Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum wr.,wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.Tuhan Semesta alam Atas izin dan
karunia-Nya ,kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Stigma Pada ODHA”
tepat pada waktunya .
Serta tak lupa kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar kami
Muhamad SAW, semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari kelak amin.Adapun makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kami yaitu Keperawatan HIV-AIDS , semoga apa
yang kami tulis ini bermanfaat untuk pembaca.
Kami selaku penulis dengan kerendahan hati,menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan oleh karena itu apabila ada ketik sesuaian kalimat dan terdapat kesalahan
kata dalam makalah ini kami meminta maaf yang sebesar besarnya , Meskipun demikian ,penulis
terbuka pada kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
Terimakasih.,
Wassalamualaikum wr.,wb.
Penulis,
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................... 4,5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 6
2.1 Stigma Dan Diskriminasi ODHA ........................................................................... 6,7
2.2 Bentuk-Bentuk Diskriminasi Bagi ODHA ............................................................. 7
2.3 Efek Stigma Dan Diskriminasi Bagi ODHA .......................................................... 8
2.4 Solusi Permasalahan Diskriminasi Dan Stigmatisasi ODHA................................. 8-11
2.5 Hak Bagi ODHA..................................................................................................... 11,12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 16
LAMPIRAN....................................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
AIDS memang belum ditemukan obatnya sehingga belum bisa disembuhkan. Hal
ini yang mungkin menurut anggapan masyarakat AIDS sebagai gambaran yang
menakutkan. Kesalahan dalam memahami HIV AIDS telah berdampak pada tatanan
sosial dalam masyarakat. Penderita AIDS di Indonesia masih belum mendapatkan tempat
yang tepat di masyarakat. Pandangan masyarakat mengenai penyakit AIDS masih
dipengaruhi oleh pemahaman – pemahaman takhayul dan kurafat .
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, stigma mempunyai pengertian ciri negatif
yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya. Stigma
merupakan anggapan negatif seseorang kepada orang lain. Stigmatisasi merupakan
proses bagaimana stigma berkembang dan menjadi sebuah opini umum dalam
masyarakat.
2. Pihak Pemerintah
Kebijakan perintah dan strategi politik seharusnya memperhatikan apa yang
dirasakan ODHA, apa yang dibutuhkan ODHA, apa yang tidak dibutuhkan ODHA,
suasana yang seperti apa yang dibutuhkan ODHA, untuk bisa hidup sehat secara fisik
dan secara psikologis, dan sejenisnya. Oleh karena itu segala kebijakan,
pelayanan,program, dan strategi yang efektif adalah yang client-centered,
dalam konteks ini menempatkan ODHA sebagai pusat.
b) Keterbatasan Obat-obatan
Jika seseorang sakit, maka yang utama ia cari adalah obat penyembuhannya
untuk kembali sehat. Hal ini berlaku untuk semua penyakit. Tidak berbeda
dengan HIV. Namun kenyataan yang harus dihadapi orang HIV+ adalah
ketiadaan obat penyembuh tersebut. Harapan yang sangat besar lalu digantungkan
pada obat- obtatan antiretroviral. Walaupun belum sempurna, obat-obatan ini
telah terbukti dapat menurunkan kadar virus dalamdarah seseorang sampai tidak
bisa dideteksi lagi. Obat- obatan ini masih terus menerus diteliti, karena : obat-
obatan ini harganya jauh diatas jangkauan masyarakat, pengadaannya tidak
merata serta
tidak dapat dijamin ada/ tidaknya, fasilitas dan kemampuan monitoring atas
dampak obat-obatan ini masih sangat rendah, dan masih kurangnya informasi
yang baru mengenai obat-obatan.
10
masyarakat Indonsia, agamapun telah menjadi semacam terapi. Hal ini perlu
dikembangkan untuk HIV/AIDS.
Odha seperti manusia lainnya juga memiliki hak dalam hidupnya. Dalam buku AIDS dan
Penanggulangannga (Kemenkes, 1997) secara khusus hak-hak odha adalah sebagai
berikut :
1. Hak untuk konfidentialitas.
2. Hak untuk menginformasikan atau tidak menginformasikan statusnya kepada
orang lain.
3. Hak untuk mendapat kesempatan bekerja, berkarya dan berpartisipasi sebagai anggota
masyarakat.
4. Hak untuk mendapat dan memilih jenis layanan kesehatan yang sesuai dengan
kehendaknya.
5. Hak untuk diperlakukan manusiawi dan tidak diskriminatif dalam layanan kesehatan,
layanan sosial dan lain-lain.
6. Hak untuk mendapatkan pendidikan dan penghasilan yang sesuai dengan dengan
pekerjaannya.
7. Hak untuk mendapatkan informasi yang benar mengenai keadaan atau status
kesehatannya.
8. Hak untuk menentukan bersama tenaga kesehatan tindakan medis yang perlu
dilakukan pada dirinya.
Dalam tulisannya, murni (2006) menjalaskan hak asasi manusia dalam konteks HIV
adalah sebagai berikut :
1. Sebelum mengetahui terinfeksi atau tidak
a) Informasi dan keterampilan untuk melindungi diri dari penularan
b) Konseling sebelum menjalani tes HIV
c) Memberikan persetujuan atau tidak sebelum menjalani tes HIV
d) Tes hasilnya dirahasiakan
2. Hidup dengan HIV/AIDS :
a) Hak untuk tidak dibedakan serta persamaan di hadapan hukum
b) Hak untuk hidup
c) Hak untuk mendapatkan standar kesehatan fisik dan mental tertinggi yang bisa
dicapai
d) Hak atas privasi
e) Hak untuk bekerja
f) Hak untuk bergerak atau berpinah tempat
g) Hak untuk menikah dan membangun keluarga h. Hak untuk mengakses
pendidikan
h) Hak untuk berkumpul
i) Hak untuk mengikuti program asuransi
3. Saat dan Setelah Meninggal
a) Hak untuk jenazahnya diperlakukan dengan bermartabat
b) Hak untuk mendapatkan pelayanan dan penguburan yang layak
c) Hak untuk tiak dibocorkan identitasnya
d) Hak bagi keluarganya untuk tidak diganggu
e) Hak untuk mendapatkan santunan dan pensiun yang mejadi haknya.
Jadi tidak ada satu alasanpun yang membuat hak odha berbeda dari hak-hak orang pada
umumnya. Upaya-upaya untuk mendeskriditkan odha dengan membatasi atau menghilangkan
haknya, merupakan sebuah tindakan yang tidak sepatutnya dilakukan. Selain itu, hal tersebut
juga merupakan sebuah pelanggaran hukum yang akan diberikan sanksi.
BAB III ANALISIS
JURNAL
Odha adalah manusia yang sama seperti kita yang memerlukan dukungan sosial dari
keluarga, masyarakat, serta pemerintah. Mereka hanya mengidap suatu penyakit yang belum
dutemukan obatnya, dan bergaul dengan odha bukanlah sesuatu yang buruk dan berbahaya.
HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan yang tidak hanya dikaitkan dengan aspek moral saja.
Ada aspek lain yang menyebabkan seseorang tertular HIV, antara lain penularan dari ibu ke
anaknya dan transfusi darah serta penggunaan jarum suntik yang tidak steril, dan lainnya.
Artinya, stigmatisasi dan diskriminasi terhadap odha merupakan suatu tindakan
menggeneralisir bahwa semua odha berperilaku buruk. Stigmatisasi dan diskriminasi tersebut
tentu akan sangat merugikan odha, karena dapat berakibat odha tidak bisa produktif lagi di
masyarakat. Selain itu perbuatan tersebut akan merampas hak-haknya sebagai warga negara
yang memiliki kedudukan dan peranan yang sama di hadapan hukum. Upaya-upaya untuk
membatasi hak-hak odha dalam bermasyarakat dalam bentuk diskriminasi dalam
pekerjaan,pendidikan, dan sebagainya merupakan suatu perbuatan melanggar hak asasi
manusia.
3.2 Saran
Yang perlu dilakukan oleh semua pihak adalah sebagai berikut :
1. Bagi ODHA; janganlah bersedih, tetaplah berfikir positif dalam menjalani hidup ini.
Status odha anggaplah sebagai penebus dosa-dosa di dunia yang dilakukan. Janganlah
takut bersosialisasi dengan masyarakat serta teruslah berusaha untuk tetap produktif
dalam masyarakat. Serta tingkatkanlah kualitas keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan YME.
2. Bagi keluarga; bila ada anggota keluarganya yang terkana HIV jangan malu
untuk dilaporkan dan dirawat ke rumah sakit. Berikan dukungan dan simpati
agar ODHA merasa tidak sendirian.
3. Bagi masyarakat ; buang jauh-jauh prasangka-prasangka buruk terhadap ODHA serta
berikan perlakuan kepada ODHA seperti pada masyarakat umumnya tanpa
diskriminasi.
4. Bagi pemerintah ; Perlu membuat kebijakan – kebijakan yang proporsional sesuai
dengan peran dan kemampuan ODHA dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tegakkan sanksi yang tegas bagi siapa saja yang merampas hak-hak ODHA .
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. HIV and AIDS: Stigma and Discrimination. HealthyPlace.com [Juli 2011]
Demartto, Argyo. Makalah : Odha, Masalah sosial dan pemechannya. 2005
Kemdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008
KPAN. Rencana Nasional Penanggulangan HIV/AIDS. 2007
Kemkes.Laporan Triwulan Situasi Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia Sampai dengan Maret
2011.
Murni, Suzana. Dua Sisi Dari Satu Sosok, Kumpulan Tulisan Suzzana Murni.2006.Jakarta
Artikel Penelitian
Program Studi Magister Promosi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Abstrak tors. This explanatory study was conducted using cross sectional design
Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten dengan peningkatan kasus worth 300 family head samples selected by using proportional random
HIV/AIDS cukup tajam dibandingkan kabupaten lain di Jawa Tengah. sam- pling on three subdistricts with highest HIV case within August -
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi stigma masyarakat September
terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan faktor yang 2014. Data collecting was conducted through face-to-face interview using
memengaruhinya. Penelitian explanatory ini dilakukan melalui structured questionnaire. Meanwhile, data analysis was conducted in uni-
pendekatan studi potong lintang dengan sampel berjumlah 300 kepala variate, bivariate using chi square and multivariate using logistic
keluarga yang dipilih menggunakan sampel acak proporsional pada tiga regression. Most respondents were men whose education level was
kelurahan dengan kasus HIV tertinggi selama Agustus - September 2014. mostly high school to the bottom level. Half of respondents were still
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tatap muka stigmatizing PLWHA. Respondents whose families stigmatized had
menggunakan kuesioner terstruktur. Sedangkan analisis data dilakukan possibility of stigmatizing four times bigger than respondents whose
secara univariat, bivariat menggunakan kai kuadrat, dan multivariat families did not. Similarly, respon- dents holding negative perceptions
menggunakan regresi logistik. Sebagian besar responden adalah laki-laki toward PLWHA had possibility of stig- matizing twice bigger than those
dengan tingkat pendidikan terbanyak sekolah menengah atas ke bawah. holding positive perceptions. Attitude of neighbors and public figures
Separuh responden masih memberikan stigma terhadap ODHA. toward PLWHA also significantly related to res- pondent’s stigma to
Responden dengan keluarga yang memberikan stigma memiliki ke- PLWHA. To sum up, family attitude and respondent’s perception to
mungkinan memberikan stigma terhadap ODHA empat kali lebih besar PLWHA were influencing factors of emerging stigma toward PLWHA.
dibandingkan responden yang keluarganya tidak memberikan stigma. Therefore, it suggested that providing families and public any com- plete
Demikian juga responden yang berpersepsi negatif terhadap ODHA memi- information about HIV/AIDS may decrease or remove the stigma.
liki kemungkinan memberikan stigma dua kali lebih besar dibandingkan Keywords: HIV/AIDS, public stigma, people living with HIV/AIDS
yang berpersepsi positif. Faktor sikap tetangga dan tokoh masyarakat ter-
hadap ODHA juga berhubungan signifikan dengan stigma responden ter-
hadap ODHA. Kesimpulannya adalah sikap keluarga dan persepsi respon- Pendahuluan
den terhadap ODHA merupakan faktor yang berpengaruh pada Salah satu hambatan paling besar dalam pencegahan
munculnya stigma terhadap ODHA sehingga disarankan adanya dan penanggulanga n Human Imunnodeficiency
pemberian informasi tentang HIV/AIDS yang lengkap kepada keluarga Virus/Acquire d Immun e Deficiency Syndrome
dan masyarakat untuk menurunkan atau menghilangkan stigma. (HIV/AIDS) di Indonesia adalah masih tingginya stigma
Kata kunci: HIV/AIDS, stigma masyarakat, orang dengan HIV/AIDS dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS
(ODHA). Stigma berasal dari pikiran seorang individu
Abstract atau masyarakat yang memercayai bahwa penyakit AIDS
merupakan akibat dari perilaku amoral yang tidak dapat
Grobogan District is a district with a sharp increasing of HIV/AIDS case
compared to other districts over Central Java. This study aimed to identify Korespondensi: Zahroh Shaluhiyah, Prodi Magister Promosi Kesehatan FKM
Universitas Diponegoro, Gedung Pascasarja Undip Lantai 3 Jl. Imam Barjo, SH
public stigma to people living with HIV/AIDS (PLWHA) and influencing fac- No. 3 Semarang, No.Telp: 024-8417993, e-mail: shaluhiyah.zahroh@gmail.com
333
Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 4, Mei 2015
diterima oleh masyarakat. Stigma terhadap ODHA tenaga kerja informal di luar wilayah Grobogan.
tergambar dalam sikap sinis, perasaan ketakutan yang Rendahnya pengetahuan dan keterampilan menyebabkan
berlebihan, dan pengalaman negatif terhadap ODHA. banyaknya masyarakat Grobogan yang menjadi pekerja
Banyak yang beranggapan bahwa orang yang terinfeksi migran ke kota besar seperti Jakarta, Medan, bahkan ke
HIV/AIDS layak mendapatkan hukuman akibat perbu- luar negeri. Hal ini menyebabkan mereka jauh dari kelu-
atannya sendiri. Mereka juga beranggapan bahwa ODHA arga dan memudahkan mereka melakukan perilaku sek-
adalah orang yang bertanggung jawab terhadap penu- sual berisiko, seperti ditunjukkan dengan kasus infeksi
laran HIV/AIDS.1 Hal inilah yang menyebabkan orang menular seksual (IMS) dan HIV yang semakin meningkat
dengan infeksi HIV menerima perlakuan yang tidak adil, setiap tahun.
diskriminasi, dan stigma karena penyakit yang diderita. Dengan pengetahuan dan pendidikan yang rendah,
Isolasi sosial, penyebarluasan status HIV dan penolakan stigma dan diskriminasi ODHA masih banyak terjadi di
dalam pelbagai lingkup kegiatan kemasyarakatan seperti masyarakat Kabupaten Grobogan. Sebagai contoh, apa-
dunia pendidikan, dunia kerja, dan layanan kesehatan bila diketahui terdapat ODHA yang meninggal, akan
merupakan bentuk stigma yang banyak terjadi. 1-3 sulit mencari orang yang bersedia untuk melaksanakan
Tingginya penolakan masyarakat dan lingkungan akan pemulasaran jenazah. Demikian juga banyak masyarakat
kehadiran orang yang terinfeksi HIV/AIDS menye- yang menolak bersahabat dengan ODHA. Walaupun
babkan sebagian ODHA harus hidup dengan menyem- tidak sampai terjadi pengusiran ODHA dari lingkungan,
bunyikan status.1,4,5 namun masih banyak masyarakat yang enggan meli-
Stigma terhadap ODHA memiliki dampak yang batkan ODHA dalam kegiatan masyarakat.
be- sar bagi program pencegahan dan Banyak faktor yang memengaruhi terjadinya stigma
penanggulangan HIV/AIDS termasuk kualitas hidup pada ODHA di masyarakat. Pendidikan kesehatan
ODHA. Populasi berisiko akan merasa takut untuk yang bertujuan meningkatkan pengetahuan mengenai
melakukan tes HIV karena apabila terungkap hasilnya HIV/AIDS dalam banyak penelitian dibuktikan seba-
reaktif akan menye- babkan mereka dikucilkan. Orang gai salah satu faktor yang paling memengaruhi ter-
dengan HIV positif merasa takut mengungkapkan jadinya pengurangan stigma.8,9 Orang yang memiliki
status HIV dan memu- tuskan menunda untuk pengetahuan cukup tentang faktor risiko, transmisi,
berobat apabila menderita sa- kit, yang akan pencegahan, dan pengobatan HIV/AIDS cenderung
berdampak pada semakin menurunnya tingkat tidak takut dan tidak memberikan stigma terhadap
kesehatan mereka dan penularan HIV tidak dapat ODHA.8,10,11
dikontrol. Dampak stigma dan diskriminasi pa- da Selain pengetahuan yang kurang, pengalaman atau
perempuan ODHA yang hamil akan lebih besar sikap negatif terhadap penularan HIV dianggap sebagai
ketika mereka tidak mau berobat untuk mencegah faktor yang dapat memengaruhi munculnya stigma dan
penularan ke bayinya. diskriminasi. Pendapat tentang penyakit AIDS meru-
Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi terbanyak pakan penyakit kutukan akibat perilaku amoral juga
keenam jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Indonesia. sangat memengaruhi orang bersikap dan berperilaku ter-
Sampai dengan Maret 2014, jumlah kumulatif infeksi hadap ODHA. 8,12,13
HIV sebesar 7.584, sedangkan jumlah kumulatif AIDS Stigma terhadap ODHA adalah suatu sifat yang
sebanyak 3.339 kasus dengan 978 kasus kematian menghubungkan seseorang yang terinfeksi HIV dengan
AIDS.6 Masih tingginya kematian ini kemungkinan besar nilai-nilai negatif yang diberika n oleh mereka
disebabkan karena ODHA tidak memiliki kesempatan (masyarakat). Stigma membuat ODHA diperlakukan se-
mendapatkan perawatan yang optimal akibat masih cara berbeda dengan orang lain. Diskriminasi terkait HIV
tingginya stigma di kalangan masyarakat. adalah suatu tindakan yang tidak adil pada seseorang
Kabupaten Grobogan merupakan salah satu kabu- yang secara nyata atau diduga mengidap HIV.14
paten di Jawa Tengah yang dipilih menjadi area studi Berdasarkan informasi dan data tersebut, maka
karena peningkatan kasus HIV/AIDS yang cukup tinggi penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengana-
dibandingkan kabupaten lain. Saat ini, Kabupaten lisis faktor yang memengaruhi terjadinya stigma
Grobogan menduduki peringkat keempat kota/kabupa- masyarakat terhadap ODHA di Kabupaten Grobogan.
ten dengan kumulatif kasus HIV/AIDS terbanyak di Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan
Provinsi Jawa Tengah. Sampai dengan Juni 2014, jumlah masukan kepada pembuat kebijakan untuk mendukung
kasus HIV sebesar 221 kasus, sedangkan AIDS sejumlah program pengurangan stigma kepada ODHA sehingga
288 kasus.7
memudahkan ODHA untuk mengungkapkan status dan
Kabupaten Grobogan merupakan salah satu kabupa-
memudahkan pengobatan serta pencegahan penularan
ten dengan perkembangan sosial ekonomi yang lambat
kepada masyarakat hingga pada akhirnya akan memban-
berkaitan dengan kondisi geografis berupa bukit kapur
tu meningkatkan kualitas hidup ODHA.
yang tandus. Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai
334
Shaluhiyah, Musthofa, Widjanarko, Stigma Masyarakat terhadap Orang dengan HIV/AIDS
335
: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 4, Mei 2015
n % n %
Pengetahuan IMS dan HIV/AIDS Kurang 160 53,3 82 51,3 78 48,8 0,638
Baik 140 46,7 67 47,9 73 52,1
Persepsi tentang ODHA Negatif 129 43,0 76 58,9 53 41,1 0,008
Positif 171 57,0 73 42,7 98 57,3
Akses informasi tentang HIV/AIDS Kurang mengakses 109 36,3 53 48,6 56 51,4 0,879
Mengakses 191 63,7 96 50,3 95 49,7
Faktor sikap tetangga terhadap ODHA Negatif 148 49,3 90 60,8 58 39,2 0,001
Positif 152 50,7 59 38,8 93 61,2
Faktor sikap keluarga terhadap ODHA Negatif 138 46,0 93 67,4 45 32,6 0,001
Positif 162 54,0 56 34,6 106 65,4
Faktor sikap tokoh masyarakat terhadap Negatif 75 25,0 48 64,0 27 36,0 0,006
ODHA Positif 225 75,0 101 44,9 124 55,1
Persepsi responden terhadap ODHA 0,495 0,251 3,900 0,048 1,640 1,004 2,681
Faktor sikap stigma tetangga -0,120 0,367 0,107 0,744 0,887 0,432 1,820
Faktor sikap stigma keluarga 1,339 0,373 12,905 0,000 3,815 1,837 7,919
Faktor sikap stigma tokoh masyarakat 0,145 0,322 0,203 0,653 1,156 0,615 2,175
336
Shaluhiyah, Musthofa, Widjanarko, Stigma Masyarakat terhadap Orang dengan HIV/AIDS
laku tidak baik seperti perempuan pekerja seksual, peng- tang HIV/AIDS melalui media juga memberikan dampak
guna narkoba, dan homoseksual. Kelompok ini oleh se- dalam penurunan stigma masyarakat terhadap ODHA,
bagian masyarakat dianggap memengaruhi epidemi meskipun hal tersebut belum terjadi di semua negara dan
HIV/AIDS dan membuat masyarakat menjadi menolak semua kalangan masyarakat. Masyarakat di daerah
dan membenci kelompok tersebut.13,15,16,18 perkotaan cenderung lebih banyak memanfaatkan media
Lebih dari separuh responden dalam penelitian ini dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Kelompok
memiliki pengetahuan yang kurang tentang IMS dan masyarakat dengan akses media lebih sering memiliki
HIV/AIDS dengan adanya beberapa pemahaman yang stigma yang lebih rendah dibandingkan dengan kelom-
masih salah, seperti HIV dapat ditularkan melalui pok masyarakat dengan akses media yang kurang.2
pakaian atau benda-benda yang dipakai oleh ODHA dan Duffy,2 menyebutkan bahwa tetangga merupakan
orang yang menderita HIV dapat menunjukkan gejala seseorang yang secara hubungan sosial dekat dengan
penyakitnya. Meskipun demikian, mayoritas responden ODHA. Sikap seorang tetangga sangat penting terkait
juga memahami dengan baik bahwa HIV dapat ditu- dengan pemberian stigma terhadap ODHA, karena dapat
larkan melalui hubungan seksual dan transfusi darah. memengaruhi sikap orang lain terhadap ODHA. Stigma
Pengetahuan tentang HIV/AIDS sangat memengaruhi tersebut muncul karena tetangga beranggapan bahwa
sikap seseorang terhadap penderita HIV/AIDS. Stigma orang dengan HIV/AIDS membawa penyakit infeksi
terhadap ODHA muncul berkaitan dengan tidak yang dapat menularkan ke orang lain dan penyakit terse-
tahunya seseorang tentang mekanisme penularan HIV but tidak dapat disembuhkan.
dan sikap negatif yang dipengaruhi oleh adanya epidemi Keluarga merupakan lingkungan terdekat yang berin-
HIV/AIDS.14 Kesalahpahaman atau kurangnya penge- teraksi dengan ODHA. Menurut responden, lebih
tahuan masyarakat tentang HIV/AIDS sering kali banyak keluarga memiliki sikap yang positif terhadap
berdampak pada ketakutan masyarakat terhadap ODHA, ODHA dibandingkan dengan yang memberikan sikap
sehingga memunculkan penolakan terhadap ODHA. negatif terhadap ODHA. Adanya perilaku keluarga yang
Pemberian informasi lengkap, baik melalui penyuluhan, memberika n stigma ODHA dapat memperkuat
konseling maupun sosialisasi tentang HIV/AIDS kepada diskriminasi dan penolakan dari masyarakat. Stigma ter-
masyarakat berperan penting untuk mengurangi stig- hadap ODHA disebabkan karena keluarga merasa malu
ma.19 apabila mengetahui salah satu anggota keluarga adalah
Pemberian pengetahuan atau informasi terkait HIV seorang penderita HIV sehingga ODHA juga dikucilkan
adalah salah satu cara yang efektif untuk menjelaskan dari keluarga. Ketakutan akan diperlakukan secara
tentang pencegahan dan penularan HIV. Seseorang de- berbeda membuat ODHA sulit menjembatani diri
ngan pengetahuan yang baik dan benar terkait HIV di- dengan orang lain dan takut untuk berbagi pengalaman-
harapkan dapat menurunkan bahkan menghilangkan nya, bahkan untuk menyatakan dirinya sakit.19,23,24
stigma pada ODHA.18,20 Persepsi masyarakat terhadap Sebaliknya, dukungan atau penghapusan stigma dari
ODHA memiliki pengaruh terhadap sikap dan perilaku orang-orang di sekitar ODHA juga akan berdampak pa-
memberikan stigma. Hasil penelitian sebelumnya menye- da peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
butkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Dukungan sosial membuat penderita HIV tidak merasa
pemberian stigma HIV/AIDS dengan pengalaman sese- sendiri, merasa disayangi dan mereka lebih berpeluang
orang dalam berinteraks i denga n ODHA, juga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Pemanfaatan
berhubungan dengan pengalaman tentang adanya rasa pelayanan kesehatan oleh ODHA memungkinkan pen-
malu dan menyalahkan yang berhubungan dengan ingkatan pengetahuan, saling berbagi informasi terkait
penyakit AIDS.21,22 Demikian juga persepsi terhadap HIV/AIDS serta meningkatkan kepatuhan terapi anti-
penderita AIDS akan sangat memengaruhi cara orang retroviral (ARV). Keterbukaan dan rasa nyaman yang di-
tersebut bersikap dan berperilaku terhadap ODHA.16 rasakan ODHA membuat mereka lebih mudah untuk
Terkait dengan akses media informasi tentang menerima informasi.25
HIV/AIDS, mayoritas responden pernah mendapatkan Selain keluarga, tokoh masyarakat merupakan salah
informasi terkait HIV/AIDS. Media televisi merupakan satu faktor lingkungan sosial memiliki peranan penting
akses informasi yang dipilih sebagian besar responden terjadinya stigma terhadap ODHA. Apabila seorang
untuk mendapatkan informasi tentang HIV. Selain media tokoh masyarakat memberikan stigma terhadap ODHA,
televisi, responden juga memperoleh informasi terkait masyarakat di sekitarnya memiliki kemungkinan juga
HIV/AIDS melalui koran, radio, majalah, dan internet. akan terpengaruh untuk melakukan hal yang sama.
Media telah lama digunakan untuk memberikan in- Reaksi masyarakat terhadap ODHA memiliki efek besar
formasi terkait HIV/AIDS dengan tujuan untuk pada ODHA. Apabila reaksi masyarakat bermusuhan, se-
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku pence- orang penderita HIV dapat merasakan adanya diskrimi-
gahan penularan HIV/AIDS. Selain itu, informasi ten- nasi dan kemungkinan dapat meninggalkan rumah atau
337
Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 4, Mei 2015
menghindari aktivitas sehari–hari seperti berbelanja, 6. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
bersekolah, dan bersosialisasi dengan masyarakat.24 Kementerian Kesehatan RI. Laporan perkembangan kasus HIV/AIDS di
Pada dasarnya, tokoh masyarakat berperan penting Indonesia sampai triwulan II tahun 2014. Jakarta: Direktorat Jenderal
dalam menurunkan terjadinya stigma dan diskriminasi Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian
terhadap ODHA karena tokoh-tokoh lokal merupakan Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
model atau contoh yang biasanya menjadi panutan 7. Komisi Penanggulan AIDS Provinsi Jawa Tengah. Laporan kondisi HIV
masyarakat, terutama pada masyarakat di daerah dan AIDS di Jawa Tengah sejak 1993 s/d Juni 2014. Semarang: Komisi
pedesaan. Tindakan dan sikap mereka dijadikan referen- Penanggulangan AIDS Provinsi Jawa Tengah; 2014.
si oleh masyarakat dalam mengubah perilaku sehat, ter- 8. Balfour L, Corace K, Tasca GA, Plummer WB, MacPherson PA,
masuk yang terkait dengan penularan HIV, dan menu- Cameron DW. High HIV knowledge relates to low stigma in Pharmacists
runkan stigma terhadap ODHA.24 Oleh karena itu, pem- and University Health Science Students in Guyana, South America.
berian informasi yang komprehensif tentang HIV/AIDS International Journal of Infectious Diseases. 2010; 14 (10): e881-7.
kepada tokoh masyarakat menjadi sangat penting di- 9. Li L, Wu Z, Wu S, Zhaoc Y, Jia M, Yan Z. HIV-related stigma in
lakukan oleh petugas kesehatan, agar tokoh masyarakat health care settings: a survey of service providers in China. AIDS Patient
dapat menularkan dan menyebarkan informasi yang be- Care STDS. 2007; 21 (10): 753-62.
nar kepada masyarakat, termasuk tentang menghi- 10. Bayer R. Stigma and the ethics of public health: not can we but should
langkan stigma terhadap ODHA. we. Social Science & Medicine. 2008; 67 (3): 463-72.
11. Law GU, Rostill-Brookes H, Goodman D. Public stigma in health and
Kesimpulan non-healthcare students: attributions, emotions and willingness to help
Faktor yang memengaruhi stigma terhadap ODHA di with adolescent self-harm. International Journal of Nursing Studies.
Kabupaten Grobogan adalah sikap keluarga terhadap 2009; 46 (1): 108-19.
ODHA dan persepsi responden terhadap ODHA. 12. Anderson M, Elam G, Gerver S, Solarin I, Fenton K, Easterbrook P.
Keluarga dengan sikap negatif terhadap ODHA memili- HIV/AIDS-related stigma and discrimination: Accounts of HIV-positive
ki kemungkinan empat kali lebih besar memberikan stig- Caribbean people in the United Kingdom. Social Science & Medicine.
ma terhadap ODHA, sedangkan responden dengan sikap 2008; 67 (5): 790-8.
negatif terhadap ODHA memiliki kemungkinan dua kali 13. Darmoris. Diskriminasi petugas kesehatan terhadap orang dengan HIV-
lebih besar dalam memberikan stigma terhadap ODHA. AIDS (ODHA) di Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
[tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2011.
Saran 14. Herek GM, Capitanio JP, Widaman KF. HIV related stigma and know-
Perlu pemberian informasi HIV/AIDS yang lengkap ledge in the United States: prevalence and trends, 1991-1999. American
kepada masyarakat untuk memberikan pemahaman yang Journal of Public Health. 2002; 92 (3): 371-7.
dapat mengubah persepsi individu dan masyarakat ter- 15. Guma JA. Health workers stigmatise HIV and AIDS patients. South
masuk keluarga, tetangga, dan tokoh masyarakat tentang Sudan Medical Journal. 2011; 4: 92-3.
ODHA. Selain itu, juga diperlukan upaya penurunan 16. Campbell C, Nair Y, Maimane S, Sibiya Z. Understanding and challeng-
stigma terhadap ODHA melalui penyuluhan oleh tenaga ing HIV/AIDS stigma. HIVAN Publica tion. A vailable from:
kesehatan, sebagai contoh untuk meluruskan mitos dan http://www.lse.ac.uk/collections/socialPsicology/pdf/Challenging_HIV
penularan HIV/AIDS agar tidak terjadi kekhawatiran AIDS_Stigma.pdf.
dan ketakutan masyarakat terhadap ODHA. 17. Lestari TRP. Kebijakan pengendalian HIV/AIDS di Denpasar. Kesmas:
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2013; 8 (1): 45-48.
Daftar Pustaka 18. Sohn A, Park S. HIV/AIDS knowledge, stigmatizing attitudes, and re-
1. Maman S, Abler L, Parker L, Lane T, Chirowodza A, Ntogwisangu J, et lated behaviors and factors that affect stigmatizing attitudes against
al. A comparison of HIV stigma and discrimination in five internation- HIV/AIDS among Korean adolescents. Osong Public Health and
al sites: The influence of care and treatment resources in high prevalence Research Perspectives. 2012; 3 (1): 24-30.
settings. Journal of Social Science & Medicine. 2009; 68 (12): 2271-8. 19. Djoerban Z. Membidik AIDS: ikhtiar memahami HIV dan ODHA.
2. Duffy L. Suffering, shame, and silence: the stigma of HIV/AIDS. Journal Yogyakarta: Galang Press; 1999.
of the Association of Nurses in AIDS Care. 2005; 16 (1): 13-20. 20. Voisin DR, Bird JD, Shiu CS, Krieger C. It’s crazy being a black, gay
3. Carr RL, Gramling LF. Stigma: a health barrier for women with youth. Getting information about HIV prevention: a pilot study. Journal
HIV/AIDS. Journal of the Association of Nurses in AIDS Care. 2004;15 of Adolescent. 2013; 36: 111-9.
(5): 30-9. 21. Hermawati P. Hubungan persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS
4. Foster G, Williamson J. A review of current literature of the impact of masyarakat dengan interaksi sosial pada ODH [tesis]. Jakarta:
HIV/AIDS on children in Sub-Saharan Africa. AIDS. 2000; 14: 275-84. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2011.
5. Butt L, Morin J, Numbery G, Peyon I, Goo A. Stigma and HIV/AIDS in 22. Cock KMD, Mbori-Ngaca D, Marum E. Shadow on the continent:
highlands Papua. Pusat Studi Kependudukan–Universitas Cenderawasih Public health and HIV/AIDS in Africa in the 21. The Lancet. 2002; 360:
and University of Victoria. Canada: UNCEN UoV; 2010. 67–72.
338
Shaluhiyah, Musthofa, Widjanarko, Stigma Masyarakat terhadap Orang dengan HIV/AIDS
23. Demartoto A. ODHA, masalah sosial dan pemecahannya. Jurnal 25. Burhan R. Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh perempuan terinfek-
Penduduk dan Pembangunan. 2006; 6 (2): 105-15. si HIV/AIDS. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2013; 8
24. Suhendi A. Peranan tokoh masyarakat lokal dalam pembangunan kese- (1): 33-8.
jahteraan sosial. Media Informasi. 2013; 18 (02) :105 – 16.
339