Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH 6

PENDEKATAN DALAM KONSELING


“Konseling Analisis Transaksional (KONSTRAN) Lanjutan”

Dosen Pengampu:

Lisa Putriani, M. Pd., Kons.


Dr. Miftahul Fikri, M.Pd.

Disusun Oleh :

YUNIA RITIKA
21006102

DEPARTEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya hantarkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan
karunia Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat beserta salam
tak lupa saya haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Semoga kita semua
mendapat syafa‟at Beliau di Yaumil Akhir kelak. Amin ya Robbal „Alamin.
Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Pendekatan dalam Konseling, dengan judul makalah ini adalah “Konseling
Analisis Transaksional (KONSTRAN) Lanjutan”. Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu
Lisa Putriani, M. Pd., Kons. selaku dosen pengajar dan kepada pihak pihak yang sudah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih dapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Maka penulis berharap adanya
masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, besar
harapan agar teman-teman berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta wawasan bagi
kita semua dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Padang, 08 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 3

A. Latar Belakang .................................................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 3
C. Tujuan ................................................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 4

A. Perkembangan Kepribadian Sehat ...................................................................................... 4


B. Perkembangan Kepribadian Tidak Sehat ............................................................................ 4
C. Tujuan, Proses, dan Teknik Konseling ............................................................................... 5
D. Contoh Transaksi ................................................................................................................ 8

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 15

A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 15
B. Saran .................................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 16

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendekatan Analisis Transaksional (AT) ini dipelopori oleh seorang dokter jiwa
yang bernama Erick Berne dan dikembangkannya semenjak mulai pada tahun 1950.
Menurut Berne cara terapi yang biasa digunakan memerlukan waktu yang terlalu lama,
dan belum tentu berhasil. Oleh karena itu Berne mencari cara yang lebih praktis untuk
menyembuhkan orang yang memerlukan terapi psikologis. Dengan demikian
dikembangkannyalah sebuah terapi yang kemudian dinamakan dengan Analisisi
Transaksional (AT). Transaksional maksudnya adalah hubungan komunikasi antara
seseorang dengan orang lain.
Transaksional Analisis meyakini bahwa pada diri setiap manusia itu terdapat unsur-
unsur kepribadian yang terstruktur, dan itu merupakan suatu kesatuan yang disebut
dengan "ego state" atau pernyataan ego. Ego-state sebagai corak perasaan dan
pengalaman yang berkaitan secara luas dan yang sesuai dengan corak selaras tingkah
laku. Definisi ini merumuskan beberapa unsur secara jelas bahwa setiap Ego state
ditentukan oleh perasaan dan pengalaman bersama-sama secara selaras, dan ditentukan
bahwa tingkah laku yang sesuai dengan Ego state tertentu selalu selaras juga, serta
terdapat hubungan langsung antara pengalaman perasaan dan tingkah laku yang serasi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perkembangan Kepribadian yang Sehat

2. Bagaimana Perkembangan Kepribadian yang Tidak Sehat

3. Bagaimana tujuan, proses dan teknik teori analisis transaksional?

4. Bagaimana Contoh Transaksi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kepribadian yang sehat
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kepribadian yang tidak sehat
3. Untuk mengetahui tujuan, proses dan teknik teori analisis transaksional
4. Untuk mengetahui contoh transaksi

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kepribadian Sehat


Menurut model Analisis Transaksional, manusia mempunyai potensi yang positif
untuk mengembangkan ego state yang baik. Kemampuan bertransaksi jelas dimulai
semenjak individu bergaul dengan orang lain. Pada awalnya bayi itu mempunyai posisi
hidup evolusioner. Akibat pembinaan dari orang tua, anak dapat menduduki posisi
hidup yang berbeda-beda. Agar kepribadian dapat berkembang dengan baik, maka
potensi yang positif tadi dapat dikembangkan guna menyertai posisi hidup yang baik
pula melalui suasana "unconditional stroke" (sentuhan yang tidak bersyarat). Sentuhan
yang pakai syarat yaitu yang diiringi dengan sanksi seperti "awas kalau tidak tidur".
Makin banyak mensyarati sentuhan yang diberikan kepada anak, makin terbebani dia
dengan sesuatu.
Ciri-ciri kepribadian yang sehat menurut Hansen (Taufik, 2009;111) adalah:
1. Individu dapat menampilkan ego statenya secara luwes sesuai dengantempat ia berada
2. Individu berusaha menemukan naskah hidupnya secara bebas sertamemungkinkan
pula ia memperoleh sentuhan secara bebas pula.
3. Memilih posisi hidup revolusioner, saya OK kamu Ok
4. Ego statenya bersifat fleksibel tidak kaku dan tidak pula cair.

B. Perkembangan Kepribadian Tidak Sehat


Bagaimana berkembangnya pribadi yang abnormal pada diri seseorang, dapat
dilihat dari ciri-ciri yang terdapat pada orang tersebut apabila dia melakukan
kegiatan transaksi. Ciri tersebut berkenaan dengan bagaimana dia menampilkan
ego state yang ada pada dirinya itu dan bagaimana posisi hidup yang dianutnya.
Semuanya itu akan nampak dari tingkah laku-tingkah laku yang ditampilkan selama
dia melakukan transaksi.
Hansen dkk, (1977) merumuskan empat ciri-ciri dari perkembangan
kepribadian yang abnormal yaitu :
1. Kecenderungan untuk memilih posisi hidup devolusioner revolusioner atau
obvolusioner atau pada dirinya ada "not OK" misalnya memilih untuk tidak berbuat
yang sebetulnya perlu, memilih untuk tidak bertanya, berhias, dan lain-lain.

4
2. Kecenderungan untuk mempergunakan ego state yang tunggal, atau hanya satu saja
tampil untuk situasi yang berbeda. Misalnya pada situasi dan kondisi yang berbeda,
ego state yang tampil cenderung satu saja apakah ego state adult, parent atau selalu
child.
3. Ego state yang ditampilkannya seringkali terlalu "cair" sehingga tidal ada batas
antara ego state yang satu dengan yang lainnya atau g statenya bolong. Ini semuanya
berkembang menjadi untility parenting
4. Ego statenya tercemar, misalnya ego state adult dicemari oleh ego state child, dan
ego state parent. Bentuk nyatanya berwujud prasangka yaitu menganggap sesuatu
tidak sesuai dengan kenyataan. Bentuk nyata lainnya ialah delusi, yaitu melihat
sesuatu tidak sebagaimana mestinya. Prasangka dan delusi dapat merusak persepsi
dan akhirnya merusak penyesuaian diri. Usaha untuk menyehatkan kepribadian
sendiri adalah melalui caramenghilangkan prasangka dan delusi tersebut.

C. Tujuan, Proses dan Teknik Konseling


1. Tujuan Konseling
Secara umum tujuan yang hendak dicapai dalam konseling Analisisis.
Transaksional adalah membantu klien agar dapat memahami sifat dan jenis
transaksi mereka dengan orang lain sewaktu dia bertransaksi. Pemahaman ini akan
berguna bagi klien sehingga mereka bisa merespon orang lain secara langsung,
menyeluruh dan akrab (Geral Corey, 1988). Tujuan konseling menurut model
Analisis Transaksional ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Agar klien berusaha dengan bantuan konselor menghilangkan pencemaran ego
statenya.
2. Setelah pencemaran terkikis habis, konselor berusaha mengem- bangkan
kemampuan individu untuk dapat mempergunakan ego statenya secara tepat,
sesuai dengan situasi dan kondisi dimana dia berada. Apabila suatu situasi
menuntut yang ego state adult, dia dapat menampilkannya secara memadai.
Begitu juga hendaknya penampilan ego state-ego state yang lain.
3. Apabila hal ini sudah tercapai, maka selanjutnya dia mesti dapat
mempergunakan ego state adult secara optimal, karena makin dewasa dia
maka ego state adult lah yang mestinya banyak tampil.. Efek daritujuan ini
adalah pemantapan pikiran dan penalaran individu yang bersangkutan

5
4. Membebaskan diri klien dari ketidakstabilan posisi hidup dan mengganti
dengan naskah hidupnya yang lebih produktif serta menempati posisi hidup
"Saya OK, kamu OK".

2. Proses Konseling
Proses Konseling Analisis Transaksional ini dilakukan tiap transaksi yang
dianalisis. Klien yang nampaknya mengelakkan tanggung jawab diarahkan untuk
mau menerima tanggung jawab pada dirinya sehingga klien dapat
menyeimbangkan Egogramnya, mendefinisikan kembali skriptnya, serta
melakukan instrospeksi terhadap games yang dijalaninya.

Tahapan Proses Konseling Analisis Transaksional:


1. Bagian pendahuluan digunakan untuk menentukan kontrak dengan klien, baik
mengenai masalah maupun tanggung jawab kedua pihak.

2. Pada bagian kedua baru mengajarkan Klien tentang ego statenya dengan
diskusi bersama Klien.

3. Membuat kontrak yang dilakukan oleh klien sendiri. Kontrak berbentuk


pernyataan klien konselor untuk bekerja sama mencapai tujuan dan masing-
masing terikat untuk saling bertanggung jawab.

4. Setelah kontrak ini selesai, baru kemudian konselor bersama klien menggali ego
state dan memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapainya tujuankonseling.

3. Teknik Konseling
Teknik konseling yang digunakan adalah:
1. Permission
Memperbolehkan klien melakukan apa yang tidak boleh dilakukan oleh
orang tuanya

2. Protection

Melindungi klien dari ketakutan karena klien disuruh melanggar terhadap


peraturan orang tuanya.
3. Potensi
Mendorong klien untuk menjauhkan diri klien dari injuction yang diberikan
orang tuanya.

6
4. Operation
a. Interrogation
Mengkonfrontasikan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada diri
klien sehingganya berkembang respon adult dalam dirinya.
b. Specification
Mengkhususkan hal-hal yang dibicarakan sehingganya klien paham tentang
ego statenya.
c. Confrontation
Menunjukkan kesenjangan atau ketidak beresan pada diri klien
d. Explanation
Transaksi adult-adult yang terjadi antara konselor dengan klien untuk
menejlaskan mengapa hal ini terjadi (konselor mengajar klien)
e. Illustration
Memberikan contoh pengajaran kepada klien agar ego statenya
digunakan secara tepat.
f. Confirmation
Mendorong klien untuk bekerja lebih keras lagi.
g. Interpretation
Membantu klien menyadari latar belakang dari tingkah lakunya
h. Crystallization
Menjelaskan kepada klien bahwasanya klien sudah boleh mengikuti
games untuk mendapatkan stroke yang diperlukannya.

7
D. Contoh Transaksi
1. Jenis-Jenis Transaksi dan Contoh
Dalam memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh sentuhan, individu selalu
menempati tipe-tipe transaksi tertentu. Eric Berne (Gerald Corey, 1988) membagi
jenis transaksi menjadi tiga yaitu transaksi sejajar, silang dan terselubung. Berikut
ini diuraikan masing-masing dari ketiga jenis transaksi dimaksud.
Gerald Corey (Taufik, 2017:108) membagi jenis transaksi menjadi tiga bagian
yaitu:
1. Transaksi sejajar
Transaksi ini terjadi apabila suatu pesan yang ditujukan dari Ego state
ke Ego state yang dituju, dipahami dan mendapatkan respon yang sesuai.
Transaksi ini dapat diteruskan tanpa ada masalah. Individu yang
berkomunikasi dengan menampilkan ego state tertentu dan ditujukan pada
penampilan ego state tertentu pula maka respon orang yang menjadi lawan
berkomunikasi, ditampilkannya juga seperti apa yang diharapkan.

Transaksi sejajar (parallel transaction) adalah jenis transaksi di mana


pesan yang berasal dari satu ego state memicu respons dari ego state yang
sesuai dalam orang lain. Ini adalah tipe transaksi yang sehat dan produktif.
Berikut adalah beberapa contoh transaksi sejajar:

1. Pertukaran Informasi Rasional:

- Wulan: "Apa rencana kita untuk pertemuan besok?"

- Gipa: "Saya telah menyusun agenda dan waktu pertemuan. Saya akan

membagikannya kepada semua orang segera."

Dalam contoh ini, kedua individu berbicara dalam keadaan ego orang
dewasa, dan mereka bertukar informasi secara rasional dan efisien.

2. Bicara Tentang Pengalaman Emosional Positif:

- Faizah: "Saya sangat senang dengan hasil proyek ini. Kita semua telah

bekerja keras."

- Fauzi: "Saya juga merasa bangga dengan hasilnya. Tim kita benar-benar

bekerja dengan baik."

8
Dalam situasi ini, keduanya berbicara dalam keadaan ego anak bebas,
mencerminkan perasaan positif dan ekspresi kebahagiaan mereka.

3. Diskusi Perencanaan Keluarga:

- Ibu : "Apa yang ingin Anda makan malam ini?"

- Anak : "Saya ingin makan ayam panggang."

Dalam situasi ini, baik ibu maupun anak berbicara dalam keadaan
ego yang sesuai dengan peran keluarga mereka, dan komunikasi berlangsung
tanpa konflik.

Transaksi sejajar dalam konseling adalah jenis transaksi di mana


konselor dan klien berkomunikasi secara sehat dan produktif dalam ego state
yang sesuai. Ini menciptakan lingkungan yang mendukung pemahaman, kerja
sama, dan pertumbuhan pribadi. Berikut adalah contoh transaksi sejajar dalam
konseling:

1. Konseling Anak-Anak:

- Konselor: "Bagaimana perasaan Anda tentang sekolah minggu ini?"

- Anak Klien: "Saya merasa sangat cemas tentang ujian matematika saya."

Dalam contoh ini, konselor berbicara dalam keadaan ego orang dewasa,
memberikan pertanyaan terbuka yang mengundang klien untuk berbicara
tentang perasaan mereka. Anak klien merespons dengan jujur dalam keadaan
ego anak, mengungkapkan perasaan cemas mereka. Ini adalah transaksi sejajar
yang membantu pemahaman dan pengolahan perasaan anak klien.

2. Konseling Pasangan:

- Konselor: "Apa yang membuat Anda merasa bahagia dalam hubungan ini?"

- Pasangan Klien A: "Saya merasa bahagia ketika pasangan saya

mendengarkan saya dengan penuh perhatian."

- Pasangan Klien B: "Saya merasa bahagia ketika kami berbagi waktu

berkualitas bersama."

9
Dalam percakapan ini, konselor menggunakan keadaan ego orang
dewasa untuk bertanya tentang sumber kebahagiaan dalam hubungan. Kedua
pasangan klien merespons dalam keadaan ego yang sesuai dengan perasaan
mereka. Ini adalah transaksi sejajar yang membantu memahami apa yang
penting dalam hubungan mereka.

3. Konseling Individu untuk Pengembangan Pribadi:

- Konselor: "Apa yang ingin Anda capai dalam hidup Anda?"

- Klien: "Saya ingin merasa lebih percaya diri dan mengatasi kecemasan
sosial saya."

Dalam contoh ini, konselor bertanya tentang tujuan pengembangan


pribadi klien dalam keadaan ego orang dewasa. Klien merespons dengan
menyatakan keinginannya dalam keadaan ego yang sesuai dengan kebutuhan
dan aspirasinya. Ini adalah transaksi sejajar yang membantu fokus pada tujuan
dan pertumbuhan pribadi klien.

2. Transaksi silang
Transaksi silang (crossed transaction) adalah jenis transaksi dalam
Analisis Transaksional di mana pesan dari satu ego state memicu respons dari
ego state yang berbeda dalam orang lain. Transaksi silang dapat menciptakan
ketidakpahaman, konflik, atau kebingungan dalam komunikasi.

Berikut adalah beberapa contoh transaksi silang:

1. Transaksi Orang Tua ke Anak:

- Orang Tua: "Kenapa Anda selalu melakukan kesalahan? Anda tidak bisa
dipercaya."

- Anak : "Saya tidak ingin mendengar kritikan Anda."

Dalam situasi ini, Orang Tua berbicara dalam keadaan ego orang tua
dan mengkritik, sementara Anak merespons dalam keadaan ego anak terikat
dengan perasaan defensif. Ini adalah contoh transaksi silang yang dapat
memperburuk konflik.

10
2. Transaksi Adik ke Kakak:

- Adik : "Saya merasa sangat cemas tentang ujian ini."

- Kakak : "Adik tidak perlu khawatir. Adik sudah belajar dengan baik."

Dalam contoh ini, Adik berbicara dalam keadaan ego anak dengan
rasa cemas, tetapi Kakak merespons dalam keadaan ego orang dewasa dengan
memberikan pemahaman dan dukungan. Ini adalah transaksi silang yang dapat
membantu mengatasi kecemasan Adik

Transaksi silang dalam konseling adalah jenis transaksi di mana


komunikasi antara konselor dan klien tidak sesuai atau memicu respons dari
ego state yang berbeda daripada yang diharapkan. Transaksi silang dapat
mengungkapkan konflik, ketidakpahaman, atau perasaan yang tidak terungkap
dengan jelas. Berikut adalah contoh transaksi silang dalam konseling:

1. Konselor Menggunakan Keadaan Ego Orang Dewasa, Klien


Merespons dengan Keadaan Ego Orang Tua:

- Konselor: "Mari kita bicarakan tentang pilihan Anda dalam mengatasi stres."

- Klien: "Anda tidak tahu bagaimana saya merasa. Saya selalu merasa stres."

Dalam contoh ini, konselor menggunakan keadaan ego orang dewasa


untuk membuka pembicaraan tentang pilihan yang tersedia, tetapi klien
merespons dengan keadaan ego orang tua dengan merasa disalahkan dan
defensif. Ini adalah transaksi silang yang menciptakan ketidakpahaman.

2. Konselor Menggunakan Keadaan Ego Orang Tua, Klien


Merespons dengan Keadaan Ego Anak Terikat:

- Konselor: "Anda harus melakukan perubahan dalam pola pikir Anda."

- Klien: "Saya tidak pernah bisa melakukan itu. Saya selalu gagal."

Dalam situasi ini, konselor berbicara dalam keadaan ego orang tua
dengan memberikan instruksi, tetapi klien merespons dalam keadaan ego anak
terikat dengan perasaan putus asa. Ini adalah transaksi silang yang bisa
menciptakan konflik antara konselor dan klien

11
3. Konselor Menggunakan Keadaan Ego Orang Tua, Klien
Merespons dengan Keadaan Ego Anak Bebas:

- Konselor: "Anda harus lebih bertanggung jawab atas tindakan Anda."

- Klien: "Saya tidak peduli. Saya ingin hidup saya seperti yang saya inginkan."

Dalam contoh ini, konselor berbicara dalam keadaan ego orang tua
dengan memberikan pesan tentang tanggung jawab, tetapi klien merespons
dalam keadaan ego anak bebas dengan sikap yang menolak. Ini adalah
transaksi silang yang dapat menghambat kerja sama dalam konseling.

3. Transaksi terselubung
Transaksi terselubung (hidden transaction) adalah jenis transaksi dalam
Analisis Transaksional di mana pesan yang sebenarnya atau tujuan yang lebih
dalam tidak secara langsung diungkapkan dalam komunikasi.

Berikut adalah beberapa contoh transaksi terselubung:

1. Diskusi Tentang Rencana Pesta Ulang Tahun:

- Ayah : "Apakah kamu ingin mengadakan pesta ulang tahun untuk faizah itu?"

- Ibu : "Tentu saja! Itu akan menjadi luar biasa!"

- Ayah : "Tapi, kita harus memikirkan anggaran juga."

Dalam percakapan ini, Ayah mungkin sebenarnya khawatir tentang


biaya pesta, tetapi pesannya terselubung dalam cara dia mengungkapkan
keprihatinan tentang anggaran.

2. Keterlambatan:

- Bos : "Saya hanya ingin tahu mengapa Anda terlambat lagi."

- Pegawai: "Saya tadi ada rapat mendesak."

Di sini, pesan terselubung mungkin adalah bahwa Bos sebenarnya


merasa marah karena Pegawai ini sering terlambat, tetapi dia
mengungkapkannya secara lebih rasional dengan bertanya tentang alasan
keterlambatan.

12
Transaksi terselubung dalam konseling adalah jenis transaksi di mana
pesan atau maksud yang lebih dalam tidak diungkapkan secara jelas oleh klien
atau konselor. Pesan terselubung ini bisa berkaitan dengan perasaan, motivasi,
atau masalah yang lebih dalam yang mungkin belum terungkap sepenuhnya.
Berikut adalah contoh transaksi terselubung dalam konseling:

1. Klien Terselubung Tentang Perasaan Terluka:

- Konselor: "Bagaimana hubungan Anda dengan orang tua Anda?"

- Klien: "Hubungan kami cukup baik. Kami selalu bisa berbicara."

Dalam contoh ini, klien mungkin memiliki perasaan terluka atau


konflik yang belum diungkapkan terkait dengan hubungan dengan orang tua,
tetapi dia menyampaikan jawaban yang umum dan terselubung. Konselor
perlu lebih mendalam untuk menjelajahi perasaan yang mendasarinya.

2. Klien Terselubung Tentang Ketidakpercayaan Diri:

- Konselor: "Apa yang membuat Anda merasa khawatir dalam situasi sosial?"

- Klien: "Saya hanya tidak nyaman dalam kerumunan."

Dalam situasi ini, klien mungkin memiliki masalah yang lebih dalam
terkait dengan ketidakpercayaan diri atau kecemasan sosial yang belum
diungkapkan dengan jelas. Jawaban klien bisa menjadi pesan terselubung
tentang masalah yang mendasari.

3. Konselor Terselubung Tentang Ketidaksetujuan Terhadap Klien:

- Klien: "Saya merasa kesulitan dalam mengendalikan kemarahan saya."

- Konselor (terselubung): "Saya tidak yakin apakah klien ini serius atau
hanya mencari perhatian."

Dalam situasi ini, konselor mungkin memiliki ketidaksetujuan


terhadap klien atau merasa skeptis terhadap pernyataan klien. Pesan
terselubung dari konselor mungkin menghambat perkembangan hubungan
terapeutik yang sehat.

13
4. Klien Terselubung Tentang Ketakutan:

- Konselor: "Apa yang membuat Anda merasa cemas?"

- Klien: "Saya tidak tahu. Saya merasa seperti selalu ada sesuatu yang
mengganggu pikiran saya."

Dalam contoh ini, klien mungkin memiliki ketakutan atau


kekhawatiran tertentu yang belum diungkapkan secara spesifik. Pesan
terselubung adalah bahwa ada sesuatu yang diahindari atau takut untuk
dibicarakan.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut model Analisis Transaksional, manusia mempunyai potensi yang


positif untuk mengembangkan ego state yang baik. Kemampuan bertransaksi jelas
dimulai semenjak individu bergaul dengan orang lain. Pada awalnya bayi itu
mempunyai posisi hidup evolusioner. Transaksional maksudnya ialah hubungan
komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal yang dianalisis yaitu
meliputi bagaimana bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka Teori
Transaksional menggambarkan bagaimana manusia terstruktur secara psikologis.
Ia menggunakan model yang mungkin paling terkenal, model keadaan ego untuk
melakukan hal ini.

Dalam memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh sentuhan, individu selalu


menempati tipe-tipe transaksi tertentu. Menurut model Analisis Transaksional,
manusia mempunyai potensi yang positif untuk mengembangkan ego state yang
baik. Kemampuan bertransaksi jelas dimulai semenjak individu bergaul dengan
orang lain. Pada awalnya bayi itu mempunyai posisi hidup evolusioner.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga bisa menjadikan pembelajaran bagi kita
untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang Konseling Analisis
Transaksional (KONTRAN) beserta contoh contohnya. Dan apabila dalam pembuatan
makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh dari sempurna, Penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan dalam pembuatan makalah lainnya
dimasa yang akan datang. Atas saran yang telah pembaca berikan untuk
penyempurnaan makalah ini, penulis ucapkan terima kasih.

15
DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. (1988). Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi. Bandung:

Eresco.

Corey. G., Corey, M. S., & Callanan, P. (1988). Issues And Ethics In The Helping

Professions. Wadsworth/Thomson Learning

Hansen, J. C. Stevic RR., & Warner, RW. (1977). Counseling: Theory And Proces.

Komalasari, Gantina., Eka Wahyuni., dan Karsih. 2011. Teori dan Teknik Konseling.

Jakarta: Indeks.

Taufik. (2009). Model-Model Konseling. Padang: Jurusan BK FIP UNP.

Taufik. (2017). Pendekatan Dalam Konseling. Padang: FIP UNP.

Taufik, Lisa. (2023). Pendekatan Dalam Konseling. Padang: Tahta Media Group.

Thomas A. 1987. I’OK – You’re OK. Alih Bahasa : Y. Andi H. Gabriel. Jakarta :

Erlangga.

16

Anda mungkin juga menyukai