Anda di halaman 1dari 5

Ringkasan Multicultural

Identitas Dalam Masyarakat Multikultural


Chuang menuliskan bahwa “ Identitas Budaya menjadi kabur ditengah-tengah
integrasu budaya, interaksi bikultur, pernikahan antar-ras dan proses adaptasi
yang saling menguntungkan.” Hal ini didukung oleh Martin Nakayama dan Flores
karena orang yang hidup diantara identitas budaya meningkat jumlahnya, yaitu
orang yang memiliki lebih dari satu identitas etnis, ras ataupun agama.

Di Amerika, imigrasi , pernikahan antarbudaya dan kelahiran multiras adalah


sebuah perbedaan budaya yang normal, sehingga menurut kotkin dan Tseng di
Amerika Serikat tidak hanya pertumbuhan keinginan dan kemampuan untuk
melintasi budaya, namun juga evolusi dalam suatu Negara dimana identitas
pribadinya lebih dibentuk oleh pilihan budaya dibandingkan oleh warna kulit
ataupun warisan etnisnya.

Menurut para ahli sosiologis menyebut tren evolusi ini sebagai “ perpindahan
etnis” atau “ belanja etnis” dan bahwa semakin banyak orang Amerika yang
merasa nyaman untuk mengganti identitas yang mereka bawa sejak lahir dan
menggunakan identitas baru yang dirasa lebih nyaman. Sebenarnya, menurut
Wynter kaburnya batas antara ras dan etnis didorong oleh korporasi Amerika
dimana bisa dilihat dari banyaknya aliran musik seperti hip-hop, country, western
serta musik alternatif lainnya yang digemari oleh setiap kategori etnis.

Sedangkan menurut Onwumechili dan rekannya, “transien antarbudaya” ada


karena meningkatnya pasar global. Contohnya adalah Carlos Ghosn, ia lahir di
Brazil, menghadiri sekolah di Libanon dan Prancis dan berbicara dalam 5 bahasa,
Ia merupakan warga Negara Libanon, CEO perudahaan Nissan ( perusahaan
Jepang) dan Renault ( perusahan Prancis ) dengan posisi yang dipegang secara
bersamaan sehingga ia harus bisa bertanggung jawab dan membagi waktunya
antara Jepang, Prancis serta Amerika dan harus menyesuaikan diri dengan
budaya yang ada. Seiring dengan kemajuan transportasi, tingkat transien
antarbudaya akan bertambah. Identitas sendiri sekarang semakin rumit
dikarenakan semakin meningkatnya keanekaragaman budaya yang terdapat
dalam masyarakat sekarang ini. Sehingga pemahaman lama mengenai identitas
budaya yang tetap atau identitas yang ketinggalan jaman dan identitas yang
secara cepat menjadi sebuah “negosisasi” yang diartikulasikan antara apa Anda
menurut Anda dan apa Anda menurut orang lain. Tapi dengan tidak
memerhatikan dalam benruk apa atau bagaimana hal tersebut tercapai,
identitas anda tetap dipengaruhi oleh budaya.

Sisi Gelap dari Identitas

Identitas merupakan sebuah persamaan dan perbedaan, dengan kata lain kita
mengidentifikasi sesuatu sebagai akibat dari preferensi, pemahaman dan
kebiasaan atau sosialisasi. Mungkin Anda suka gaya casual dibandingkan gaya
formal, anda mungkin lebih mengerti sepak bola dibandingkan permainan
hockey, dan lainnya. Persamaan dan perbedaan juga berperan dalam hubungan
sosial. Komunikasi antarbudaya yang melibatkan orang-orang dari budaya yang
berbeda dan hal ini membuat perbedaan itu sebagai kondisi yang normative. Jadi
reaksi dan kemampuan kita untuk mengatasi perbedaan tersebut adalah kunci
untuk bisa berinterasi antarbudaya. Kecenderungan kita terhadap sesuatu yang
kita mengerti dan kita kenal dapat memengaruhi persepsi dan sikap kita
terhadap orang dan hal yang baru dan berbeda. Hal ini dapat mengarah pada
stereotip,prasangka, rasisme dan etnosentrisme.

Stereotip
Stereotip merupakan bentuk kompleks dari pengelompokan yang secara mental
mengatur pengalaman Anda dan mengarahkan sikap Anda dalam menghadapi
orang-orang tertentu. Stereotip mudah menyebar karena manusia memiliki
kebutuhan psikologis untuk mengelompokkan dan mengklasifikasikan suatu hal.
Stereotip dapat positif ataupun negatif. Contoh yang negative adalah orang
malas,orang kasar atau jahat. Sedangkan yang positif adalah pelajar yang pintar,
pekerja keras dan berperilaku baik.

Mempelajari Stereotip

Kita lahir tidak dengan stereotip, stereotip adalah sesuatu yang dipelajari. Unsur
yang paling nyata dan penting dari stereotip asalah proses sosialisasi dengan
orang tua kita. Sebenarnya banyak orang tua yang secara langsung dan tidak
langsung mengajarkan anakanya untuk berpikir secara stereotip. Contohnya saat
orangtua berkata “ semua gelandangan terlalu malas untuk mencari kerja”
secara tidak langsung anak belajar tentang stereotip. Dalam kehidupan sosial
anak saat mereka belajar disekolah, banyak kelompok-kelompok yang akan
mengajarkan pandangan baik ataupun tidak baik. Saat anak belajar mengenai
agama Islam maka anak mungkin mempelajari stereotip Islam. Stereotip juga
bisa didapatkan dari televisi atau media massa lainnya.

Streotip dan Komunikasi Antarbudaya


Stereotip sebenarnya menghambat komunikasi antarbudaya, berikut beberapa
alasannya; yang pertama, stereotip merupakan sejenis penyaring, menyediakan
informasi yang konsisten dengan informasi yang dipercayai oleh seseorang.
Sehingga suatu hal yang benar tidak memiliki kesempatann untuk diketahui.
Contohnya wanita yang distereotipkan sebagai ibu rumah tangga sehingga
menghalangi perempuan untuk maju dalam dunia kerja. Yang kedua,bukan
pengelompokan tersebut yang menyebabkan masalah antarbudaya tetapi asumsi
bahwa semua informasi spesifik mengenai suatu budaya diterapkan pada semua
orang dari kelompok tertentu. Yang ketiga, stereotip menghalangi keberhasilan
anda sebagai seorang komunikator, karena stereotip biasanya berlebih-lebihan,
terlalu sederhana dan terlalu menyamarkan. Dan yang keempat, stereotip jarang
berubah karena biasanya berkembang sejak awal kehidupan dan terus terulang
dan diperkuat dalam suatu kelompok, stereotip berkembang setiap waktu.
Menghindari stereotip
Stereotip sebenarnya dapat dihindari dimulai sejak masa kanak-kanak.
Sebenarnya, peneliti menyarankan bahwa kebanyakan hubungan positif dapat
menghilangkan banyak efek stereotip. Asumsinya adalah stereotip dapat
berubah ketika anggota dari kelompok yang berbeda meningkatkan interaksi
mereka antara satu dengan yang lainnya. Melalui interaksi ini stereotip fiksi dan
negatif dapat dibuktikan salah. Metode efektif lainnya untuk mengontrol
stereotip adalah dengan mempelajari perbedaan antara stereotip yang fleksibel
dan tidak fleksibel ( menurut Ting-Toomey dan Chung ), dengan kata lain,
stereotip yang tidak fleksibel itu bersifat kaku, tetap dan terjadi secara otomatis.
Ketika anda memiliki stereotip yang fleksibel, anda mulai dengan menyadari
kecenderungan anda untuk melakukan kategorisasi. Aspek penting dalam
menjadi fleksibel adalah terbuka pada informasi dan bukti yang baru dan
waspada atas zona ketidaknyamanan anda.

Prasangka

Prasangka merupakan perasaan negative terhadap kelompok tertentu. Seperti


kemarahan, ketakutan, kebencian, dan kecemasan. Sama seperti stereotip,
kepercayaan yang dihubungkan dengan prasangka memiliki beberapa
karakteristik. Pertama, mereka ditujukan pada suatu kelompok sosial dan
gendernya. Terkadang kelompok tersebut ditandai dengan ras,etnis,gender,usia,
dan sebagainya. Kedua, prasangka melibatkan dimensi evaluatif dimana menurut
Brislin prasangka berhubungan dengan perasaan mengenai baik-buruk,benar-
salah, bermoral-tidak bermoral dan sebagainya. Yang ketiga, prasangka itu
terpusat dalam arti seberapa besar pentingnya suatu kepercayaan dalam
menentukan perilaku seseorang terhadap yang lainnya. Seperti yang anda duga,
semakin sedikit intensitas kepercayaan tersebut, semakin sukses anda dalam
mengubah prasangka Anda terhadap orang lain.

Fungsi Prasangka

1. Fungsi Pertahanan Ego

Fungsi ini memungkinkan orang untuk memiliki prasangka tanpa harus


mengakui bahwa mereka memiliki suatu kepercayaan mengenai suatu
kelompok luar. Contoh prasangka seperti ini dapat ditemukan dalam
perkataan seseorang “ nilai sejarah saya jelek karena dosennya
memberikan nilai dengan memilih-milih mahasiswi yang cantik “ maka
prasangka seperti ini mempertahankan harga dirinya disbanding dengan
mengintropeksi diri kenapa ia mendapat nilai rendah.

2. Fungsi Utilitarian
Fungsi ini memungkinkan orang untuk berpikir bahwa mereka
mendapatkan penghargaan dengan mempertahankan prasangka yang
mereka miliki. Contohnya demi kepentingan ekonomi ada seseorang
yang mengatakan “ imigran itu berpendidikan rendah, sehingga mereka
beruntung dapat mendapatkan pekerjaan yang kita tawarkan” sehingga
prasangka ini mencerminkan prasangka pemanfaatan, karena pemilik
prasangka tersebut dapat menjadikannya sebagai alas an untuk
menawarkan gaji yang rendah.

3. Fungsi Menyatakan Nilai

Fungsi ini dapat dilihat dari orang-orang yang percaya bahwa perilaku
mereka menunjukkan nilai tertinggi dan paling bermoral dari semua
budaya. Orang yang percaya bahwa Tuhan mereka adalah satu-satunya
Tuhan yang ada, sedang berprasangka buruk terhadap orang lain yang
memiliki pandangan yang berbeda

4. Fungsi pengetahuan

Melalui fungsi ini orang bisa mengelompokkan, mengatur dan


membentuk persepsi mereka terhadap orang lain dalam cara yang masuk
akal bagi mereka. Fungsi inilah yang memberikan banyak label. Manusia
tidak dilihat secara pribadi dengan karakter beranekaragam tetapi hanya
sebagai “Yahudi” , orang “Gay” atau “Aliran Feminis” dan pemberian label
ini menyangka keberadaan seseorang sebagai pribadi yang memiliki
karakter unik.

Pernyataan Prasangka

Menurut Allport, ada 5 pernyataan prasangka, yaitu :

 Pertama, Prasangka dapat dinyatakan melalui apa yang disebut dengan


antilokusi , yaitu istilah negative atau stereotip mengenai anggota dari
kelompok target. Contohnya : “Anda tidak dapat memercayai mereka
yang merupakan anggota dari partai komunis”.
 Kedua, Prasangka ketika mereka menghindari atau manarik diri untuk
berhubungan dengan kelompok yang tidak disukai. Contohnya bagaimana
suatu Negara dan kelompok orang yang menolak untuk menghadiri atau
mengundurkan diri dari konferensi perdamaian yang penting. Selama
bertahun-tahun pemimpin politik Israel dan Mesir saling menolak dimana
pada akhirnya disadari pertemuan tersebut saling menguntungkan
keduanya.
 Ketiga, Prasangka menghasilkan diskriminasi, orang yang menjadi target
prasangka akan berusaha untuk keluar dari kelompoknya ketika
pekerjaan,tempat tinggal atau institusi sosial lainnya dipermasalahkan.
Biasanya dalam kasus diskriminasi, kita melihat bahwa
etnosentrisme,stereotip dan prasangka datang dalam bentuk fanatisme
yang jelas akan menghalangi seseorang dalam komunikasi antarbudaya.
Contohnya ketika bisnis lebih memilih laki-laki yang kurang berkualitas
dibandingkan perempuan yang cakap maka disini juga sudah terjadi
diskriminasi.
 Keempat, ekspresi, dimana ada serangan fisik. Bentuk prasangkaini akan
meningkatkan permusuhan jika dibiarkan. Contohnya adalah saat adanya
pembakaran gereja sampai penulisan slogan anti-Semitic dalam
pekuburan orang Yahudi hingga penyerangkan terhadap kaum gay,
tindakan fisik terjadi ketika kaum minoritas menjadi target prasangka.
 Kelima, extermination atau pembasmian, dimana prasangka seperti ini
mengarah pada tindakan kekerasan fisik terhadap kelompok luar.
Contohnya perang suku di Kenya dan konflik agama di Irak dan
Afganistan, dimana ada usaha untuk menghancurkan suatu kelompok
etnis atau ras secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai