Kep., MM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam "Asuhan Keperawatan Trauma Thermal"
dalam mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat II. Harapan penulis semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 20 Juni 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi ....................................................................................................... 2
2.2 Klasifikasi ................................................................................................... 2
2.3 Etiologi ....................................................................................................... 3
2.4 Manifestasi Klinis ....................................................................................... 4
2.5 Pathway ...................................................................................................... 5
2.6 Patofisiologi................................................................................................ 6
2.7 Komplikasi ................................................................................................. 6
2.8 Penatalaksanaan .......................................................................................... 7
2.9 Pemeriksaan Penunjang .............................................................................. 10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian .................................................................................................. 12
3.2 Analisa Data ............................................................................................... 17
3.3 Diagnosa Keperawatan ............................................................................... 19
3.4 Intervensi Keperawatan .............................................................................. 19
3.5 Implementasi dan Evaluasi ......................................................................... 21
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 27

ii
BAB I

PENDAUHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka bakar adalah salah satu cedera yang paling luas yang berkembang di dunia.
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar
merupakan suatu jenistrauma dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi . Di
Amerika Serikat,lebih dari 1 juta korban luka bakar mencari perhatian di dunia
kedokteran setiap tahun, tetapi hanya 45.000 memerlukan rawat inap (Demling dalam
Gurfinkel et al., 2012). Luka bakar yang paling parah dan tidak dapat dikelola diluar
rumah sakit. Data statistik 2001-2010 di Amerika tingkat kelangsungan hidup: 96,1%,
jenis kelamin: laki-laki 70%, perempuan 30%, penyebab:44% kebakaran / api, 33%
melepuh, kontak 9%, 4% listrik, kimia 3%, 7% lainnya, tempat kejadian: 68% rumah,
10% kerja, jalan 7% / jalan raya,15% lainnya (American Burn Association National
Burn Repository, 2011). Luka bakar derajat dua adalah luka bakar yang meliputi
destruksi epidermis serta lapisan atas dermis dan cedera pada bagian dermis yang lebih
dalam. Luka bakar derajat dua yang kerusakannya mengenai bagian superfisial dari
dermis termasuk derajat dua dalam dimana penyembuhan terjadi secara spontan dalam
waktu sekitar 21 hari dengan jaringan parut minimal. Indonesia adalah negara yang
kaya akan tanaman herbal dan produksi alam yang berlimpah. Madu dan minyak zaitun
sering digunakan sebagai bahan untuk berbagai macam pengobatan. Saat ini madu dan
minyak zaitun mudah didapat dan tersedia di gerai herbal.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu trauma termal?
1.2.2 Apa itu luka bakar?
1.2.3 Bagaimana diagnosa dan intervensi dengan pasien luka bakar?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui trauma termal
1.3.2 Untuk mengetahui asuhan keperawatan luka bakar?
1.3.3 Untuk mengetahui diagnosa dan intervensi dengan pasien luka bakar?

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda-benda yang menghasilkan panas (api, bahan kimia, listrik, maupun radiasi) atau
zat-zat yang bersifat membakar baik berupa asam kuat dan basa kuat (Safriani, 2016).

Luka bakar merupakan kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh berbagai
sumber non-mekanik seperti zat kimia, listrik, panas,sinar matahari atau radiasi nuklir.
Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat langsung atau
perantara dengan sumber panas (thermal), kimia, elektrik,dan radiasi luka bakar adalah
luka yang disebabkan oleh trauma panas yang memberikan gejala, tergantung luas,
dalam, dan lokasi lukanya. (Andra & Yessie, 2013).

2.2 Klasifikasi

Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, antara lain: penyebab,
luasnya luka, dan keparahan luka bakar:

1) Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab.

a. Luka bakar termal

Luka bakar yang biasanya mengenai kulit. Luka bakar ini bisa disebabkan oleh
cairan panas, berkontak dengan benda padat panas, terkena lilin atau rokok, terkena
zat kimia, dan terkena aliran listrik (WHO, 2008).

b. Luka bakar inhalasi

Luka bakar yang disebabkan oleh terhirupnya gas yang panas, cairan panas
atau produk berbahaya dari proses pembakaran yang tidak sempurna. Luka bakar
ini penyebab kematian terbesar pada pasien luka bakar (WHO, 2008).

2) Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar

a. Derajat I (superficial) hanya terjadi di permukaan kulit (epidermis). Manifestasinya


berupa kulit tampak kemerahan, nyeri, dan mungkin dapat ditemukan bulla. Luka
bakar derajat I biasanya sembuh dalam 3 hingga 6 hari dan tidak menimbulkan
jaringan parut saat remodeling (Barbara et al., 2013).
2
b. Derajat II (partial thickness) melibatkan semua lapisan epidermisdan sebagian
dermis. Kulit akan ditemukan bulla, warna kemerahan, sedikit edem dan nyeri
berat. Bila ditangani dengan baik, luka bakar derajat II dapat sembuh dalam 7
hingga 20 haridan akan meninggalkan jaringan parut (Barbara et al., 2013).

c. Derajat III (full thickness) melibatkan kerusakan semua lapisan kulit, termasuk
tulang, tendon, saraf dan jaringan otot. Kulit akan tampak kering dan mungkin
ditemukan bulla berdinding tipis, dengan tampilan luka yang beragam dari warna
putih, merah terang hingga tampak seperti arang. Nyeri yang dirasakan biasanya
terbatas akibat hancurnya ujung saraf pada dermis. Penyembuhan luka yang terjadi
sangat lambat dan biasanya membutuhkan donor kulit (Barbara et al., 2013).

3) Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka

Sedangkan berdasarkan luas lesi dapat diklasifikasikan menjadi 3 yakni:

a. Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat I seluas <10% atauderajat II seluas
<2%.

b. Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajat I seluas 10-15% atauderajat II seluas
5-10%.

c. Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat II seluas >20% atau derajat III seluas
>10%

2.3 Etiologi

Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah

a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn) : gas, cairan, bahan padat

Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald), jilatan api
ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan
objek - objek panas lainnya (logam panas, dan lain - lain)

b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)

Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industri militer ataupun bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat,2005).

c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)


3
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling
rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika intima, sehingga
menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari
lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat,2005).

d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)

Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe
injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radioaktif untuk keperluan terapeutik
dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama
juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi.

2.4 Manifestasi Klinis

1) Warna Kemerahan Bula

2) Edema

3) Nyeri, Atau Perubahan Sensasi

4) Syok Hipovolemik

5) Hipotermi

6) Perubahan Uji Metabolic Dan Darah

7) Dehidrasi

8) Hipoperfusi

9) Resiko Infeksi (Rudall & Green, 2010)

4
2.5 Pathway

5
2.6 Patofisiologi

Luka bakar dikelompokkan menjadi tiga zona berdasarkan derajat kerusakan


jaringan dan perubahan pada aliran darah. Pada bagian pusat atau tengah luka disebut
sebagai zona koagulasi, yaitu zona yang paling banyak terpapar panas dan mengalami
kerusakan terberat. Proteinakan mengalami denaturasi pada suhu diatas 410C, sehingga
panas yang berlebih pada tempat luka akan mengakibatkan denaturasi protein, degradasi,
dan koagulasi yang mampu menyebakan nekrosis jaringan. Diluar zona koagulasi
terdapat zona stasis atau zona iskemik yang ditandai dengan menurunnya perfusi
jaringan. Zona stasis merupakan zona yang berpotensi untuk dilakukan penyelamatan
jaringan (Nisanci et al., 2010). Pada zona stasis, hipoksia dan iskemik dapat
menyebabkan nekrosis jaringan dalam 48 jam bila tidak dilakukan pertolongan.
Penjelasan mengenai terjadinya mekanisme apoptosis dan nekrosis yang terjadi belum
dapat dijelaskan secara detail, tetapi prosesautofagus akan terjadi dalam 24 jam pertama
luka dan apoptosis onset lambat pada 24 hingga 48 jam pasca trauma luka bakar. Pada
daerah paling luar luka yaitu zona hiperemis, merupakan zona yang menerima
peningkatan aliran darah melalui vasodilatasi inflamasi (Tan et al., 2013).

2.7 Komplikasi

Komplikasi luka bakar dapat berasal dari luka itu sendiri atau dari ketidakmampuan
tubuh saat proses penyembuhan luka (Burninjury, 2013).

a. Infeksi luka bakar

Infeksi pada luka bakar merupakan komplikasi yang paling sering terjadi. Sistem
integumen memiliki peranan sebagai pelindung utama dalam melawan infeksi. Kulit
yang rusak atau nekrosis menyebabkan tubuh lebih rentan terhadap patogen di udara
seperti bakteri dan jamur. Infeksi juga dapat terjadi akibat penggunaan tabung atau
kateter. Kateter urin dapat menyebabkan infeksi traktus urinarius, sedangkan tabung
pernapasan dapat memicu infeksi traktus respirasi seperti pneumonia (Burninjury,
2013).

b. Terganggunya suplai darah atau sirkulasi

Penderita dengan kerusakan pembuluh darah yang berat dapat menyebabkan


kondisi hipovolemik atau rendahnya volume darah. Selain itu, trauma luka bakar berat
lebih rentan mengalami sumbatan darah (blood clot) pada ekstremitas. Hal ini terjadi

6
akibat lamanya waktu tirah baring pada pasien luka bakar. Tirah baring mampu
menganggu sirkulasi darah normal, sehingga mengakibatkan akumulasi darah di vena
yang kemudian akan membentuk sumbatan darah (Burninjury, 2013).

c. Komplikasi jangka panjang

Komplikasi jangka panjang terdiri dari komplikasi fisik dan psikologis. Pada luka
bakar derajat III, pembentukan jaringan sikatriks terjadi secara berat dan menetap
seumur hidup. Pada kasus dimana luka bakar terjadi di area sendi, pasien mungkin
akan mengalami gangguan pergerakan sendi. Hal ini terjadi ketika kulit yang
mengalami penyembuhan berkontraksi atau tertarik bersama. Akibatnya, pasien
memiliki gerak terbatas pada area luka. Selain itu, pasien dengan trauma luka bakar
berat dapat mengalami tekanan stress pasca trauma atau post traumatic stress disorder
(PTSD). Depresi dan ansietas merupakan gejala yang sering ditemukan pada penderita
(Burninjury, 2013).

2.8 Penatalaksanaan

Penanganan pertama sebelum ke rumah sakit dengan menyingkirkan sumber luka


bakar tanpa membahayakan penolong, kemudian penatalaksanaan mengikuti prinsip
dasar resusitasi trauma:

a. Lakukan survei primer singkat dan segera atasi permasalahan yang ditemukan

b. Singkirkan pakaian dan perhiasan yang melekat

c. Jika pernafasan dan sirkulasi telah teratasi, lakukan survei sekunder

Tatalaksana di ruang perawatan intensif adalah sebagai berikut:

1. Airway dan Breathing

Managemen airway pada luka bakar penting dilakukan karena jika tidak dilakukan
dengan baik akan mengakibatkan komplikasi serius. Kondisi serius yang perlu
dicermati adalah adanya cedera inhalasi,terutama jika luka bakar terjadi pada ruang
tertutup. Cedera inhalasi lebih jarang terjadi pada ruang terbuka atau pada ruang dengan
ventilasi baik. Hilangnya rambut-rambut wajah dan sputum hitam memberikan tanda
adanya cedera inhalasi. Pemberian oksigen dengan saturasi yang diharapkan setinggi
>90% harus segera diberikan. Pasien dengan luka bakar luas sering membutuhkan
intubasi. Stidor dapat dijumpai dalam beberapa jam pada pasien dengan airway stabil

7
seiring dengan terjadinya edema pada saluran nafas. Hati-hati dalam penggunaan obat-
obat penenang, karena dapat menekan fungsi pernafasan.

2. Circulation

Akses intravena dan pemberian resusitasi cairan sangat penting untuk segera
dilakukan. Lokasi ideal akses pemberian cairan pada kulit yang tidak mengalami luka
bakar, namun jika tidak memungkinkanmaka dapat dilakukan pada luka bakar. Akses
intravena sebaiknya dilakukan sebelum terjadi edema jaringan yang akan menyulitkan
pemasangan infus. Pemasangan infus di vena sentral perlu dipertimbangkan jika tidak
ada akses pada vena perifer. Cairan Ringerlaktat dan NaCl 0,9% tanpa glukosa dapat
diberikan pada 1-2 akses intravena. Kateter Foley digunakan untuk memonitor produksi
urin dan keseimbangan cairan.

3. Evaluasi lanjut

Selang nasogastic digunakan untuk dekompresi lambung dan jalur masuk


makanan. Evaluasi semua denyut nadi perifer dan dinding thoraks untuk kemungkinan
timbulnya sindroma kompatermen terutama pada luka bakar sirkum ferensial.
Observasi menyeluruh terhadap edema jaringan terutama pada ektremitas dan
kemungkinan terjadinya gagal ginjal. Elevasi tungkai dapat dilakukan untuk
mengurangi edema pada tungkai. Kriteria American Burn Association untuk merujuk
ke rumah sakit pusat luka bakar: (Edlich RF, 2014)

1) Derajat keparahan luka bakar sedang

2) Luka bakar derajat III >5%

3) Luka bakar derjat II atau III pada wajah, telinga, mata, tangan, kaki,dan
genitalia/perineum

4) Cedera inhalasi

5) Luka bakar listrik atau petir

6) Luka bakar dengan trauma, jika trauma lebih beresiko maka sebaiknya dirujuk ke
pusat trauma terlebih dahulu

7) Penyakit penyerta yang mempersulit managemen luka bakar

8) Luka bakar kimia

8
9) Luka bakar sirkum ferensial Luka bakar anak perlu dirujuk pada rumah sakit yang
memiliki fasilitas dan kemampuan menangani permasalahan ini. Luka bakar akibat
penyalahgunaan/abuse memerlukan dukungan rehabilitasi jangka panjang.

1. Dermato terapi pada luka bakar

Luka bakar mengakibatkan hilangnya barier pertahanan kulit sehingga


memudahkan timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka,dengan resiko penetrasi
patogen ke jaringan yang lebih dalam dan pembuluh darah sehinga beresiko menjadi
infeksi sistemik yang mengarah pada kematian. Pemberian terapi anti mikroba topikal
dalam bentuk salep atau cairan kompres/rendam seperti: Silver- Sulfadiazine,
Mafenideacetate, Silver nitrate, Povidone-Iodine, Bacitracin, Neomycin, Polymyxin
B, dan antifungal seperti nystatin, mupirocin, dan preparat herbal seperti : Moist
Exposed Burn Ointment/Therapy (MEBO/ MEBT).

2. MEBO/MEBT

Merupakan antimikroba broad spectrum berbentuk ointment dari preparat herbal


yang terdiri dari beta sitosterol, bacailin, berberine yang berperan sebagai analgetik,
anti inflamasi, anti mikroba, dan menghambat pembentukan jaringan parut. Preparat
ini juga mengandung amino acid, fatty acid, dan amylase yang memberikan nutrisi
untuk regenerasi dan perbaikan kulit. Preparat ini merangsang pertumbuhan potential
regenerative cells (PRCs) dan sel punca (stem cell) untuk penyembuhanluka dan
mengurangi terbentuknya jaringan parut. MEBO/MEBT idealnyadiberikan dalam 4-
12 jam pertama setelah paparan panas. Kelembaban pada preparat ointment akan
mengoptimalkan kondisi penyembuhan luka. Penutupan luka dengan kompres saline
dapat berikan bersamaan. AplikasiMEBO/ MEBT dilakukan setiap 6 jam secara
teratur, tanpa pembersihan dengan desinfektan atau debridemen luka.

3. Manajemen nyeri

Nyeri merupakan masalah serius bagi pasien luka bakar semasa pengobatan. Luka
bakar pada lapisan epidermis terasa nyeri hebat akibat tidak ada lapisan epidermis
sehingga ujung-ujung saraf lebih tersensitisasi oleh rangsangan. Nyeri juga dialami
pada luka bakar derajat II sedangkan pada derajat III tidak ada. Peningkatan
katekolamin saat nyeri mengakibatkan peningkatan denyut nadi, tekanan darah, dan
respirasi. Nyeri akan dirasakan pasien terutama saat ganti pembalut luka, saat prosedur

9
operasi, dan saat rehabilitasi. Golongan opioid dan anti inflamasinon steroid lazim
diberikan untuk mengatasi nyeri. Preparat anestesi inhalasi dapat pula diberikan saat
ganti pembalut

• Prognosis

Prognosis luka bakar akan lebih buruk bila terjadi pada area luka yang lebih besar,
usia penderita yang lebih tua, dan pada wanita. Adanya trauma inhalasi atau trauma
signifikan lain seperti fraktur tulang panjang dan komorbiditas berat (penyakit jantung,
diabetes, gangguan psikiatri dan keinginan untuk bunuh diri) juga mempengaruhi
prognosis (Tintinalli,2010). Selain itu juga dapat digunakan metode skoring Baux
termodifikasi untuk memprediksi persentase mortalitas trauma luka bakar. Rumus Baux
adalah umur + persentase area luka bakar + (17 x (trauma inhalasi, 1 = ya,0 = tidak)
(Osler et al., 2010).

2.9 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang padaluka bakar yaitu :


Pemeriksaan Laboratorium

a. Hitung darah lengkap

Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak


sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht
(Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht
turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas
terhadap pembuluh darah.

b. Leukosit

Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.

c. GDA (Gas Darah Arteri)

Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan


oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat
pada retensi karbon monoksida.

d. Elektrolit Serum Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena

10
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat
terjadi bila mulai diuresis.

e. Natrium Urin

Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan ,kurang dari 10 mEqAL
menduga ketidakadekuatan cairan.

f. Alkali Fosfat

Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairanin terstisial atau


gangguan pompa, natrium.

g. Glukosa Serum

Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.

h. Albumin Serum Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.

i. BUN atau Kreatinin

Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapikreatinin dapat


meningkat karena cedera jaringan.

j. Loop aliran volume

Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera.

k. EKG

Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

1) Identitas Klien

Nama : Tn. S

Jenis kelamin : Laki-Laki

Tanggal masuk : 31 Maret 2016

Usia : 27 tahun

Status perkawinan : Menikah

Suku bangsa : Jawa/Indonesia

Alamat : Surabaya

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai swasta

Pendidikan : Tamat SMP

2) Keluhan Utama
Klien merintih kesakitan dan sesak napas karena luka bakar 3 jam sebelum
MRS.
3) Riwayat Penyakit
3.1) Riwayat Penyakit Sekarang : 3 jam sebelum masuk RSUA. Tn. S
menderita luka bakar karena terkena ledakan tabung gas elpiji.
Kesadaran : composmentis
TD: 100/70 mmHg
Nadi: 110x/mnt
S: 37,6°C
RR: 29x/menit
TB: 165 cm
BB: 60 kg pasien mengeluh sesak dan nyeri di daerah yang terbakar.

12
3.2) Riwayat Penyakit Dahulu : Th.S mengatakan belum pemah mempunyai
riwayat masuk rumah sakit/operasi di RS sebelumnya. Riwayat Diabetes
Melitus tidak ada dan Hipertensi tidak ada.
3.3) Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada riwayat DM, hipertensi, asma,
TBC
Pola aktivitas dan latihan: sebelum sakit pasien dapat melakukan aktivitas
sehari-ahri seperti makan minum, toileting, berpakaina dan bekerja secara
mandiri. Sedangkan selama sakit aktivitas seperti makan atau minum, toileting
dan mobilisasi dibantu oleh keluarga atau perawat
Pola istirahat tidur: sebelum sakit pasien mengatakan setiap hari tidur selama
6-7 jam. dan jarang tidur siang karena bekerja. Sedangkan selama sakit, pasien
mengatakan tidur 5-6 jam dimalam hari dan 1-2 jam disiang hari.
Pola kognitif presepsi : pasien mengatakan tidak mengalami gangguan
penglihatan atau pendengaran juga penciuman juga fungsinya. Selama sakit
pasien mengatakan mengalami gangguan nyeri pada daerah leher, perut dan
punggung sehingga sulit beratifitas. Karakteristik nyeri yang dirasakan sebagai
berikut:
P: nyeri akibat trauma luka bakar
Q: nyeri terasa panas ⚫R: rasa nyeri terasa didaerah leher, dada dan punggung.
S: Skala nyeri 7 dari 10
T: Hilang timbul dan meningkat jika danya aktivitas, dan saat tertekan lama
untuk daerah punggung. Pasien juga mengatakan masih merasa sesak saat
bernapas.
4) Pemeriksaan Fisik:

• Primary survey

Airway: tidak tampak adanya sumbatan jalan napas, darah (-), muntahan (-),
suara napas tidak ngorok.

Breathing: kedua dinding thorak tampak normal, napas spotan, rochi (-),
whezhing (-). Napas cepat dangkal, irreguler, RR 29x/menit.

Circulasi: pasien tidak tampak pucat, sianosis (-), HR 110x/menit reguler.

Disability: GCS: eye 4 verbal 5 movement 6-15

13
Exposure: pakaian pasien segera dievakuasi guna mengurangi pajanan
berkelanjutan serta menilai luas dan derajat luka bakar.

• Secondary survey

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit berat

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 110x/mnt, reguler

Suhu : 37,8oC

Pernapasan : 29x/menit

Tinggi badan : 165 cm

Berat badan : 60 kg

Kelenjar Getah Bening

Submandibula : tidak teraba

Leher : tidak teraba

Supraklavikula : tidak teraba

Ketiak : tidak teraba

Lipat paha : tidak teraba

Kepala

Ekspresi wajah : menyeringai, menahan sakit

Rambut : hitam

Simetri muka : simetris tidak ada lebam.

Mata

Lapang pandang normal.

14
Pupil : isokor

Sklera : tidak ikterik

Konjungtiva : tidak anemis

Kelopak mata : tidak udema.

Reflek: cahaya langsung +/+

Telinga

Tidak tampak kelainan.

Mulut

Bentuk: normal

Mukosa bibir: kering

Leher

Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran 10x2 cm wama kulit
merah pucat.

Tekanan vena Jugularis (JVP): 2-5 cmH2O

Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar

Kelenjar Limfe : tidak taraba membesar

Dada

Bentuk : simetris

Pembuluh darah : tidak tampak

Retraksi sela Iga

Paru-paru

Inspeksi: pergerakan paru simetris, tampak retaksi dinding dada ringan. Pasien
tampak sesak.

Palpasi: bentuk normal. Tugor kulit menurun 2 detik

Perkusi : sonor

15
Auskultasi : ronchi (-) whezhing (-)

Jantung

Inspeksi: tidak tampak iktus kordis

Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Lain-lain normal

Perut

Inspeksi: datar, tidak ada ascites, tampak luka bakar bagian bawah memanjang
ukuran 15x3 cm ( derajat 3)

Palpasi: supel, hati tidak membesar

Perkusi: shifting dullness (-)

Auskultasi : bising usus normal.

Punggung

Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian punggung (18%). Warnanya


merah, keabu-abuan, sedikit tampak cairan.

Hasil laboratorium

HB: 14,5g/dl

Lekosit; 29.600/mm

Trombosit: 213.000/mm

Ht: 30%

Ureum : 39mg/dl

Kretinin: 1.3mgdl

Na: 133 mmol/L.

K: 3,68mmol/L

C1: 112 mmol/L

Status luka bakar:

16
• Tampak luka bakar di perut bagian bawah memanjang ukuran 15x3 cm
( derajat 3)-9% derajat 2
• Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian punggung. Warnanya
merah, keabu-abuan, sedikit tampak cairan. - 18% derajat 3
• Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran 10x2 cm
warna kulit merah pucat. -4,5% derajat 2

Luas luka bakar-31.5% dengan derajat kedalaman 2-3

Penatalaksanaan medis

• Rumus baxter: (% luka bakar)x (BB)x(4cc)

31,5%x60x4-7560/24jam

8 jam pertama: 3780 cc

8 jam kedua: 1890ce

8 jam ke 3: 1890

• Mendapat 02 2liter permenit nasal kanul


• Therapy obat :
2. Inj. Cefotaxin Igr/12 jam : anti infeksi
3. Inj. Keterolac 1gr/8jam: anti nyeri
4. Tab. tramadol 50mg/8jam: anti nyeri
5. Mebo salep
6. Supratul

3.2 ANALISA DATA

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS: Klien merasa lemas Kekurangan intake Hipovolemia
DO: cairan
1. Turgor kulit menurun 2 detik.
2. Mukosa kering

17
3. TTV: TD 100/70 mmHg, Nadi
:110x/mnt, regular. Suhu : 37.8°C
Pernapasan: 29x/m
4. Rumus baxter: (% luka bakar)x
(BB) x (4cc) 31.5%x60x4- 7560/
24jam
8 jam pertama: 3780 ce
8 jam kedua: 1890cc
8 jam ke 3: 1890
5. Luas luka bakar- 31,5% dengan
derajat kedalaman 2-3.
2. DS: Pasien mengeluh sesak ketidakseimbangan Gangguan
DO: ventilasi-perfusi pertukaran gas
1. Tampak kesulitan
bernafas/sesak
2. Gerakan dada simetris
3. Pola napas cepat dan dangkal,
irreguler
4. TTV: RR: 29x/menit
3. DS: klien mengeluh panas dan Agen pencedera Nyeri akut
sakit kimiawi
DO:
1. TTV: TD100/70mmHg.
Nadi: 110x/mnt, S: 37,8 C. RR:
29x/menit
2. Pasien nampak meringis
kesakitan sambil memegang dada
yang sakit.
P: trauma luka bakar
Q: terasa panas
R: sisi trauma/cidera yang sakit
S: Skala nyeri 7

18
T: Hilang timbul dan meningkat
jika adanya aktivitas
3. Mendapatkan anti nyeri:
- Inj. Keterolac Igr/8jam: anti
nyeri. -Tab. tramadol
50mg/8jam: anti nyeri

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan d.d pasien merasa lemah


2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d pola napas
abnormal
3. Nyeri akut b.d agen pencedera kimiawi d.d pasien tampak meringis

3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN

NO. SDKI SLKI SIKI


1. Hipovolemia b.d Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
kekurangan intake tindakan 3x24 jam Observasi :
cairan d.d pasien didapatkan kriteria 1. Periksa tanda dan gejala
merasa lemah hasil : hypovolemia
1. turgor kulit 2. Monitor intake dan pucaran
meningkat Terapeutik :
2. dispnea menurun 1. Hitung kebutuhan cairan
3. frekuensi nadi 2. Berikan posisi modified
membaik trendelenburg
4. Tekanan darah 3. Benkan anpan cairan eral
membaik Edukasi
5. Membran 1. Anjurkan memperbanyak
mukosa membaik asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindan
perubahanpona mendadak
Kolaborasi

19
1. Kolaborasi pembentan cairan
IV tom Nact, RL
2. Kolaborasi pembenan cairan
IV hipotonix (m dulcosa 2,5%,
Nac 0,4%)
2. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
pertukaran gas b.d tindakan 3x24 jam Observasi
ketidakseimbangan didapatkan kriteria 1. Monitor pola napas, monitor
ventilasi-perfusi d.d hasil : saturasi oksigen
pola napas abnormal 1. tingkat kesadaran 2. Monitor frekuensi, irama,
meningkat kedalaman dan upaya napas
2. dispnea menurun 3. Monitor adanya sumbatan
3. bunyi napas jalan napas
tambahan menurun Terapeutik
4. gelisah menurun 1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
pencedera kimiawi tindakan 3x24 jam Observasi
d.d pasien tampak didapatkan kriteria 1. Identifikasi lokasi,
meringis hasil : karakteristik, durasi, frekuensi,
1. frekuensi nadi kualitas nyeri
membaik 2. Identifikasi skala nyeri
2. keluhan nyeri 3. Identifikasi responsi nyeri non
menurun verbal
3. meringis Terapeutik
menurun 1. Berikan tenik nonfarmakologi
4. gelisah menurun untuk mengurangi rasa nyeri
5. kesulitan tidur 2. Fasilitasi istirahat dan tidur

20
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Ajarka teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

3.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No. Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi


1. Kamis, 31 Hipovolemia b.d 1. Memeriksa tanda S : Klien merasa
Maret 2016 kekurangan intake dan gejala masih sedikit
pukul 13.00- cairan d.d pasien hypovolemia lemas
15.00 merasa lemah 2. Memonitor intake O :
dan pucaran Turgor kulit
3. Menghitung sedikit baik,
kebutuhan cairan mukosa lembab,
4. Memberikan kadar Kalium-
posisi modified 4.0 mEq/L dan
trendelenburg kadar Natrium-
5. Memberikan 135 mEq/L.,
asupan cairan oral intake dan
6. Menganjurkan output
memperbanyak seimbang
asupan cairan oral A : Masalah
7. Berkolaborasi teratasi
8. Berkolaborasi sebagian
pembentan cairan P : Intervensi
IV tom Nact, RL dilanjutkan

21
2. Kamis, 31 Gangguan pertukaran 1. Memonitor pola S :
Maret 2016 gas b.d napas, monitor Klien
pukul 13.00- ketidakseimbangan saturasi oksigen mengatakan
15.00 ventilasi-perfusi d.d 2. Memonitor sesak
pola napas abnormal frekuensi, irama, O :
kedalaman dan Tampak
upaya napas kesulitan
3. Memonitor adanya bernafas
sumbatan jalan A : Masalah
napas teratasi
4. Mengatur interval sebagian
pemantauan
respirasi sesuai P : Intervensi
kondisi pasien dilanjutkan
5. Menjelaskan TTV:
tujuan dan RR: 29x/menit
prosedur
pemantauan
6. Menginformasikan
hasil pemantauan,
jika perlu
3. Kamis, 31 Nyeri akut b.d agen 1. Mengidentifikasi S:
Maret 2016 pencedera kimiawi lokasi, Klien
pukul 15.00- d.d pasien tampak karakteristik, mengatakan
17.30 meringis durasi, frekuensi, nyeri berkurang
kualitas nyeri dengan skala
2. Mengidentifikasi nyeri 4
skala nyeri O:
3. Mengidentifikasi Klien tidak
responsi nyeri non meringis dan
verbal nadi 95
4. Memberikan tenik kali/detik
nonfarmakologi A:

22
untuk mengurangi Masalah teratasi
rasa nyeri sebagian
5. Memfasilitasi P:
istirahat dan tidur Intervensi
6. Memjelaskan dilanjutkan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
7. Menelaskan
strategi meredakan
nyeri
8. Mengajarrkan
teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri
9. Berkolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
4. Jum’at, 01 Hipovolemia b.d 1. Memeriksa tanda S :
April 2016 kekurangan intake dan gejala Klien sudah
pukul 09.00- cairan d.d pasien hypovolemia tidak lemas dan
13.00 merasa lemah 2. Memonitor intake membaik
dan pucaran O:
3. Menghitung Turgor kulit
kebutuhan cairan membaik,
4. Memberikan mukosa lembab,
posisi modified kadar Kalium-
trendelenburg 4.0 mEq/L dan
5. Memberikan kadar Natrium-
asupan cairan oral 135 mEq/L.,
intake dan

23
6. Menganjurkan output
memperbanyak seimbang
asupan cairan oral A : Masalah
7. Berkolaborasi teratasi
pembentan cairan P : Intervensi
IV tom Nact, RL dihentikan
5. Jum’at, 01 Gangguan pertukaran 1. Memonitor pola S :
April 2016 gas b.d napas, monitor Klien sudah
pukul 09.00- ketidakseimbangan saturasi oksigen tidak sesak
13.00 ventilasi-perfusi d.d 2. Memonitor O:
pola napas abnormal frekuensi, irama, Napas normal
kedalaman dan dan membaik
upaya napas A : Masalah
3. Memonitor adanya teratasi
sumbatan jalan P : Intervensi
napas dihentikan
4. Mengatur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
5. Menjelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantauan
6. Menginformasikan
hasil pemantauan,
jika perlu
6. Jum’at, 01 Nyeri akut b.d agen 1. Mengidentifikasi S:
April 2016 pencedera kimiawi lokasi, Klien
pukul 13.00- d.d pasien tampak karakteristik, mengatakan
15.00 meringis durasi, frekuensi, nyeri berkurang
kualitas nyeri dengan skala
nyeri 4

24
2. Mengidentifikasi O:
skala nyeri Klien tidak
3. Mengidentifikasi meringis dan
responsi nyeri non nadi 95
verbal kali/detik
4. Memberikan tenik A :
nonfarmakologi Masalah teratasi
untuk mengurangi P :
rasa nyeri Intervensi
5. Memfasilitasi dihentikan
istirahat dan tidur
6. Memfelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
7. Menelaskan
strategi meredakan
nyeri
8. Mengajarrkan
teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri
9. Berkolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

25
BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar
dapat tejadi pada setiap orang dengan berbagai faktor penyebab seperti :panas, sengatan
listrik, zat kimia, maupun radiasi. Penderita luka bakar memerluakn penanganan yang
serius secara holistik/ menyeluruh dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Pada penderita
luka bakar yang luas dan dalam memerluan perawatan luka bakar yang lama dan mahal
serta mempunyai efek resiko kematian yang tinggi. Dampak luka bakar bagi penderita
dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga
keluarganya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Andra & Yessie, 2013. Kamus Asuhan Keperawatan Luka Bakar. Bandung : Sailemba

Barbara AB, Glen G, Marjorie S. 2013. Willard and spackman's occupational therapy. Edisi
ke-12. Philadephia: Wolters Kluwer Health.

Burninjury, 2013 Komplikasi Luka Bakar www.who.int/violence_injury_prevention/


other_ injury/burns/en/.

Demling RH dalam Gurfinkel et al., (2012). Burn Modules. Available in website : Diakses
10 Desember 2012 dari http://www.burnsurgery.org

Safriani Y. Penanganan Luka Bakar. Available at: www1-media.acehprov.go.id. 2017

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),

Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi

1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

WHO. 2008. Burns 2008. Geneva: WHO Library Cataloguing Data. [Online Artikel]
[diakses 10 Desember 2010]. Tersedia dari: www.who.int/violence_injury_
prevention/other_ injury/burns/en/.

27

Anda mungkin juga menyukai