Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

STIGMA YANG DIHADAPI KELUARGA


SAAT MERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA

DISUSUN UNTUK MEMENUHI UJIAN AKHIR SEMESTER I


MATAKULIAH KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II

Dosen Pengampuh : Adelheid R.Herminsih,S.Kep.,Ns.,M.Kep

OLEH :
ROMANA SANDRANI WANGGE
NIM : 011 221 093

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya,
makalah yang berjudul Stigma yang dihadapi keluarga saat merawat pasien gangguan
jiwa dapat diselesaikan pada waktunya.
Makalah ini tidak dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Adelheid R.Herminsih,S.Kep.,Ns.,M.Kep sebagai dosen mata kuliah dan dosen
pembimbing pembuatan makalah ini.
2. Teman-teman seangkatan mahasiswa lintas jalur fakultas ilmu-ilmu kesehatan
universitas Nusa Nipa angkatan 2022 yang sudah mendukung penyelesaian makalah
ini.
Penulis menyadari makalah ini banyak terdapat kekurangan. Penulis tetap berharap
agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Kritik dan saran dari makalah ini sangat diharapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan makalah selanjutnya. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih.

Maumere, 29 Desember 2022

Penulis

ROMANA S. WANGGE

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................i
Kata Pengantar.................................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan...........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Tujuan Penulis.................................................................................2
Bab II Tinjauan Pustaka...................................................................................3
A. Pengrtian Stigma.............................................................................3
B. Penyebab Stgma orang dengan gangguan jiwa...............................3
C. Jenis – jenis Stigma pada orang gangguan jiwa ………………….4
D. Dampak Stigma …………………………………………………...5
E. Penanganan Stigma di Masyarakat ……………………………….6
F. Bentuk – bentuk Stigma …………………………………………..6
Bab III Penutup................................................................................................7
A. Kesimpulan.....................................................................................7
B. Saran................................................................................................7
Daftar Pustaka………………………………………………………………..8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan bukan hanya tentang Kesehatan fisik saja,tetapi juga Kesehatan
mental.Ketidakstabilan fungsi psikososial individu salah satunya disebabkan oleh
kegangangguan kejiwaaan,tetapi ada juga gangguan jiwa yang di sebaabkan oleh
ketidakberfungsian organ fisik atau neurologis.kesehatan jiwa sering kali tidak
mendapatkan perhatian yang cukup darin masyarakat,bahkan berkecimpung di dunia
Kesehatan sekalipun ini di karenakan Kesehatan jiwa lebih susah diamati .(Putri, 2021)

WHO (Word Healh Organization) melaporkan,penyakit gangguan jiwa di dunia ini


sekarang ini menjadi masalah yang semakin serius.setidaknya,satu dari empat orang ada
penyakit mental di negara ini.WHO sekitar 450 juta pasti akan ikutlingkungan ini di
sadari menjadi tertekan,berdasarkan data aktual angka pasien gangguan jiwa sangat
mengkwatirkan (Putri, 2021)

Beberapa stigma menurut CAMI (Comunnity Attitude Towards the Metally Ilens)
terhadap odgj antara lain adalah,otoritatarianisme mngacu pada sudut pandang
bermasalah bahwa orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) adalah seseorang yang
mengancam dan perlu perawatan kusus ,sikap kebajikan adalah keyakinan yang menindas
bahwa orang dengan penyakit jiwa perlu di rawat di rumah sakit dan membutuhkan
pendekatan perlindungan,sikap pembatasan sosial mengacu pada konsep bahwa pasien
catat mental merupakan ancaman bagi masyarakat dan harus dihindari,pendekatan
ideologis komitas Kesehatan berkaitan dengan penerimaan sistem Kesehatan mental,tetai
tidak dalam komunitas tempat mereka tinggal (Putri, 2021)

Hingga saat ini sangat sedikit upaya yang di lakukan untuk memberantas
stigmalisasi,sehingga penolakan dan ketakutan public terhadap mereka menjadi lebih
dominan.katalis utama rasa takutdan penolakan oleh orang-orang akan mencegah mereka
menghadapi dan berintegrasi dengan dunia sosial,Akibatnya ODGJ merasa tidak mungkin
mendapatkan Pendidikan akademik yang layak sehingga kemampuan mereka untuk
memenuhi kebutuhan hidup sangat rapu dan kualitas hidup mereka semakin
rendah.Stigmatisasi,bagaimanapun,juga mengakibatkan juag rendahnya dukungan
pelanggan di ODGJ.ODGJ tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan peran dn
tugas sosial,karena lembaga sosial,masih menganggapnya tidak berguna dan
terpinggirkan (Putri, 2021)

1
Fenomena stigma yang di terima pada pasien gangguan jiwa merupakan fenomena
yang marak terjadi di masyarakat indonesia. Stigma pada gangguan mental di cirikan
sebagai sifat negative,dan informasi yang di dorong oleh tanda dan gejala gangguan
sering di defenisikan sebagai penghalang dalam interaksi klinis dengan komunitas
sosial.Stigma negatif berpengaruh pula terhadap proses penyembuhan orang gangguan
jiwa.Stigamatisasi di gambarkan sebagai”penyakit kedua”.yang merupakan penderita
tambahan yang tidak hanya di hadapi oleh penderitanya,tetapi juga oleh anggota
keluarga.Stigma sendiri dipresentasikan sebagai “tanda”yang juga menyebabkan kerugian
sebagai seseorang dalam banyak hal.Hilangnya harga diri,patahnya hubungan
keluarga,keterpisahan sosial,rasa malu merupakan konsekuensi buruk dan dari
stigmatisasi.(Putri, 2021)

Ditemukan bahwa sebanyak 52% atau 13 orang melaporakn hal negatif yang
dirasakan, berdasarkan analisis data,beban yang meresahkan keluarga adalah stigma yang
di rasakan oleh keluarga,Tiga akar muncul bahkan dalam stigma,terutama masalah
pengetahuan (ketidaktahuan),masalah dengan sikap(prasangka) dan masalah perilaku
(diskriminasi).Dalam pembentukan stigma keluarga rasa ketidakadilan yang dirasakan
keluarga berperan besar,keuarga dengan stigma tinggi akan menghindari dan
menyamarkan hubungan keluarga dengan anggota keluarga yang hidup dengan penyakit
mental.Perasaan takut akan label keluarga penyakit jiwa akan menimbulkan keengganan
untuk menerima masalah jiwa dan keluarga akan menggunakan strategi koping
tersebut,seperti merahasiakan dan mengabaikannnya,sehingga mengakibatkan
keterlambatan dalam mengejar pengajuran pengasuhan keluarga (Putri, 2021)

Akibat tingginya stigma yang dirasakan keluarga,keterlambatan mencari pertolongan


ke layanan Kesehatan mengindikasikan kursngnya dukungan internal yang diberikan oleh
keluarga,Bantuan instrumental bisa berupa makanan atau obat-obatan.Dalam mengakes
layanan Kesehatan,tingginya stigma yang dirasakan keluarga menjadi factor penghambat.
Adanya keyakinan terhadap gangguan jiwa akibat fenomena supranatural mendukung hal
terebut kepercayaan pada factor supranatural sebagai penyebab gangguan mental.(Putri,
2021)

B. Tujuan Penulis
Berdasarkan rumusan masalah diatas,maka tujuan yang hendak dicapai adalah
untuk mengetahui atau mengkaji tentang stigma yang dihadapi keluarga saat merawat
pasien gangguan jiwa
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Stigma
Stigma adalah proses sosial Ketika seseorang yang dilecehkan dicap sebagai
orang yang aneh atau memaluhkan. Kata ‘Stigma’ berasal dari Bahasa Yunani kuno,yang
mengacu pada jarak sosial dimana penyandang disabilitas tidak mau bergaul dengan orang
lain.Dalam dunia mereka orang yang menderita penyakit mental menghadapi
rasisme,prasangka dan label.Stigma adalah label negatif yang diberikan masyarakat
terhadap orang dengan gangguan jiwa. Stigma ini membuat keadaan pasien gangguan jiwa
semakin parah bukan malah memperbaiki.(Putri, 2021)
Ditemukansebanyak 57% memiliki stigma negative tentang ODGJ,memang stigma
yang ada di ODGJ,memang stigma yamg ada di ODGJ Masih melekat luas hingga saat
ini.Stigma merupakan indicator memalukan yang akan digunakan untuk menandai dan
mengelompokkan seseorang yang dianggap tidak normal,tidak wajar,dan tidak sehat
terhadap masyarakat.Menurut (Stuard,2016) Stigma juga didefenisikan sebagai
pegelompokan perilaku dan keyakinan negatif yang mendorong masyarakat untuk
takut,menolak,menghindari,dan mendiskriminasi ODGJ (Putri, 2021).
B. Penyebab Stigma Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa
Menurut (Hardiyanto K.Y.Tobing,2017) menyebutkan pada penyebab munculnya stigma
yang terjadi di masyrakat adalah:
1. Kepercayaan(kultural dan religi).
Para penderita gangguan jiwa akan diberikan stigma yang lebih oleh
lingkungan yang masih memegang teguh nilai-nilai budaya yang kuat.Hal ini
dikarenakan mereka yang menyimpulkan penderita gangguan jiwa kerasukan roh
atau roh jahat,sehingga sangat memungkinkan untuk menjauhi dan meminggirkan
penderita gangguan jiwa dari lingkungannya.Sebagai ukuran,pada tahap awal
tanda dan gejala,penderita gangguan jiwa tidak dibawah ke ahli medis,melainkan
di bawah ke dukung biasa atau orang pintar,sehingga penderita gangguan jiwa
akan semakin parah.
3
2. Pengetahuan (informasi yang salah).
Tingkat pengetahuan seseorang juga sangat berpengaruh pada munculnya
stigma terhadap orang yang gangguan jiwa.Seseorang yang memberikan label
negatif yang berujung dengan tindakan pengucilan, terkesan memojokkan
individu adalah orang yang kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa,pada
faktanya orang dengan gangguan jiwa sama dengan pasien umum yang mengidap
penyakit medis,mereka bisa di sembuhkan dengan obat medis.Banyaknya
informasi yang salah orang dengan gangguan jiwa juga menyebabkan tingginya
angka stigma terhadap ODGJ.
3. Pengalaman
Secara umum masyarakat belum memiliki cukup pengalaman untuk
bergaul dan bersosialisasi langsung dengan pasien gangguan jiwa,hal ini
menyebabkan timbulnya pemikiran bahwa orang dengan gangguan jiwa
menakutkan,membahayakan keselamatan orang lain dan berkeliharan di jalan.
C. Jenis - jenis Stigma Pada Orang Gangguan Jiwa
Menurut corrongan pada klien - klien stigma secara umum,stigmada dua
jening,yaitu public stigma dan self stigma.Public stigma adalah keterikatan
(Pembelaan) pada populasi karena kekurangan yang terdapat pada diri individu a tau
organisasi,seperti orang dengan gangguan mental.Self stigma adalah implantasi
public stigma yang membuat seseorang kalah di depan umum dan merasa bahwa
dirinya tidak memiliki harga diri rendah sehingga membuatnya tidak optimis dalam
hidupnya atau bisa disebut dengan stigma diri sendiri sendiri(Putri, 2021)
Publik Stigma juga dirasakan oleh orang dengan gangguan jiwa karena
masalah ekonomi status,perekonomi melahirkan diskriminasi dan ketidakadilan pasien
gangguan jiwa.Biasanya orang dengan gangguan jiwa akan mengasinkan diri atau
mengisolasi diri karena mendapatkan public stigma yang berpengaruh pada
psikologisnya.Klien merasa lembaga sosial yang tidak adil karena perlakukan secara
diskriminatif.Dengan adanya public stigma klien merasa semua harapan dan mimpi-
mimpinya gagal karena dia merasa lemah dan tidak berdaya(Putri, 2021)
4
Jenis stigma berdasarkan subjeknya yaitu gangguan jiwa dan keluarga orang
gangguan jiwa.Stigma,untuk ODGJ (orang dengan gangguan jiwa)yaitu
lingkungan,keluaraga,dan orang dengan gangguan jiwa itu sendiri,Adapun keluarga
ODGJ(orang dengan gangguan jiwa),dan diri sendiri (self-stigma).Stigma yang di
rasakan keluarga pasti berdampak pada peningkatan ketegangan keluarga,stress dan
kualitas hidup serta depresi.Tingkat Pendidikan keluarga yang sangat rendah
menambah resiko depresi yang di derita keluarga karena factor stigma ini.Hampir
semua respendon (72%) memiliki tingkat Pendidikan rendah yaitu SD.Hal ini perlu
mendapat perhatian karena beban yang dirasakan keluarga akibat stigma dapat
menyebabkan depresi dan stigma keluarga yang tinggi akan berunjung pada
diskriminasi pada isolasi atau pemasungan .(Putri, 2021)
D. Dampak Stigma
1.Bagi keluarga
Stigma yang dirasakan kelurga pasti berdampak pada meningkatnya ketegangan
keluarga ,stress dan kualitas hidup serta depresi.Tingkat Pendidikan keluarga yang sangat
rendah menambah risiko depresi yang di derita keluarga karena factor stigma ini .Akibat
tingginya stigma yang dirasakan oleh kaluarga,keterlambatan mencari pertolongan pelayanan
Kesehatan mengindikasikan kurangnya dukungan internal yang diberikan oleh keluarga.
Bantuan instrumental bisa berupa makanan atau oabt-obatan.Dalam mengakses layanan
Kesehatan,tingginya stigma yang dirasakan keluarga menjadi factor penghambat.Dalam
pembentukan stigma dalam keluarga, rasa ketidakadilan yang dirasakan keluarga berperan
besar,keluarga dengan stigmat tinggi akan menghindari dan menyamarkan hubungan
keluarga dengan anggota keluarga yang hidup dengan penyakit mental.Perasaan takut akan
label keluarga penyakit jiwa akan menimbulkan keengganan untuk menerima masalah jiwa
dan keluarga akan menggunakan strategi koping tersebut,seperti merahasiakan dan
menggabaikannya,sehingga mengakibatkan keterlambatan dalam mengejar pengasuhan
keluarga. (Putri, 2021)
2. Pagi Penderita
Stigma yang dirasakan akan membuat pasien gangguan jiwa semakin
tertekan.Potensi efek berbahaya yang dapat dideteksi termasuk ketidakmampuan
beradaptasi di lingkungan masyarakat,putus asa dari penghentian obat penghilang
rasasakit.Hal yang dapat sepenuhnya mempersulit pengobatan orang dengan
gangguan mental adalah stigma dari masyarakat , (Putri, 2021)
5
E. Penanganan Stigma di Masyarakat
Pemerintah telah memberikan pelayanan Kesehatan,pengobatan dan data Kelola
dengan latar belakang pelayanan Kesehatan dasar (puskesmas) untuk mengatatasi dilema
stigma ini,menanggani semua daerah sehingga daerah yang sulit dijankau.Pemerintah
sepertinya memiliki rencana pelatihan untuk semua pelayanan Kesehatan,termasuk kader
komunitas ,yang nantinya akan disosialisasikan kepada masyarakat untuk meningkatkan
presepsi masyarakat dan mengubah sikap terhadap penyakit (Putri, 2021)
Menanamkan Pendidikan keehatan jiwa sejak dini melalui sekolah-
sekolah.Pendidikan tersebut dapat dilakukan atau dimasukan dalam kurikulum di sekolah-
sekolah atau melalui kegiatan ekstrakurikulikuler.Melibatkan keluarga ataupun
masyarakat dalam pelaksanaan tindakan terhadap pasien gangguan jiwa sehingga berubah
dan dapat membantu menangganinya.Pemerintah ataupun lembaga swasta perlu
memberikan kesempatan pekerjaan yang layak dan sesuai dengan kemapuan kepada orang
yamg mengalami gangguan jiwa atau orang-orang yang telah sembuh dari gangguan
jiwa.kita sebagai sebagai induvidu tenaga Kesehatan harus menunjukkan atau memberi
contoh kepada masyarakat bahwa kita tidak melakukan stigma tersebut.kita harus
menantang kesalahpahaman tentang gangguan jiwa dan menunjukan fakta bahwa penyakit
mental sangatlah umum terlebih di era saat ini dan penyakit tersebut dapat disembuhkan
dengan penangganan yang tepat .
F. Bentuk - Bentuk Stigma
Stigma merupakan benyuk prasangka yang mendiskreditkan atau menolak seseorang atau
kelompok karena dianggap berbeda dengan diri kebanyakan orang yaitu:
1. Diskriminasikan Atau perlakuan yang tidak seimbang dan tidak adil terhadap
peroranagan atau kelompok berdasarkan ras,suku,agama,dan golongan,
2. Prasangka atau sikap negatif terhadap anggota kelompok tertentu yang semata-
mata keanggotaan dalam kelompok tertentu.
3. Pengucilan atau perlakuan terhadap seseorang atau kelompok yang
menyebabkan rasa terasing ,ditolak,dijauhi dari pergaulan sehingga
merasa,tidak diterima lagi oleh orang-orang sekitarnya.
4. Label yang mengacu pada saat seseorang dijuluki dengan sebutan tertentu oleh
5. Stereotip yang mengacu pada kecenderungan seseorang atau kelompok orang
untuk menampilkan gambar atau gagasan yang salah mengenai kelompok
orang lain yang bersifat menghina dan merendahkan secara fisik maupun
tingkah laku(Ii & Pustaka, 2020).
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stigma gangguan jiwa disajikan sebagai pikiran berbasis kekerasan dan
permusuhan,spesifik yang di timbulkan oleh gejala dan tanda penyakit yang dapat
didefenisikan sebagai seseorang yang susah komunikasih yang baik dengan struktur sosial
komunitas.Pemahaman pada masyarakat dalam menghadapi orang dengan gangguan jiwa,
ini menyebabkan stigma yang salah pada masyarakat tentang penyebab pasien sakit jiwa
dan presepsi masyarakat bahwa ODGJ berbahaya yang harus di jauhi dan harus di jauhi
(Putri, 2021)
Stigma adalah proses sosial Ketika seseorang yang dilecehkan dicap sebagai orang
yang aneh atau memaluhkan.Kata ‘Stigma’berasal dari Bahasa Yunani kuno,yang
mengacu pada jarak sosial dimana penyandang disabilitas tidak mau bergaul dengan orang
lain.Dalam dunia mereka orang yang menderita penyakit mental menghadapi
rasisme,prasangka dan label.Stigma adalah label negatif yang diberikan masyarakat
terhadap orang dengan gangguan jiwa. Stigma ini membuat keadaan pasien gangguan jiwa
semakin parah bukan malah memperbaiki.
B. Saran.
Berdasarkan kesimpulan yang ada maka saran yang dapat di disampaikan
mengenai stigma perlu melibatkan keluarga ataupun masyarrakat dalam pelaksanaan
tindakan terhadap pasien gangguan jiwa sehingga kesadaran keluarga dan masyarakat
tentang cara pandang mereka terhadap orang dengan gangguan jiwa berubah dan dapat
membantu menanganggani.
7

DAFTAR PUSTAKA

Ii, B. A. B., & Pustaka, T. (2020).


Putri, I. O. S. (2021). Stigma Yang Dihadapi Keluarga Saat Merawat Pasien Gangguan Jiwa.
4, 1–23.
8

Anda mungkin juga menyukai