oleh
Kelompok 9
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan ridho Allah SWT.
karena tanpa rahmat dan ridho-Nya, kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak M. Arif, S.Pdi, M.Ed, Ph.D
selaku dosen pengampu Psikologi Umum yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas
makalah ini. Kami juga mengcapkan terimakasih kepada teman-teman kami yang selalu setia
membantu dalam hal mengumpulkan data-data pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini
kami menjelaskan tentang bakat.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi
tercapainya makalah yang sempurna.
Penyusun
DAFTAR ISI
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk karena terdiri atas berbagai suku bangsa,
adat istiadat, bahasa daerah,serta agama yang berbeda beda. Badan Pusat Statistik(BPS)telah
melakukan survei mengenai jumlah suku bangsa, diketahui bahwa Indonesiaterdiri dari 1.128
suku bangsa. Keanekaragaman tersebut terdapat di berbagai wilayahyangtersebar dari Sabang
sampai Merauke. Setiap suku bangsa di Indonesia mempunyaikebiasaan hidup yang berbeda
beda. Kebiasaan hidup itu menjadi budaya serta ciri khassuku bangsa tertentu.Keragaman ters
ebut di satu sisi, kita mengakuinya sebagai khazanah budaya yang bernilai tinggi. Akan tetapi
di sisi lain,ketika dua karakter sosial dan budaya bertemu, primordialisme seakan menjadi sat
u sekat yang membuat mereka benarmenjadi dua suku berbeda, seperti air dan minyak, hal ini
merupakan pencerminan daristereotip itu sendiriBanyak pihak juga yang menilai bahwa mas
yarakat Indonesia saat ini merupakanmasyarakat yang senang mendugaduga atau berprasangk
a.Penilaian itu tentu bukan tanpadasar.Saat ini masyarakat Indonesia memiliki kecurigaan yan
g akut terhadap segalasesuatu yang berbeda atau dikenal dengan istilahheterophobia. Segala s
esuatu yang barudan berbeda dari umumnya orang akan ditanggapi dengan penuh kecurigaan
termasukantar suku atau etnis. Kehadiran anggota kelompok yang berbeda apalagi
berlawanan akan dicurigai membawa misi-misi yang mengancam
1.3 Tujuan
Prasangka atau prejudice berasal dari kata latin prejudicium, yang pengertiannya sekarang
mengalami perkembangan sebagai berikut (Soelaeman, 1987).
(1) Semula di artikan sebagai suatu presxzeden, artinya keputusan diambil atas dasar
pengalaman yang lalu.
(2) Dalam Bahasa inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa penelitian dan
pertimbangan yang cermat, tergesa gesa, atau tidak matang.
(3) Untuk mengatakan prasangka di persyaratan pelibatan unsur emosional (suka tidak suka)
dalam keputusan yang telah di ambil tersebut.
Secara harfiah , prasangka dapat di beri arti atau diberi pandangan dengan prapendapat
,anggapan dasar, purbasangka ,pendahuluan,dan sebagainnya.
Allport menyebut prasangka dengan perkataan thinking ill of the others. Bahwa dengan
prasangka, seseorang atau sekelompok orang menganggap buruk atau memandang negatif
orang lain secara tidak rasional .
Prasangka ,menurut sherif &sheriff (1969, dalam koeswara, 1988) adalah “suatu istilah
yang menunjuk pada sikap yang tidak menyenangkan (unfavorable attitude) yang dimiliki
oleh anggota-anggotanya yang didasarkan atas norma norma yang mengatur perlakuan
terhadap orang orang di luar kelompoknya.”
Sejak usia dini, anak-anak sudah mendapat berbagai pengaruh tertentu yang bisa
menimbulkan prasangka. Jersild (1954), misalnya, menyebutkan, dalam suatu studi oleh
ammon (1950), pada anak-anak yang berusia empat tahun telah dapat dilihat tanda-tanda
tentang adanya prasangka yang aktif. Prasangka ini mempunyai tiga aspek yag kurang
menguntungkan , yakni ;
(1) Merceminkan keadaan yang tidak sehat pada orang yang berprasangka;
(2) Merusak orang-orang yang menjadi sasarannya; dan
(3) Prasangka melahirkan kesukaran sukaran bahi seluruh kelompok social .
Prasangka adalah sikap negative terhadap kelompok tertentu atau seseorang, semata mata
karena ke anggotaannya dalam kelompok tertentu (Baron &byrne, 1994 ,dalam Sarwono ,
1997). Prasangka ini, menurut Sebagian penulis , karena penilain yang tidak berdasar
(unjustified) dan pengambilan sikap sebelum menilai dengan cermat, sehingga menjadi
penyimpangan pandangan (bias) dari kenyataan yang sesungguhnya.
Kategorisasi pada dasarnya merupakan proses kognitif yang netral artinya, menetapkan
benda dalam kategori tertentu; individu tidak ikut menilai. Stereotip merupakan tanggapan
atau gambaran tertentu mengenal sifat-sifat dan watak pribadi orang atau golongan lain yang
bercorak negatif akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif.
Konsesp stereotip ini pertama kali diperkenalkan oleh Walter Lippman, seorang komentator
politik, melalui bukunya yang berjudul Public Opinion ( pertama kali terbit tahun 1922; edisi
Bahasa Indonesia di terbitkan Yayasan obor Indonesia, 1998). Sherif & Sherif (1969, dalam
Koeswara, 1988), mendefenisikan stereotip sebagai “ Kesepakatan di antara anggota-anggota
kelompok terhadap gambaran tentang kelompok lain berikut anggota-anggotanya.” Larry A.
Samovar dan Richard E.Porter (dalam MUlyana, 2008:218) mendefenisikan stereotip sebagai
persepsi atau kepercayaan yang kita anut mengenai kelempok atau individu berdasarkan
pendapat dan sikap yang lebih dahulu terbentuk.
Salah satu cara yang banyak di pergunakan untuk menyebarkan prasangka ialah dengan
perantaraan stereotip ini. Menurut Baron dan Paulus (dalam mulyana, 2000;220), beberapa
factor tampaknya berperan,
Pertama, sebagai manusia, kita cenderung membagi dunia ini dalam dua kategori; kita dan
mereka.
Kedua, stereotip tampaknya bersumber dari kecenderungan kita untuk melakukan kerja
kognitif sedikit mungkin dalam berpikir mengenai irang lain.
Dalam bukunya The Nature of Prejudice (1958), Gordon W. Allport merinci lima
perspektif dalam menentukan Sebab-sebab terjadinya prasangka. Berikut adalah
penjelasannya.
a.perspektif historis
Perspektif ini didasarkan atas teori pertentangan kelas, yakni menyalahkan kelas
rendah yang inferior;sementara mereka yang tergolong dalam kelas mempunyai alasan untuk
prasangka terhadap kelas rendah .misalkan, prasangka orang kulit putih terhadap negro
mempunyai latar belakang sejara,orang kulit putih Sebagian “tuan” dan orang negro sebagai
“budak”,anata penjajah dan yang di jajah ,dan antara pribumu dan non pribumi .
b.perspektif sosiokultural dan situasional
1.mobilitas social.artinya,kelompok orang yang mengalami penurunan status
(mobilitas social ke bawah ) akan terus mencari penyebab sesungguhnya.
2. konflik antar kelompok .merupakan realitas dua kelompok yang bersaing;tidak selalu
tidak selalu disebabkan kondisi ekonomi .
3.stigma perkantoran.artinya bahwa ketidaksamaan dan ketidakpastian di kota di
sebabkan “noda”yang di lakukan kelompok .
4.sosialisasi.prasangka sebagai hasil dari proses Pendidikan orang tua atau masyarakat di
sekitarnya ,melalui proses sosialisasi mulai kecil hingga dewasa.
c.prespektif kepribadian teori ini menekan pada factor kepribadian sebagai penyebab
prasangka di sebut teori "frustasi agregasi”merupakan kondisi yang cukup timbul tingkah
laku agresif .frustasi muncul dalam kehidupan sehari hari yang di sebabkan oleh atasan
(status yang lebih tinggi),yang tidak memungkinkan mengadakan perlawanan terhadapnya
,apalagi dengan tingkah laku agresif .keadaan ini sering membuat pengalihan (displacement)
dari rasa kesalnya ke satu sasaran yang mempunyai nilai yang sama ,namun tidak
membahayakan diri .akan tetapi,ada orang yang mengalami frustrasi,tidak memiliki sikap
prustrasi .para ahli beranggapan bahwa prasangka adanya tipe kepribadian dengan ciri,
kepribadian authoritarian personality ,
d .prefektif fenomenologis prespektif menekankan pada cara individu memandang atau
memersepsi lingkunganya hingga persepsilah yang menyebabkan prasangka. Menurut ahli
psikologi social Milton Rokeach ,akan lebih menyenangkan (tidak berprasangka ) bila hidup
dengan orang orang yang mempunyai pikiran sejalan,tidak peduli dengan adanya perbedaan
fisik .contohnya ,antara irlandia dengan inggris .teori ini bertentangan dengan hasil penelitian
haryy triandis yang mengatakan bahwa kulit puti amerika berprasangka terhadap orang
negro;tidak peduli apakah pikiran atau keyakinan sejalan atau tidak dengan mereka .
e.prespektif naïve menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti objek prasangka ,tidak
menyoroti individu yang berprasangka.misalnya,sifat sifat orang kulit putih menurut negro
,sifat sifat orang negro menurut orang putih .
Dalam konteks rasial, prasangka rasial diartikan sebagai "suatu sikap terhadap anggota
kelompok etnis atau ras tertentu,yang terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi "(seolaeman,
1987:175).
Seseorang yang mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak diskriminatif terhadap ras
yang diprasangkainya.dan sebaliknya, seseorang yang berprasangka dapat saja bertindak
tidak diskriminatif.Selanjutnya ,ada perbedaan , yaitu prasangka menunjukkan pada sikap,
sedangkan diskriminatif pada tindakan.
Menurut Myers (1996), dampak dari prasangka muncul karena timbulnya perilaku
diskriminasi sebagai perwujudan dari prasangka. Dalam kaitan ini, Krech, crutcfield, dan
ballachey (1965) menjelaskan, prasangka rasial sering ditemukan diantara orang-orang yang
sakit mental. Dan kata mereka pula, tidak selamanya prasangka rasial itu terdapat pada orang-
orang sakit mental.
Dalam pandangan Krech dan kawan-kawan, terkadang prasangka tersebut dapat mendorong
terjadinya pathology individual (penyakit permusuhan).
Antropolog A.L. krober (dalam Sarwono, 1997) membagi 15 ras utama didunia dalam 4
golongan besar, Kaukasia, Mongoloid, Negroid, dan tidak tergolongkan, berdasarkan delapan
ciri fisik seperti bentuk rambut, hidung,
dan tubuh. Kelompok mongolian (termasuk cina) tidak berbeda dari kelompok Melayu
(termasuk Indonesia). Akan tetapi, dilihat dari kebudayaannya kedua kelompok itu berbeda
jauh. Oleh karena itu, krober tidak mengatakan bahwa orang cina dan orang Melayu berbeda
ras, berbeda etnik.
Salah satu masalah rasial yang sangat terkenal di zaman orde lama adalah kerusuhan ditahun
1963, yang diawali oleh perkelahian antarpelajar cina dan pribumi dicirebon. Di zaman orde
baru, yaitu ditahun 1980, terjadi kerusuhan besar yang dimulai juga dengan perkelahian
antaretnik di solo (seorang tukang becak tewas dalam perkelahian dengan pemuda cina).
Menurut coppel (1983, dalam Sarwono, 1997), ada empat jenis kerusuhan nti cina, yaitu:
(1) prasangka bahwa cina identik dengan komunis
(2) dikaitkan dengan dolemonstrasi anti-RRC
(3) Dikaitkan dengan kebijakan pemerintah yang anti-cina
(4) yang murni anti cina (spontanitas).
Prasangka rasialis yang pernah terjadi diindonesia dalam bentuk demonstrasi anti-cina
dan perusahaan toko-toko milik cina itu, sebagian besar lebih didasari oleh faktor emosional
yang berawal dari frustasi ketidak berdayaan melawan atau menyamai dominasi cina
dibidang ekonomi.
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Alex Sobur, 2011, Psikologi Umum, Bandung, Pustaka setia.