Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PRASANGKA DAN DISKRIMINASI

Diajukan sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Psikologi Sosial

Dosen Pengampu :

Hamdan Hamdani M.A

Disusun Oleh:

Lulu Fadilah NIM.2108305008

Mimin Widaningsih NIM.2108305013

Naila Amaniah NIM.2108305014

Mohammad Jujun Jalaludin NIM.2108305018

PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah berkenan melimpahkan
rahmat dan hidayah-NYA sehingga sampai saat ini kita masih mendapatkan ketetapan Iman
dan Islam. Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi Sosial

Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Hamdan Hamdani M.A, selaku dosen mata
kuliah yang telah membantu baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga kami
ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung sehingga bisa
menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan bagi pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Bekasi, 20 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Prasangka .............................................................................................................................. 3
2.1.1 Ciri-Ciri Prasangka ......................................................................................................... 4
2.1.2 Jenis-Jenis Prasangka ..................................................................................................... 5
2.1.3 Faktor-Faktor Mempengaruhi Prasangka ....................................................................... 7
2.1.4 Sumber Prasangka .......................................................................................................... 9
2.2 Diskriminasi ........................................................................................................................ 11
2.2.1 Bentuk Diskriminasi ..................................................................................................... 11
2.2.2 Jenis-Jenis Diskriminasi ............................................................................................... 12
2.2.3 Macam-Macam Diskriminasi ....................................................................................... 12
2.2.4 Penyebab Diskriminasi ................................................................................................. 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 14
3.2 Saran .................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prasangka dan Diskriminasi telah dapat kita jumpai dalam kehidupan


sehari-hari dan istilah ini sering kali digunakan secara bergantian. Namun,
psikologi sosial membedakan secara jelas penggunaan kata prasangka dan
diskriminasi ini. Psikologi sosial telah lama mengenal pentingnya prasangka
dalam tingkah laku sosial masyarakat.
Kita mengetahui bahwa banyak sekali kekerasan dan ketidakadilan dalam
masyarakat yang berasal dari prasangka dan diskriminasi. Seperti contoh,
kelompok orang cina yang sudah berpuluh-puluh tahun, bahkan detik ini masih
mengalami ketidakadilan di negeri ini. Oleh sebab itu, pelajaran mengenai
prasangka dan diskriminasi sangat diperlukan.
Salah satu penyebab kekerasan yang terjadi adalah kenyataan yang
menunjukan bahwa dalam masyarakat terdapat banyak bermacam-macam
kelompok, misalnya kelompok pendidik, kelompok sepak bola, kelompok
pendaki gunung dan sebagainya.Kelompok satu dapat sejalan dengan kelompok
yang lain, tetapi tidak jarang ditemui kelompok satu berselisih dengan kelompok
yang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam masyarakat didapati
adanya kelompok yang berselisih dan kelompok antagonistic. Berkaitan dengan
antagonistic ini, ada beberapa elemen yang mendasarinya. Masing-masing
elemen-elemen tersebut adalah prasangka dan diskriminasi.
Prasangka dan diskriminasi merupakan dua istilah yang saling berkaitan,
orang yang memiliki sikap prasangka negatif terhadap suku atau ras istilah
melakukan tindakan diskriminatif pada ras tersebut bila mereka memiliki
prasangka negatif terhadap suku atau ras itu baru dikatakan sebagai sebuah sikap
sedangkan tindakan diskriminatif yang mereka lakukan merupakan tindakan nyata
prasangka mengandung unsur emosi suka tidak suka dan pengambilan suatu
keputusan yang tergesa-gesa tanpa diawali dengan pertimbangan yang cermat,
unsur ketidakadilan dalam pengambilan keputusan sebuah prasangka sering
terlihat karena keputusan tersebut didasarkan oleh penilaian subjektif atau
emosional daripada pertimbangan fakta objektif dari salah prasangka negatif
maka dapat mengganggu interaksi dalam suatu kelompok.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Prasangka?
2. Apa saja Ciri-ciri Prasangka?
3. Apa saja Jenis-jenis Prasangka?
4. Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi Prasangka?
5. Apa saja Sumber Prasangka?
6. Apa Pengertian dari Diskriminasi?
7. Apa saja Bentuk Diskriminasi?
8. Apa saja Jenis-jenis Diskriminasi?
9. Apa saja Macam-macam Diskriminasi?
10. Apa saja Penyebab dari Diskriminasi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Prasangka
2. Mengetahui Ciri-ciri Prasangka
3. Mengetahui Jenis-Jenis Prasangka
4. Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prasangka
5. Mengetahui Sumber Prasangka
6. Mengetahui Pengertian Diskriminasi
7. Mengetahui Bentuk Diskriminasi
8. Mengetahui Jenis-jenis Diskriminasi
9. Mengetahui Macam-macam Diskriminasi
10. Mnegetahui Penyebab Diskriminasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prasangka
Menurut Worchel dan kawan-kawan (2000) pengertian prasangka dibatasi
sebagai sifat negatif yang tidak dapat dibenarkan terhadap suatu kelompok dan
individu anggotanya. Prasangka atau prejudice merupakan perilaku negatif yang
mengarahkan kelompok pada individualis berdasarkan pada keterbatasan atau
kesalahan informasi tentang kelompok. Prasangka juga dapat didefinisikan
sebagai sesuatu yang bersifat emosional, yang akan mudah sekali menjadi
motivator munculnya ledakan sosial.1
Menurut Mar’at (1981), prasangka sosial adalah dugaan-dugaan yang
memiliki nilai positif atau negatif, tetapi biasanya lebih bersifat negatif.
Sedangkan menurut Brehm dan Kassin (1993), prasangka sosial adalah perasaan
negatif terhadap seseorang semata-mata berdasar pada keanggotaan mereka dalam
kelompok tertentu.2
Menurut David O. Sears dan kawan-kawan (1991), prasangka sosial
adalah penilaian terhadap kelompok atau seorang individu yang terutama
didasarkan pada keanggotaan kelompok tersebut, artinya prasangka sosial
ditujukan pada orang atau kelompok orang yang berbeda dengannya atau
kelompoknya. Prasangka sosial memiliki kualitas suka dan tidak suka pada objek
yang diprasangkakan, dan kondisi ini akan mempengaruhi tindakan atau perilaku
seseorang yang berprasangka tersebut.3
Selanjutnya Kartono, (1981) menguraikan bahwa prasangka merupakan
penilaian yang terlampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau
cepat, sifatnya berat sebelah dan dibarengi tindakan yang menyederhanakan suatu
realitas.4
Prasangka sosial menurut Papalia dan Sally, (1985) adalah sikap negatif
yang ditujukan pada orang lain yang berbeda dengan kelompoknya tanpa adanya
alasan yang mendasar pada pribadi orang tersebut. Lebih lanjut diuraikan bahwa
prasangka sosial berasal dari adanya persaingan yang secara berlebihan antar 2
individu atau kelompok. Selain itu proses belajar juga berperan dalam
pembentukan prasangka sosial dan kesemuanya ini akan terintegrasi dalam
kepribadian seseorang.5

1
Christofora Megawati Tirtawinata, ‘Karakter Yang Diperlakukan Dunia Kerja Dalam Menghadapi Pasar Bebas
ASEAN 2015’, HUMANIORA, 5.1 (2014), 483–93.
2
Prasangka Sosial, ‘Prasangka Sosial’, Jurnal Psikologi, 1.2 (2006), 1–26.
3
Sosial.
4
Sosial.
5
Sosial.

3
2.1.1 Ciri-Ciri Prasangka
Ciri-ciri prasangka menurut Brigham (1991) dapat dilihat dari
kecenderungan individu untuk membuat kategori sosial (social categorization).
Kategori sosial adalah kecenderungan untuk membagi dunia sosial menjadi
dua kelompok, yaitu “kelompok kita” (in group) dan “kelompok mereka” (out
group). 6 In group adalah kelompok sosial di mana individu merasa dirinya
dimiliki atau memiliki (“kelompok kami”). Sedangkan out group adalah grup
di luar grup sendiri (“kelompok mereka”). Timbulnya prasangka sosial dapat
dilihat dari perasaanin group dan out group yang menguat. Ciri-ciri dari
prasangka sosial berdasarkan penguatan perasaan in group dan out group
adalah:
• Proses generalisasi terhadap perbuatan anggota kelompok lain
Menurut Ancok dan Suroso (1995), jika ada salah seorang individu
dari kelompok luar berbuat negatif, maka akan digeneralisasikan pada
semua anggota kelompok luar. Sedangkan jika ada salah seorang
individu yang berbuat negatif dari kelompok sendiri, maka perbuatan
negatif tersebut tidak akan digeneralisasikan pada anggota kelompok
sendiri lainnya.
• Kompetisi sosial
Kompetisi sosial merupakan suatu cara yang digunakan oleh
anggota kelompok untuk meningkatkan harga dirinya dengan
membandingkan kelompoknya dengan kelompok lain dan
menganggap kelompok sendiri lebih baik daripada kelompok lain.
• Penilaian ekstrem terhadap anggota kelompok lain
Individu melakukan penilaian terhadap anggota kelompok lain
baik penilaian positif ataupun negatif secara berlebihan. Biasanya
penilaian yang diberikan berupa penilaian negatif.
• Pengaruh persepsi selektif dan ingatan masa lalu
Pengaruh persepsi selektif dan ingatan masa lalu biasanya
dikaitkan dengan stereotipe. Stereotipe adalah keyakinan (belief) yang
menghubungkan sekelompok individu dengan ciri-ciri sifat tertentu
atau anggapan tentang ciri-ciri yang dimiliki oleh anggota kelompok
luar. Jadi, stereotipe adalah prakonsepsi ide mengenai kelompok, suatu
image yang pada umumnya sangat sederhana, kaku, dan klise serta
tidak akurat yang biasanya timbul karena proses generalisasi. Sehingga
apabila ada seorang individu memiliki stereotype yang relevan dengan

6
Chairani L, ‘Prasangka’, Repository, 1.2 (2014), 1–35.

4
individu yang mempersepsikannya, maka akan langsung dipersepsikan
secara negatif.
• Perasaan frustasi (scope goating)
Menurut Brigham (1991), perasaan frustasi (scope goating) adalah
rasa frustasi seseorang sehingga membutuhkan pelampiasan sebagai
objek atas ketidakmampuannya menghadapi kegagalan. Kekecewaan
akibat persaingan antar masing-masing individu dan kelompok
menjadikan seseorang mencari pengganti untuk mengekspresikan
frustasinya kepada objek lain. Objek lain tersebut biasanya memiliki
kekuatan yang lebih rendah dibandingkan dengan dirinya sehingga
membuat individu mudah berprasangka
• Agresi antar kelompok
Agresi biasanya timbul akibat cara berpikir yang rasialis, sehingga
menyebabkan seseorang cenderung berperilaku agresif.
• Dogmatisme
Dogmatisme adalah sekumpulan kepercayaan yang dianut
seseorang berkaitan dengan masalah tertentu, salah satunya adalah
mengenai kelompok lain. Bentuk dogmatisme dapat berupa
etnosentrisme dan favoritisme. Etnosentrisme adalah paham atau
kepercayaan yang menempatkan kelompok sendiri sebagai pusat
segala-galanya. Sedangkan, favoritisme adalah pandangan atau
kepercayaan individu yang menempatkan kelompok sendiri sebagai
yang terbaik, paling benar, dan paling bermoral.7

2.1.2 Jenis-Jenis Prasangka


1. Prasangka Agama
Ketika berada pada lingkungan india,maka agama hindu adalah
agama yang paling baik. Orang orang yang memiliki agama selain
Hindu di lingkungan orang yang mayoritas beragama Hindu maka
agama lain seolah-olah memiliki penilain buruk,seperti agama islam
menurut anggapan sekarang ini adalah kaum pemberontak ,teroris
serta memiliki sifat negatif lainnya. Sehingga tidak mengherankan jika
orang islam yang tinggal dalam lingkungan seperti itu akan mengalami
diskriminasi,misalkan mulai dari tidak boleh menyuarakan adzan
terlalu keras.
2. Prasangka Etnik
Indonesia adalah Negara yang sangat besar beragam etniknya.
Berbagai penilain antar etnik pun dapat kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Seperti Etnis jawa yang dikenal ulet,sederhana,dan ramah.

7
Sosial.

5
Sedangkan orang Batak,dikenal dengan kebudayaan yang
keras,pemberani dan bersuara lantang.
3. Prasangka Kelas Sosial
Menurut pandangan orang kaya,orang miskin adalah orang yang
pemalas tidak rajin menabung dan suka berbuat nakal sehingga ia
melakukan prasangka terhadap orang miskin misalnya dengan
melarang anak-anak mereka bergaul dengan anak orang miskin
sehingga orang miskin pun menilai orang kaya atau berprasangka
kepadanya bahwa orang kaya adalah orang yang sombong dan tamak
mereka pun mulai menilai negatif misalnya Dari mana asal usul harta
yang mereka dapatkan apakah dari hasil korupsi atau tidak.
4. Prasangka Berdasarkan Gender
Selain itu ada pula prasangka terhadap gender dimana banyak
budaya yang masih menempatkan wanita sebagai kaum minoritas
pasang yang dipengaruhi oleh gender ini disebut seksisme,seksisme
ada dua jenis :
▪ seksisme yang penuh kebencian : pandangan bahwa
wanita jika tidak interior terhadap pria memiliki banyak
trait negatif. contoh mereka ingin di istimewakan
sangat sensitif atau ingin merebut kekuasaan dari pria
yang tidak seharusnya mereka miliki
▪ seksisme bentuk halus pandangan yang menyatakan
bahwa wanita pantas dilindungi, lebih superior daripada
pria dalam banyak hal contohnya mereka lebih murni
dan lebih memiliki selera yang baik dan sangat
diperlukan untuk kebahagiaan pria. contoh tidak ada
pria yang benar-benar bahagia kecuali dia memiliki
seorang wanita yang ia puja dalam hidupnya
5. Prasangka Politis
Contohnya adalah anggota rezim komunis yang akhirnya diberi
keterbatasan karena mereka pernah membayangkan keselamatan
negara melalui G30S PKI sehingga prasangka negatif terhadap
anggota atau keturunan PKI, sehingga diskriminasi yang muncul
adalah larangan anak-anak anggota PKI untuk menjadi pegawai negeri
sipil di waktu itu.
6. Prasangka terhadap orang yang memiliki keterbatasan fisik
(Disabilitas)
Orang-orang yang memiliki keterbatasan dalam fisik misalnya
orang-orang cacat kaki dilarang mengikuti jurusan olahraga, karena
dianggap tidak mampu,sehingga mereka tidak dapat memasuki jurusan

6
itu padahal olahraga sangat luas misalnya olahraga catur pastinya
orang-orang cacat pun bisa melakukan olahraga semacam itu
walaupun olahraga lainnya tidak biasa mengikutinya.8

2.1.3 Faktor-Faktor Mempengaruhi Prasangka


Proses pembentukan prasangka menurut Mar’at (1981) dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu:
• Pengaruh Kepribadian
Dalam perkembangan kepribadian seseorang akan terlihat pula
pembentukan prasangka sosial. Kepribadian otoriter mengarahkan
seseorang membentuk suatu konsep prasangka sosial, karena ada
kecenderungan orang tersebut selalu merasa curiga, berpikir dogmatis
dan berpola pada diri sendiri.
• Pendidikan dan Status
Semakin tinggi pendidikan seseorang dan semakin tinggi status
yang dimilikinya akan mempengaruhi cara berpikirnya dan akan
meredusir prasangka sosial.
• Pengaruh Pendidikan Anak oleh Orangtua
Dalam hal ini orang tua memiliki nilai-nilai tradisional yang dapat
dikatakan berperan sebagai family ideologi yang akan mempengaruhi
prasangka sosial.
• Pengaruh Kelompok
Kelompok memiliki norma dan nilai tersendiri dan akan
mempengaruhi pembentukan prasangka sosial pada kelompok tersebut.
Oleh karenanya norma kelompok yang memiliki fungsi otonom dan
akan banyak memberikan informasi secara realistis atau secara
emosional yang mempengaruhi sistem sikap individu.
• Pengaruh Politik dan Ekonomi
Politik dan ekonomi sering mendominir pembentukan prasangka
sosial. Pengaruh politik dan ekonomi telah banyak memicu terjadinya
prasangka sosial terhadap kelompok lain misalnya kelompok minoritas.
• Pengaruh Komunikasi
Komunikasi juga memiliki peranan penting dalam memberikan
informasi yang baik dan komponen sikap akan banyak dipengaruhi
oleh media massa seperti radio, televisi, yang kesemuanya hal ini akan
mempengaruhi pembentukan prasangka sosial dalam diri seseorang.

8
L.

7
• Pengaruh Hubungan Sosial
Hubungan sosial merupakan suatu media dalam mengurangi atau
mempertinggi pembentukan prasangka sosial. Sehubungan dengan
proses belajar sebagai sebab yang menimbulkan terjadinya prasangka
sosial pada orang lain, maka dalam hal ini orang tua dianggap sebagai
guru utama karena pengaruh mereka paling besar pada tahap modeling
pada usia anak-anak sekaligus menanamkan perilaku prasangka sosial
kepada kelompok lain. Modelling sebagai proses meniru perilaku
orang lain pada usia anak-anak, maka orang tua dianggap memainkan
peranan yang cukup besar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ashmore dan DelBoca, (dalam Sears et all, 1985) yang
menunjukkan bahwa orang tua memiliki peranan yang penting dalam
pembentukan prasangka sosial dalam diri anak. Jadi, terdapat korelasi
antara sikap etnis dan rasial orang tua dengan sikap etnis dan rasial
pada diri anak. Dari uraian singkat tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa prasangka sosial terjadi disebabkan adanya perasaan berbeda
dengan orang lain atau kelompok lain. Selain itu prasangka sosial
disebabkan oleh adanya proses belajar, juga timbul disebabkan oleh
adanya perasaan membenci antar individu atau kelompok misalnya
antara kelompok mayoritas dan kelompok minoritas. Rose (dalam
Gerungan, 1991) menguraikan bahwa faktor yang mempengaruhi
prasangka sosial adalah faktor kepentingan perseorangan atau
kelompok tertentu, yang akan memperoleh keuntungan atau rezekinya
apabila mereka memupuk prasangka sosial. Prasangka sosial yang
demikian digunakan untuk mengeksploitasi golongan-golongan
lainnya demi kemajuan perseorangan atau golongan sendiri. Prasangka
sosial pada diri seseorang menurut Kossen (1986) dipengaruhi oleh
ketidaktahuan dan ketiadaan tentang objek atau subjek yang
diprasangkakan. Seseorang sering sekali menghukum atau memberi
penilaian yang salah terhadap objek atau subjek tertentu sebelum
memeriksa kebenarannya, sehingga orang tersebut memberi penilaian
tanpa mengetahui permasalahannya dengan jelas, atau dengan kata lain
penilaian tersebut tidak didasarkan pada fakta-fakta yang cukup.
Selanjutnya Gerungan, (1991) menguraikan bahwa prasangka sosial
dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan dan pengertian akan fakta-
fakta kehidupan yang sebenarnya dari golongan-golongan orang yang
diprasangkakan.

8
2.1.4 Sumber Prasangka
• Konflik langsung antar kelompok.
Berdasarkan Teori Konflik Realistik (Realistic Conflict
Theory) dimana prasangka muncul karena kompetisi antar kelompok
sosial untuk memperoleh kesempatan atau komoditas yang berharga
yang berkembang menjadi rasa kebencian, prasangka dan dasar emosi.
Contoh: konflik antara para migrant dengan masyarakat setempat,
masyarakat setempat cenderung memiliki prasangka terhadap para
imigran ini karena para imigran lebih mampu untuk survive dan
berhasil wilayah barunya sehingga menimbulkan rasa kebencian pada
diri masyarakat setempat terhadap para imgran. Hal ini dapat dilihat
pada konflik yang terjadi di Ambon, atau Kalimantan.
• Pengalaman awal.
Berdasarkan Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning
Theory), prasangka dipelajari dan dikembangkan dengan cara yang
sama serta melalui mekanisme dasar yang sama, seperti sikap yang
lain yakni melalui pengalaman langsung dan
observasi/vicarious. Contoh: Santi sejak kecil sering mendengar
orangtuanya melontarkan komentar-komentar negatif terhadap orang
dari golongan etnis Tionghoa, maka Santi juga akan ikut meyakini
pandangan negatif orang tuanya tentang etnis Tionghoa tersebut.
Selain itu, media massa juga memiliki peran dalam pembentukan
prasangka.
• Kategorisasi sosial
Perspektif yang ketiga yang menjelaskan prasangka menekankan
adanya kenyataan mendasar yang membuat seseorang dapat
berprasangka. Kenyataan mendasar tersebut adalah demi membuat
dunia terlihat mudah terkontrol dan dapat diprediksi, maka individu
melakukan apa yang disebut dengan kategorisasi. Orang yang
melakukan kategorisasi terhadap lingkungan sosialnya, disebut dengan
kategori sosial. Pada kategori sosial ini, orang melihat orang lain
sebagai bagian dari kelompoknya (maka akan disebut sebagai ingroup-
nya) atau sebagai anggota kelompok lain (maka akan disebut sebagai
outgroup-nya). Misalnya: Keberhasilan Jokowi-Ahok dalam
memimpin di kota sebelumnya tentu menjadi ancaman untuk Foke-
Nara dan pendukungnya. Jadi, jangan heran jika muncul berbagai
macam informasi yang mencoba menepis keberhasilan tersebut.
Sebaliknya, pembelaan pendukung Jokowi-Ahok ketika kubunya
diserang bisa jadi terlihat berlebihan, dengan cara menjelek-jelekkan
Foke secara personal dan sebagainya. Isu perbedaan suku dan agama

9
juga akan dihembuskan, karena kesamaan agama dan suku masih
dianggap oleh sebagian orang sebagai faktor kenyamanan dalam
berinteraksi sosial. Peristiwa tersebut dikarenakan adanya
kecenderungan untuk memberi atribusi yang lebih baik dan
menyanjung anggota kelompoknya sendiri daripada anggota kelompok
lain. Hal ini terkadang dideskripsikan sebagai kesalahan atribusi
utama (ultimate attribution error), yang sama seperti self serving bias.
Hanya saja hal ini terjadi dalam konteks antar kelompok. Kategori
sosial ini dapat dijawab berdasarkan Teori Identitas Sosial (Identity
Theory) dari Tajfel. Teori ini mengatakan bahwa individu berusaha
meningkatkan self-esteem mereka dengan mengidentifikasikan diri
dengan kelompok sosial tertentu. Namun, hal ini terjadi hanya bila
orang tersebut mempersepsikan kelompoknya lebih superior daripada
kelompok lain yang menjadi pesaingnya.
• Stereotip
Kerangka berpikir kognitif yang terdiri dari pengetahuan dan
keyakinan tentang kelompok sosial tertentu dan traits tertentu yang
mungkin dimiliki oleh orang yang menjadi anggota kelompok-
kelompok ini. Ketika sebuah stereotip diaktifkan, trait-trait ini lah
yang dipikirkan. Stereotip mempengaruhi pemrosesan informasi sosial
(diproses lebih cepat dan lebih mudah diingat), sehingga
mengakibatkan terjadinya seleksi pada informasi-informasi yang
konsisten terhadap stereotip akan diproses sementara yang tidak sesuai
stereotip akan ditolak atau diubah agar konsisten dengan stereotip.
Reaksi lain terhadap informasi yang tidak konsisten adalah membuat
kesimpulan implicit yang mengubah arti informasi tersebut agar sesuai
dengan stereotip. Stereotip seperti penjara kesimpulan (inferential
prisons): ketika stereotip telah terbentuk, stereotip akan membangun
persepsi kita terhadap orang lain, sehingga informasi baru tentang
orang ini akan diinterpretasikan sebagai penguatan terhadap stereotip
kita, bahkan ketika hal ini tidak terjadi.
• Mekanisme kognitif lain
a) Ilusi tentang hubungan (illusory correlation) yaitu
kecenderungan melebih-lebihkan penilaian tingkah laku negatif
dalam kelompok yang relatif kecil. Efek ini terjadi karena
peristiwa yang jarang terjadi menjadikannya lebih menonjol dan
dengan mudah diingat;
b) Ilusi homogenitas Out-Group (illution of outgroup
homogeneity) yaitu kecenderungan untuk mempersepsikan orang-
orang dari kelompok lain yang bukan kelompoknya sebagai orang

10
yang serupa. Lawan dari kecenderungan tersebut
adalah perbedaan in-group (in-group differentiation) yaitu
kecenderungan untuk mempersepsikan anggota kelompoknya
dalam menunjukkan keragaman yang lebih besar satu sama lain
(lebih heterogen) daripada kelompok-kelompok lain.

2.2 Diskriminasi
Diskriminasi muncul dari prasangka yang tampil dalam perilaku yang
dapat dilihat. Dengan kata lain, diskriminasi dapat didefinisikan sebagai perilaku
negatif terhadap orang lain yang menjadi target prasangka. Sedangkan menurut
sears, freedman & peplau (1999) diskriminasi adalah perilaku menerima atau
menolak seseorang semata-mata berdasarkan keanggotaannya dalam kelompok.
Contoh: Di Afrika Selatan orang-orang kulit hitam dilarang bersekolah di sekolah
untuk orang kulit putih. Hal ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk
membeda-bedakan yang satu dengan yang lain.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa inti dari diskriminasi adalah
perlakuan berbeda. Sedangkan pengertian diskriminasi terhadap penyandang cacat
atau difabel lebih didasarkan pada kondisi fisik atau kecacatan yang disandangnya.
Masyarakat selama ini memperlakukan para difabel secara berbeda yang
didasarkan pada asumsi atau prasangka bahwa dengan kondisi difabel yang
mereka miliki, mereka dianggap tidak mampu melakukan aktivitas sebagaimana
orang lain pada umumnya. Perlakuan diskriminasi semacam ini dapat dilihat
secara jelas dalam bidang lapangan pekerjaan. Para penyedia lapangan pekerjaan
kebanyakan enggan untuk menerima seorang penyandang cacat sebagai karyawan.
Mereka berasumsi bahwa seorang penyandang cacat tidak akan mampu
melakukan pekerjaan seefektif seperti karyawan lain yang bukan difabel, sehingga
bagi para penyedia lapangan kerja, mempekerjakan para difabel sama artinya
dengan mendorong perusahaan dalam jurang kebangkrutan karena harus
menyediakan beberapa alat bantu bagi kemudahan para difabel dalam melakukan
aktivitasnya.

11
2.2.1 Bentuk Diskriminasi
Diskriminasi terwujud dalam perilaku yang bervariasi, mulai dari yang
tersamar, nyata hingga kasar. Vaughan dan Hogg (2005) menjelaskan bentuk-
bentuk diskriminasi sebagai berikut:
• Menolak untuk menolong
Menolak untuk menolong orang lain yang berasal dari kelompok
tertentu sering kali dimaksudkan untuk membuat kelompok lain
tersebut tetap berada dalam posisinya yang kurang beruntung.
Misalnya organisasi yang menolak memberikan cuti melahirkan pada
karyawan wanitanya. Menolak menolong adalah ciri dari diskriminasi
rasial yang nyata.
• Tokenisme
Tokenisme adalah minimnya perilaku positif kepada pihak
minoritas. Perilaku ini nanti digunakan sebagai pembelaan dan
pembenaran bahwa ia sudah melakukan hal baik yang tidak melanggar
diskriminasi.
• Reverse discrimination
Reverse discrimination adalah praktik melakukan diskriminasi
yang menguntungkan pihak yang biasanya menjadi target prasangka
atau diskriminasi dengan maksud agar mendapat pembenaran dan
terbebas dari tuduhan telah melakukan prasangka atau diskriminasi.
Misalnya adanya tokenisme di Amerika Serikat, yaitu orang yang kulit
hitam, perempuan, dan orang spanyol oleh organisasi kerja. Organisasi
ini hanya mempekerjakan kelompok minoritas sebagai strategi untuk
terhindar dari tuduhan melakukan diskriminasi. Tokenisme pada level
ini dapat menghancurkan harga diri orang yang dikenai token ini.

2.2.2 Jenis-Jenis Diskriminasi


• Diskriminasi Umur: Individu diberi perlakuan yang tidak adil karena
ia tergolong dalam lingkungan umur tertentu.
• Diskriminasi Jenis Kelamin: Individu diberi perlakuan yang tidak adil
karena gender mereka. Misalnya, seorang wanita menerima gaji yang
lebih rendah dengan pria rekan kerjanya, meskipun kontribusi mereka
sama.
• Diskriminasi Kesehatan: Individu diberi perlakuan yang tidak adil
karena mereka menderita penyakit atau cacat tertentu. Misalnya
seorang yang pernah menderita sakit jiwa telah ditolak untuk mengisi
jabatan tertentu, meskipun ia telah sembuh dan memiliki kemampuan
yang dibutuhkan.

12
• Diskriminasi Ras: Individu diberi perlakuan yang tidak adil
berdasarkan ras yang diwakili mereka.

2.2.3 Macam-Macam Diskriminasi


• Diskriminasi kasar aksi negatif terhadap objek prasangka rasial, etnis,
atau agama dan kriminalitas berdasarkan kebencian (hate crimes)
kriminalitas yang berdasar pada prasangka rasial, etnis, dan tipe
prasangka lainnya. Contoh: James Byrd seorang lelaki afro-amerika
yang diseret di belakang truk hingga meninggal oleh seorang laki-laki
berkulit putih dengan prasangka tinggi.
• Diskriminasi halus: rasisme modern (racial implicit) rasisme berusaha
menutup-nutupi prasangka di tempat umum, tetapi mengekspresikan
sikap-sikap mengecam ketika hal itu aman dilakukan dan tokenisme
contoh di mana individu menunjukkan tingkah laku positif yang
menipu terhadap anggota kelompok out-group kepada siapa mereka
merasakan prasangka yang kuat. Kemudian tingkah laku tokenistic ini
digunakan sebagai alasan untuk menolak melakukan aksi yang lebih
menguntungkan terhadap kelompok ini. Contoh: sebuah bank yang
mempekerjakan orang dari etnis tertentu, supaya tidak disangka
melakukan diskriminasi juga mempekerjakan masyarakat pribumi.
Namun, masyarakat pribumi ini nantinya akan dipersulit untuk
kenaikan jabatan.

2.2.4 Penyebab Diskriminasi


• Prasangka buruk dapat menyebabkan memainkan sebuah peran penting
untuk melindungi atau meningkatkan konsep diri mereka. Ketika individu
dengan sebuah prasangka memandang rendah sebuah kelompok, hal ini
membuat mereka yakin akan harga diri mereka sendiri.
• Saling mencela satu sama lain akan menimbulkan orang lain tidak
bertoleransi kepada kita.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Prasangka dan diskriminasi merupakan dua istilah yang sangat berkaitan.


Prasangka merupakan sikap, sedangkan diskriminasi merupakan tindakan.
Seseorang yang mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak diskriminatif
terhadap ras yang diprasangkakan. Sekalipun demikian, bisa saja seseorang
bertindak diskriminatif tanpa didasari oleh prasangka ataupun sebaliknya,
seseorang yang berprasangka dapat bertindak tidak diskriminatif. Prasangka
merupakan kecenderungan dari seseorang atau sekelompok orang untuk
menampilkan gambaran atau gagasan yang keliru (false idea) tentang sekelompok
orang lainnya). Gambaran yang keliru tersebut berupa gambaran yang tidak valid,
bersifat menghina atau merendahkan, baik dalam segi fisik maupun dalam sifat
atau tingkah laku. Stereotip merupakan faktor yang secara otomatis dapat
membentuk prasangka. Informasi yang tidak konsisten dengan stereotip diabaikan
dan mudah dilupakan. Stereotip menentukan bagaimana informasi ditafsirkan,
sehingga bahkan ketika orang terkena data yang bertentangan dengan stereotip
mereka, mereka dapat menafsirkan informasi dengan cara yang mendukung
prasangka mereka.

Adapun ciri ciri dari prasangka ini dapat dilihat dari perananan in group
dan out group yang menguat diantara nya Proses generalisasi terhadap perbuatan
anggota kelompok lain; Kompetisi sosial; Penilaian ekstrem terhadap anggota
kelompok lain; Pengaruh persepsi selektif dan ingatan masa lalu; Perasaan frustasi
(scope goating); Agresi antar kelompok; Dogmatisme. Adapun jenis jenis
prasangka diantaranya Prasangka agama; Prasangka étnik; Prasangka kelas sosial;
Prasangka berdasarkan gender; Prasangka politis; Prasangka Disabilitas

Dalam setiap sesuatu yang terjadi pastinya ada hal-hal yang menyebabkan
itu semua, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prasangka menurut mar'at
yaitu Pengaruh kepribadian; Pendidikan dan status; Pengaruh pendidikan anak
oleh orang tua; Pengaruh kelompok; Pengaruh kelompok dan ekonomi; Pengaruh
Komunikasi; Pengaruh hubungan sosial. Prasangka sebagai suatu sikap
mempunyai berbagai macam sumber yang menjadi penyebabnya. Prasangka
terhadap orang lain mungkin saja disebabkan faktor situasional tetapi yang jelas
tidak hanya satu faktor saja yang berperan. Adapun sumber prasangka diantaranya
Konflik langsung antar kelompok; Pengalaman awal; Kategorisasi sosial;
Stereotip; Mekanisme kognitif lain

14
Diskriminasi adalah perilaku negatif terhadap orang lain yang menjadi
target prasangka. Diskriminasi terwujud dalam perilaku yang bervariasi, mulai
dari yang tersamar, nyata hingga kasar. Vaughan dan Hogg (2005) menjelaskan
bentuk-bentuk diskriminasi diantaranya: Menolak untuk menolong, Tokenisme,
Reverse discrimination. Adapun jenis-jenis diskriminasi adalah diskriminasi
umur, diskriminasi jenis kelamin, diskriminasi kesehatan, diskriminasi ras.
Diskriminasi dibagi menjadi 2 diantaranya diskriminasi halus dan diskriminasi
kasar.

3.2 Saran
Secara umum pendidik, baik guru maupun orang tua dalam mengarahkan
proses belajar anak hendaklah harus lebih memperhatikan masalah yang terkait
dengan pemenuhan kebutuhan psikologis, perkembangan intelegensi, emosional
dan motivasi, serta mengembangkan kreativitas anak. Supaya anak-anak lebih
mudah dalam memahami semua pelajaran yang ada dan tidak lupa aspek
lingkungan sangat berpengalaman terhadap keadaan anak.
Terutama tentang identitas nasional bangsa indonesia yang kita cintai ini.
Semoga apa yang saya sampaikan ini dapat berguna bagi kita semua, apabila ada
kesalahan dalam penulisan kami mohon maaf. Saran serta kritikan yang
membangunkami sangat harapkan guna penyempurnaan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

L, Chairani, ‘Prasangka’, Repository, 1.2 (2014), 1–35

Sosial, Prasangka, ‘Prasangka Sosial’, Jurnal Psikologi, 1.2 (2006), 1–26

Tirtawinata, Christofora Megawati, ‘Karakter Yang Diperlakukan Dunia Kerja Dalam


Menghadapi Pasar Bebas ASEAN 2015’, HUMANIORA, 5.1 (2014), 483–93

Barron, A Robert. Byrne, Donn. 2003. Psikologi Sosial edisi kesepuluh. Jakarta: Erlangga

Hanurrawan, Fattah. 2010. Psikologi Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/08/mendefinisikan-prasangka.html

Psikologi Sosial Penyunting Sarlito W. Sarwono dan Eko A. Meinarno Penerbit salemba
Humanika

16

Anda mungkin juga menyukai