Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN
PADA KASUS : LUKA BAKAR
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat I
Dosen Pengampu : Astri Zeini Wahida S.Kep. Ners., M.Kep

Disusun Oleh : Kelompok 9

Cecep Saepul Ilham (C1AA20015)


Cici Mawati Kuswenda (C1AA20017)
Erika Shintia Eldawati (C1AA20031)
Ratu Meiza (C1AA20087)
Shilfa Sintiya (C1AA20103)
Tasya Awalia (C1AA20113)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayatnya kepada kelompok, sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan Gawat Darurat I.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan


yang jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan makalah yang akan kami buat
selanjutnya agar lebih baik lagi, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
adanya saran yang membangun.

Kami mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam pembuatan


makalah ini dan juga kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan kamalah ini. Semoga makalah ini dapat
memenuhi tugas dan bermanfaat bagi kita semua amin.

Sukabumi, Mei 2023

Kelompok 9

I
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .I
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .II
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2
C. Tujuan Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB II TINJAUAN TEORI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
A. Pengertian Luka Bakar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3
B. Etiologi Luka Bakar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3
C. Patofisiologi Luka Bakar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5
D. Pathway Luka Bakar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
E. Manifestasi Klinis Luka Bakar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
F. Klasifikasi Luka Bakar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8
G. Penatalaksanaan Luka Bakar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .12
H. Pemeriksaan Penunjang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
A. Pengkajian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
B. Diagnosa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .25
C. Intervensi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
D. Implementasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
E. Evaluasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
BAB IV PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .29
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .29

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka bakar merupakan masalah kegawatdaruratan yang dapat


terjadi dimana saja dan kapan saja. Kegawat daruratan sering menjadi
situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan
tidak terduga serta membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan
jiwa. Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas,
bahan kimia, listrik dan radiasi. Menurut Forbes (2018) Luka bakar adalah
luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda
yang menghasilkan panas baik kontak secara langsung maupun tidak
langsung. Menurut Laporan dari American Burn Asosiation tahun (2018),
di amerika serikat sekitar 450.000 orang mencari pengobatan untuk luka
bakar di setiap tahunnya, diantaranya 40.000 dirawat di rumah sakit dan
3.400 lainnya meninggal dunia. Mayoritas pasien ini berada di ruang
gawat darurat rumah sakit pusat luka bakar (Forbes et al. 2018)

Menurut Word Health Organization (2018). Dalam Riset


Kesehatan Dasar (2018) Di Indonesia tercatat 1,3% kasus luka bakar.
Hasil dari Riskesdas Provinsi Bali (2018), tercatat sebanyak 1,47%
kejadian, Kejadian terbesar di beberapa kabupaten di Bali yaitu Negara 11
kejadian, Gianyar 17 kejadian dan Karangasem 15 kejadian. Kejadian
terbanyak yaitu pada usia 1-4 tahun yaitu sebanyak 5,56% kejadian, dan
berdasarkan jenis kelamin tercatat kejadian luka bakar lebih banyak
dialami oleh perempuan yaitu sebanyak 2,18% kejadian, sementara Laki-
Laki sebanyak 0,95% kejadian luka bakar.

Menurut PPNI (2017) nyeri akut merupakan pengalaman sensorik


atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau

1
2

fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas


ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan.

Sehingga sangat perlu adanya penanganan atau pertolongan


pertama pada luka bakar yang benar. Pertolongan pertama adalah
penanganan yang diberikan saat kejadian atau bencana terjadi di tempat
kejadian, sedangkan tujuan dari pertolongan pertama adalah
menyelamatkan kehidupan, mencegah kesakitan makin parah, dan
meningkatkan pemulihan (Paula,K.,dkk,2009).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Luka Bakar ?
2. Bagaimana Etiologi Luka Bakar ?
3. Bagaiamana Patofisiologi Luka Bakar ?
4. Bagaiamana Pathway Luka Bakar ?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis Luka Bakar ?
6. Bagaimana Klasifikasi Luka Bakar?
7. Bagaiamana Penatalaksanaan Luka Bakar ?
8. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar ?
9. Bagaiamana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Luka Bakar ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Luka Bakar
2. Untuk Mengetahui Etiologi Luka Bakar
3. Untuk Mengetahui Patofisiologi Luka Bakar
4. Untuk Mengetahui Pathway Luka Bakar
5. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Luka Bakar
6. Untuk Mengetahui Klasifikasi Luka Bakar
7. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Luka Bakar
8. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar
9. Untuk Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Pada Luka Bakar
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Luka Bakar

Luka bakar merupakan masalah kegawatdaruratan yang dapat


terjadi dimana saja dan kapan saja. Kegawatdaruratan sering menjadi
situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan
tidak terduga serta membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan
jiwa. Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas,
bahan kimia, listrik dan radiasi.

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan


kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan
api ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas
(kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta
sengatan matahari (sunburn) (Moenajat, 2001).

Luka bakar merupakan salah satu cedera yang umum terjadi. Hal
ini bisa terjadi karena kelalaian atau kecelakaan. Luka bakar biasanya
terjadi di permukaan kulit. Meski demikian, luka bakar yang parah juga
dapat menembus lapisan dalam kulit sehingga merusak jaringan di
bawahnya.

B. Etiologi Luka Bakar

1. Luka Bakar Termal

Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau


kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
Penyebab paling sering yaitu luka bakar yang disebabkan karena

3
4

terpajan dengan suhu panas seperti terbakar api secara langsung


atau terkena permukaan logam yang panas

2. Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit


dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak
dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri
karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena
kontak dengan zat– zat pembersih yang sering dipergunakan untuk
keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam
bidang industri, pertanian dan militer. Luka Bakar Elektrik

Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api,


dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang
memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh
darah, khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan
sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak,
baik kontak dengan sumber arus maupun grown. Luka bakar listrik ini
biasanya lukanya lebih serius dari apa yang terlihat di permukaan
tubuh.

3. Luka Bakar Radiasi

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber


radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan
radiasi ion pada industry atau dari sumber radiasi untuk keperluan
terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat
terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar
radiasi
5

C. Patofisiologi Luka Bakar


Pada suhu lebih tinggi dari 44 °C (111 °F), protein mulai
kehilangan bentuk tiga dimensinya dan mulai terurai. Keadaan ini
menyebabkan kerusakan pada sel dan jaringan. Kebanyakan efek
kesehatan langsung dari luka bakar adalah gangguan sekunder terhadap
fungsi kulit yang normal. Efek-efek ini meliputi gangguan sensasi kulit,
kemampuan untuk mencegah keluarnya air melalui evaporasi, dan
kemampuan untuk mengontrol suhu tubuh. Gangguan pada membran sel
menyebabkan sel kehilangan kalium yang keluar dari sel dan mengisi
ruang di luar sel sehingga sel tersebut mengikat air dan natrium.
Pada luka bakar yang luas (lebih dari 30% dari total area
permukaan tubuh), akan terdapat suatu respon peradangan yang signifikan.
Keadaan ini menyebabkan meningkatnya kebocoran cairan dari pembuluh
kapiler, dan kemudian menyebabkan pembengkakan jaringan edema. Hal
ini selanjutnya menyebabkan hilangnya volume darah secara keseluruhan,
dan kehilangan plasma yang signifikan dari darah yang tersisa, sehingga
menyebabkan darah menjadi lebih kental. Terhambatnya aliran darah
ke organ seperti misalnya ginjal dan saluran cerna dapat
mengakibatkan gagal ginjal dan tukak lambung. Meningkatnya
kadar katekolamin dan kortisol dapat menyebabkan keadaan
hipermetabolik yang dapat berlangsung bertahun-tahun.[34] Keadaan ini
berhubungan dengan meningkatnya curah jantung, metabolisme, denyut
jantung cepat, dan buruknya fungsi imun.
6

D. Pathway Luka Bakar


7

E. Manifestasi Klinis Luka Bakar

Untuk derajat luka bakar dibagi menjadi 4, yaitu :

1. Grade I

a. Jaringan yang rusak hanya epidermis.

b. Klinis ada nyeri, warna kemerahan, kulit kering.

c. Tes jarum ada hiperalgesia.

d. Lama sembuh + 7 hari.

e. Hasil kulit menjadi normal.

2. Grade II

a. Grade II a

1) Jaringan yang rusak sebagian dermis, folikel, rambut, dan


kelenjar keringat utuh

2) Rasa nyeri warna merah pada lesi

3) Adanya cairan pada bula

4) Waktu sembuh + 7 - 14 hari.

b. Grade II b

1) Jaringan yang rusak sampai dermis, hanya kelenjar keringan


yang utuh.

2) Eritema, kadang ada sikatrik.

3) Waktu sembuh + 14 – 21 hari.

c. Grade III

1) Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis.

2) Kulit kering, kaku, terlihat gosong.


8

3) Terasa nyeri karena ujung saraf rusak.

4) Waktu sembuh lebih dari 21 hari.

d. Grade IV

1) Luka bakar yang mengenai otot bahkan tulang.

F. Klasifikasi Luka Bakar

1. Berdasarkan penyebabnya luka bakar dapat terjadi :

a. Luka bakar karena api

b. Luka bakar karena air panas

c. Luka bakar karena bahan kimia

d. Luka bakar karena listrik

e. Luka bakar karena radiasi

f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)

2. Berdasarkan kedalamannya

a. Luka bakar derajat 1

Luka bakar derajat 1 adalah setiap luka bakar yang didalam


proses penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka
bakar derajat pertama tampak sebagi suatu area yang bewarna
kemerahan, terdapat gelembung – gelembung yang ditutupi daerah
putih, epidermis yang tidak, mengandung, pembuluh darah, dan
dibatasi oleh kulit yang bewarna merah,serta hiperemis. Luka
bakar ini hanya mengenai epidermis dan biasanya dapat sembuh
dalam 5-7 hari. luka bakar ini bisa disebabkan karena sengatan
matahari secara langsung dan berlangsung lama. Luka tampak
sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitif
9

setempat atau pada region tertentu. Luka ini akan sembuh


tanpa menimbulkan bekas.

b. Luka bakar derajat 2

Luka bakar derajat 2 merupakan derajat luka bakar dimana


kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis berupa
reaksi inflamasi yang disertai eksudasi , melepuh, dasar luka
bewarna merah atau pucat, nyeri terjadi karena ujung ujung saraf
terlintasi. Luka bakar derajat 2 dibedakan menjadi 2 yaitu :

1) Derajat II dangkal (Superficial)

Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis,


apendises kulitseperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh, lukasembuh dalam waktu 10-14 hari.

2) Derajat II dalam (deep)

Kerusakan hampir seluruh bagian dermis, apendises seperti


folikel rambut,kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih
utuh. Penyembuhanlebih lama terjadi dalam waktu sekitar lebih
dari 1 bulan.

c. Luka bakar derajat 3

Kerusakan hampir di seluruh bagian dermis, apendises kulit


seperti folikelrambut, kelenjar keringat , kelenjar sebase rusak,
tidak ada pelepuhan, kulitbewarna abu-abu atau coklat, kering,
letaknya lebih rendah, dibandingkankulit sekitar karena koagulasi
protein pada lapisan epidermis dan dermis,tidaktimbul rasa nyeri,
penyembuhan luka lebih lama karena tidak ada prosesepiteliasi
secara spontan.

3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka

a. Luka bakar ringan/minor


10

1) Luka bakar dengan luas kurang dari 15 % pada orang dewasa

2) Luka bakar dengan luas kurang dari 10 % pada anak dan usia
lanjut.

3) Luka bakar dengan luas kurang dari 2 % pada segala usia


dengan tidakmengenai muka, tangan, kaki, dan perinium.

b. Luka bakar sedang (Moderate Burn)

1) Luka bakar dengan luas 15-25 % pada dewasa, dengan luka


bakar derajatIII kurang dari 10%.

2) Luka bakar dengan luas 10 -20% pada anak usia <10 tahun atau
dewasa >40 tahun dengan luka bakar derajat III kurang dari 10%.

3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa
yangtidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perinium.

c. Luka bakar berat (Major Burn)

1) Derajat II – III > 20 % pada pasien berusia dibawah 10 tahun


atau diatasusia 50 tahun.

2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada


butirpertama.

3) Luka bakar pada muka , telinga, tangan , kaki, dan perinium.

4) Adanya cedera pada jalan nafas (cidera inhalasi), tanpa


memperhitungkanluas luka bakar.

5) Luka bakar listrik tegangan tinggi.

6) Disertai trauma lainnya.

7) Pasien –pasien dengan risiko tinggi.


11

Region berdasarkan derajat luka dikelompokkan menjadi :


12

G. Penatalaksanaan Luka Bakar

1. Keperawatan

a. Penanganan awal ditempat kejadian Tindakan yang dilakukan


terhadap luka bakar :

1) Jauhkan korban dari sumber panas, jika penyebabnya api,


jangan biarkan korban berlari, anjurkan korban untuk
berguling–guling atau bungkus tubuh korban dengan kain
basah dan pindahkan segera korban ke ruangan yang cukup
berventilasi jika kejadian luka bakar berada diruangan tertutup.

2) Buka pakaian dan perhiasan yang dikenakan korban

3) Kaji kelancaran jalan nafas korban, beri bantuan pernafasan


korban dan oksigen bila diperlukan

4) Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih


yang bersuhu 200C selama 15–20 menit segera setelah
terjadinya luka bakar

5) Jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban


dengan air sebanyak–banyaknya untuk menghilangkan zat
kimia dari tubuhny

6) Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar


serta cedera lain yang menyertai luka bakar

7) Segera bawa korban ke rumah sakit untuk penanganan lebih


lanjut

b. Penanganan luka bakar di unit gawat darurat

Tindakan yang harus dilakukan terhadap pasien pada 24


jam pertama yaitu :

1) Penilaian keadaan umum pasien. Perhatikan


13

 A : Airway (jalan nafas),

 B : Breathing (pernafasan),

 C : Circulation (sirkulasi)

2) Penilaian luas dan kedalaman luka bakar

3) Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara dan edema saluran


pernafasan

4) Kaji adanya faktor–faktor lain yang memperberat luka bakar


seperti adanya fraktur, riwayat penyakit sebelumnya (seperti
diabetes, hipertensi, gagal ginjal, dll)

5) Pasang infus (IV line), jika luka bakar >20% derajat II / III
biasanya dipasang CVP (kolaborasi dengan dokter)

6) Pasang kateter urin

7) Pasang NGT jika diperlukan

8) Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan

9) Berikan suntikan ATS / toxoi

10) Perawatan luka :

 Cuci luka dengan cairan savlon 1% (savlon : NaCl = 1 :


100)

 Biarkan lepuh utuh (jangan dipecah kecuali terdapat


pada sendi yang mengganggu pergerakan

 Selimuti pasien dengan selimut steril

11) Pemberian obat–obatan (kolaborasi dokter)

 Antasida H2 antagonis

 Roborantia (vitamin C dan A)


14

 Analgetik

 Antibiotik

12) Mobilisasi secara dini

13) Pengaturan posisi

c. Rehabilitasi

1) Terapi psikiater

Mengingat pasien dengan luka bakar mengalami masalah


psikis maka perawat perlu bekerja sama dengan psikiatri untuk
membantu pasien mengatasi masalah psikisnya, namun bukan
berarti menggantikan peran perawat dalam memberikan
support dan empati, sehingga diharapkan pasien dapat dapat
menerima keadaan dirinya dan dapat kembali kemasyarakat
tanpa perasaan terisolasi. Hal lain yang perlu diingat bahwa
sering kali pasien mengalami luka bakar karena upaya bunuh
diri atau mencelakakan dirinya sendiri dengan latar belakang
gangguan mental atau depresi yang dialaminya sehingga perlu
terapi lebih lanjut oleh psikiatris.

2) Terapi fisioterapis

Pasien luka bakar mengalami trauma bukan hanya secara


fisik namun secara psikis juga. Pasien juga mengalami nyeri
yang hebat sehingga pasien tidak berani untuk menggerakkan
anggota tubuhnya terutama ynag mengalami luka bakar. Hal ini
akan mengakibatkan berbagai komplikasi terhadap pasien
diantaranya yaitu terjadi kontraktur dan defisit fungsi tubuh.
Untuk mencegah terjadinya kontraktur, deformitas dan
kemunduran fungsi tubuh, perawat memerlukan kerjasama
dengan anggota tim kesehatan lain yaitu fisioterapis. Pasien
luka bakar akan mendapatkan latihan yang sesuai dengan
15

kebutuhan fisiknya. Dengan pemberian latihan sedini


mungkin dan pengaturan posisi yang sesuai dengan keadaan
luka bakar, diharapkan terjadinya kecacatan dapat dicegah atau
diminimalkan.

3) Terapi nutrisi

Ahli gizi diharapkan dapat membantu pasien dalam


pemenuhan nutrisi yang tidak hanya memenuhi kecukupan
jumlah kalori, protein, lemak, dan lain-lain tapi terutama juga
dalam hal pemenuhan makanan dan cara penyajian yang
menarik karena hal ini akan sangat mempengaruhi nafsu makan
pasien. Dengan pemberian nutrisi yang kuat serta menu yang
variatif, diharapkan pasien dapat mengalami proses
penyembuhan luka secara optimal. Ahli gizi bertugas
memberikan penyuluhan tentang gizi pada pasien dan dengan
dukungan perawat dan keluarga dalam memberikan motivasi
untuk meningkatkan intake nutrisinya maka diharapkan
kebutuhan nutrisi yang adekuat bagi pasien terpenuhi.

2. Medis

Tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan pasien luka bakar


antara lain terapi cairan dan terapi obat – obatan topical.

a. Pemberian cairan intravena

Tiga macam cairan diperlukan dalam kalkulasi kebutuhan pasien :

1) Koloid termasuk plasma dan plasma expander seperti dextran

2) Elektolit seperti NaCl, larutan ringer, larutan Hartman atau


larutan tirode

3) Larutan non elektrolit seperti glukosa 5%


16

Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus


ditentukan secara teliti. Kemudian jumlah cairan infus yang akan
diberikan dihitung. Ada beberapa cara untuk menghitung
kebutuhan cairan ini.

Pemberian cairan ada beberapa formula :

a) Formula Baxter hanya memakai cairan RL dengan


jumlah : % luas luka bakar x BB (kg) x 4cc diberikan ½ 8 jam I
dan ½ nya 16 jam berikut untuk hari ke 2 tergantung keadaan.

Resusitasi cairan : Baxter.

 Dewasa : Baxter

RL 4 cc x BB x % LB/24 jam

 Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:

RL : Dextran = 17 : 3 2 cc x BB x % LB.

 Kebutuhan faal :

 < 1 tahun : BB x 100 cc

 1 – 3 tahun : BB x 75 cc

 3 – 5 tahun : BB x 50 cc

 ½ à diberikan 8 jam pertama

 ½ à diberikan 16 jam berikutnya.

Hari kedua :

 Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.

( 3-x) x 80 x BB gr/hr

(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.

 Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.


17

b) Formula Evans

 Cairan yang diberikan adalah saline

 Elektrolit dosis : 1cc x BB kg x % luka bakar

 Koloid dosis : 1cc x Bb kg x % luka bakar

 Glukosa : - Dewasa : 2000cc dan Anak : 1000cc

c) Formula Brook

 Cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat

 Elektrolit : 1,5cc x BB kg x % luka bakar

 Koloid : 0,5cc x Bb kg x % luka bakar

 Dektros : - Dewasa : 2000cc dan Anak : 1000cc

d) Formula farkland

 Cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat

 Elektrolit : 4cc x BB kg x % luka bakar

b. Terapi obat – obatan topical

Ada berbagai jenis obat topical yang dapat digunakan pada


pasien luka bakar antara lain :

1) Mafenamid Acetate (sulfamylon)

 Indikasi :Luka dengan kuman pathogen gram positif dan


negatif, terapi pilihan untuk luka bakar listrik dan pada
telinga.

 Keterangan : Berikan 1–2 kali per hari dengan sarung


tangan steril, menimbulkan nyeri partial thickness burn
selama 30 menit, jangan dibalut karena dapat merngurangi
efektifitas dan menyebabkan macerasi.
18

2) Silver Nitrat

 Indikasi : Efektif sebagai spectrum luas pada luka pathogen


dan infeksi candida, digunakan pada pasien yang alergi
sulfa atau tosix epidermal nekrolisis.

 Keterangan : Berikan 0,5% balutan basah 2 – 3 kali per hari,


yakinkan balutan tetap lembab dengan membasahi setiap 2
jam.

3) Silver Sulfadiazine

 Indikasi : Spektrum luas untuk microbial pathogen ;


gunakan dengan hati – hati pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal atau hati. 24

 Keterangan : Berikan 1–2 kali per hari dengan sarung steril,


biarkan luka terbuka atau tertutup dengan kasa steril.

4) Povidone Iodine (Betadine)

 Indikasi : Efektif terhadap kuman gram positif dan negatif,


candida albican dan jamur.

 Keterangan : Tersedia dalam bentuk solution, sabun dan


salep, mudah digunakan dengan sarung tangan steril,
mempunyai kecenderungan untuk menjadi kerak dan
menimbulkan nyeri, iritasi, mengganggu pergerakan dan
dapat menyebabkan asidosis metabolic

Dengan pemberian obat–obatan topical secara tepat dan


efektif, diharapkan dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan
mencegah sepsis yang seringkali masih menjadi penyebab
kematian pasien.
19

H. Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar

Pemeriksaan laboratorium darah yang meliputi :

1) Hb, Ht, trombosit

2) Protein total (albumin dan globulin)

3) Ureum dan kreatinin

4) Elektrolit

5) Gula darah

6) Analisa gas darah (jika perlu lakukan tiap 12 jam atau minimal tiap
hari)

7) Karboksihaemoglobin

8) Tes fungsi hati / LFT Penatalaksanaan


BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku, bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
registrasi dan diagnose medis.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu Penting untuk menentukan apakah pasien,
mempunyai penyakit yang merubah kemampuan untuk memenuhi
keseimbangan cairan dan daya pertahanan terhadap infeksi (seperti
Diabetes mellitus , gagal jantung, sirosis hipatis, gangguan
pernafasan).
c. Riwayat Kesehatan Sekarang :
1) Sumber kecelakaan
2) Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
3) Gamabaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
4) Factor yang mungkin berpengaruh seperti alcohol, obat-obatan
5) Keadaan fisik disekitar luka bakar
6) Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit
d. Riwayat Kesehatan Keluarga Didalam keluarga klien apakah
memeliki riwayat penyakit yang sama dengan yang diderita klien
e. Riwayat Psiko- Sosio- Spiritual Pengkajian psikologi meliputi status
emosi, kognitif, dan perilaku klien, pengkajian mekanisme koping
klien terhadap penyakit yang diderita.
2. Pola Kesehatan Sehari-hari
1. Pola kebiasaan Pasien biasanya melakukan kegiatan berhubungan
dengan benda panas dan sangat beresiko.
2. Pola tidur dan istirahat Pasien mengeluh sulit tidur karena merasa
tidak nyaman ataupun nyeri pada bagian luka.

20
21

3. Pola eliminasi Pasien pada pola eliminasi mengeluh susah


melakukan seperti biasa.
4. Pola hubungan dan peran Terjadinya perubahan peran dan hubungan
karena terhambatnya pola aktivitas.
5. Pola persepsi dan konsep diri Pasien merasa tidak berdaya ketika
sakit dan punya harapan untuk sembuh
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Tingkat kesadaran :Compos metis Keadaan umum: lemah
2) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
b) Nadi
c) Respirasi
d) Suhu tubuh
b. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala
Untuk mengetahui turgor kulit dan mengetahui adanya lesi
atau bekas luka.
 Inspeksi : lihat ada lesi atau tidak, warna rambut, edema,
dan penyebaran rambut.
 Palpasi : meraba dan tentukan elastisitas turgor kulitbserta
tekstur kasar atau halus, akral dingin/ hangat.
2) Rambut
Untuk mengetahui warna rambut, kebersihan rambut,
penyebaran rambut.
 Inspeksi : penyebaran rambut merata atau tidak dan adanya
ketombe atau tidak.
 Palpasi :mudah rontok atau tidak, rambut lengket atau tidak.
3) Wajah
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala, untuk
mengetahui luka dan kelainan pada kepala.
22

 Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah antara kanan dan kiri jika


ada perbedaan maka ada kelumpuhan atau parase.
 Palpasi :lihat adanya luka, respon nyeri dengan melakukan
penekanan sesuai kebutuhan.
4) Mata
Untuk mengetahui bentuk mata, fungsi mata serta untuk
melihat apakah ada kelainan pada mata.
 Inspeksi: lihat warna konjungtiva dan sclera mata (kuning
atau ikterik), pupil isokor, medriasis atau miosis.
 Palpasi : lihat apakah ada tekanan intra okuler. Apabila ada
maka ketika dilakukan penenkanan akan terasa keras, kaji
jika ada nyeri tekan.
5) Hidung
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung
 Inspeksi : lihat bentuk hidung simetris atau tidak, apakah
ada kemerahan atau lesi hidung bagian dalam.
 Palpasi : lakukaan penekanan apakah ada nyeri tekan pada
sinus, apakah ada nyeri tekan pada pangkal hidung, apakah
terjadi benjolan.
6) Mulut dan Faring
Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada mulut dan faring.
 Inspeksi : lihat apakah ada kelainan pada bibir (bibir
sumbing), bentuk bibir simetris atau tidak, warna bibir,
kelembapan, apakah ada gigi yang berlubang, kebersihan
gigi, serta lihat apakah ada pembesaran pada tonsil.
 Palpasi : ada lesi atau massa pada area mulut dg melakukan
penekanan di daerah pipi, serta kaji jika ada nyeri tekan.
7) Telinga
Untuk mengetahui fungsi telinga dan melihat apakah ada
kondisi abnormal pada telinga.
23

 Inspeksi : lihat warna daun telinga, bentuk, simetris atau


tidak antara kanan dan kiri, serta lihat apakah ada serumen.
 Palpasi : lakukn penekanan ringan apakah ada nyeri tekan
atau tidak dan elastisitas kartilago.
8) Leher
Untuk mengetahui fungsi dan apakah ada kelainan pada leher.
 Inspeksi : lihat warna kulit, bentuk, amati adanya
pembesaran kelenjar tiroid.
 Palpasi : lakukan penekanan pada leher dengan cara
meletakkan kedua tangan disisi samping leher dan pasien
suruh menelan lalu rasakan apakah ada pembesaran tiroid
pada sisi leher.
9) Dada
Untuk mengetahui bentuk, frekuensi, nyeritekan, irama
pernafasan dan bunyi paru.
 Inspeksi : lihat kesimetrisan dada kanan dan kiri, apakah ada
retraksi dada atau tidak.
 Palpasi: apakah ada Auskultasi: untuk mengetahui bunyi
nafas.
10) Abdomen
Untuk mengetahui warna, bentuk perut, peristaltic usus, dan
apakah ada nyeri tekan.
 Inspeksi: amati bentuk perut, warna kulit, apakah ada
benjolan, dan asites.
 Auskultasi: dengarkan peristaltik usus dan hitung apakah
ada peningkatan pada bising usus.
 Palpasi: apakah ada lesi, dan nyeri tekan. Perkusi: apakah
ada hipertimpani atau tidak.
11) Musculoskeletal/ Ektremitas
Untuk mengetahui mobilitas kekutan otot.
 Inspeksi : lihat apakah ada atrofi pada ekstremitas.
24

 Palpasi : lakukan penekanan dan minta pasien untuk


memberi tahanan pada eskstremitas untuk melihat kekuatan
otot pada anggota gerak atas dan bawah.
12) Pemeriksaan Nervus
 NI olfaktorius : untuk memeriksa indra penciuman dengan
baubauan yg tajam .
 NII optikus : pemeriksaan ketajaman penglihatan dengan
visual test snellen card.
 N III,IV,VI okulomotorius, throkhlearis, abdusens : apakah
ada paralisis pada salah satu mata, pemeriksaan pupil,
gerakan bola mata.benjolan serta nyeri tekan, lihat apakah
ada pelebaran pada ictus cordis. Perkusi: untuk melihat
batas normal paru.
 N V trigeminus : apakah ada gangguan mengunyah, kasus
stroke terkadang terdapat paralisis pada saraf trigeminus.
 N VII fasialis : kaji persepsi pengecapan, dan kesimetrisan
wajah.
 N VIII akustikus : apakah ada gangguan pendengaran .
 N IX dan X glosofaringeus dan vagus : kemampuan
menelan berfungsi secara normal atau tidak, serta ajak klien
untuk membuka mulut untuk menilai fungsi dari vagus.
 N XI asesorius : minta klien untuk menengok kesisi salah
satu tubuh serta mengangkat bahu.
 N XII hipoglosus : melihat saraf motorik untuk ekstrinsik
dan intrinsik lidah .
13) Pemeriksaan Integumen
 Inspeksi:amati warna kulit, kaji adanya lesi dan edema
Palpasi:kelembaban kulit, mengecek suhu kulit dengan cara
membandingkan kedua kaki dan lengan tangan dengan
menggunakan jari, tarik/cubit untuk mengetahui turgor kulit
(normalnya kembali cepat). Wallace membagi tubuh atas
25

bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan rule of


nine of Wallace yaitu :
a) Kepala dan leher :9%
b) Lengan masing-masing 9% :18%
c) Badan depan 18%, badan bagian belakang :36%
d) Tungkai masing-masing 18 :36%
e) Genitalia/perinium :1%

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien luka bakar yang mungkin muncul :
a. Resiko tinggi bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obtruksi trakeabronkial; edema mukosa dan hinganya kerja silia; luka
bakar daerah leher; kopresi jalan nafas thorak dan dada.
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan melalui rute abnormal; status hypermetabolik.
c. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi
asap sindrom kompartemen terokal sekunder terhadap luka bakar
sirkumfisial dari dada atau leher.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adequate;
kerusakan perlindungan kulit; jaringan traumatic.
e. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan; bentukan
edema; manifulasi jaringan cedera.
f. Resiko kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan luka bakar
melingkari ekstremitas atau luka bakar listrik dalam.
g. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisi
situasi; kecacatan; nyeri.
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan destruksi lapisan kulit.
Diagnosis keperawatan yang menjadi fokus pada studi literatur ini
yaitu resiko infeksi, karena berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adequate; kerusakan perlindungan kulit; jaringan traumatik. Definisi resiko
26

infeksi adalah beresiko akan mengalami peningkatan terserang organisme


patogenik.
Faktor resiko :
1. Umur/usia
2. Jenis kelamin
3. Rumah atau gedung yang tidak memiliki detector asap
4. Merokok
5. Menggunakan microwave
6. Terpapar sumber panas/kabel
7. Cara menyimpan benda yang mudah terbakar
8. Menggunakan kompor atau memasang

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan mengenai Resiko Infeksi Dengan
intervensi tambahan Perawatan Luka Bakar dengan Madu.
Diagnose Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
 Resiko infeksi Kriteria hasil Intervensi utama:
berhubungan dengan sebagai berikut: Manajemen
pertahanan primer 1. Kebersih tangan imunisasi/vaksinasi
tidak adequate; meningkat (pencegahan infeksi)
kerusakan 2. Kebersihan badan
perlindungan kulit; meningkat Intervensi pendukung:
jaringan traumatic. 3. Nafsu makan meningkat 1. Dukungan perawatan
4. Demam menurun diri(mandi)
5. Kemerahan menurun 2. Edukasi pencegahan
6. Nyeri menurun luka tekan
7. Bengkak menurun 3. Manajemen nutrisi
8. Cairan berbau busuk 4. Menejemen medikasi
menurun 5. Pemantauan elektrolit
9. Kultur area luka membaik 6. Pemantauan nutrisi
27

7. Pemantauan tanda vital


8. Pemberian obat oral
9. Pencegahan luka tekan
10. Pengaturan posisi
11. Perawatan luka bakar

D. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah perilaku yang dikerjakan oleh
perawat untuk melaksanakan intervensi keperawatan (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018). Implementasi keperawatan merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan perawat sesuai dengan intervensi yang dibuat
sebelumnya. Perawat harus memastikan jika tindakan yang dilakukan
sudah aman, tepat, serta melakukan penilaian berdasarkan tujuan dan
kriteria hasil yang ditetapkan.
E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses


keperawatan pada tahap ini dilakukan penilaan apakah masalah sudah
teratasi sepenuhnya atau masalah masih teratasi sebagian. Dalam
perumusan evaluasi keperawatan menggunakan empat komponen yang
dikenal dengan istilah SOAP, yaitu S (Subjektif) pasien mengatakan sudah
tidak merasakan nyeri, pasien mengatakan sudah tidak terbakar, pasien
mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas seperti biasa, O (Objektif)
pasien sudah terlihat melakukan aktivitas seperti biasa, terlihat luas
permukaan luka bakar mengecil, tidak terlihat tanda-tanda infeksi, terlihat
jaringan baru pada kulit mulai terbentuk, terlihat skala nyeri 0, A (Analisa/
assessment) tujuan skala nyeri sudah tercapai dengan dibuktikan bahwa
skala nyeri 0, tujuan tindakan keperawatan luka bakar sudah tercapai
dengan dibuktikan luas permukaan luka bakar mengecil, tidak terlihat
tanda-tanda infeksi, terlihat jaringan baru pada kulit mulai terbentuk,
tujuan pola aktivitas pasien sudah tercapai dengan di buktikan makan dan
minum sendiri tanpa bantuan orang lain, P (Planning) melakukan edukasi
28

perawatan luka ketika dirumah, melakukan edukasi farmakologis dirumah,


menginformasikan untuk melakukan konsultasi secara rutin, melakukan
edukasi keluarga pasien untuk tetep mendampingi apabila pasien
membutuhkan bantuan. Apabila tujuan telah tercapai maka intervensi
dihentikan namun, jika tujuan belum tercapai maka perawat akan
melakukan modifikasi intervensi supaya tujuan dapat dicapai.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Luka bakar adalah cedera terhadap jaringan yang disebabkan oleh


kontak dengan panas (api), panas lembab (uap atau cairan panas), kimiawi
( seperti, bahan-bahan korosif), barang-barang elektrik (aliran listrik atau
lampu), friksi, atau energi elektromagnetik dan radiasi. . Tergantung dari
luas dan derajat luka, luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi ringan,
sedang dan berat. Luka bakar memiliki fase akut, sub akut dan lanjut yang
memiliki tanda khas masing- masing. Penanganan yang dilakuakan pada
pasien luka bakar yaitu : pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat,
pencegahan infeksi, penanganan/penyembuhan luka dan pemberian obat-
obatan (kolaborasi dokter), pencegahan kontraktur/deformitas dan
rehabilitasi lanjut (Terapi).

B. Saran

Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki,


baik dari tulisan maupun bahasan yang kami sajikan, oleh karena itu
mohon diberikan sarannya agar kami bisa membuat makalah lebih baik
lagi, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, dan
menjadi wawasan kita dalam memahami paragraf.

29
DAFTAR PUSTAKA

R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran, EGC; 2007.
Moenajat, Yefta. Luka Bakar : Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2003
Sjamsuhidajat, R., de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC;
2004.
Ratna Yulia. (2013). LUKA BAKAR : KONSEP UMUM DAN
INVESTIGASI BERBASIS KLINIS LUKA ANTEMORTEM
DAN POSTMORTEM.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5820/4382.
Diakses pada 06 Mei 2023.
Alodokter. (2022). Luka Bakar. https://www.alodokter.com/luka-bakar.
Diakses pada 06 Mei 2023.
Wikipedia. (2023). Luka Bakar.
https://id.wikipedia.org/wiki/Luka_bakar#cite_note-Roj2012-34.
Diakses pada 06 Mei 2023.

Cahyaningsih, Ni Komang Ayu (2021) GAMBARAN PENGELOLAAN NYERI


AKUT PADA PASIEN LUKA BAKAR DI RSUD SANJIWANI GIANYAR
TAHUN 2021. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/8033/. Diakses pada
06 Mei 2023.

Nurul’aisyah, (2021). “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Tn. M


Pasien Luka Bakar Di Puskesmas Borobudur” POLTEKES KEMENKES:
Semarang

30

Anda mungkin juga menyukai