Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL 2

PRASANGKA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Sosial 2


Dosen Pengampu : DESI SUSIANTI

Disusun Oleh :
Kelas 2PA36 (Kelompok 4)
1. Dwiya Puspa Salsabila (10521472)
2. Indah Srimayanthi Lubis (10521672)
3. Karel Pitoris Siregar (10521716)
4. Natasya Raya Ardhita (11521015)
5. Ramadhandi Sakti Satya S. (11521184)
6. Shevyra Laksmitha (11521371)

FAKULTAS PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Puji
syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan semua karunia,
nikmat, dan hidayat-Nya serta shalawat dan salam atas junjungan Nabi Muhammad
SAW. Berkat karunia dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berisikan tentang materi “Prasangka”.

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikologi
Sosial 2. Bagaimanapun makalah ini masih memerlukan penyempurnaan. Namun,
makalah ini telah memberi sedikit kontribusi ilmu dan mudah-mudahan dapat
bermanfaat bagi para pembacanya. Untuk itu, kami sebagai penulis dengan segala
kerendahan hati dan keterbukaan menerima kritik, masukan, dan saran dari para
pembaca demi kesempurnaan kualitas dan bobot dari makalah ini.

Kami juga mengucapkan permintaan maaf bila banyak kesalahan dari


ketidaksempurnaan makalah yang kami buat ini. Untuk itu kami mengucapkan
permintaan maaf yang sebesar-besarnya. Kami berharap makalah ini dapat berguna
untuk semua para pembaca. Terima kasih.

Bekasi, 01 Mei 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 1
1.3 Tujuan............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 2
2.1 Pengertian Prasangka.................................................................................. 2
2.2 Latar Belakang Terjadinya Prasangka...................................................... 3
2.3 Aspek-Aspek Prasangka............................................................................... 4
2.4 Ciri-Ciri Prasangka ...................................................................................... 5
2.5 Indikator Perilaku Prasangka..................................................................... 7
2.6 Masalah Sosial Akibat Prasangka............................................................... 7

BAB III PENUTUP........................................................................................................ 9


3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 9
3.2 Saran.............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam berinteraksi antara individu dalam suatu kelompok atau masayarakat
kadang-kadang ditemukan orang-orang yang menunjukkan prasangka terhadap individu
atau sekelompok orang tertentu. Prasangka adalah sikap negatif terhadap sesuatu. Objek
prasangka dapat berupa individu, kelompok, atau ras. Keduanya dapat mengakibatkan
timbulnnya diskriminasi.
Prasangka dan diskriminasi merupakan dua istilah yang sangat berkaitan.
Prasangka merupakan sikap, sedangkan diskriminasi merupakan tindakan. Seseorang,
yang mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak diskriminatif terhadap ras yang
diprasangkainya. Dengan demikian, bisa saja seseorang bertindak diskriminatif tanpa
disadari oleh prasangka ataupun sebaliknya, seseorang yang berprasangka dapat
bertindak tidak diskriminatif.
Prasangka mengandung unsur emosi (suka-tidak suka) dan pengambilan
keputusan yang tergesa-gesa, tanpa diawali dengan pertimbangan yang cermat. Biasanya
ada unsur ketidakadilan dalam prasangka karena keputusan yang diambil didasarkan atas
penilaian yang lebih subjektif atau emosional daripada pertimbangan berdasarkan fakta
objektif. Tentu adanya prasangka ini dapat mengganggu interaksi seseorang dengan
orang yang diprasangkainya dan dapat mengganggu interaksi dalam kelompoknya dan
mereka menjadi anggota.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan prasangka?
b. Apa latar belakang terjadinya prasangka?
c. Apa saja aspek-aspek dan ciri-ciri prasangka?
d. Indikator apa saja yang mempengaruhi perilaku prasangka?
e. Masalah sosial apa yang diakibatkan dari prasangka?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian dari prasangka dan dampak apa yang ditimbulkan
dari prasangka.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Prasangka


Dalam wacana yang bersifat umum, prasangka (prejudice) dapat didefinisikan
sebagai sejenis sikap yang ditujukan kepada anggota suatu kelompok tertentu berdasar
pada ciri-ciri keanggotaan pada kelompok itu (Beck, 1990). Prasangka sebagai suatu
sikap sering kali mengarah pada evaluasi yang bersifat negatif (Esses, Smenya, & Stelz,
2004). Sebagaimana juga disampaikan oleh Gardner (1940) dan Nelson (2002) bahwa
prasangka dipahami sebagai penilaian pendahuluan terhadap sesuatu yang boleh jadi
bersifat positif ataupun negatif.
Pembentukan prasangka terjadi tanpa pertimbangan yang memadai terhadap data-
data yang ada dan cenderung mengarah pada penekanan keanggotaan orang yang menjadi
sasarang prasangka, seperti keanggotaan etnik, keanggotaan gender, dan keanggotaan
stratifikasi sosial (Colman, 2006). Pada perkembangannya, prasangka dipandang sebagai
sikap. Hal ini dipahami karena prasangka merupakan sejenis sikap, maka prasangka pun
memiliki tiga komponen utama seperti sikap pada umumnya. Komponen itu adalah
komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan perilaku (Myers, 2002). Komponen
kognitif mengacu pada keyakinan-keyakinan dan harapan-harapan individu terhadap
anggota dari suatu kelompok masyarakat tertentu. Komponen afektif mengacu pada
perasaan atau emosi negatif individu apabila seseorang berjumpa atau bahkan hanya
berpikir tentang anggota suatu kelompok masyarakat tertentu. Komponen perilaku
mengacu pada tendensi individu untuk berperilaku dalam cara-cara yang bersifat negatif
terhadap anggota suatu kelompok masyarakat tertentu.
Prasangka dianggap sebagai emosi sosial. Smith menjelaskannya dengan
menggunakan appraisal theory dan self categorization theory (Nelson, 2002). Teori
kategorisasi diri menyatakan bahwa setiap orang merupakan anggota kelompok tertentu.
Ketika terjadi interaksi antarkelompok, kategori kita sebagai bagian atau bukan bagian
dari kelompok tersebut menjadi aktif. Teori appraisal menyatakan bahwa penilaian
terhadap suatu situasi akan membangkitkan emosi yang berkaitan dengan penilaian

2
tersebut. Nah, penilaian terhadap apakah seseorang itu bagian atau bukan bagian dari
suatu kelompok dianggap akan membangkitkan emosi tertentu.

2.2 Latar Belakang Terjadinya Prsangka


Prasangka sosial (prejudice) tidak terjadi begitu saja, melainkan ditimbulkan oleh
beberapa sebab, yaitu :
1. Latar Belakang Sejarah
Orang berkulit putih Amerika Serikat berprasangka negatif terhadap orang-orang
Negro, bahwa latar belakang masa lampau, yaitu orang kulit putih sebagai tuan
sedangkan orang Negro saat ini dapat dibanggakan terutama dalam bidang olahraga.
Tetapi prasangka negatif mereka terhadap orang Negro sampai saat ini belum juga
hilang.
2. Perkembangan Sosio Kultural dan Situasional
Suatu prasangka muncul dan berkembang dari suatu individu terhadap individu yang
lain atau terhadap kelompok sosial tertentu, apabila terjadi penurunan status atau
pemutusan hubungan kerja (PHK) prasangka dapat berkembang lebih jauh sebagai
akibat adanya jurang pemisah antara si kaya dengan si miskin.
3. Kepentingan Pribadi atau Kelompok
Para ahli psikologi berpendapat bahwa prasangka lebih dominan disebabkan oleh tipe
kepribadian orang-orang tertentu. Maksud tipe disini adalah authoritas personality,
adalah sebagai ciri kepribadian seseorang yang penuh prasangka. Prasangka sosial
digunakan untuk mengeksploitasi golongan-golongan lainnya demi kemajuan
perseorangan ataupun kelompok. Hal ini tampak penjajahan dimana kaum penjajah
menggunakan dan memupuk prasangka-prasangka untuk (sosial) antara golongan yang
satu dengan golongan yang lain demi keselamatan kelompoknya sendiri (De Vide Et
Impera).
4. Kekurangan Pengetahuan dan Pengertian akan Fakta-fakta
Kekurangan pengetahuan dan pengertian akan fakta-fakta kehidupan yang sebenarnya
dari golongan yang dikenakan stereotip-stereotipnya. Orang yang kurang
pengetahuannya akan mudah dikenai prasangka-prasangka (menjadi bulan-bulanan)
daripada orang yang mempunyai pengetahuan.

3
5. Perbedaan Keyakinan, Kepercayaan (Agama), Politik, Ekonomi dan Ideologi
Prasangka yang bersumber dari hal-hal yang tersebut dapat dikatakan sebagai
prasangka yang universal. Beberapa contoh, antara lain konflik Irlandia Utara, Irlandia
Selatan, konflik antar keturunan Yunani-Turki di Cyprus adalah berlatar belakang
adanya prasangka agama atau kepercayaan. Perang Vietnam, perang-perang di
lingkungan Amerika Tengah sebagian besar konflik (bermotif) ideologi politik dan
strategi politik. Munculnya kelompok-kelompok pertahanan (NATO) adalah adanya
suatu prasangka dan adanya politik global dari Negara-negara adikuasa.
6. Ketidaksadaran atas Kerugian-kerugian
Ketidaksadaran akan kerugian-kerugian ini merupakan faktor yang dapat
mempertahankan adanya prasangka sosial masyarakat apabila dipupuk prasangka
secara terus menerus akan menimbulkan diskriminatif. Tindakan yang berupa
diskriminatif, dapat menimbulkan konflik-konflik sosial yang memerlukan waktu
tambahan dan segala usaha bagi pemerintah untuk meredakannya.

2.3 Aspek-Aspek Prasangka


Menurut Ahmadi (1991), prasangka terdiri dari tiga aspek, yaitu:
a. Aspek kognitif
Aspek kognitif merupakan sikap yang berhubungan dengan hal-hal yang ada dalam
pikiran. Hal ini terwujud dalam pengolahan pengalaman dan keyakinan serta harapan-
harapan individu tentang sekelompok objek terentu.

b. Aspek Afektif
Merupakan proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan,
kedengkian, simpati, antipasti, dan sebagainya yang ditujukan kepada objek tertentu.

c. Aspek Konatif
Prasangka merupakan suatu tendensi / kecendrungan untuk bertindak atau berbuat
sesuatu terhadap objek tertentu, misalnya kecenderungan member pertolongan,
menjauhkan diri, dan sebagainya.

4
Berdasarkan uraian aspek-aspek prasangka di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap
individu yang berprasangka dipengaruhi oleh aspek yang berkembang di dalam
pribadinya masing-masing, yang diwujudkan dalam perilaku negatif ataupun perilaku
yang hanya sekedar melindungi diri dari hal yang tidak disukai yang didasarkan dari
pemikiran dan perasaan.

2.4 Ciri-Ciri Prasangka


Ciri-ciri prasangka menurut Brigham (1991) dapat dilihat dari kecendrungan
individu untuk membuat kategori sosial. Kategori sosial adalah kecendrungan untuk
membagi dunia sosial menjadi dua kelompok yaitu kelompok kita “in group” dan
kelompok mereka “out group”. In group adalah kelompok sosial dimana individu merasa
dirinya dimiliki atau memiliki. Sedangkan out group adalah grup di luar grup individu itu
sendiri yaitu kelompok orang lain di luar dari dirinya.
Ciri-ciri dari prasangka berdasarkan penguatan perasaan in group dan out group
adalah :
a. Proses generalisasi terhadap perbuatan anggota kelompok.
Menurut Ancok & Suroso (1995), jika ada salah seorang individu dari
kelompok luar berbuat negatif maka akan digeneralisasikan pada semua
anggota kelompok luar. Sedangkan jika ada salah seorang individu yang
berbuat negatif dari kelompok sendiri, maka perbuatan negatif tersebut tidak
akan digeneralisasikan pada anggota kelompok sendiri.
b. Kompetisi sosial
Kompetisi sosial merupakan suatu cara yang digunakan oleh anggota kelompok
untuk meningkatkan harga dirinya dengan membandingkan kelompok atau
dirinya sendiri dan menganggap kelompok atau diri sendiri lebih baik dari
orang lain atau kelompok lain
c. Penilaian ekstrim terhadap anggota kelompok lain
Individu melakukan penilaian terhadap anggota kelompok lain baik penilaian
positif ataupun negatif secara berlebihan. Biasanya penilaian yang diberikan
berupa penilaian negatif.

5
d. Pengaruh persepsi selekstif dan ingatan masa lalu
Pengaruh persepsi selektif dan ingatan masa lalu biasanya dikaitkan dengan
stereotip. Stereotip adalah keyakinan (belief) yang menghubungkan
sekelompok individu dengan cirri-ciri sifat tertentu atau anggapan tentang ciri-
ciri yang dimiliki oleh anggota kelompok luar. Jadi stereotip adalah
prakonsepsi ide mengenai kelompok lain, suatu image pada umumnya sangat
sederhana, kaku dan klise serta tidak akurat yang biasanya timbul karena proses
generalisasi. Sehingga apabila ada seorang individu memiliki stereotip yang
relevan dengan individu yang mempersepsikannya, maka akan langsung
dipersepsikan negatif.
e. Perasaan frustasi (Scope Goating)
Menurut Brigham (1991) perasaan frustasi adalah rasa frustasi seseorang
sehingga membutuhkan pelampiasan sebagai objek atas ketidakmampuan
menghadapi kegagalan. Kekecewaan akibat persaingan antar masingmasing
individu dan kelompok menjadikan seseorang mencari pengganti untuk
mengekspresikan frustasinya ke objek lain. Objek lain tersebut biasanya
memiliki kekuatan yang lebih rendah dibanding dengan dirinya sehingga
membuat individu mudah berprasangka.
f. Agresi antar kelompok atau antar Individu
Agresi biasanya timbul akibat cara berfikir yang rasialis, sehingga
menyebabkan seseorang cenderung berperilaku agresif.
g. Dogmatisme
Dogmatisme adalah sekumpulan kepercayaan yang dianut seseorang berkaitan
dengan masalah tertentu (kurangnya toleransi yang biasanya ada pada pribadi
otoriter) salah satunya adalah kurangnya toleransi pada kelompok lain. Bentuk
dogmatisme dapat berupa etnosentrisme dan favoritism. Etnosentrisme adalah
paham atau kepercayaan yang menempatkan kelompok atau diri sendiri sebagai
pusat segala-galanya. Sedangkan favoritisme adalah pandangan atau
kepercayaan individu yang menempatkan kelompok sendiri sebagai yang
terbaik, yang paling benar dan paling bermoral.

6
2.5 Indikator Perilaku Prasangka
Abidin (1999), menyebutkan bahwa ada 4 indikator perilaku penting lainnya yang
dirumuskannya berdasarkan pendapat dari Allport dan Hunsberger (dalam abidin, 1999),
indikator tersebut adalah perilaku menghindar, perilaku antisosial, perilaku kekerasan dan
perilaku merendahkan religiusitas.
a. Perilaku menghindar
Seseorang dengan prasangka akan cenderung berperilaku menghindar dari kelompok
yang diprasangkainya atau dapat pula beranggapan bahwa kelompok yang
diprasangkainya cenderung menghindar dari kelompoknya.
b. Perilaku antisosial
Seseorang dengan prasangka akan memandang bahwa kelompok yang diprasangkainya
adalah outgroup dan menolak untuk melakukan kontak sosial dengan kelompok yang
diprasangkainya atau dapat pula orang dengan prasangka akan beranggapan bahwa
kelompok yang diprasangkainya menganggap kelompoknya adalah outgroup dan
menolak untuk melakukan kontak sosial dengan kelompoknya.
c. Perilaku kekerasan
Orang dengan prasangka akan menilai bahwa kekerasan adalah suatu hal yang wajar
untuk mempelakukan kelompok yang diprasangkainya atau dapat pula orang dengan
prasangka menganggap bahwa kelompok yang diprasangkainya menilai bahwa
kekerasan adalah suatu hal yang wajar untuk mempelakukan kelompoknya.
d. Perilaku merendahkan religiusitas
Seseorang dengan prasangka akan memandang rendah tingkat kereligiusitasan
kelompok yang diprasangkainya atau dapat pula seseorang dengan prasangka
beranggapan bahwa kelompok yang diprasangkainya memandang rendah tingkat
kereligiusitasan kelompoknya.

2.6 Masalah Sosial Akibat Prasangka


Prasangka dapat menyebabkan timbulnya perilaku diskriminasi dalam hubungan
sosial antarindividu dan hubungan antar kelompok dalam suatu masyarakat yang
memiliki variasi kelompok kebudayaan. Diskriminasi adalah perilaku negatif yang

7
diarahkan kepada anggota-anggota suatu kelompok sosial berdasar pada keanggotaan
mereka terhadap kelompok tersebut. Dalam kehidupan global pada masa kekuasaan
rezim apartheid di Afrika Selatan pada abad dua puluh Masehi, banyak contoh fenomena
diskriminasi dialami oleh orang-orang kulit hitam tidak mendapat hak yang sama dalam
memilih calon pemimpin di Afrika Selatan.
Meskipun banyak masalah sosial dalam masyarakat terjadi sebagai akibat dari
keberadaan prasangka dan diskriminasi, namun banyak orang pada zaman postmodern ini
memiliki pendapat bahwa fenomena keberadaan prasangka dan diskriminasi adalah
sesuatu yang terkait dengan masa lalu sejarah manusia dan tidak lagi memengaruhi
hubungan sosial antarmanusia. Sebenarnya, di satu sisi fenomena keberadaan prasangka
dan diskriminasi dalam bentuk-bentuk yang nyata dan terukur memang telah mengalami
penurunan akhir-akhir ini. Namun, di sisi lain fenomena keberadaan prasangka dan
diskriminasi yang ada pada masa kini muncul dalam bentuk-bentuk yang lebih kurang
nyata dan lebih tidak terukur. Dalam bahasa yang lebih sederhana, fenomena keberadaan
prasangka dan diskriminasi pada masa kini lebih bersifat abu-abu atau memiliki bentuk
lebih halus, ketimbang fenomena keberadaan prasangka dan diskriminasi yang bersifat
terbuka di masa lalu (Esses, Semenya, Stelz 2004).

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

9
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Bambang Samsul. (2015). Psikologi Sosial. CV Pustaka Setia.
Saleh, Adnan Achiruddin. (2020). Psikologi Sosial. IAIN Parepare Nusantara Press.
Rosyidi, Hamim. (2012). Psikologi Sosial. CV Jaduar.

10

Anda mungkin juga menyukai