Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR

DI SUSUN OLEH :

Dina Martiani 19320010


Liza Ayu Pratiwi 19320015
Muhammad Robby 19320020
Ria Mu’alifah 19320029
Sisca Hidayanti 19320033

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum wr.,wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.,Tuhan Semesta alam Atas izin dan
karunia-Nya ,kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan gawat darurat (asuhan
keperawatan luka bakar ) tepat pada waktunya .
Serta tak lupa kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan nabi besar
kami Muhamad SAW, semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari kelak amin.Adapun
makalah keperawatan gawat darurat ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kami yaitu
Keperawatan gawat darurat 1, kami berharap semoga apa yang kami tulis ini bermanfaat
untuk pembaca.
Kami selaku penulis dengan kerendahan hati,menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan oleh karena itu apabila ada ketikdaksesuaian kalimat dan terdapat
kesalahan kata dalam makalah ini kami meminta maaf yang sebesar besarnya , Meskipun
demikian ,penulis terbuka pada kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini
Terimakasih.,
Wassalamualaikum wr.,wb.

Bandar Lampung, 28 September 2021

Penulis,

2
DAFTAR ISI
COVER ..............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR ......................................................................................................2
DAFTAR ISI .....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................5
2.1 Definsi ..........................................................................................................................5
2.2 Etiologi .........................................................................................................................6
2.3 Klasifikasi Luka Bakar .................................................................................................6

2.4 Zona Luka Bakar ..........................................................................................................8

2.5 Fase Luka Bakar ..........................................................................................................9

2.6 Manifestasi klinis luka bakar ........................................................................................9

2.7 Patofisiologi...................................................................................................................10

2.8 Pemeriksaan penunjang luka bakar ............................................................................10

2.9 Penatalaksana ................................................................................................................10

2.10 Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu ..........................................................12

2.11 Asuhan Keperawatan .................................................................................................13

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................20

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................20

3.2 Saran ..........................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari aktifitas
manusia dalam rumah tangga, industri, trafic accident, maupun bencana alam. Luka
bakar ialah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda
yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik) atau zat-zat yang bersifat membakar
(asam kuat, basa kuat) (Paula,K.,dkk, 2009). Anak-anak kecil dan orang tua
merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja
laki-laki dan pria dalam usia kerja juga lebih sering menderita luka bakar dari pada
yang diperkirakan lewat representasinya dalam total populasi. Sebagian besar luka
bakar terjadi di rumah. Memasak, memanaskan dan menggunakan alat-alat listrik
merupakan pekerjaan yang lazimnya terlihat dalam kejadian ini. Kecelakaan industry
juga menyebabkan banyak kejadian luka bakar (Brunner&Suddarth, 2001).
Sehingga sangat perlu adanya penanganan atau pertolongan pertama pada luka bakar
yang benar. Pertolongan pertama adalah penanganan yang diberikan saat kejadian
atau bencana terjadi di tempat kejadian, sedangkan tujuan dari pertolongan pertama
adalah menyelamatkan kehidupan, mencegah kesakitan makin parah, dan
meningkatkan pemulihan (Paula,K.,dkk,2009). Namun ada kebiasaan masyarakat
yang kurang tepat, jika terjadi luka bakar banyak orang yang memberikan pertolongan
pertama pada kasus luka bakar.
Dengan mengoleskan pasta gigi, mentega, kecap, minyak, dan masih banyak lagi
anggapan dan kepercayaan seseorang yang selama ini diyakini di masyarakat. Hingga
kini masih banyak masyarakat yang percaya dengan hal tesebut. Seharusnya
pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah sesegera mungkin mendinginkan
area yang terkena dengan air sejuk yang mengalir selama minimal 20 menit. Hal ini
untuk mengurangi bengkak yang dapat terjadi dan mempercepat proses penyembuhan
di kemudian harinya. Tidak perlu menggunakan air yang terlalu dingin atau
menggunakan es batu karena hal tersebut justru akan merusak jaringan kulit lebih
dalam (Rionaldo D, 2014). Penanganan dalam penyembuhan luka bakar antara lain
mencegah infeksi, memacu pembentukan kolagen dan mengupayakan agar sisa-sisa
sel epitel dapat berkembang sehingga dapat menutup permukaan luka (Syamsuhidayat
dan Jong, 2004).
Berdasarkan catatan WHO luka bakar menyebabkan 195.000 kematian/tahun di
seluruh dunia terutama di negara miskin dan berkembang. Luka bakar yang tidak
menyebabkan kematian pun ternyata menimbulkan kecacatan pada penderitanya.
Wanita di ASEAN memiliki tingkat terkena luka bakar lebih tinggi dari wilayah
lainnya, dimana 27% nya berkontribusi menyebabkan kematian di seluruh dunia, dan
hampir 70% nya merupakan penyebab kematian di Asia Tenggara. Luka bakar
terutama terjadi di rumah dan di tempat kerja yang seharusnya bias dicegah sebelum
terjadi (Kristanto, 2005).

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu luka bakar ?
2. Apa etiologi luka bakar ?
3. Apa manifestasi klinis luka bakar ?
4. Apa patofisiologi luka bakar?
5. Pemeriksaan Penunjang apa yang harus dilakukan pada luka bakar ?
6. Bagaimana penatalaksana luka bakar ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Agar mahasiswa/i mengetahui definisi luka bakar
2. Agar mahasiswa/i mengetahui etiologi luka bakar
3. Agar mahasiswa/i mengetahui manifestasi klinis luka bakar
4. Agar mahasiswa/i patofisiologi luka bakar
5. Agar mahasiswa/i mengetahui Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan pada
luka bakar
6. Agar mahasiswa/i mengetahui penatalaksana luka bakar

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas,arus listrik, bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa danjaringan yang lebih dalam (Irna
Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Luka Bakar adalah keadaan sakit yang dapat membawa pemderitaan pada
morbiditas yang sangat kompleks dan merupakantrauma yang paling berpotensi
menyebabkan gangguan berat integritaspenampakan dan psikologis apabila berpotensi
menyebabkan gangguan berat integritas (Teddy O.H SMF Bedah Plastik RSUD
Dr.Soetomo).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi
seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi, sebab kontak dengan suhu
rendah. Luka bakar ini
dapat mengakibatkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan dengan problem
fungsi maupun estetik (Arif Mansjoer, 2000).
Luka bakar adalah kelainan kulit yang di sebabkan oleh agen termal, kimia,
listrik atau radioaktif (Wong, 2004). Luka bakarmerupakan luka yang unik diantara
bentuk-bentuk luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati
(eskar) yang tetap
berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama (Smeltzer,2001).
Luka bakar adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses
patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu
(Lazarus, 1994 dalam Potter & Perry, 2006). Luka bakar merupakan jenis luka,
kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun
suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi.

5
Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung
jenis jaringan yang terkena luka bakar,tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi
akibat luka tersebut(Chemical Burn Causes, 2008).

2.2 Etiologi Luka Bakar


Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar menurut Sudjatmiko (2007), dapat
dibagi menjadi:
1. Panas
a. Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar
pakaian terlebih dahulu barumengenai tubuh. Serat alami memiliki
kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh
atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.
b. Benda panas : Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka bakar
yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya
antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau
peralatan masak.
c. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin
lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka
yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka
bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan,
yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang
disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola
sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan.
d. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil.
Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari
uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap
panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal diparu.
e. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan
oklusi jalan nafas akibat edema.

2. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan
percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
3. Bahan kimia (asam atau basa)
4. Radiasi
Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.Kerusakan jaringan disebabkan oleh api
lebih berat dibandingkan dengan air panas; kerusakan jaringan akibat bahan
yangbersifat koloid (misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air
panas. Luka bakar akibat ledakan juga menyebabkan kerusakan organdalam
akibat daya ledak (eksplosif). Pada luka bakar yang disebabkanoleh bahan
kimia terutama asam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi
jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan
proses penyembuhan.

2.3 Klasifikasi Luka Bakar

6
Luka Bakar dapat di klasifikasikan berdasarkan kedalaman luka bakar atau
berdasarkan luas luka bakar. Terdapat kriteria dari World Health Association (WHO)
dan American Burn Association (ABA). WHO mengklasifikasikan luka bakar
berdasarkan kedalaman sebagai berikut :
A. Luka Bakar Derajat I
 Luka bakar ini sering disebut juga sebagai superficial burn karena
hanya mengenai epidermis.
 Penyebab dari luka bakar ini adalah paparan sinar matahari yang
terlalu lama, kontak singkat dengan benda panas atau terkena percikan
api
 Umumnya luka bakar ini sembuh dalam satu minggu dan tidak
menimbulkan perubahan pada warna kulit, tekstur kulit atau ketebalan
kulit.
B. Luka Bakar Derajat II
 Luka bakar ini disebut juga partial thickness burn karena mengenai
epidermis dan dermis.
 Berdasarkan lama penyembuhannya, luka bakar ini dibagi menjadi dua
: o Luka bakar derajat II superfisial merupakan luka bakar dengan lama
penyembuhan kurang dari tiga minggu. o Luka bakar derajat II
profunda (deep) merupakan luka bakar dengan lama penyembuhan
lebih dari tiga minggu dan sering menimbulkan skar hipertrofi saat
sembuh.
C. Luka Bakar Derajat III
 Luka bakar ini disebut juga full thickness burn karena mengenai
seluruh lapisan kulit mulai dari epidermis, dermis, jaringan subkutan
hingga folikel rambut
 Luka bakar ini tidak dapat sembuh dengan sendirinya tanpa operasi
grafting.

Kemudian berdasarkan luas luka bakar, dibawah ini adalah kriteria


menurut American Burn Association :
A. Luka Bakar Ringan (Minor)

 Luka bakar dengan luas permukaan <15%/10% pada anak -


anak daerah permukaan tubuh (Body Surface Area/BSA), kulit
tampak agak menonjol
 Luka dengan seluruh ketebalan kulit dengan luas permukaan

<2% daerah permukaan tubuh (BSA) tetapi luka tidak mengenai


daerah wajah, mata, telinga atau perineum)
B. Luka Bakar Sedang (Moderate)

Luka yang mengenai sebagian ketebalan kulit di bawah 15-20%


daerah permukaan tubuh (BSA) atau 10-20% pada anak – anak
 Luka yang mengenai seluruh ketebalan kulit 2-10% daerah
permukaan tubuh (BSA) tetapi luka tidak mengenai daerah
wajah, mata, telinga atau perineum)
C. Luka Bakar Berat (Major)

7
 Luka yang mengenai sebagian ketebalan kulit lebih dari 25%
daerah permukaan tubuh (BSA) atau 20% pada anak – anak.
 Luka yang mengenai seluruh ketebalan kulit lebih dari 10%
daerah permukaan tubuh (BSA)
 Semua luka bakar yang mengenai daerah wajah, mata, telinga atau
perineum Luka bakar karena sengatan listrik

 Luka bakar inhalasi

 Luka bakar yang disebabkan oleh trauma jaringan berat

 Semua pasien dengan resiko buruk

2.4 Zona Luka Bakar

Terdapat beberapa jenis dari luka bakar : panas, bahan kimia, sengatan
listrik, radiasi, gesekan, dan suhu dingin. Luka bakar karena panas merupakan
jenis yang paling sering terjadi dan menjadi fokus utama. Letak luka bakar
karena panas dibagi menjadi tiga zona:
1. zona koagulasi dimana zona ini merupakan zona yang terdalam. Pada
zona ini sirkulasi darah telah berhenti dan terdapat koagulasi nekrosis
seluler yang sangat luas karena area ini mendapatkan kerusakann yang
paling parah oleh paparan panas yang ekstrim. Sel – sel telah mati dan
tidak bisa beregenerasi secara mandiri. Maka dari itu, pada zona ini
dibutuhkan tindakan operatif seperti eksisi dan cangkok kulit.

2. zona stasis. Zona ini melingkari zona koagulasi dan merupakan zona
dengan resiko tinggi terjadinya nekrosis seluler karena aliran darah
pada zona ini sangat berkurang. Kelangsungan hidup kulit pada zona
ini bergantung pada resusitasi cairan yang tepat dan penatalaksanaan
yang tepat pula untuk dapat bertahan. Penatalaksanaan pada 24 jam
sampai 72 jam pertama merupakan hal yang sangat penting.
3. zona hyperemia. Zona ini merupakan zona dengan kerusakan yang
minimal karena zona ini jauh dari sumber luka.Respon dari kulit pada
zona ini adalah mengeluarkan mediator inflamasi seperti sitokin yang
menyebabkan terjadinya vasodilatasi. Vasodilatasi menyebabkan
masuknya nutrisi yang diperlukan untuk membantu pemulihan dan
pengeluaran zat – zat sisa. Secara struktur, zona ini tidak mengalami
kerusakan dan akan beregenerasi.

8
2.5 Fase Luka Bakar
Dalam perjalanan penyakit dibedakan 3 fase pada luka bakar,yaitu :
1) Fase awal, fase akut, fase syok
Pada fase ini problem yang berkisar pada gangguan saluran nafas karena
adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini juga terjadi
gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit, akibat cedera termis
yang bersifat sistemik.
2) Fase setelah syok berakhir, diatasi, fase subakut Fase ini berlangsung setelah
syok berakhir atau dapat diatasi. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan (kulit
dan jaringan dibawahnya) dapat menimbulkan masalah, yaitu :
a) Proses inflamasi
Proses inflamasi yang terjadi pada luka bakar berbeda dengan luka sayat
elektif; proses inflamasi di sini terjadi lebih hebat disertai eksudasi dan
kebocoran protein.Pada saat ini terjadi reaksi inflamasi lokal yang
kemudian berkembang menjadi reaksi sistemik dengan dilepaskannya zat-
zat yang berhubungan dengan proses immunologik, yaitu kompleks
lipoprotein (lipid protein complex, burn-toxin) yang menginduksi respon
inflamasi sistemik (SIRS = Systemic Inflammation Response syndrome).
b) Infeksi yang dapat menimbulkan sepsis
c) Proses penguapan cairan tubuh disertai panas / energi (evaporative heat
loss) yang menyebabkan perubahan dan gangguan proses metabolisme.
3) Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi.
Masalah pada fase ini adalah timbul penyulit dari luka bakar berupa parut
hipertrofik kontraktur dan deformitas lain yang terjadi karena kerapuhan
jaringan atau organ-organ stuktural, misalnya bouttoniérre deformity.(Herndo,
2008).

2.6 Manifestasi klinis luka bakar


Menurut effendi 1999 manifestasi klinik yang muncul pada luka bakar sesuai dengan
kerusakannya.
1. Grade I
Kerusakan pada epidermis, kulit kering kemerahan, nyeri sekali, nyeri dalam
3-7 dan tidak ada jaringan perut.

2. Grade II
Kerusakan pada epidermis dan dermis terdapat vesikel dan edema subkutan,
luka merah, basah, dan mengkilat, sangat nyeri sembuh dalam 28 hari

9
tergantung komplikasi infeksi.

3. Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, tidak ada nyeri, luka merah keputih
putihan dan hitam keabu abuan, tampak kering, lapisan yang rusak tidak
sembuh sendiri maka perlu skin graff.

2.7 Patofisiologi
Luka bakar dikelompokkan menjadi tiga zona berdasarkan derajat kerusakan
jaringan dan perubahan pada aliran darah. Pada bagian pusat atau tengah luka disebut
sebagai zona koagulasi, yaitu zona yang paling banyak terpapar panas dan mengalami
kerusakan terberat. Protein akan mengalami denaturasi pada suhu diatas 41°C,
sehingga panas yang berlebih pada tempat luka akan mengakibatkan denaturasi
protein, degradasi, dan koagulasi yangmampu menyebakan nekrosis jaringan. Diluar
zona koagulasi terdapat zona stasis atau zona iskemik yang ditandai dengan
menurunnya perfusi jaringan. Zona stasis merupakan zona yang berpotensi untuk
dilakukan penyelamatan jaringan (Moenadjat, 2001)
Pada zona stasis, hipoksia dan iskemik dapat menyebabkan nekrosis jaringan
dalam 48 jam bila tidak dilakukan pertolongan. Penjelasan mengenai terjadinya
mekanisme apoptosis dan nekrosis yang terjadi belum dapat dijelaskan secara detail,
tetapi proses autofagus akan terjadi dalam 24 jam pertama luka dan apoptosis onset
lambat pada 24 hingga 48 jam pasca trauma luka bakar. Pada daerah paling luar luka
yaitu zona hiperemis, merupakan zona yang menerima peningkatan aliran darah
melalui vasodilatasi inflamasi (Richardson P & Mustard L. 2009).

2.8 Pemeriksaan penunjang luka bakar


menurut doenges me 200 pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah :
1. Hitung darah lengkap ; peningkatan hematoksit menunjukan heokonsentrasi
sehubungan dengan perpindahan cairan, menurutnya hematocrit dan sel darah
merah terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap pembuluh
darah.
2. Leukosit akan meningkat sebagai respon inflamasi
3. Analisa gas darah (agd) untuk kecurigaan cidera inhalasi
4. Elektrolit serum kalium meningkat sehubungan dengan cidera jaringan
hypokalemia terjadi bila diuresis
5. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan
6. Kreatinin meningkat menunjukan perfusi jaringan
7. EKG tanda istemik miokardial dapat terjadi pada luka bakar
8. Fotografi luka bakar memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya

2.9 Penatalaksana
a) Resusitasi A, B, C,D,E

10
 Airway: bebaskan jalan nafas pertahankan jalan nafas tetap bebas dengan
memperhatikan tulang leher bila ada kecurigaan ada trauma lain. Bila korban
tidak sadar, potensial terjadi obstruksi yang ditandai dengan terdengarnya
suara nafas tambahan yang biasanya berupa crowing pertimbangkan intubasi
dini.
 Breathing: perhatikan nafasnya, adakah tanda distres nafas, Bila fasilitas
dilapangan, Pos Lapangan ada, maka segera berikan suplemen oksigen kalau
perlu nafas dibantu, siapkan intubasi bila ada kecurigaan kuat adanya smoke
inhalation injury.
 Circulation: hati2 korban luka bakar yang luas seringkali diketemukan dalam
kondisi shock hipovolemia, sesegera mungkin pasang double infus dan
diguyur cairan kristaloid bila diperhitungkan untuk transportasi memerlukan
waktu lebih dari 30menit ;
 Disability: perhatian khusus apabila korban diketemukan dalam kondisi tidak
sadar, pertimbangkan intubasi dini bila fasilitas ada.
 Enviroment: lepas pakaian korban yang terbakar, ganti dengan selimut,
waspada hipotermia, lepaskan benda logam yang dipakai misal: arloji, cincin,
kalung.
b) Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
c) Resusitasi cairan Baxter.
o Dewasa: Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
o Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:
RL: Dextran = 17: 3
2 cc x BB x % LB.
o Kebutuhan faal:
< 1 tahun: BB x 100 cc
1 – 3 tahun: BB x 75 cc
3 – 5 tahun: BB x 50 cc
½ à diberikan 8 jam pertama
½ à diberikan 16 jam berikutnya.
o Hari kedua:
Dewasa: Dextran 500 – 2000 + D5%/albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.
o Anak: Diberi sesuai kebutuhan faal.
e) Monitor urin dan CVP.
f) Topikal dan tutup luka
o Cuci luka dengan savlon: NaCl 0,9% ( 1: 30 ) + buang jaringan nekrotik.
o Tulle.
o Silver sulfadiazin tebal.
o Tutup kassa tebal.
o Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
g) Obat – obatan
o Antibiotika: tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
o Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil
kultur.
o Analgetik: kuat (morfin, petidine)

11
o Antasida: kalau perlu

2.10 Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu :

1. Pra Rumah Sakit


Perawatan sebelum klien dibawa kerumah sakit dimulai pada tempat kejadian luka
baka dan berakhir ketika sampai di institusi pelayanan emergensi.pra rumah sakit
dimulai dengan menghindarkan klien dari sumber penyebab LB dan atau
menghindarkan klien dari sumber penyebab LB:
1) Jauhkan penderita dari sumber penyebab LB
a) Padamkan pakaianyang terbakar
b) Hilangkan zat kimia penyebab LB
c) Siram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat kimia
d) Matikan Listrik atau buang sumber Listrik dengan menggunakan objek
yang kering dan tidak menghantarkan arus (nonconductive)
2) Kaji ABC(airway,breathing,circulation):
a) Perhatikan Jalan Nafas
b) Pastikan pernafasan adekuat
c) Kaji sirkulasi
3) Kaji trauma yang lain
4) Pertahankan panas tubuh
5) Perhatikan kebutuhan untuk pemberian cairan intravena
6) Transportasi (segera kirim klien ke rumah sakit )

2. Inter Rumah Sakit


Jika pada pasien luka baka akibat kebakaran berikan suplemen oksigen, pasang
infus dan pemberian cairan kristaloid bila diperhitungkan untuk transportasi
memerlukan waktu lebih dari 30menit,lepas pakaian korban yang terbakar, ganti
dengan selimut, waspada hipotermia, lepaskan benda logam yang dipakai misal:
arloji, cincin, kalung.

3. Antar Rumah sakit


1.) Penanganan Luka Bakar Ringan
Perawatan di bagian emergency terdapat luka bakar minor meliputi : managemen
nyeri, profilaksis tetanus dan perawatan luka tahap awal.

 Managemen nyeri. Managemen nyeri sering kali dilakukan dengan pemberian


dosis ringan, seperti morphine atau mepedifine, di bagian emergensi. Sedangkan
analgetik oral diberikan untuk digunakan oleh pasien rawat jalan.
 Profilaksis tetanus. Petunjuk untuk pemberian profilaksis tetanus adalah sama
pada penderita LB baik yang ringan maupun yang injuri lainnya. Pada klien yang
pernah mendapat imunisasi tetanus tetapi tidak dalam waktu lima tahun terakhir
dapat diberikan boster tetanus toxoid. Untuk klien yang tidak diimunisasi dengan
tetanus human immune globulin dan karenanya harus diberikan tetanus toxoid
yang pertama dari pemberian aktif dengan tetanus toxoid.
 Perawatan Luka. Perawatan luka untuk luka bakar ringan terdiri dari
membersihkan luka, yaitu debridemen jaringan yang mati : membuang zat yang

12
merusak (zat kimia, dll) dan pemberian atau penggunaan krim atau salep
antimikroba topical dan balutan secara steril.

Selain itu perawat juga bertanggung jawab memberikan pendidikan tentang


perawatan luka di rumah dan manifestasi klinis dari infeksi agar klien dapat segera
mencari pertolongan. Pendidikan lain yang diperlukan adalah tentang pentingnya
melakukan ROM (Range Of Mation) secara aktif untuk mempertahankan fungsi
sendi agar tetap normal dan untuk menurunkan pembentukan edema.

2.) Penanganan Luka Bakar Berat


Untuk klien dengan luka yang luas maka penanganan pada bagian emergensi akan
meliputi reevaluasi ABC (jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi) dan trauma
lain yang mungkin terjadi: resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang),
pemasangan kateter urin, pemasangan NGT.

 Reevaluasi jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi dan trauma lain yang
mungkin terjadi. Menilai kembali keadaan jalan nafas, kondisi pernafasan dan
sirkulasi untuk lebih memastikan ada tidaknya kegawatan dan untuk memastikan
penanganan secara dini.
 Resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang). Bagi klien dewasa dengan LB
lebih dari 15% maka resusitasi cairan intravena umumnya diperlukan. Pemberian
intravena perifer dapat diberikan melalui kulit yang tidak terbakar pada bagian
proksimal dari ekstremitas yang terbakar.
Sedangkan untuk klien yang mengalami LB yang cukup luas atau pada klien di
mana tempat-tempat untuk pemberian IV yang terbatas, maka dengan pemasangan
kanul pada vena sentral (seperti subklavia, jugularis internal/eksternal, atau
femoral) oleh dokter mungkin diperlukan. Luas atau persentasi luka bakar harus
ditentukan dan kemudian dilanjutkan dengan resusitasi cairan, adapun cara
perhitungan resusitasi cairan adalah sebagai berikut: % BSA x BB x 4.
 Pemasangan kateter urine. Pemasangan kateter urine harus dilakukan untuk
mengukur produksi urine setiap jam. Output urine merupakan indicator yang
reliable ntuk menentukan keadekuatan dari resusitasi cairan.
 Pemasangan NGT. Pemasangan NGT bagi klien LB 20%-25% atau lebih perlu
dilakukan untuk mencegah emesi dan mengurangi resiko untuk mencegah
terjadinya aspirasi.

2.11 Asuhan Keperawatan Luka Bakar

CONTOH KASUS

Seorang laki- laki Tn. Y berusia 49 tahun datang ke unit gawat darurat RS diantar
keluarganya dengan keluhan luka bakar terkena air panas 2 jam yang lalu. Hasil
pemeriksaan Tn.Y sadar dan masih berbicara dengan jelas, mengatakan sakit pada daerah
yang mengalami luka bakar, tampak meringis kesakitan. Pemeriksaan luka bakar pada Tn.Y
terdapat eritema dan bula ( beberapa bula sudah pecah dan berair ) , luka bakar pada seluruh
tangan kanan, pada tangan kiri 4 kali luas telapak tangan, di dada dan perut 10 kali luas
telapak tangan, di kaki kiri 6 kali luas telapak tangan, di kaki kanan 8 kali luas telapak
tangan. Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital. Tekanan Darah 100/60 mmHg, Frekuensi
Denyut Nadi 98 x/menit, Pernapasan 28 x/menit, suhu 37,5 0C

13
1. Pengkajian
Pengumpulan Data
A. Identitas klien

Nama               : Tn. Y
Umur               : 49 Tahun
Jenis Kelamin   : Laki - laki
Agama                         : Islam
Alamat                         : Kendari
B. Riwayat penyakit sekarang
Klien masuk ke unit gawat darurat diantar keluarganya dengan keluhan
luka bakar akibat terkena air panas 2 jam SMRS. Pada saat pengkajian Klien
mengatakan sakit pada daerah yang mengalami luka bakar. Klien mengtakan
terkena air panas, seperti di iris-iris, Pada daerah yang terkena luka bakar
( pada tangan kanan,sebagian tangan kiri, di dada dan perut, kaki kiri dan kaki
kanan ), 8 ( nyeri berat ). Klien merasakan nyeri terus – menerus.

C. Riwayat penyakit yang lalu


Klien tidak pernah mengalami penyakit yang sama, tidak ada riwayat
penyakit hepatitis atau penyakit lainnya
D. Riwayat penyakit keluarga
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan.
E. Pemeriksaan fisik :
1) Keadaan umum : Lemah.
2) Kesadaran : Kompos mentis.
3) Tanda – tanda vital :
TD     : 100/60 mmHg      
N       : 98 x/mnt
S        : 37,5 0C
P        : 28 x/mnt

F. Pengkajian primer ( ABCDE )


a) Airway
 Look
1) Klien tidak mengalami adanya sumbatan/obstruksi
jalan napas.
2) Klien sadar dan masih berbicara dengan jelas.
3) Nampak pergerakan dada dan perut cepat
4) Tidak Nampak kebiruan pada area perifer dan pada
kuku (sianosis)
 Listen
1) Tidak ada bunyi suara napas tambahan
2)  Tidak ada bunyi suara napas tambahan obstruksi parsial
14
 Feel
Patensi hidung simetris kiri dan kanan dimana Aliran udara
yang keluar pada hidung sama
b) Breathing
 Look
1) Nampak klien bernapas dengan baik
2)  Pengembangan dada tidak terlalu kuat dan sedikit cepat
 Listen
Tidak ada vesikuler dan bunyi suara napas tambahan
 Feel
Pengembangan dada simetris kiri dan kanan
c) Circulation
 Look
1) Tidak ada sianosis pada pada ekstremitas
2) Tidak ampak keringat dingin pada tubuh klien
 Feel
Gerakan nadi pada saat pengkajian 98X/Menit
 Listen
Bunyi aliran darah pada saat pengukuran tekanan darah normal
d) Disability
 Look
Nampak klien sadar baik dengan GCS 15
e) Exposure
Nampak terdapat eritama dan bula pada ( sebagian bula sudah
pecah dan berair) yang terdapat  pada seluruh telapak tangan, pada
tangan kiri 4 kali luas telapak tangan, dada dan perut 10 kali telapak
tangan, dan pada kaki kiri 6 kali telapak tangan serta pada kaki 8 kali
telapak tangan.

G. Pemeriksaan fisik/sekunder  (head to too)


1) Kepala
Inspeksi : simetris, distribusi rambut merata, beruban
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
2) Mata
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan penglihatan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
3) Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada epistaksis, tidak ada pernapasan cuping
hidung.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan.
4) Telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada pengeluaran serumen ataupun darah.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
5) Mulut
Inspeksi : simetris kiri dan kanan,mukosa bibir pucat dan kering.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
6)  Leher
Inspeksi : simetris, tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar
tiroid.

15
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada vena jugularis maupun kelenjar
tiroid.
7) Dada
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, ekspansi dada normal tapi lemah,
Nampak terdapat luka bakar dan terlihat eritema dan bula pada
sekitaran luka dan berair
Palpasi : ada nyeri tekan.       
8) Abdomen
Inspeksi : simetris, nampak adanya luka bakar pada daerah abdomen
serta terdapat eritema dan bula sekitaran luka dan berair
Palpasi : terdapat  nyeri tekan pada daerah abdomen terutama pada
bagian yang mengalami luka bakar
Auskultasi : bunyi peristaltik usus menurun
9) Ekstremitas
 Atas  :
Inspeksi : Nampak luka bakar pada tangan kanan sebesar 9 %,
pada tangan kiri sebesar 4 %, dan Nampak klien susah untuk
menggerakkan tangannya
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada daerah yang mengalami luka
bakar
 Bawah :
Inspeksi : nampak terdapat luka bakar pada kaki kiri sebesar 6
%, dan kaki kanan sebesar 8 %, Nampak klien susah untuk
menggerakkan kakinya
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada yang mengalami luka bakar
10) Genetalia
Inspeksi : Tidak Ada Kelainan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

2. Analisa Data

Data Penyebab Masalah

Data subyektif : Faktor predisposisi Nyeri akut


Klien mengatakan nyeri pada (luka bakar akibat air panas)
pada daerah yang menagalami
luka bakar

Terpapar pada bagian kulit


Data obyektif :
1. Ku. Lemah Merusak aliran pembuluh
2. Klien Nampak meringis darah pada area yang terpapar
3. Derajat luka bakar 37
%
4. Skala nyeri 8 ( nyeri

16
berat )
Kerusakan Ujung- ujung
5. Tanda – tanda vital
saraf pada kulit
TD  : 100/60 mmHg          
N    : 98 x/mnt
Terjadi proses peradangan
S    : 37,5 0C
pada kulit  
P    : 28 x/mnt

Meransang system saraf


pusat

Neurotransmiter nyeri

Cortex cerebri

Penurunan ambang nyeri

Nyeri akut

Data subyektif : Resiko Infeksi


Luka bakar
Klien mengatakan sakit pada
daerah yang mengalami luka
bakar Jaringan kulit mengalami
kerusakan  

Data obyektif :
ü Ku.lemah Invasi kuman
ü Nampak terlihat luka pada
bakar pada ekstremitas
klien peradangan pada kulit

a.    Ekstremitas atas   

terdapat luka bakar pada  Resiko Infeksi


tangan kanan dan kiri
dengan derajat luka
bakar sebesar 13 %

17
b.    Ekstremitas bawah
terdapat luka bakar pada
kaki kanan dan kiri
sebesar 14 %
ü Luka bakar pada Dada dan
perut sebesar 10 kali
telapak tangan
ü Tanda – tanda vital
TD  : 100/60 mmHg          
N    : 98 x/mnt
S    : 37,5 0C
P    : 28 x/mnt

3. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d kerusakan jaringan kulit
2) Resiko Infeksi b/d Pertahanan primer tidak adekuat dan penekanan respon
inflamasi.

4. Rencana Keperawatan

Diagnosa
No Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC
Keperawatan
1. Nyeri Akut Nyeri berkurang - Atur posisi tidur senyaman
berhubungan dengan mungkin
Kerusakan Jaringan Kriteria Hasil :
Kulit. - Bantu Pasien untuk
- Pasien dapat berfokus pada aktivitas,
memperlihatkan teknik bukan pada nyeri dan rasa
relaksasi secara individual tidak nyaman dengan
yang efektif untuk mencapai melakukan pengalihan
kenyamanan. melalui televise, radio dan
- Pasien tidak mengalami interaksi dengan pengunjung.
gangguan dalam frekuensi - Ajarkan Pasien tentang
pernapasan, frekuensi jantung Relaksasi untuk mengatasi
atau tekanan darah. nyeri
- Pasien tidak gelisah

Resiko Infeksi b/d

18
2 Pertahanan primer Infeksi tidak terjadi - Kaji tanda – tanda infeksi
tidak adekuat dan
penekanan respon Kriteria Hasil : - Meminimalkan penyebaran
inflamasi. agens infeksius.
- Jumlah Leukosit DBN
- Pantau penampilan Luka
- Pasien terbebas dari tanda bakar dan area luka bakar.
dan gejala infeksi.Pasien.
- Bersihkan area luka bakar
- Memperlihatkan hygiene setiap hari dan lepaskan
personal yang ade kuat jaringan nekrotik.
- Pembentukan jaringan
granulasi baik.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Luka bakar adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat
proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai
organ tertentu (Lazarus, 1994 dalam Potter & Perry, 2006). Luka bakar
merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang
diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik,
bahan kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi. Jenis luka dapat beraneka ragam
dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena
luka bakar,tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka
tersebut(Chemical Burn Causes, 2008). Secara garis besar, penyebab
terjadinya luka bakar menurut Sudjatmiko (2007) yaitu Panas,Flame,Benda
panas ,Scalds (air panas),Uap panas,Gas panas,Aliran listrik,Bahan kimia
(asam atau basa), dan Radiasi. WHO mengklasifikasikan luka bakar
berdasarkan kedalaman menjadi 3 yaitu luka bakar derajat I, luka bakar derajat
II,dan luka bakar derajat III. Kulit memiliki fungsi menjaga keseimbangan
cairan dan elektrolit, pengaturan suhu, penyimpanan lemak, menghasilkan
vitamin, dan sebagai pertahanan terhadap infeksi dari luar.

3.2 Saran
a. Bagi Perawat
Diharapkan kepada perawat lebih paham mengenai perawatan luka bakar.
Sehingga perawat dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam
keperawatan gawat darurat perawatan luka bakar .
b. Bagi Mahasiswa/i
Diharapkan kepada mahasiswa/i agar lebih memahami perawatan luka bakar .
Sehingga mahasiswa/i dapat menambah pengetahuan mengenai perawatan luka
bakar.
c. Bagi Dosen
Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan baik dari segi materi maupun bahasanya. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan pembuatan makalah di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

S.Subari (2015). Pendahuluan Latar Belakang : eprints.undip

F. Radithyo (2016). Bab II Tinjauan pustaka luka bakar : eprints.undip

M.P.A Heni., E.,S.C.Novan.,K.S.Ramanda.,&, U.Khaerul (2017). Makalah


Keperawatan Gawat Darurat Perawatan Luka Bakar.Nusa Tenggara Barat.Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram.

20
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2016). Keperawatan Kegawat Daruratan
& Manajemen Bencana.Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai