Anda di halaman 1dari 10

PENGAMATAN STEREOTIPE

DisusunUntuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah IPS

Dosen Pengampu: Disusun Oleh: AYU REZA NINGRUM M.Pd

DWI PAMUNGKAS (1911100067)

Kelas:

PGMI 4C

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Kami
panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah kami tentang.Makalah ini
telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kash
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari segala
hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata kami berharap semoga makalah
ini bisa bermanfaat untuk pembaca.
BAB 1

PENDAHULUAN

A .Latar belakang

Stereotip merupakan kerangka berpikir kognitif yang terdiri dari pengetahuan dan keyakinan
tentang kelompok sosial tertentu dan karaktek tertentu yang mungkin dimiliki oleh orang
3
yang menjadi anggota kelompok. . Selain itu, stereotip dianggap sebagai persepsi atau
kepercayaan yang dianut mengenai kelompok atau individu berdasarkan pendapat dan sikap
yang lebih dulu terbentuk. Keyakinan maupun prasangka penilaian buruk terhadap individu.

B. Rumusan masalah

Pengertian stereotipe

Pengamata stereotipe

Analisis stereotipe

C. Tujuan

Penulisan Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca pada
umumnya dan sebagai bahan pembelajaran serta pengajaran bagi penulis pada khusunya yang
berkaitan dengan pendidikan mengenai ilmu pengetahuan sosial. Permasalahan yang ada
disekitar kita, memaksa kita untuk mampu menyelesaikannya dengan baik. Makalah ini bisa
dijadikan sebagai referensi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut karena penulis juga
menjelaskan kejadian-kejadian kongkrit yang ada di negara kita.
BAB II

PEMBAHASAN

STEREOTIPE

Stereotip adalah sebuah keyakinan positif ataupun negatif yang dipegang terhadap suatu
kelompok sosial tertentu. Setelah munculnya stereotip maka akan munculah prejudice/prasangka
yang merupakan sikap negatif yang tidak dapat dibenarkan terhadap anggota kelompok tersebut.
Prasangka dapat berupa perasaan tidak suka, marah, jijik, tidak nyaman dan bahkan kebencian.
Setelah munculnya steretip dan prasangka akhirnya dapat muncul diskriminasi yang merupakan
perilaku negatif yang tidak dibenarkan pula untuk anggota kelompok tersebut.

Definisi persepsi yang paling populer dikenalkan oleh seorang pakar bernama Shiffman, yang
kemudian dikutip oleh banyak penulis lain termasuk Adler (1991), dan Greenberg dan Baron
(1995, hal.48). Shiffman menjabarkan persepsi sebagai “suatu proses di mana orang memilih,
mengorganisir, dan mengartikan informasi yang datang (diterimanya) dengan menggunakan
indera yang bertujuan untuk memahami dunia di sekitarnya”. Dalam konteks studi perilaku
manusia, istilah yang digunakan adalah persepsi sosial yang artinya “upaya menggabungkan,
mengintegrasikan, dan mengartikan informasi mengenai orang lain agar seseorang bisa
mendapatkan kesan yang akurat mengenai orang lain tersebut”. Istilah stereotip (stereotyping)
adalah bagian dari konsep persepsi dalam studi perilaku organisasi. Greenberg dan Baron (1995)
lebih jauh menambahkan bahwa ada dua variabel penting yang mempengaruhi persepsi
seseorang mengenai orang lain yaitu “bias” persepsi, atau tipe kesalahan penilaian yang sering
dibuat orang, dan stereotip (“stereotype”), atau kecenderungan orang untuk mengkategorikan
orang lain berdasarkan kelompok-kelompok dari mana orang lain itu berasal. Karikatur di bawah
ini menggambarkan persepsi stereotip sebagian bangsa-bangsa non Muslim   terhadap sebagian
bangsa Timur Tengah yang menumbuhkan kumis dan jenggot mereka sangat panjang. Mereka
selalu dicurigai sebagai ekstremis bahkan teroris, padahal sebagian bangsa Yahudi dari
kelompok ortodoks juga punya kebiasaan yang sama tapi tidak dicurigai sebagai ekstremis.

Berbagai kategori yang dibuat berdasar imajinasi atau anggapan saja sering menjadi tak efektif
kalau kita menempatkan orang lain atau suatu hal ke dalam  kelompok yang salah.
Pengkategorian antar budaya yang salah bisa saja terjadi jika orang menggunakan kategori yang
biasa diterapkan di negara dari mana ia berasal dalam usaha untuk memahami situasi di negara
lain. Misalnya, seorang pengusaha asal Indonesia yang berkunjung ke kantor perusahaan Jepang
di Jakarta menemukan satu ruangan di mana terdapat lusinan meja kerja. Bisa jadi ia kecewa
menemukan meja manajer akan ditemuinya ternyata hanya satu dari lusinan meja di ruang besar
tersebut, sehingga menganggap bahwa manajer tersebut kedudukannya tidak penting. Dengan
mengasumsikan bahwa setiap manajer biasanya memiliki kantor dan sekretaris sendiri, ia telah
salah mengambil kesimpulan dan karenanya salah pula dalam bersikap.

CIRI STEREOTIPE

Dilihat dari ciri dalam bentunya, istilah stereotip ini memiliki karakteristik sebagai berikut;

1.Menyederhanakan Hal Kompleks

Stereotip merupakan suatu jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia
untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks serta dilakukan dalam upaya memberikan
bantuan dalam pengambilan keputusan secara cepat.

2.Mempengaruhi Proses Interprestasi Informasi

Stereotip sering kali mempengaruhi bagaimana seseorang memproses dan menginterprestasikan


informasi. Stereotip dapat membawa orang untuk melihat apa yang mereka harapkan untuk
melihat dan memperkirakan bagaimana sering melihatnya.

3.Tidak Akurat

Stereotip jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit hal yang benar, atau bahkan
sepenuhnya dikarang-karang. Berbagai disiplin ilmu memiliki pendapat yang berbeda mengenai
munculnya perilaku stereotip seorang psikolog menekankan pada pengalaman dengan
suatu contoh kelompok sosial, pola komunikasi tentang kelompok tersebut, dan konflik yang
terjadi antarkelompok.
Sedangkan sosiolog menekankan pada hubungan yang terjadi di antara kelompok dan posisi
kelompok-kelompok dalam tatanan sosial.

4.Ejekan

Stereotip sering diartikan sebagai ejekan, atau gambaran-gambaran serta angan-angan tertentu
terhadap individu atau kelompok yang dikenai steretip tersebut. Ketika individu memiliki
stereotip terhadap suatu kelompok atau golongan, sikap stereotip ini akan sukar berubah,
meskipun apa yang menjadi stereotip berbeda dengan kenyataan.

MACAM STEREOTIPE

Stereotip yang paling umum terjadi di masyarakat kita biasanya mengenai gender dan
keanggotaan di kelompok etnik atau pekerjaan. Penjelasannya, sebagai berikut;

1.Stereotip Gender

Stereotip gender adalah kepercayaan akan adanya  perbedaan ciri-ciri atau atribut yang dimiliki
oleh laki-laki dan perempuan. Orang memiliki respek lebih kepada laki-laki daripada perempuan
dan faktor ini memainkan peran penting pada diskriminasi di tempat kerja bagi wanita.

Kadang-kadang karena stereotip tersebut, terjadi sebuah ketidakadilan terhadap perempuan yang
memiliki prestasi kerja yang tinggi namun tidak mendapatkan posisi yang sesuai prestasinya
karena dia seorang perempuan. Stereotip gender cenderung menilai bahwa perempuan
emosional, penurut, tidak logis, pasif, sebaliknya pria cenderung tidak emosional, dominan, logis
dan agresif.

2.Stereotip Pekerjaan

Sedangkan stereotip atas pekerjaan, misalnya guru bijak, artis glamor, polisi tegas dan
sebagainya. Stereotip cenderung megeneralisasikan yang terlalu luas yang tak kenal perbedaan
dalam satu kelompok dan persepsi yang kurang akurat pada seseorang. Padahal tidak semua
polisi tegas, tidak semua wanita emosional, tidak semua laki-laki dominan, dan tidak semua guru
bijak.
FAKTOR PENDORANG

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan mendorong timbulnya stereotip, yaitu;

1.Keluarga

Stereotip dalam fungsi keluarga ini misalnya saja adanya perlakuan ayah dan ibu terhadap anak
laki-laki dan perempuan yang berbeda. Orang tua mempersiapkan kelahiran bayi yang berbeda
atas laki-laki dan perempuan. Mereka juga menganggap bahwa bayi laki-laki kuat, keras
tangisannya, sementara bayi perempuan lembut dan tangisannya tidak keras.

2.Teman Sebaya

Teman sebaya cukup memiliki pengaruh perubahan sosial yang besar pada stereotip anak sejak
masa prasekolah dan menjadi sangat penting ketika anak di Sekolah Menengah Pertama maupun
Sekolah Menengah atas. Teman sebaya mendorong agar anak laki-laki bermain dengan
permainan laki-laki seperti sepak bola, sementara anak perempuan bermain dengan permainan
perempuan seperti bermain boneka.

3.Sekolah

Sekolah, sebagai salah satu pengertian lembaga pendidikan memberikan sejumlah pesan gender


kepada anak-anak. Sekolah memberikan perlakuan yang berbeda diantara mereka, terutama
memberikan pandangan antara seragam wanita dan yang dikenakan pria.

4.Masyarakat

Masyarakat memberikan stereotip anak melalui sikap mereka dalam memandang apa yang telah
disediakan untuk anak laki-laki dan perempuan mengidentifikasi dirinya. Perempuan cenderung
perlu bantuan dan laki-laki pemecah masalah.

5.Media Massa
Melalui penampilan pria dan wanita yang sering terlihat di iklan-iklan TV maupun koran. Tidak
hanya frekuensi yang lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan tetapi juga pada jenis-jenis
pekerjaan yang ditampilkan laki-laki lebih banyak dan lebih bergengsi daripada perempuan.

STEREOTIPE YANG BERKEMBANG DI LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL

1.Orang gemuk biasanya malas dan rakus

Pernyataan tersebut seringkali terlintas dalam benak semua orang secara cepat, dengan
pemahaman bahwa orang gendut pasti makan lebih banyak dari orang-orang yang tidak gendut,
sehingga timbul stereotip bahwa orang gendut biasanya rakus. Dan juga anggapan bahwa orang
gemuk biasanya malas, hal tersebut juga merupakan suatu bentuk pemikiran yang diambil
“secara cepat” karena anggapan bahwa orang gendut tidak pernah berolahraga.

2.Pedang Kaki Lima

Adanya kelompok pedagang kaki lima yang terlibat konflik terhadap pegawai ketertiban kota.
Kelompok pedagang beranggapan bahwa pemerintah kota yang diwakili oleh para pegawai
ketertiban selaku kelompok manusia yang pemikirannya mau menang sendiri, tanpa memihak
kepada rakyat kecil. Anggapan itu ditujukan kepada semua pegawai ketertiban, meskipun di
antara para pegawai itu ada orang-orang yang sehari-harinya baik hati dan penuh perasaan
terhadap kesusahan pedagang kaki lima. Pejabat pemerintah yang diwakili para petugas
ketertiban juga muncul stereotip kepada kelompok pedagang kaki lima, stereotip tersebut dapat
berupa anggapan kepada kelompok pedagang kaki lima selaku orang-orang yang tidak
mengindahkan aturan yang dibuat pemerintah.

3.Persepsi terhadap wanita

Petugas humas suatu perusahaan akan diberikan kepada perempuan karena memiliki fisik yang
menarik dan mampu berprilaku lemah lembut. Dua potensi ini cukup mumpuni dan dianggap
menjadi senjata ampuh dalam upaya menjalin kerja sama, khususnya melobi klien. Perempuan
yang bekerja pada sektor pariwisata akan memiliki stereotipe tidak baik di masyarakat,
khususnya akan dikaitkan dengan dunia malam pariwisata yang hingar bingar. Perempuan yang
terlihat tidak feminim akan mendapatkan stereotip yang tidak baik di mata masyarakat umum.
Perempuan harus berambut panjang, memakai rok, berada di dapur. Masih banyak stereotip
masyarakat konservatif yang berpikir bahwa perempuan tidak perlu belajar tinggi-tinggi,
menikah saja. Stereotip dalam keluarga tradisional juga masih mengagungkan keberadaan anak
laki-laki sebagai ahli waris, buka anak perempuan.

Etnis

Orang-orang etnis asli Bali selalu menampakkan kesan yang sangat ramah, sangat baik hati
kepada pendatang, begitu pula stereotip yang dipandang wisatawan dunia. Nyatanya, orang-
orang Bali sendiri sangat fasih dengan ilmu-ilmu sakral yang terkadang juga dapat
membahayakan orang lain.

Orang-orang pedalaman masih dipandang sebagai orang-orang yang kurang berpendidikan


padahal tidak menutup kemungkinan orang pedalaman juga memiliki tekad dan daya juang yang
sama dengan orang-orang di kota

Etnis Tionghoa sampai saat ini masih memiliki stereotip yang paling unggul apabila memiliki
usaha dagang.
BAB III

KESIMPULAN

Jangan hanya memandang suatu kelompok atau individu dari satu sisi saja dan mengabaikan sisi
lainnya yang merupakan sebuah kelengkapan dalam diri objek dan dilewatkan. Kita harus
menyadari bahwa setiap individu terlahir dengan keunikan tersendiri sehingga tidak perlu
disamakan dengan individu yang lain apalagi kelompok. Menumbuhkan rasa saling menghargai
terhadap perbedaan pada suatu kelompok. Maka dari itu sudah saatnya masyarakat lebih objektif
dalam menerima sebuah stereotip yang hadir di tengah kehidupan bermasyarakat. Di antaranya
menanamkan rasa toleransi dalam merajut sebuah keberagaman yang dimulai sejak dini, hal ini
perlu dilakukan mengingat stereotip dapat terus-menerus dilestarikan melalui komunikasi yang
beredar di kalangan masyarakat, dan dapat diturunkan ke generasi berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai