Anda di halaman 1dari 5

NAMA : LISKA ANDRIANI

NIM : PO76302191019
DOSEN : ASHRIADY SKM. M,Kes

TUGAS I

Membuat tulisan terkait dengan beberapa topik yang berkaitan dengan diskriminasi gender

STEREOTIP/CITRA BURUK

1. Pengertian Stereotip
Stereotip adalah penilaian yang dilakukan oleh seseorang terhadap seseorang lainnya yang
hanya dilakukan berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat
dikategorikan, sehingga kemunculan stereotip tidak terlepas daripada proses sosial dan interaksi
sosial yang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat.
Pengertian Stereotip Menurut Para AhliAdapun untuk definisi stereotip menurut para ahli,
antara lain :
a. Branscombe dan Byrne (2008:188), stereotip adalah kepercayaan tentang sifat atau ciri-ciri
kelompok sosial yang dipercayai untuk berbagai pandangan terhadap kelompok lainnya. Baik
yang bersifat positif ataupun negative.
b. Franzoi (2008 : 199), stereotip adalah kepercayaan tentang orang yang menempatkan mereka
kedalam satu kategori dan tidak mengizinkan bagi berbagai (variation) individual.
Kepercayaan sosial ini didapatkan dari orang lain dan dipelihara melalui aturan-aturan dalam
interaksi sosial.
2. Ciri Stereotip
Dilihat dari ciri dalam bentunya, istilah stereotip ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Menyederhanakan Hal Kompleks
Stereotip merupakan suatu jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia
untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks serta dilakukan dalam upaya memberikan
bantuan dalam pengambilan keputusan secara cepat.
b. Mempengaruhi Proses Interprestasi Informasi
Stereotip sering kali mempengaruhi bagaimana seseorang memproses dan
menginterprestasikan informasi. Stereotip dapat membawa orang untuk melihat apa yang
mereka harapkan untuk melihat dan memperkirakan bagaimana sering melihatnya.
c. Tidak Akurat
Stereotip jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit hal yang benar, atau bahkan
sepenuhnya dikarang-karang. Berbagai disiplin ilmu memiliki pendapat yang berbeda
mengenai munculnya perilaku stereotip seorang psikolog menekankan pada pengalaman
dengan suatu contoh kelompok sosial, pola komunikasi tentang kelompok tersebut, dan konflik
yang terjadi antarkelompok.Sedangkan sosiolog menekankan pada hubungan yang terjadi di
antara kelompok dan posisi kelompok-kelompok dalam tatanan sosial.
d. Ejekan
Stereotip sering diartikan sebagai ejekan, atau gambaran-gambaran serta angan-angan tertentu
terhadap individu atau kelompok yang dikenai steretip tersebut. Ketika individu memiliki
stereotip terhadap suatu kelompok atau golongan, sikap stereotip ini akan sukar berubah,
meskipun apa yang menjadi stereotip berbeda dengan kenyataan.
3. Macam Stereotip
Stereotip yang paling umum terjadi di masyarakat kita biasanya mengenai gender dan
keanggotaan di kelompok etnik atau pekerjaan. Penjelasannya, sebagai berikut;
a. Stereotip Gender
Stereotip gender adalah kepercayaan akan adanya  perbedaan ciri-ciri atau atribut
yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan. Orang memiliki respek lebih kepada laki-laki
daripada perempuan dan faktor ini memainkan peran penting pada diskriminasi di tempat
kerja bagi wanita.Kadang-kadang karena stereotip tersebut, terjadi sebuah ketidakadilan
terhadap perempuan yang memiliki prestasi kerja yang tinggi namun tidak mendapatkan
posisi yang sesuai prestasinya karena dia seorang perempuan. Stereotip gender cenderung
menilai bahwa perempuan emosional, penurut, tidak logis, pasif, sebaliknya pria cenderung
tidak emosional, dominan, logis dan agresi.
b. Stereotip Pekerjaan
Sedangkan stereotip atas pekerjaan, misalnya guru bijak, artis glamor, polisi tegas
dan sebagainya. Stereotip cenderung megeneralisasikan yang terlalu luas yang tak kenal
perbedaan dalam satu kelompok dan persepsi yang kurang akurat pada seseorang. Padahal
tidak semua polisi tegas, tidak semua wanita emosional, tidak semua laki-laki dominan, dan
tidak semua guru bijak.
4. Faktor Penyebab Stereotip
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan mendorong timbulnya stereotip, yaitu;
a. Keluarga
Stereotip dalam fungsi keluarga ini misalnya saja adanya perlakuan ayah dan ibu terhadap
anak laki-laki dan perempuan yang berbeda. Orang tua mempersiapkan kelahiran bayi yang
berbeda atas laki-laki dan perempuan. Mereka juga menganggap bahwa bayi laki-laki kuat,
keras tangisannya, sementara bayi perempuan lembut dan tangisannya tidak keras.
b. Teman Sebaya
Teman sebaya cukup memiliki pengaruh perubahan sosial yang besar pada stereotip anak
sejak masa prasekolah dan menjadi sangat penting ketika anak di Sekolah Menengah
Pertama maupun Sekolah Menengah atas. Teman sebaya mendorong agar anak laki-laki
bermain dengan permainan laki-laki seperti sepak bola, sementara anak perempuan bermain
dengan permainan perempuan seperti bermain boneka.
c. Sekolah
Sekolah, sebagai salah satu pengertian lembaga pendidikan memberikan sejumlah pesan
gender kepada anak-anak. Sekolah memberikan perlakuan yang berbeda diantara mereka,
terutama memberikan pandangan antara seragam wanita dan yang dikenakan pria.
d. Masyarakat
Masyarakat memberikan stereotip anak melalui sikap mereka dalam memandang apa yang
telah disediakan untuk anak laki-laki dan perempuan mengidentifikasi dirinya. Perempuan
cenderung perlu bantuan dan laki-laki pemecah masalah.Media MassaMelalui penampilan
pria dan wanita yang sering terlihat di iklan-iklan TV maupun koran. Tidak hanya frekuensi
yang lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan tetapi juga pada jenis-jenis pekerjaan
yang ditampilkan laki-laki lebih banyak dan lebih bergengsi daripada perempuan.Dalam
kenyataan tentang penjelasan beragam uraian diatas dapatlah dikatakan bahwa stereotip
adalah suatu bentuk kegiatan “cepat berfikir” yang memberikan kita informasi yang kaya dan
berbeda tentang individu yang kita tidak tahu secara pribadi.
5. Dampak Stereotip
Meskipun stereotip pada umumnya adalah streotipe yang negatif tetapi juga memiliki suatu
fungsi, antara lain :
a. Menggambarkan suatu kondisi kelompok tertentu
b. Memberikan dan membentuk citra kepada kelompok
c. Membantu seseorang dari suatu kelompok untuk mulai bersikap terhadap kelompok lainnya
d. Melalui stereotip ini kita dapat menilai keadaan suatu kelompok
6. Contoh Stereotip
Adapun untuk beragam contoh-contoh stereotip gender, pekerjaan, etnis yang ada di dalam
kehidupan masyarakat dalam keseharian, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Stereotip Gender
 Petugas humas suatu perusahaan akan diberikan kepada perempuan karena memiliki fisik
yang menarik dan mampu berprilaku lemah lembut. Dua potensi ini cukup mumpuni dan
dianggap menjadi senjata ampuh dalam upaya menjalin kerja sama, khususnya melobi
klien.
 Perempuan yang bekerja pada sektor pariwisata akan memiliki stereotipe tidak baik di
masyarakat, khususnya akan dikaitkan dengan dunia malam pariwisata yang hingar
bingar.
 Perempuan yang terlihat tidak feminim akan mendapatkan stereotip yang tidak baik di
mata masyarakat umum. Perempuan harus berambut panjang, memakai rok, berada di
dapur.
 Masih banyak stereotip masyarakat konservatif yang berpikir bahwa perempuan tidak
perlu belajar tinggi-tinggi, menikah saja.
 Stereotip dalam keluarga tradisional juga masih mengagungkan keberadaan anak laki-laki
sebagai ahli waris, buka anak perempuan.
b. Stereotip Pekerjaan
 Sosok seorang guru dalam masyarakat dipercaya sebagai sosok yang bijak dan dapat
dijadikan panutan. Padahal belum tentu semua guru mampu menjadi sosok teladan bagi
orang lain.
 Oknum polisi lalu lintas yang menerima uang sogokan ketika masyarakat terkena tilang
melahirkan stereotip baru di masyarakat bahwa semua polisi beragama sama jika melihat
persoalan uang.
 Banyaknya kasus korupsi yang menjerat wakil-wakil rakyat di eksekutif maupun legislatif
membuat stereotip masyarakat menyamakan semua tabiat para pemimpinnya sebelum
benar-benar melihat rekam jejak yang bersih.
 Penyanyi club malam selalu mendapatkan stereotip buruk dari masyarakat umum.
 Stereotip yang berkembang di masyarakat ialah menjadi pegawai kantor adalah
pekerjaan/profesi yang paling mapan, nyatanya setiap orang memiliki hak memilih
pekerjaan yang membuatnya tidak hanya mapan, tapi juga bahagia lahir batin.
c. Stereotipe Etnis
 Stereotip masyarakat Indonesia yang awam melihat orang-orang Timur ialah orang-orang
yang kasar, keras, dan kejam.
 Orang-orang etnis asli Bali selalu menampakkan kesan yang sangat ramah, sangat baik
hati kepada pendatang, begitu pula stereotip yang dipandang wisatawan dunia. Nyatanya,
orang-orang Bali sendiri sangat fasih dengan ilmu-ilmu sakral yang terkadang juga dapat
membahayakan orang lain.
 Orang-orang pedalaman masih dipandang sebagai orang-orang yang kurang
berpendidikan padahal tidak menutup kemungkinan orang pedalaman juga memiliki tekad
dan daya juang yang sama dengan orang-orang di kota
 Etnis Tionghoa sampai saat ini masih memiliki stereotip yang paling unggul apabila
memiliki usaha dagang.
7. Cara Mengatasi Stereotip Jangan hanya memandang suatu kelompok atau individu dari satu sisi
saja dan mengabaikan sisi lainnya yang merupakan sebuah kelengkapan dalam diri objek dan
dilewatkan. Kita harus menyadari bahwa setiap individu terlahir dengan keunikan tersendiri
sehingga tidak perlu disamakan dengan individu yang lain apalagi kelompok .Menumbuhkan rasa
saling menghargai terhadap perbedaan pada suatu kelompok. Maka dari itu sudah saatnya
masyarakat lebih objektif dalam menerima sebuah stereotip yang hadir di tengah kehidupan
bermasyarakat. Di antaranya menanamkan rasa toleransi dalam merajut sebuah keberagaman
yang dimulai sejak dini, hal ini perlu dilakukan mengingat stereotip dapat terus-menerus
dilestarikan melalui komunikasi yang beredar di kalangan masyarakat, dan dapat diturunkan ke
generasi berikutnya.Kesimpulan Dari penjelasan yang dikemukakan, dapatlah dikatakn bahwa
orang tua dan orang dewasa secara tidak langsung telah menanamkan stereotip sejak dini. Seperti
misalnya anak-anak sejak lahir sudah diberi label oleh masyarakat menggunakan nama anak laki-
laki untuk anak laki-laki dan perempuan untuk anak perempuan. Demikian juga dengan pakaian
untuk mereka.
Menurut Franzoi (2009: 199) orang memperlihatkan sikap stereotip dengan maksud: Berpikir
cepat, untuk memberikan informasi dasar untuk tindakan segera dalam suasana tidak tentu,
informasi yang kaya dan berbeda tentang individu yang kita tahu secara pribadi, menampakkan
berfikir sangat bebas untuk tugas lain. Efisien dan memberi peluang kepada orang lain bergabung
secara kognitif dalam aktivitas kebutuhan lain

Anda mungkin juga menyukai