Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 8

PSIKOLOGI SOSIAL

“KONSEP PRASANGKA SOSIAL”

DOSEN PEMBINA
Prof. Dr. Firman, M,S,. Kons.

OLEH :
Yunia Ritika (21006102)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
2.1 Pengertian Prasangka

Prasangka adalah sikap (biasanya negatif) kepada anggota kelompok tertentu yang
semata-mata didasarkan pada keanggotaan mereka dalam kelompok (Baron & Byrne,
1991). Misalnya karena pelaku pemboman di Bali adalah orang Islam yang berjanggut
lebat, maka seluruh orang Islam, terutama yang berjanggut lebat, dicurigai memiliki
itikad buruk untuk menteror.Sementara itu, Daft (1999) memberikan definisi prasangka
lebih spesifik yakni kecenderungan untuk menilai secara negatif orang yang memiliki
perbedaan dari umumnya orang dalam hal seksualitas, ras, etnik, atau yang memiliki
kekurangan kemampuan fisik.Soekanto (1993) dalam „Kamus Sosiologi‟ menyebutkan
pula adanya prasangka kelas, yakni sikap-sikap diskriminatif terselubung terhadap
gagasan atau perilaku kelas tertentu. Prasangka ini ada pada kelas masyarakat tertentu dan
dialamatkan pada kelas masyarakat lain yang ada didalam masyarakat. Sudah jamak kelas
atas berprasangka terhadap kelas bawah, dan sebaliknya kelas bawah berprasangka
terhadap kelas atas. Sebagai contoh, jika kelas atas mau bergaul dengan kelas bawah
maka biasanya kelas atas oleh kelas bawah dicurigai akan memanfaatkan mereka. Bila
kelas bawah bergaul dengan kelas atas dikira oleh kelas atas akan mencuri dan
sebagainya.

2.2 Faktor Timbulnya Prasangka


Menurut Abu Ahmadi (2009:194) prasangka timbul dari adanya norma
sosial. Orang tidak begitu saja secara otomatis berprasangka terhadap orang lain.
Tetapi ada faktor-faktor tertentu yang menyebabkan ia berprasangka. Prasangka
disini berkisar pada masalah yang bersifat negatif terhadaporang (kelompok) lain.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya prasangka:

1. Orang berprasangka dalam rangka mencari kambing hitam.Dalam berusaha,


seseorang mengalami kegagalan atau kelemahan. Sebab dari kegagalan itu tidak
dicari pada dirinya sendiri tetapi pada orang lain. Orang lain inilah yang dijadikan
kambing hitamsebagai sebab kegagalannya.Misalnya: terjajah dengan penjajah.

2. Orang berprasangka, karena memang ia sudah dipersiapkan di dalam


lingkungannya ataukelompoknya untuk berprasangka.Misalnya : seorang
anak Amerika (kulit putih) dilahirkan di dalam keluarga kulit putih. Di
dalam keluarga itu sudah dianut atau ditegaskan suatu norma tertentu
yaitu bahwa orang Negro itu pemalas, bodoh, tidak tahu kesusilaan, dan
kotor. Anggapan ini telah tertannam pada anak sejak dini sehingga anak
akan mengikuti pula anggapan tersebut.

3. Prasangka timbul karena adanya perbedaan, di mana perbedaan ini


menimbulkan perasaansuperior.Perbedaan ini meliputi:
a. Perbedaan fisik atau biologis atau ras (Amerika Serikat dan Negro)
b. Perbedaan lingkungan atau geografis (orang kota dan orang desa)
c. Perbedaan kekayaan (orang kaya dan orang miskin)
d. Perbedaan status sosial (majikan dan buruh)
e. Perbedaan kepercayaan atau agama
f. Perbedaan norma sosial

4. Prasangka timbul karena kesan yang menyakitkan atau pengalaman yang tidak
menyenangkan.

5. Prasangka timbul karena adanya anggapan yang sudah menjadi pendapat umum
atau kebiasaan di dalam lingkungan tertentu. Misalnya orang yang selalu
berprasangka terhadap satatus ibu tiriatau anak tiri
2.3 Perbandingan Prasangka,Propaganda Kompleks (Tekanan),Dan Desas-Desus

1. Prasangka

Dalam prasangka itu tiap-tiap situasi yang bersangkut paut dengan cara-cara
yang sama, misalnya: seseorang yakin bahwa suatu suku atau ras rendah
derajatnya atas dasar keyakinan ini, maka segala pengalaman yang diperoleh
orang tersebut mengenai suku itu dipandang atau ditafsirkan dari segi keyakinan
tersebut, maka akibatnya orang tidak mahu tahu terhadap kenyataan- kenyataan
yang tidak sesuai dengan prasangka itu.

2. Propaganda

Propaganda adalah alat untuk membuat orang lain menjadi yakin akan
kebenaran suatu cita- cita. Adapun maksud utama dan propaganda ialah
menarik perhatian dan mencari penganut untuk menjadi pembela dan pejuang,
agar cita-cita itu dapat tercapai.

3. Kompleks

Kompleks sebnarnya suatu aspek jiwa yang tidak disadari,tetapi merupakan


faktor yang penting untuk turut menentukan sikap seseorang. Kompleks terlatak
dibawah kesadaran seseorang. Kompleks terdorong biasanya turut menentukan
sikap orang yang misalnya: tahu boneka takut, tahu darah takut, masuk ruang
gelap takut dan sebagainya maka dari itu ada hal-hal yang tidak disukai dalam
diri manusia, maka hal ini harus ditekankan ke bawah sadar, supaya tidak timbul.

4. Desas-Desus
Desas-desus adalah suatu gejala sosial psikologis yang sangat menarik
perhatian bagi ahli psikologi, karena:
-Selalu terjadi dimana saja.
-Mempunyai pengaruh besar bagi kehidupan masyarakat
2.4 Hubungan Antara Prasangka,Rasisme Dan Diskriminasi

a) Pengertian Diskriminasi

Diskriminasi adalah perilaku negatif terhadap orang lain yang menjadi target
prasangka.Merasa tidak nyaman jika duduk di samping target prasangka
menunjukkan bahwa seseorang memiliki prasangka, namunmemutuskan untuk
pindah tempat duduk untuk menjauhi target prasangka adalah sebuah diskriminasi.

Dasar dari munculnya prasangka dan diskriminasi adalah stereotip. Walaupun


dikatakan bahwa stereotip adalah dasar dari prasangka dan diskriminasi,namun tidak berarti
bahwa seseorang yang memiliki stereotip negatif mengenai sebuah kelompok tertentu pasti
akan menampilkan prasangka dan diskriminasi.

b) Bentuk Diskriminasi

 Menolak untuk Menolong

Menolak untuk menolong orang lain (reluctance to help) yang berasal dari
kelompok tertentu sering kali dimaksudkan untuk membuat kelompok lain
tersebut tetap berada dalam posisinya yang kurang beruntung.Selain itu,menolak
untuk menolong adalah ciri-ciri dari diskriminasi rasial yang nyata.Penelitian
eksperimen dari Gaertner dan Dovidio (1977 dalam Vaughan dan Hogg,2005)
menunjukkan bahwa orang kulit putih lebih menolak untuk menolong confederate
kulit hitam daripada confederate kulit putih dalam situasi darurat.

 Tokenisme

Tokenisme adalah minimnya perilaku positif kepada pihak minoritas.Perilaku


ini nanti digunakan sebagai pembelaan dan justifikasi bahwa ia sudah melakukan
hal baik yang tidak melanggar diskriminasi (misalnya : saya sudah memberikan
cukupkan?)Tokenisme dapat dipraktikkan oleh organisasi atau oleh masyarakat
luas.Di Amerika Serikat,ada kritik pada beberapa organisasi karena adanya
tokenisme untuk kelompok minoritas disana,yaitu kulit hitam,perempuan dan
orang Spanyol,yang dilakukan oleh oraganisasi kerja.
 Reserve Dicrimination

Bentuk token yang lebih ekstrem adalah reserve discrimination,yaitu praktik


melakukan diskriminasi yang menguntungkan pihak yang biasanya menjadi target
prasangka dan diskriminasi dengan maksut agar mendapatkan justifikasi dan
terbebas dari tuduhan telah melakukan prasangka dan diskriminasi.Oleh karena
reserve discrimination memberikan keuntungan kepada kelompok minoritas,maka
efek jangka pendeknya dapat dirasakan langsung.Namundengan berjalannya
waktu ada konsekuensi negatif yang bisa ditanggung oleh kelompok minoritas
tersebut.

c) Mengendalikan Tingkat Diskriminasi

 Belajar untuk Tidak Membenci

Ada pandangan yang mengatakan bahwa prasangka dibawa seseorang sejak


lahir.Sedangkan pandangan lain menegaskan bahwa sikap negatif tersebut
diciptakan,bukan dibawa dari lahir.Anak-anak memiliki prasangka dengan
mempelajari dari orang tuanya serta juga dari media massa.Upaya yang dapat
dilakukan untuk mengurangi prasangka adalah dengan melarang orang tua atau
orang dewasa lain untuk menurunkan sikap negatifnya tersebut terhadap anak-
anaknya.Namundalam prakteknya,hal ini tidaklah sesederhana yang
dibicarakan.Langkah pertama adalah dengan membantu orang tua atau orang
dewasa untuk menyadari prasangka yang dimilikinya,kemudian dapat
memotivasinya lebih jauh untuk tidak menularkannya pada anak-
anaknya.Prasangka yang dimiliki membuat seseorang hidup tidak cukup tenang
karena selalu ada perasaan was-was kalau-kalau ia berjumpa dengan outgrup yang
menjadi target prasangkanya.

 Direct Intergroup Contact

Pettigrew (1981,1997 dalam Baron dalam Byrne,2003) menyatakan,bahwa


prasangka yang terjadi antarkelompok dapat dikurangi dengan cara meningkatkan
intensitas kontak antara kelompok yang berprasangka tersebut.Apa yang
dijelaskannya ini terkenal sebagai teori contact hypothesis.Dasar argumentasinya
adalah bahwa: pertama,meningkatnya kontak memungkinkan terjadi pemahaman
yang lebih mendalam mengenai kesamaan yang mungkin mereka
miliki.Kedua,walaupun stereotip resisten terhadap perubahan,namun stereotip
dapat berubah jika ada sejumlah informasi yang tidak konsisten atau bisa juga
karena menemukan adanya sejumlah pengecualian dalam stereotip yang
dimilikinya.Ketiga,adalah bahwa meningkatnya kontak dapat menjadi counter
terhadap munculnya illusion of outgrup homogeneity.

 Rekategorisasi

Rekategorisasi adalah melakukan perubahan batas antara ingrup dan


outgrupnya.Sebagai akibatnya,bisa saja seseorang yang sebelumnya dipandang
sebagai outgrupnya,tetapi kemudian menjadi ingrupnya.Rekategorisasi ini
berpotensi untuk mengurangi prasangka yg sebelumnya ada.Seperti yang
diungkapkan Gaertner dan koleganya (1989,1993 dalam Baron dan Byrne,2003)
dalam teorinya mengenai Common in-grup identity model.Teori ini menjelaskan
bahwa jika individu dalam kelompok yang berbeda melihat diri mereka sebagai
anggota dari entitas sosial yang tunggal,maka kontak positif akan meningkat dan
intergrupbias akan berkurang.

2.5 Implikasinya Terhadap Layanan BK

Prasangka adalah penilaian dari suatu kelompok atau individu yang


terutama didasarkan pada keanggotaan kelompok yang efeknya merusak dan
memberi jarak yang luas, seperti Racism, Sexism, Ageism, Heterosexism.
Prasangka juga dapat diartikan sebagai sikap positif maupun negatif berdasarkan
keyakinan stereotip kita tentang anggota dari kelompok tertentu. Prasangka positif
dapat berimplikasi dalam bimbingan dan konseling. Adapun contohnya semisal,
konselor diawal perjumpaandengan konseli senantiasa berprasangka positif bahwa
konselinya tersebut mungkin orang yang bermaslah, namun konselinya pasti juga
orang yang kuat menghadapi masalahnya serta mampu menyelesaikan masalahnya
tersebut. Contoh lain yaitu dengan adanya prasangka positif konselor terhadap
masalah yang dibuat siswa, maka konselor akan lebih mudah dalam melakukan
pengendalian diri serta emosinya untuk menentukan tindakan ataupun layanan apa
yang sesuai dengan keadaan dan permasalahan siswa dan bukannya menghukum
atau memberikan treatment yang salah/tidak sesuai bagi siswa.
15
16

Anda mungkin juga menyukai