MAKALAH
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan judul “Pembelajaran Sains, Teknologi, dan Masyarakat”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Statistik
Pendidikan. Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan
khususnya pembaca pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah
adanya makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui sejarah Sains, Teknologi, dan Masyarakat.
1.3.2 Mengetahui karakteristik pembelajaran Sains, Teknologi, dan Masyarakat.
1.3.3 Mengetahui tujuan pembelajaran Sains, Teknologi, dan Masyarakat.
1.3.4 Mengetahui kaitan Sains, Teknologi, dan Masyarakat.
1.3.5 Mengetahui keunggulan pembelajaran Sains, Teknologi, dan Masyarakat.
1.3.6 Mengetahui permasalahan pembelajaran Sains, Teknologi, dan Masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah STS untuk pertama kali diciptakan oleh John Ziman dalam
bukunya “Teaching and Learning About Science and Society”. Ziman
mencoba mengungkapkan bahwa konsep-konsep dan proses-proses sains
yang diajarkan seharusnya relevan dengan kehidupan siswa sehari-hari
(Galib, 2001).
3
4
Hasil penelitian yang dilakukan USA oleh Yager (1984), Yager &
Yager (1985) menunjukkan bahwa jumlah siswa yang merasa bahwa sains
tidak menyenangkan dan hanya merupakan hafalan fakta, meningkat pada
kelas-kelas yang makin tinggi. Kesan siswa bahwa guru Sains berusaha
membuat sains menarik, menimbulkan rasa ingin tahu, serta mendorong
siswa untuk berani mengemukakan pendapat, menurun pada kelas-kelas
yang makin tinggi. Di samping itu, terungkap pula bahwa 1) guru Sains
terikat pada buku ajar yang diikuti baik isi, urutan maupun contoh-
contohnya secara kaku, 2) kebutuhan dan minat siswa diabaikan, dan 3)
disiplin dalam sains dipisahkan secara sangat tajam, dan tidak ditunjukkan
aplikasinya dan kaitannya dengan disiplin lainnya.
National Science Teacher Assosiation (NSTA) di USA
mendefinisikan STM sebagai “ the teaching and learning of science in the
contaxt of human experience (Yager,1992). NSTA mengajukan sebelas
ciri dalam mendeskripsikan pendekatan STM dalam pembelajaran Sains,
yaitu:
1) Siswa mengidentifikasi masalah-masalah sosial dan teknologi di
daerahnya serta dampaknya.
2) Menggunakan sumber lokal (manusia dan material) untuk
memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah.
3) Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang
dapat digunakan dalam memecahkan masalah dalam kehidupan
nyata.
4) Perluasan untuk terjadinya proses belajar yang melampaui waktu,
kelas, dan sekolah.
5) Memusatkan pengaruh sains dan teknologi kepada siswa.
6) Pandangan bahwa materi subyek lebih dari sekedar konsep yang
harus dikuasai siswa.
7) Penekanan pada keterampilan proses yang dapat digunakan siswa
dalam memecahkan masalah.
21
“ngetrend”.
5) Siswa mengerjakan apa 5) Siswa mengusulkan kegiatan,
yang ada dalam buku sumber informasi, dan pertanyaan
dan guru suruh untuk baru.
dikerjakan.
6) Tidak ada penggunaan 6) Sering menggunakan laporan berita
surat kabar dan jurnal. dan situasi saat itu.
7) Ide dan informasi
dipresentasi untuk 7) Ide dan informasi diperlukan untuk
dikuasai. merespon isu dan pertanyaan.
8) “Sains” ditempatkan 8) Sains berupa fakta di sekolah
pada wadah yang sebagai kesatuan yang utuh di
dinamai kelas sains masyarakat dan dalam kehidupan
atau kelas siswa.
laboratorium.
(Yager, 1996)
Lebih lanjut, dilihat dari penguasaan konsep dan keterampilan
proses, antara kelas yang diajar dengan pendekatan tradisional dan kelas
yang diajar dengan pendekatan STM, terdapat beberapa perbedaan.
Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.
Tradisional STM
1) Konsep hanya disiapkan untuk 1) Siswa melihat konsep sebagai
penguasaan tes yang dibuat kebutuhan pribadi.
guru.
2) Konsep dilihat sebagai hasil 2) Konsep dilihat dari
akhir yang dicapai siswa. keperluannya untuk
pemecahan masalah.
3) Penguasaan konsep bersifat 3) Siswa yang belajar dengan
semen-tara. penga-laman memperoleh
pengetahuan dan dapat
menghubungkan penge-
tahuannya dengan situasi baru.
24
Bagi sekolah dengan populasi siswa yang tinggi dalam kelas, dapat
menjadi masalah tersendiri bagi guru. Jika kelompok yang dibentuk dalam
kelas banyak, guru akan kewalahan dalam pendampingan kelompok dan
pembimbingan kajian masalah. Sedangkan ketika kelompok dikurangi
(populasi dalam kelompok tinggi) konsekuensinya dapat terjadi peran
yang tidak efektif bagi anak. Sehingga penggunaan pendekatan STM,
harus dirancang untuk melibatkan pihak lain dalam proses pembelajaran.
a. sebagai informator
b. sebagai komunikator
c. sebagai organisator
d. sebagai fasilisator
e. sebagai motivator
f. sebagai director
g. sebagai kasalisator
h. sebagai konduktor
i. sebagai inisiator
j. sebagai moderator
k. sebagai administrator
l. sebagai evaluator.
3.1 Kesimpulan
37
38
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan di atas dan simpulan yang telah di
kemukakan sebelumnya, pada bagian ini penulis mengemukakan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Penulis berharap dari adanya tugas ini dapat memberikan manfaat yang
banyak bagi para pembaca.
2. Mohon dimaklumi, jika dalam makalah saya ini masih terdapat banyak
kekeliruan, baik bahasa maupun pemahaman. Saya berharap kritik dan
saran dari pembaca.
39
DAFTAR PUSTAKA
Abror dalam Brahim,Theresia. 2007. Peningkatan Hasil Belajar Sains Siswa kelas
IV Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Penabur – No. 09/ Tahun ke
19/Februari 2018.
Aikenhead S.G. and Ryan A.G. (1992). The development of a new instrument:
Views on Science-Technology-Society” (VOSTS), Science Education, 76,
477–491.
Aisyah. 2007. Penerapan Metode Pembelajaran Portofolio dengan Pendekatan
Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) pada Mata Pelajaran Ekonomi
Kelas X SMA Negeri 15 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri
Semarang. Semarang.
Appropriate Science for All”(Journal NSTA: What Research Say to the Sciences
Teacher.
39
40
Robert E, Y dan Rustam R. 2000. STS : Most Pervasive and Most Radical of
Reform Appoarches to “ science” Education. The University of Lowa
and Pennsylvania State University.
Yager, R, et all (2000). The Philosopy, Theory and Practice of S-T-S Orientation
[online] .( Diakeses 20 februari 2018)