Anda di halaman 1dari 22

Stereotip, Prasangka & Diskriminasi

Stereotip

 Stereotypes (Baron&Byrne,2003)
Beliefs to the effect that all members of specific
social groups share certain traits or characteristics.
Keyakinan/kepercayaan bahwa semua anggota
suatu kelompok sosial tertentu memiliki sifat atau
karakteristik yang sama.
Merupakan suatu kerangka pemikiran kognitif
yang sangat mempengaruhi pemrosesan informasi.
Stereotip

 Secara kognitif, stereotip adalah


pengeneralisasian yang dilakukan hanya
berdasarkan keanggotaan seseorang dalam
suatu kategori kelompok tertentu.
(Santrok 1984 dalam SWS 2006)
 Sikap (biasanya negatif) yang ditujukan
karena keanggotannya dalam suatu
kelompok
Contoh : stereotipe gender
 Anggapan bahwa
karakteristik
tertentu dimiliki
perempuan dan
laki-laki, yang
keduanya saling
berbeda
Efek stereotip gender pada bidang
kerja
 Perempuan:  Laki-laki: tehnisi,
klerikal,perawat, guru, pimpinan
pengasuh usaha,bengkel
Bagaimana dengan operator
komputer?

Mengapa di sini tidak terjadi stereotip?


Glass ceiling effect
 Hambatan berdasarkan
sikap organisasi yang
bias, mencegah
perempuan berbakat
dalam mencapai posisi
tertinggi
 Contoh perempuan
sebagai presiden. Amerika hampir punya presiden perempuan
Glass ceiling effect
 Hambatan berdasarkan
sikap organisasi yang bias,
mencegah perempuan
berbakat dalam mencapai
posisi tertinggi
 Contoh perempuan sebagai
presiden.

Indonesia sudah punya presiden perempuan


Prasangka

 Prasangka:
 Sikap negatif terhadap anggota dan suatu
kelompok sosial tertentu
 Mengapa timbul prasangka?
 Sumber prasangka:
▪ Sumber sosial
▪ Sumber motivasional.
▪ Sumber kognitif.
Contoh prasangka

 Segala sesuatu
yang terkait
dengan Arab
diprasangka
sebagai teroris
 Sebutkan contoh-
contoh prasangka
yang lain
Prasangka
 Sumber sosial
 Perbedaan status;
▪ majikan – buruh
▪ Kaya miskin
 Sosialisasi;
▪ Anak-anak berprasangka
dipengaruhi orangtua
 Dukungan institutional;
▪ Travel warning
▪ Razia KTP di Jakarta
 Sumber motivasional
Frustrasi dan agresi;
Karena tidak mencapai
tujuan,menimbulkan kemarahan. Bila
penyebab tidak diketahui dengan jelas,
maka orang cenderung mengarahkan
kemarahan ke tempat lain (displacement
agression). Misalnya; ketika kehidupan
ekonomi terpuruk, timbul kerusuhan
yang ditujukan pada toko-toko Cina

Kerusuhan Mei 1998 di Jakarta


 Identitas Sosial
 Percaya bahwa kelompok
sosial-budaya tertentu lebih
superior.
 Orang-orang yang berada
dalam satu kelompok (in-group)
dipersepsi lebih
menyenangkan, mempunyai
sifat-sifat positif dibanding
dengan kelompok lain Korban kerusuhan antar etnik
(outgroup) yang cenderung
dipersepsi tidak menyenangkan
(negatif).Misalnya: peristiwa
Sampit di Kalimantan Barat
 Sumber kognitif:
Kategorisasi; menggolong-golongkan orang
dalam kelompok kategori tertentu.
Contoh; penggolongan menurut ras (ciri
fisik, warna kulit), misalnya Arya, Anglo-
amerika, Mongol, dll.), atau menurut
etnik (bahasa, adat istiadat tradisi)
misalnya, Jawa, Batak, Melayu, dll.
 Distinctiveness; orang-orang yang
berbeda dan ekstrim, atau kejadian-
kejadian ekstrim sering lebih menarik
perhatian dan menimbulkan distorsi
dalam pengambilan keputusan. Contoh:
Hitler: Racist yang mengunggulkan ras Arya
jumlah penduduk hispanik dan kulit hitam
dipersepsi lebih banyak di US
dibandingkan keadaan aktualnya
 Stereotipe; menyebabkan adanya illution
correlation antara keanggotaan dalam
kelompok dan karakteristik individu.
Misalnya, orang Itali emosional, orang Yahudi
licik, orang Inggris sombong, orang Islam
teroris. Ilusi korelasi ini menyebabkan orang
memberikan perhatian berlebihan terhadap
hubungan antara dua variabel tersebut serta
mengabaikan faktor situasional
 Atribution
 Just-world phenomenon; kecenderungan
orang berpedapat bahwa dunia itu adil. You
deserve what you get, you get what you
deserve
 Fundamental attribution error; cenderung
untuk mengatribusi perilaku orang lain
pada disposisi kepribadian tertentu dengan
mengabaikan faktor situasional. Misalnya;
orang Batak kasar, orang Jawa halus, orang
Madura keras, tanpa memperhatikan
bahwa banyak orang Batak yang tidak
kasar, orang Jawa yang kasar, dan orang
Madura yang halus

Penderita HIV/AIDS dianggap pelaku


seks bebas
Teknik mengatasi/mengurangi
prasangka
 Belajar untuk tidak membenci
Sejak dini anak diajarkan untuk menghargai perbedaan dan
pluralisme
 Contact hypothesis
Pandangan bahwa kontak sosial (sering bergaul dengan
berbagai kelompok) dapat secara efektif mengurangi
prasangka
 Re-categorization
 Memindahkan batasan-batasan ‘in-group’ dan ‘out-group’.
Hasil dari pengkategorisasian ulang akan memandang yang
tadinya outgroup menjadi ingroup sehingga mereka akan
dinilai secara lebih positif
 Common in-group identity
model. Anggapan yang
mengatakan bahwa sejauh
orang-orang dari kelompok
berbeda melihat diri masing-
masing dari satu bangsa
yang sama (unity in diversity)
maka bias antar kelompok
akan berkurang

Hitam-Putih sama saja


 Cognitive interventions
 Eksperimen yang dilakukan pada orang-orang untuk mengatakan
‘tidak’ pada stereotyping, berhasil mengurangi prasangka
 Pengaruh sosial sebagai alat mengurangi prasangka
 Orang yang fanatik dapat dipengaruhi dengan mengatakan bahwa
pandangannya menyimpang dari kebanyakan orang dan bertolak
belakang dengan tokoh-tokoh atau orang yang dijadikan panutan
 Contoh: tahanan/narapidana teroris (termasuk Ali Imron) dapat
diubah pandangannya oleh mantan sesama teroris, kecuali tiga orang
yang diesekusi mati
DISKRIMINASI

Perilaku menerima atau menolak


seseorang berdasarkan
keanggotaannya dalam kelompok
 Contoh diskriminasi:
 Racism;
▪ an individual’s prejudicial
attitudes and discrimination
behavior toward people of a
given race
▪ Institutional practices; (even
if not motivated by
prejudice) that subordinate
people of a given race
 Sexism;
▪ An individual prejudicial attitudes
and discriminatory behavior
toward people of a given sex
▪ Institutional practices (even if not
motivated by prejudice) that
subordinate people of a given sex
(source: Myers, 2008)

Anda mungkin juga menyukai