Anda di halaman 1dari 16

10 Penyebab Kegagalan dalam Komunikasi Antar Budaya

Secara umum, komunikasi antar budaya dapat didefinisikan sebagai komunikasi yang terjadi
antara orang-orang dengan latar belakang budaya yang berbeda. Sebagaimana bidang atau
konteks komunikasi lainnya, proses komunikasi antar budaya dapat berlangsung karena
didukung oleh beberapa unsur komunikasi antar budaya, seperti manusia, pesan, saluran,
umpan balik, kode, encoding dan decoding, serta gangguan. Adapun tujuan komunikasi
antar budaya salah satunya adalah untuk menciptakan komunikasi yang efektif antara
orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi antar budaya.

Hal ini dikarenakan ketika orang-orang dengan latar belakang budaya yang berbeda
bertemu dan berkomunikasi, maka seluruh perbedaan yang ada diantara mereka berpotensi
mengarah pada terjadinya kesalahpahaman atau bahkan menjadi penyebab kegagalan
dalam komunikasi antar budaya. Karena itu, bagaimana cara kita memberikan reaksi dan
kemampuan untuk mengelola perbedaan tersebut merupakan kunci bagi keberhasilan
komunikasi antar budaya.

Berikut disajikan beberapa penyebab kegagalan dalam komunikasi antar budaya, yaitu :

1. Bahasa

Bahasa sebagai alat komunikasi dapat menjadi salah satu penyebab kegagalan dalam
komunikasi antar budaya. Mengapa demikian? Komunikasi antar budaya merupakan proses
pengiriman dan penerimaan pesan antara orang-orang yang memiliki perbedaan latar
belakang budaya. Proses ini dapat mengarah pada perbedaan dalam menafsirkan bahasa
verbal maupun bahasa nonverbal.

Hipotesis Sapir dan Whorf menunjukkan bahwa bahasa membentuk pemikiran individu
sejauh hal itu membatasi jenis pemikiran dan gagasan yang dapat dimiliki oleh orang. Selain
itu, setiap budaya memiliki struktur gramatikal dan leksikal masing-masing dan karenanya
hampir tidak mungkin bagi anggota setiap budaya untuk saling memahami sepenuhnya.

Untuk mengatasi hal ini, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan, diantaranya adalah
menerapkan cara berkomunikasi dengan baik, berbicara dengan pelan dan jelas,
menanyakan atau meminta klarifikasi, kerap memeriksa pemahaman, menghindari idiom,
berhati-hati dengan jargon, bersabar, menghindari informasi melalui berbagai saluran,
memilih media komunikasi secara efektif serta spesifik.

2. Stereotip

Stereotip, menurut KBBI Online adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan
prasangka yang subyektif dan tidak tepat. Stereotip terjadi karena sebelumnya orang
memiliki pengalaman yang negatif maupun positif dengan orang lain yang berasal dari
budaya yang lain. Dalam komunikasi antar budaya, stereotip dapat memberikan dampak
yang kurang baik karena :
 Orang hanya akan menerima informasi yang sesuai dengan informasi yang
sebelumnya telah dimiliki dan menutup kemungkinan adanya informasi lain yang
mengandung kebenaran.

 Orang mengasumsikan bahwa semua informasi dapat diterapkan pada setiap


individu sehingga semua anggota kelompok harus diperlakukan sama.

 Stereotip dapat menjauhkan kita dari keberhasilan komunikasi antar budaya


karena stereotip didasarkan pada kebenaran yang tidak utuh dan bahkan
cenderung tidak benar.

 Stereotip sangat sulit untuk berubah karena stereotip dikembangkan atau


ditanamkan sejak masih anak-anak dan akan berulang dan diperkuat oleh
kelompok dimana kita berada.

Sebagaimana etnosenrisme, untuk mengatasi atau menghindari stereotip dalam komunikasi


antar budaya maka kita harus menghindari asumsi-asumsi, penilaian, serta menerima
adanya perbedaan.

3. Prasangka

Menurut KBBI Online, prasangka adalah pendapat (anggapan) yang kurang baik mengenai
sesuatu sebelum mengetahui (menyaksikan, menyelidiki) sendiri. Prasangka terjadi ketika
orang mengacu pada generalisasi tentang sebuah kelompok atau hal-hal yang seringkali
didasarkan pada pengalaman faktual yang minim atau bahkan tidak ada sama sekali.
Prasangka dapat bersifat negatif maupun positif.

Dalam komunikasi antar budaya, prasangka umumnya mengandung perasaan negatif


terhadap kelompok tertentu. Kelompok yang biasanya menjadi target prasangka negatif
adalah kelompok marjinal seperti orang yang berada dalam garis kemiskinan, orang dengan
warna kulit berbeda, orang yang tidak berbicara dengan bahasa Inggris, dan LGBT.

Untuk mengatasi atau mengurangi prasangka tidaklah mudah karena sebagian besar aspek
persepsi budaya, ras, dan prasangka budaya dipelajari dan diperkuat melalui terpaan yang
berkelanjutan. Namun, dari hasil penelitian ditemukan dua teknik yang dapat mengurangi
prasangka yaitu melalui pendidikan dan kontak personal. Pendidikan dapat membantu
mendidik masyarakat mengatasi stereotip, prasangka, dan etnosentrisme. Sementara itu,
melalui kontak personal, semakin besar frekuensi kontak personal yang terjadi antara
individu dalam kelompok dan luar kelompok maka akan semakin rendah tingkat prasangka
yang diterima.

4. Rasialisme

Menurut KBBI Online, rasialisme adalah prasangka berdasarkan keturunan bangsa atau
perlakukan yang berat sebelah terhadap (suku) bangsa yang berbeda-beda. Makna lainnya
adalah paham bahwa ras diri sendiri adalah ras yang paling unggul. Rasialisme terjadi ketika
setiap orang percaya bahwa ras mereka lebih unggul dibanding ras lainnya. Orang-orang
yang rasialis sering melakukan diskriminasi terhadap mereka yang berasal dari ras yang
berbeda. Rasialisme sendiri dapat berbentuk personal maupun institusional.

Rasialisme personal merujuk pada tindakan rasial terhadap keyakinan, sikap, dan perilaku
yang menjadi bagian dari seorang individu. Sementara itu, rasialisme institusional merujuk
pada merendahkan ras atau bersikap antipati terhadap institusi sosial ras tertentu. Sikap
diskriminatif tidak hanya bertentangan dengan etika komunikasi antar budaya khususnya
dan etika komunikasi pada umumnya, melainkan juga merupakan faktor utama kegagalan
dalam komunikasi antar budaya yang efektif.

Untuk menghindari atau mengurangi rasialisme, kita harus mencoba untuk bersikap jujur
pada diri sendiri ketika kita memutuskan untuk memegang beberapa pandangan yang
bersifat rasial, berusaha untuk menolak atau merasa keberatan apabila mendengar
penghinaan atau lelucon yang berbau SARA, serta menghormati dan menghargai
perbedaan dan kebebasan.

5. Etnosentrisme

Penyebab kegagalan dalam komunikasi antar budaya selanjutnya adalah etnosentrisme.


Yang dimaksud dengan etnosentrisme adalah keyakinan bahwa budaya sendiri lebih
superior dibandingkan dengan budaya orang lain. Kita dapat disebut etnosentris manakala
kita melihat dan menilai seluruh dunia hanya dari sudut pandang budaya sendiri. Misalnya,
budaya Jawa lebih baik dari budaya Sunda. Salah satu konsekuensi apabila kita selalu
merujuk pada etnosentrisme negatif adalah timbulnya kecemasan.

Hal ini ditegaskan oleh Gamble dan Gamble yang menyatakan bahwa jika kita semakin
etnosentris maka kita akan semakin cemas ketika berinteraksi dengan orang lain dengan
latar belakang budaya yang berbeda. Ketika kita semakin dipenuhi oleh rasa takut maka
harapan untuk mendapatkan hasil positif dalam sebuah interaksi juga akan berkurang. Hal
ini dapat mengarah pada kurangnya keinginan untuk mempercayai seseorang yang berasal
dari budaya lain.

Untuk mengatasi atau menghindari etnosentrisme dalam komunikasi antar budaya tidaklah
mudah. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghindari etnosentrisme adalah menghindari
dogma, belajar untuk berpikiran terbuka terhadap pandangan baru, menghindari asumsi,
menghindari penilaian, belajar menerima perbedaan, serta mengembangkan sikap empati
dalam komunikasi budaya.

6. Perbedaan Nonverbal

Komunikasi nonverbal merujuk pada pesan-pesan yang dikirimkan tanpa menggunakan


kata-kata. Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain secara verbal, kerapkali disertai
dengan simbol-simbol nonverbal karena fungsi komunikasi nonverbal adalah sebagai
pelangkap atau penekanan terhadap pesan yang disampaikan secara verbal.
Simbol atau petunjuk nonverbal yang kita berikan menciptakan makna bagi orang lain.
Ekspresi nonverbal setiap budaya tentu akan berbeda dengan budaya lainya. Perbedaan
inilah yang menyebabkan terjadinya kesalahan penafsiran terhadap tanda-tanda dan
simbol-simbol nonverbal yang dapat berujung pada kegagalan dalam komunikasi antar
budaya.

Untuk mengatasi hal tersebut kita harus mempelajari dan memahami makna pesan dalam
komunikasi antar budaya khususnya makna pesan-pesan nonverbal yang berlaku di setiap
budaya. Selain itu, kita juga dapat saling berbagi mengenai norma budaya masing-masing
sebagai salah satu sarana untuk membantu kita memahami berbagai perbedaan gaya
nonverbal yang ada.

7. Kecemasan

Ketika kita dihadapkan pada situasi yang baru dan menantang, tentunya kita akan
merasakan stress, cemas, dan lain-lain. Kecemasan juga dapat timbul karena stereotip yang
dimiliki terhadap budaya lain yang mengakibatkan rasa takut untuk berinteraksi dengan
orang lain yang berbeda latar belakang budaya. Kecemasan ini dapat terjadi pada siapa pun
yang terlibat dalam komunikasi antar budaya.

Kecemasan dalam komunikasi antar budaya terkait dengan rasa takut komunikasi yang
nyata atau komunikasi yang diantisipasi dengan orang-orang yang berasal dari kelompok
yang berbeda terutama kelompok budaya atau kelompok etnis. Mereka dengan tingkat
kecemasan komunikasi antar budaya yang tinggi cenderung tidak ingin terlibat dalam
interaksi antar budaya.

Keenganan untuk berinteraksi ini dapat mengarah pada terbatasanya kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan budaya inang. Untuk mengatasi hal tersebut, hal-hal yang
dilakukan adalah meningkatkan kompetensi komunikasi antar budaya, meningkatkan
keterampilan berkomunikasi, belajar bahasa asing, belajar budaya asing, dan lain-lain.

8. Asumsi Kesamaan

Penyebab kegagalan dalam komunikasi antar budaya selanjutnya adalah adanya asumsi
kesamaan. Dalam artian, orang secara sederhana mengasumsikan bahwa terdapat banyak
kesamaan antara orang-orang di seluruh dunia tanpa menyadari bahwa setiap orang
memiliki latar belakang budaya yang berbeda.

Ketika kita berpikir atau berasumsi bahwa setiap orang adalah sama dan menolak adanya
perbedaan maka kita juga akan cenderung memperlakukan orang dengan sama. Padahal
kita paham bahwa dalam strategi komunikasi efektif, komunikator harus dapat
menyesuaikan pesan dengan situasi dan kondisi komunikate agar pesan dapat tersampaikan
dengan baik dan komunikasi yang efektif dapat tercapai.

Untuk mengatasi hal ini, kita harus dapat mengembangkan pemahaman bahwa manusia
berbeda satu sama lain. Selain itu, kita juga harus belajar tentang berbagai perbedaan
tersebut sehingga dapat menciptakan gagasan baru yang lebih kreatif ketika berkomunikasi
dengan orang lain.

9. Penilaian yang Terburu-buru

Kita cenderung untuk memberikan penilaian yang terburu-buru terhadap tindakan yang
dilakukan oleh orang lain. Penilaian yang diberikan biasanya didasarkan atas nilai budaya
yang kita miliki yang dianggap paling benar. Untuk mengatasi hal ini, maka kita hendaknya
tidak bersikap terburu-buru dalam menilai dan mengevaluasi tindakan orang lain terutama
dalam situasi ketika perasaan dan emosi yang paling mendalam turut terlibat. Ada baiknya
kita berhenti sebentar, mencoba untuk mendengarkan, dan mengamati tanpa perlu
menghakimi orang lain. Menghakimi orang lain tanpa mengetahui apa yang sebenarnya
terjadi akan menyebabkan gagalnya komunikasi antar budaya.

10. Kurangnya Cultural Self-Awareness

Agar dapat memahami budaya orang lain dengan baik maka terlebih dahulu kita harus
mengenal budaya sendiri dengan jauh lebih baik. Pada umumnya, kita tidak menyadari
karakteristik budaya sendiri dan cukup terkejut manakala orang lain membeberkan
gambaran yang diberikan oleh orang lain terhadap budaya kita. Untuk mengatasinya, maka
kita dapat mulai belajar untuk melihat diri kita dengan jelas melalui kaca mata orang lain
agar kita dapat mulai mengubah perilaku, serta menekankan karakteristik yang paling tepat
dan efektif. Dengan memiliki kesadaran budaya sendiri maka kita dapat memprediksi
dampak perilaku kita terhadap orang lain.

Manfaat Mempelajari Penyebab Kegagalan dalam Komunikasi Antar Budaya

Mempelajari penyebab kegagalan dalam komunikasi antar budaya dapat memberikan


beberapa manfaat, diantaranya adalah :

 Kita dapat mengetahui dan memahami pengertian komunikasi antar budaya.

 Kita dapat mengetahui dan memahami berbagai penyebab kegagalan dalam


komunikasi antar budaya.

 Kita dapat mengetahui dan memahami cara mengatasi penyebab kegagalan dalam
komunikasi antar budaya.
KESALAHPAHAMAN DAN CARA MENGATASINYA DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

Dewasa ini, seiring dengan berkembangnya zaman, manusia tidak dapat lagi mengelak
bahwa mereka mulai digiring untuk memasuki era globalisasi. Era globalisasi adalah suatu
era dimana terjadi peningkatan kebutuhan antara suatu bangsa terhadap bangsa lainnya.
Hal inilah yang akhirnya mengakibatkan tidak lagi cukup bagi manusia untuk berkomunikasi
dengan sesamanya yang memiliki latar belakang budaya yang sama. Era globalisasi
menuntut mereka untuk mulai melakukan komunikasi dengan manusia lainnya dengan latar
belakang budaya yang berbeda, atau dengan kata lain, secara tidak langsung manusia
dituntut untuk mulai melakukan komunikasi antarbudaya.

Komunikasi Antarbudaya adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang yang ‘berbeda’.
Dua orang yang ‘berbeda’ disini maksudnya adalah dua orang yang berasal dari kebudayaan
yang berbeda. Komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang ‘berbeda’ tidaklah
semudah komunikasi dengan dua orang yang ‘serupa’. Hal ini dikarenakan dua orang yang
berasal dari kebudayaan yang berbeda sering kali membawa serta nilai asumsi, ekspektasi,
kebiasaan verbal dan nonverbal, dan tata cara berinteraksi yang sesuai dengan kebudayaan
dari mana mereka berasal ketika berkomunikasi[1]. Perbedaan yang dibawa oleh masing-
masing individu dalam berkomunikasi inilah yang akhirnya sering kali memunculkan le
malentendu, atau kesalahpahaman.

Le Malentendu atau Kesalahpahaman

Di dalam suatu komunikasi yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang
budaya sering kali terjadi kesalahpahaman. Kesalahpahaman merupakan ketidaksimetrisan
kenyataan mengenai siapa yang benar dan siapa yang salah. Kesalahpahaman sendiri
berasal dari permasalah penafsiran di dalam suatu proses interaksi. Vladimir Jankélévitch
dalam bukunya Le-je-ne-sais-quoi et le Presque-rien, La Méconnaissance et le Malentendu,
menyatakan bahwa sesungguhnya bentuk asli dari kesalahpahaman adalah
kekeliruan.Kekeliruan itu sendiri lahir dari sebuah kesepahaman atas dasar
ketidaksepahaman. Menurutnya, kesalahpahaman merupakan bentuk kekeliruan yang
sangat mendasar.

Di dalam buku tersebut, ia juga menambahkan pernyatataan lain mengenai hal-hal yang
dapat menyebabkan terjadinya kesalahpahaman, “ On croit ce qu’on désire et l’on entend
ce qu’on croit”. Menurutnya, apa yang dipercaya oleh manusia adalah apa yang memang ia
sukai, dan apa yang ia dengar, adalah apa yang ia percayai. Di sini Vladimir ingin
mengatakan bahwa kesalahpahaman bukan hanya merupakan ketidakpahaman, tetapi juga
tidak langsung menyadari apa yang dimaksudkan si locuteur, atau paling tidak berpura-pura
tidak menyadari apa yang dimaksud oleh locuteur. Ia mengimajinasikan pernyataan tersebut
di dalam suatu komunikasi sebagai berikut :
“Di dalam suatu proses komunikasi, seseorang telah mengungkapkan apa yang ingin ia
katakan, dan lawan bicaranya telah memahami dengan sempurna apa-apa saja yang
memang harus dipahami dari apa yang telah dikatakan orang tersebut. Namun, terkadang
apa yang dikatakan lawan bicara kita tidak sesuai dengan apa yang kita harap untuk mereka
katakan, hingga hal-hal yang sebenarnya sangat ingin ia dengar untuk keluar dari mulut
lawan bicaranya menutupi hal-hal yang memang sebenarnya ia dengar. Hal inilah yang
akhirnya menghasilkan suatu ketidakjujuran.”

Komunikasi antarbudaya seringkali diwarnai oleh kesalahpahaman yang diakibatkan oleh


permasalahan bahasa, perbedaan cara berkomunikasi, dan perbedaan orientasi nilai
antarindividu dengan latar belakang budaya yang berbeda. Kesalahpahaman dalam
komunikasi antarbudaya dapat pula bermula dari perilaku seseorang yang ketika melakukan
komunikasi antarbudaya tetap berpedoman pada norma yang berlaku di dalam kebudayaan
mereka sendiri. Dalam berkomunikasi antarbudaya, kita tidak dapat menyamaratakan
norma yang berlaku di dalam kebudayaan lawan bicara kita dengan norma yang berlaku di
dalam kebudayaan kita, karena norma yang berlaku di tiap kebudayaan tidaklah selalu
sama. Dan ketidaksamaan norma-norma kebudayaan dalam mengelola suatu interaksi
komunikatif tersebutlah yang mengakibatkan timbulnya kesalahpahaman.

Mengurangi Kesalahpahaman dalam Komunikasi Antarbudaya

Kesalahpahaman merupakan salah satu hal yang dapat menghambat terjadinya proses
komunikasi yang baik. Dalam komunikasi antarbudaya misalnya, berawal dari
kesalahpahaman yang terjadi antarindividu, dapat mengakibatkan terjadinya konflik
antarbudaya. Untuk itulah akan lebih baik bila tiap individu memahami bagaimana cara
mengurangi kesalahpahaman dalam berkomunikasi khususnya berkomunikasi antarbudaya.

Ada beberapa aspek dalam komunikasi yang dapat mengakibatkan terjadinya


kesalahpahaman, misalnya saja aspek bahasa. Untuk mengurangi resiko terjadinya
kesalahpahaman yang diakibatkan oleh bahasa, ketika melakukan komunikasi antarbudaya,
ada baiknya bila kita menggunakan bahasa yang umum, dan hindari penggunaan bahasa
eksklusif yang mungkin hanya dikenali kelompok tertentu. Aspek lain yang seringkali
mengakibatkan kesalahpahaman adalah aspek budaya. Perbedaan budaya merupakan
sumber kesalahpahaman dalam komunikasi antarbudaya yang sering kita temui. Untuk itu,
dua individu beda budaya yang melakukan komunikasi haruslah memiliki pandangan positif
terhadap kebudayaan dan etnik lawan bicaranya. Bahkan tiap individu diharapkan
berpikiran terbuka dan memiliki pengetahuan mengenai kebudayaan dan cara
berkomunikasi lawan bicaranya.

Pada dasarnya, untuk dapat berkomunikasi dengan orang asing kita harus dapat memahami
bagaimana mereka ingin diperlakukan dan seperti apa mereka ingin dilihat.
Kesimpulan

Komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi yang dilakukan oleh dua orang dengan
latarbelakang budaya yang berbeda. Perbedaan latabelakang budaya yang dimiliki dua
individu inilah yang kerap memunculkan kesalahpahaman di dalam komunikasi yang mereka
lakukan. Kesalahpahaman merupakan suatu hal yang dapat menghambat komunikasi yang
bisa saja berujung dengan terjadinya konflik antarbudaya. Untuk itulah, dalam melakukan
komunikasi antarbudaya kita harus memiliki ilmunya dan sebisa mungkin mengenali aspek-
aspek apa saja di dalamnya yang memiliki resiko menimbulkan kesalahpahaman.

Sekilas, mungkin komunikasi yang dilakukan dengan orang yang berbeda latarbelakang
budaya dengan kita, terlihat sulit untuk dilakukan. Namun pada dasarnya, terlepas dari
tuntutan era globalisasi, komunikasi antarbudaya sangatlah penting untuk dilakukan. Karena
kita dapat belajar lebih banyak dari orang-orang yang ‘berbeda’ dengan kita dibandingkan
dengan orang-orang yang ‘serupa’ dengan kita. Dan melalui pencerminan orang lainlah kita
akan lebih bisa mengenal diri kita sendiri.
Menangani kesalah pahaman antar budaya

Tidak disangsikan lagi, setiap anggota tim memiliki latar belakang dan kemampuan yang
berbeda. Perbedaan dalam kepribadian, budaya, jenis kelamin dan lain sebagainya bisa
mendatangkan kesalahpahaman. Kesalahpahaman sering juga disebabkan oleh penggunaan
bahasa.

Bahasa terikat oleh konteks budaya, dengan kata lain bahasa dapat dipandang sebagai
perluasan budaya. Para ilmuwan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi
mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi dari satu mata uang.

Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut
menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya. Edwar T. Hall
mengatakan “budaya adalah komunikasi” dan “komunikasi adalah budaya”. Pada satu sisi,
komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya
masyarakat baik secara horizontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya,
ataupun secara vertikal, dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain, budaya
menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk suatu kelompok
tertentu, misalnya anak perempuan tidak main pistol-pistolan, pedang-pedangan atau
mobil-mobilan. Anak laki-laki tidak gampang menangis, tidak main boneka.

Kelompok-kelompok budaya atau subkultur-subkultur yang ada dalam suatu budaya


mempunyai perangkat norma yang berlainan. Misalnya terdapat perbedaan norma-norma
komunikasi antara kaum militer dengan kaum sipil, kaum konservatif dengan kaum radikal,
penduduk kota berbeda dengan penduduk desa, berkomunikasi dengan orang Amerika
berbeda dengan orang Jerman (perbedaan antar negara). Oleh karena fakta yang sama atau
ransangan komunikasi yang sama mungkin dipersepsikan secara berbeda oleh kelompok-
kelompok yang berbeda kultur atau subkultur tersebut, kesalahpahaman hampir tidak dapat
dihindarkan. Akan tetapi ini tidak berarti bahwa berbeda itu buruk. Kematangan dalam
budaya ditandai dengan toleransi atas perbedaan. Mengutuk orang lain karena mereka
berbeda adalah tanda kebebalan atau kecongkakan.

Tetapi kesalah pahaman antar budaya perlu diatasi dengan cara mengenal latar belakang
mereka baik dari segi budaya, bahasa, norma sehari-hari dan lain-lain. Selain itu bisa juga
dengan cara berlatih tentang cara berkomunikasi atau melayani mereka yang berasal dari
latar belakang yang beragam. Dengan memahami dan mengerti latar belakang masing-
masing pelanggan, anda diharapkan kompeten untuk mengadakan komunikasi dengan para
pelanggan dari manapun mereka berasal, namun semua itu harus didukung dengan
kemampuan berbahasa , baik bahasa daerah maupun bahasa inggris yang memadai. Pada
kesempatan ini dicontohkan perbedaan pelanggan dari Amerika dengan pelanggan dari
Jerman.
1. Berkomunikasi dengan pelanggan dari Amerika.

Masyarakat bisnis Amerika memiliki reputasi yang terkuat di dunia, tetapi dalam berbagai
hal, mereka adalah bangsa yang paling mudah untuk diajak berhubungan. Hal ini dsebabkan
oleh filosofi bisnis mereka yang tidak rumit. Tujuan mereka adalah mendapatkan uang
sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya, dengan bekerja keras dan menggunakan
kecepatan, kesempatan, kekuatan (juga kekuatan uang itu sendiri) sebagai alat untuk
mencapai tujuan ini.

Keputusan bisnis mereka biasanya tidak dipengaruhi oleh perasaan; dan dolar, bila tidak di-
Tuhan-kan, setidaknya dianggap sebagai penguasa. Pengejaran keuntungan yang semata-
mata ini sering mengakibatkan mereka diangggap sebagai bangsa yang kejam. Bangsa Eropa
Utara dikenal dapat berhubungan dengan Amerika dengan sukses. Reputasi mereka sebagai
manajer yang berterus terang disambut baik oleh bangsa Amerika yang terbuka dan
berterus terang, yang sering merasa jengkel dengan apa yang mereka anggap sebagai
tatakrama orang-orang timur yang berliku-liku.

Pada pertemuan, orang Amerika menunjukkan kecenderungan sebagai berikut :

a. Mereka individualistik, senang melakukan segala sesuatu sendiri tanpa mengeceknya


ke kantor pusat. Segala sesuatu berjalan kecuali jika dibatasi.

b. Mereka memperkenalkan informalitas dengan segera; mereka melepaskan jas,


menggunakan nama depan, membahas rincian pribadi, misalnya keluarga.

c. Mereka memberi kesan naif dengan tidak menggunakan bahsa apa pun selain
bahasa Inggris, dan dengan tidak menggunakan bahasa apa pun selain bahasa
Inggris, dan dengan menunjukkan rasa percaya yang segera melalui
keramahtamahan yang berlebihan.

d. Mereka menggunakan humor kapan pun mereka bisa, sekali pun lawan bicara
mereka gagal memahaminya atau menganggapnya sebagai hal yang salah
penempatan.

e. Mereka bersifat terbuka sejak awal, kemudian melakukan proses atas dasar
penawaran dan penawaran balik. Mereka sering menghadapi kesulitan apabila pihak
lain tidak menyatakan apa yang mereka inginkan.

f. Mereka mengambili risiko, tetapi membuat rencana (keuangan) yang pasti, yang
harus ditaati.

g. Mereka mempertimbangkan sebagian besar usulan atas dasar investasi /


keuntungan atau investasi / skala waktu.

h. Waktu adalah selalu uang. ”ayo kita bicarakan inti persoalannya”.


i. Mereka mencoba mendengarkan persetujuan lisan pada pertemuan pertama.
”apakah kita sudah mencapai persetujuan?”. mereka ingin berjabatan tangan.

Pihak lainnya sering merasakan hal tersebut terlalu kompleks untuk disetujui pada saat itu
juga.

j. Mereka menginginkan prinsip ”ya” dan akan menyusun rinciannya kemudian. Tapi
mereka mungkin merasa sulit untuk menyusun rincian tersebut dan memeriksa
segala sesuatunya.

Orang-orang utara yang pragmatik dan tenang dapat hidup dengan sebagian besar
karakteristik ini. Juga, mereka terbiasa dengan informalitas, nama depan, humor,
keteguhan, kekasaran, kemampuan teknis, tawar-menawar, memberi dan menerima, dan
konsistensi dalam berpegang pada yang telah disetujui. Mereka juga berharap
menandatangani perjanjian tanpa pembuangan waktu yang tidak perlu atau prosedur yang
membingungkan. Namun, kehati-hatian harus dijalankan. Orang-orang Amerika berbicara
dengan cepat dan jika mereka menggunakan bahasa Inggris mungkin terdapat jebakan-
jebakan tertentu. Menghadapi orang Amerika, seseorang harus dapat membaca ”catatan
yang baik”, karena keterbukaan dan kepercayaan yang nyata terhadap pihak lain biasanya
dikosongkan oleh pengawasan legal yang ketat dalam perjanjian mereka, dan mereka tidak
akan ragu-ragu menurut anda di kemudian hari jika anda tidak memenuhi setiap ketentuan
yang telah anda setujui. Hukum Amerika juga sangat berbeda dengan berbagai sistem legal
lainnya.

Anda harus selalu berusaha untuk tampak berterus terang, jujur, tetapi tegas dalam
mengadakan persetujuan dengan orang-orang Amerika yang akan menghormati
kegembiraan, ketidaksetujuan yang terbuka, kewaspadaan dan rencana yang kuat. Anda
tidak boleh ”berbasa-basi” seperti bila anda berbicara dengan orang-orang Jepang atau
Italia, ”ya, tapi apa yang terjadi bila…?” adalah pernyataan yang baik terhadap orang
Amerika.

2. Berkomunikasi dengan pelanggan dari Jerman

Karakteristik budaya bisnis Jerman adalah sikap monokronik terhadap penggunaan waktu,
misalnya hasrat menyelesaikan serangkaian tindakan sebelum memulai tindakan lain;
keyakinan yang kuat bahwa mereka adalah negosiator yang jujur dan terus terang; dan
cenderung bersikap lugas dan menyampaikan ketidaksetujuan secara terbuka dari pada
menunjukkan kesopanan atau berdiplomasi. Perusahaan Jerman adalah entitas tradisional
yang bergerak lambat, yang dibebani oleh petunjuk-petunjuk, sistem dan jalur hierarkis
yang oleh orang-orang Eropa dan Amerika dianggap terlalu kaku dan ketinggalan zaman.
Hierarki bersifat perintah yang seringkali mengakibatkan rasa hormat yang berlebihan
kepada seorang atasan langsung dan CEO (Chief Executive Officer).

Bos Jerman adalah orang yang punya privasi tinggi, yang biasanya duduk terpisah di kantor
yang besar di balik pintu yang tertutup. Para eksekutif Amerika dan skandinavia lebih
menyukai kebijakan pintu terbuka dan mengelilingi kantor dan berbincangbincang dengan
rekan sekerja. Komunikasi horizontal ini sangat berbeda dengan sistem vertikel Jerman,
dimana instruksi hanya disampaikan kepada bawahan langsung, dan disimpan dengan kaku
pada bagian (departemen) seseorang.

Di banyak negara terdapat persaingan bagian, tetapi ketika berhubungan dengan orang
Jerman kita harus ingat bahwa orang Jerman bisa sangat sensitif dengan hal ini. Berusahalah
selalu menemukan orang yang tepat untuk memperoleh setiap pesan. Jika anda menghina
orang Jerman, ia akan mengingatnya untuk waktu yang panjang.

Orang Jerman sangat menghormati harta milik dan kekayaan. Bangunan kokoh, mobil dan
pakaian yang bagus adalah penting bagi mereka dan akan membuat anda terkesan dengan
semua ini. Anda harus mengakui kehebatan harta milik orang Jerman dan merasa enggan
untuk memamerkan kekuatan, fasilitas anda, dan lain-lain.

Orang Jerman berharap percaya bahwa anda sekuat mereka. Ketika mengiklankan produk
perusahaan mereka, sebaiknya anda memasukkan rincian sebanyak mungkin. Orang Jerman
tidak terkesan dengan iklan televisi yang mencolok, slogan yang cerdik, atau ilustrasi yang
artistik. Surat kabar mereka penuh dengan iklan yang faktual dan padat, yang memberikan
informasi yang sebanyak-banyaknya dalam ruang yang tersedia. Brosur yang ditujukan
untuk pasar Jerman dapat dibenarkan sepenuhnya dikemudian hari. Tidak peduli seberapa
panjang dan membosankan brosur itu, orang Jerman akan membacanya. Mereka juga
mengharapkan produk anda benarbenar sesuai dengan gambaran yang diberikan.

Orang Jerman mempunyai gaya yang tersendiri dalam mengadakan pertemuan dan
negosiasi. Anda mungkin terlihat bahwa prosedur yang diadakan perusahaan besar Jerman
jauh lebih formal dibandingkan dengan prosedur di negara yang anda. Biasanya disarankan
agar anda melakukan pendekatan yang agak lebih formal dengan orang Jerman pada
pertemuan, juga memperhatikan karakteristik-karakteristik orang Jerman sebagai berikut
ini, agar anda dapat memberikan reaksi secara tepat :

a. Orang Jerman akan hadir pada pertemuan dengan pakaian rapi dan dengan
penampilan berdisiplin. Anda harus menyesuaikan diri dengan hal ini.

b. Mereka akan memperhatikan susunan tempat duduk secara hierarkis dan urutan
bicara.

c. Mereka akan hadir dengan persiapan yang baik mengenai urusan yang dibicarakan,
dan mengharapkan anda melakukan hal yang sama.

d. Mereka akan mengajukan argumen yang logis dan penting untuk mendukung
masalah mereka.

e. Mereka sering memikirkan kemungkinan serangan balasan anda dan siap dengan lini
serangan yang kedua.

f. Mereka tidak mengakui kasus atau argumen mereka dengan mudah, tetapi
cenderung mencari persamaan pendapat. Ini sering merupakan pendekatan anda
yang terbaik untuk mencapai kemajuan. Bentrokan dengan perusahaan jerman yang
cukup besar jarang membuahkan hasil.

g. Mereka yakin bahwa mereka lebih efisien (Grundlich) dari pada orang lain dan tidak
mudah mengubah pendapat.

h. Mereka menggolong-golongkan argumen mereka. Setiap anggota membicarakan


kekhususan mereka. Mereka berharap pihak anda melakukan hal yang sama.

i. Mereka tidak mencampuri ucapan seorang kolega dan biasanya menunjukkan


kerjasama yang baik. Akan tetapi, mereka saling membantah secara pribadi diantara
sesi-sesi. Karena wajah mereka tidak menyembunyikan perasaan, anda dapat
dengan mudah mengetahui perbedaan pendapat diantara mereka melalui ekspresi
wajah dan bahasa tubuh mereka.

j. Seperti orang Jepang, mereka suka membicarakan kembali rincian berulang-ulang.


Mereka ingin menghindarkan kesalahpahaman di kemudian hari. Anda harus sabar.

k. Mereka tidak suka terburu-buru.

l. Mereka suka membuat keputusan dalam pertemuan (tidak seperti orang Jepang
atau orang Perancis), tapi mereka selalu berhati-hati.

m. Mereka biasanya patuh pada apa yang telah mereka setujui secara lisan.

n. Jika anda mengadakan penjualan kepada mereka, mereka akan bertanya pada anda
dengan agresif mengenai hal-hal yang dianggap sangat penting oleh orang Jerman,
seperti kualitas barang, tanggal pengiriman, dan harga yang bersaing. Bersiaplah.

o. Pada akhirnya, mereka mengharapkan untuk mendapatkan harga terbaik (yang


paling murah). Mereka mungkin hanya memberi anda bisnis kecil ”percobaan”.

Orang Jerman memang tulus dan mereka menganggap bahwa orang lain juga demikian.
Mereka sering kecewa karena orang lain yang lebih menyukai pendekatan yang asal-asalan
atau sembrono terhadap kehidupan yang tidak selalu memberikan jawaban yang serius
terhadap pertanyaan yang serius. Orang Jerman cenderung melakukan pencarian yang lama
akan arti kehidupan yang sebenarnya dan suka menghabiskan waktu mereka untuk hal-hal
yang menguntungkan, baik untuk memperkaya simpanan kekayaan atau jiwa mereka.
MENGURANGI KESALAHPAHAMAN DALAM BERKOMUNIKASI

Latar Belakang

Komunikasi merupakan sarana untuk terjalinnya hubungan antar seseorang dengan orang
lain, dengan adanya komunikasi maka terjadilah hubungan sosial, karena bahwa manusia itu
adalah sebagai makluk sosial yang saling membutuhkan, sehingga terjadinya interaksi timbal
balik. (Treece, 1989) “komunikasi merupakan proses sosial dari orang-orang yang terlibat
dalam hubungan sosial dan memiliki kesamaan makna mengenai suatu hal”.

Dalam hubungan seseorang dengan orang lain tentunya terjadinya proses komunikasi itu
tidak terlepas dari tujuan yang menjadi topik atau pokok pembahasan, dan juga untuk
tercapainya proses penyampaian informasi itu akan berhasil apabila ditunjang dengan alat
atau media sebagai sarana penyaluran informasi atau berita.

Dalam kenyataannya bahwa proses komunikasi itu tidak selamanya lancar , hal ini terjadi
dikarenakan kurangnya memperhatikan unsur-unsur yang mestinya ada dalam proses
komunikasi. Kesalahpahaman dalam berkomunikasi sering terjadi dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini yang seringkali menjadi penyebab terjadinya konflik antar masyarakat.

Dari uraian tersebut, bahwa dalam komunikasi itu perlu diperhatikan mengenai unsur-unsur
yang berkaitan dengan proses komunikasi, baik itu oleh komunikator maupun oleh
komunikan, dan juga bahwa komunikator harus memahami tujuan komunikasi.

Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi acapkali digunakan dalam berbagai kegiatan percakapan, akan tetapi
karena begitu luas pemakaiannya sering kali perkataan komunikasi tidak dimengerti oleh
semua pihak dengan makna sama dengan maksud yang dimaksudkan.

Pakar komunikasi mendefinisikan komunikasi dengan cara yang berbeda-beda, Williams


(1984) menyatakan bahwa kata kerja communicate berarti bertukar pikiran, perasaan,
informasi, membuat orang lain menjadi tahu, menjadikan pemahaman bersama, dan
memiliki hubungan yang baik. Oteng Sutisna (1983) mengemukakan bahwa :

“Komunikasi ialah proses menyalurkan informasi, ide, penjeleasan, perasaan, pertanyaan


dari orang ke orang lain atau dari kelompok ke kelompok. Ia adalah proses interaksi antara
orang-orang atau kelompok-kelompok yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan
perilaku orang-orang dan kelompok-kelompok di dalam suatu organisasi”.

Maman Ukas (1999) mengemukakan tujuan komunikasi yaitu memimpin, mengarahkan,


memotivasi dan menciptakan suatu iklim kerja di mana setiap orang mau memberikan
kontribusi.
Hambatan Dalam Komunikasi

Faktor hambatan yang biasanya terjadi dalam proses komunikasi, dapat dibagi dalam 3 jenis
sebagai berikut:

1. Hambatan Teknis

Hambatan jenis ini timbul karena lingkungan yang memberikan dampak pencegahan
terhadap kelancaran pengiriman dan penerimaan pesan. Dari sisi teknologi, keterbatasan
fasilitas dan peralatan komunikasi, akan semakin berkurang dengan adanya temuan baru di
bidang teknologi komunikasi dan sistim informasi, sehingga saluran komunikasi dalam
media komunikasi dapat diandalkan serta lebih efisien.

2. Hambatan Semantik

Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau idea
secara efektif.

Untuk menghindari mis-komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih kata-
kata yang tepat dan sesuai dengan karakteristik komunikannya, serta melihat dan
mempertimbangkan kemungkinan penafsiran yang berbeda terhadap kata-kata yang
digunakannya.

3. Hambatan Manusiawi

Hambatan jenis ini muncul dari masalah-masalah pribadi yang dihadapi oleh orang-orang
yang terlibat dalam komunikasi, baik komunikator maupun komunikan. Menurut Cruden
dan Sherman, hambatan ini mencakup: Hambatan yang berasal dari perbedaan individual
manusia, seperti perbedaan persepsi, umur, keadaan emosi, status, keterampilan
mendengarkan, pencarian informasi, penyaringan informasi.

Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim psikologis dalam organisasi atau lingkungan sosial
dan budaya, seperti suasana dan iklim kerja serta tata nilai yang dianut.

Pengertian Kesalahpahaman

Kesalahpahaman menciptakan masalah bagi masyarakat dalam berkomunikasi. Jika tidak


memahami satu sama lain, maka komunikasi tidak bisa berjalan dengan lancar. Jika
mengetahui bahwa kesalahpahaman adalah suatu hal yang normal dan kesalahpahaman
terjadi karena masalah bahasa itu sendiri bukan karena kesalahan pembicara, penulis,
kejiwaan atau kepribadian seseorang, maka kesalahpahaman dalam berkomunikasi dapat
teratasi dengan menggunakan kekuatan percakapan sehari-hari.
Cara menggunakan pemahaman agar tidak terjadi kesalahpahaman

Solusi masalah kesalahpahaman yang disebabkan oleh indeksikalitas dan refleksitas bahasa
terletak pada kekuatan strategi berbicara untuk menciptakan konteks pemahaman. Cara
untuk memahami komunikasi ini bisa mengakibatkan timbulnya perbedaan yang luar biasa
pada kehidupan pribadi dan kehidupan sehari-hari. Ketika pemahaman seseorang mengenai
kesalahpahaman berubah, maka seseorang juga akan berubah. Masalah komunikasi yang
pada awalnya merupakan sumber frustasi, memalukan, dan ketidaknyamanan, sekarang
menjadi suatu hal yang ada penjelasan sekaligus solusinya.

Harus diciptakan pemahaman konteks melalui pembicaraan agar bisa saling memahami.
Ketika berbicara, harus beranggapan bahwa sudah mempunyai dasar pengetahuan yang
memudahkan untuk membangun percakapan. (Berlo, 1960) “Penting bagi orang-orang yang
berkomunikasi untuk mempunyai makna yang sama”.

Kesimpulan

Dalam kehidupan sehari-hari sering sekali terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi.


Hal ini terjadi dikarenakan adanya perbedaan dalam menyimpulkan makna dalam
berkomunikasi. Selain itu, adanya hambatan dalam berkomunikasi sehingga membuat
kegiatan komunkasi kurang lancar.

Saran

Dalam berkomunikasi sebaiknya kita menggunakan pengetahuan dan teknik strategi


berbicara untuk menciptakan konteks yang bisa dimengerti oleh pembicara dan pendengar
agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

Anda mungkin juga menyukai